avockyudo

pasti pernah kan kalian salah tangkap apa yang dibicarakan orang? pastinya kan?

hal itu baru saja terjadi pada pasusu manis kita ini.


dipagi hari yang cerah, rumah pasusu disana sudah dipenuhi keuwuan. tetangga dan tukang sayur sampai terheran – heran melihat semua moment yang disuguhi, iri.

“juyo! sarapan dulu..” ucap changmin yang sedang mencuci piring namun tangan besar suaminya melingkar di pinggangnya membuatnya tidak bisa bebas bergerak kesana kemari.

“sarapan sama aku dong.” ucap juyeon, meletakkan dagunya di bahu sempit milik changmin.

chagmin menghela nafas kasar, mematikan keran dan membalikkan badannya agar menghadap ke arah bayi besar yang menempel ke dirinya itu.

“iya iya ayok, dasar bayi gede.”

tangan juyeon ditarik, berjalan menuju ke arah meja makan.

“dimakan ya bayiku.” changmin menepuk nepuk pipi juyeon lalu memekik gemas, ngapain.

“bayi kok ngatain bayi.” lirih juyeon, benar bukan? benar.

“DIEM, MAKAN AJA SANA.”

yah.. sebenarnya rumah pasusu ini tidak di isi keuwuan saja, teriakan seperti tadi sering terdengar lalu diakhiri dengan tawa juyeon yang terdengar sangat puas mengerjai kesayangannya.


“aku berangkat dulu ya.” ucap juyeon sembari mengusap surai milik changmin, tidak lupa mencubit pelan pipinya.

“hati – hati ya!” balas changmin dengan senyumannya.

juyeon keluar dari rumah berjalan menuju mobil, membuka pintu mobil dan—

“juyo!” panggil changmin dari dalam rumah, berlari keluar menyusul dimana juyeon berada.

alhasil juyeon kembali membalikkan badannya menghadap kearah changmin. “kenapa?”

“ada yang ketinggalan.” ucap changmin, dijeda sebentar sembari merogoh saku di apronnya. “i—”

cup

ciuman mendarat di ranum changmin, si pelaku tersenyum lembut dan kembali mengacak acak rambut changmin.

“udah kan?” tanya juyeon.

“e-eh, m-makasih tapi yang ketinggalan itu ini..” changmin menunjukkan dompet yang dikeluarkan dari saku apronnya tadi.

tiba – tiba juyeon tertawa renyah, tangannya bergerak mengambil dompetnya.

“hehe maaf, kirain pengen cium sebelum berangkat, kan tadi juga belum. makasih.” ucap juyeon.

changmin mendengus. “udah sana pergi nanti telat.”

“dadah! masakin makanan yang enak ya nanti!”

dengan begitu mobil juyeon pergi dari perkarangan rumah mereka, melaju ke tempatnya bekerja.

changmin memegang bibirnya, tersenyum seperti orang gila lalu berlari masuk kedalam rumah, seperti remaja yang sedang jatuh cinta.

pasti pernah kan kalian salah tangkap apa yang dibicarakan orang? pastinya kan?

hal itu baru saja terjadi pada pasusu manis kita ini.


dipagi hari yang cerah, rumah pasusu disana sudah dipenuhi keuwuan. tetangga dan tukang sayur sampai terheran – heran melihat semua moment yang disuguhi, iri.

“juyo! sarapan dulu..” ucap changmin yang sedang mencuci piring namun tangan besar suaminya melingkar di pinggangnya membuatnya tidak bisa bebas bergerak kesana kemari.

“sarapan sama aku dong.” ucap juyeon, meletakkan dagunya di bahu sempit milik changmin.

chagmin menghela nafas kasar, mematikan keran dan membalikkan badannya agar menghadap ke arah bayi besar yang menempel ke dirinya itu.

“iya iya ayok, dasar bayi gede.”

tangan juyeon ditarik, berjalan menuju ke arah meja makan.

“dimakan ya bayiku.” changmin menepuk nepuk pipi juyeon lalu memekik gemas, ngapain.

“bayi kok ngatain bayi.” lirih juyeon, benar bukan? benar.

“DIEM, MAKAN AJA SANA.”

yah.. sebenarnya rumah pasusu ini tidak di isi keuwuan saja, teriakan seperti tadi sering terdengar lalu diakhiri dengan tawa juyeon yang terdengar sangat puas mengerjai kesayangannya.


“aku berangkat dulu ya.” ucap juyeon sembari mengusap surai milik changmin, tidak lupa mencubit pelan pipinya.

“hati – hati ya!” balas changmin dengan senyumannya.

juyeon keluar dari rumah berjalan menuju mobil, membuka pintu mobil dan—

“juyo!” panggil changmin dari dalam rumah, berlari keluar menyusul dimana juyeon berada.

alhasil juyeon kembali membalikkan badannya menghadap kearah changmin. “kenapa?”

“ada yang ketinggalan.” ucap changmin, dijeda sebentar sembari merogoh saku di apronnya. “i—”

cup

ciuman mendarat di ranum changmin, si pelaku tersenyum lembut dan kembali mengacak acak rambut changmin.

“udah kan?” tanya juyeon.

“e-eh, m-makasih tapi yang ketinggalan itu ini..” changmin menunjukkan dompet yang dikeluarkan dari saku apronnya tadi.

tiba – tiba juyeon tertawa renyah, tangannya bergerak mengambil dompetnya.

“hehe maaf, kirain pengen cium sebelum berangkat, kan tadi juga belum. makasih.” ucap juyeon.

changmin mendengus. “udah sana pergi nanti telat.”

“dadah! masakin makanan yang enak ya nanti!”

dengan begitu mobil juyeon pergi dari perkarangan rumah mereka, melaju ke tempatnya bekerja.

changmin memegang bibirnya, tersenyum seperti orang gila lalu berlari masuk kedalam rumah, seperti remaja yang sedang jatuh cinta.

hari sabtu, malam minggu. satu makhluk mungil bernama ji changmin sedang berbelanja di supermarket, belanja bulanan sekalian me time katanya.

changmin mengambil bahan – bahan yang akan dibutuhkan di rumah, dilihat dari trolinya sepertinya cemilan lebih mendominasi.

tidak apa, kalau butuh bahan dapur bisa kembali lagi bukan?

setelah mengambil apa yang ia inginkan changmin berjalan menuju kasir guna membayar semua belanjaannya.

tes tes tes

changmin melirik kearah luar, hujan.

niat me time nya sepertinya terbatalkan hari ini, changmin cemberut dan mengomel tidak jelas.

“kok ujan sih ish ngambek ah!” omelnya, lalu mengambil tas belanjaan yang diberikan kasir sedikit kasar, kakak – kakak kasir pun kebingungan dengan apa yang dilakukan changmin, untung imut.

changmin melangkah keluar menuju kursi yang tersedia di teras supermarket.

menatap kearah jalanan yang basah akibat tetesan air hujan yang lumayan lebat, changmin menopang dagunya, pikirannya menuju kearah masa lalunya, membuat changmin tersenyum lembut.


“eh hujan tuh, mau nunggu dulu?” poni dibelah tengah, baju lengan panjang berwarna hijau army dan outer casual berwarna cream. kevin namanya.

berjalan bersampingan dengan changmin di koridor sekolah, hanya jalan sampingan tidak bergandengan.

“eum? yah, kok ujan sih! kan mau refreshing!” changmin mencebikkan bibirnya marah.

tangan kevin bergerak keatas kepala changmin lalu mengusak surai hitam lebat itu, tertawa kecil karena ekspresi changmin sekarang terlihat begitu menggemaskan.

“besok kan juga bisa kecil..” ucap kevin masih dengan senyumnya.

“tapi gue maunya sekarang aaaakh!” changmin berteriak kesal, menghentak hentakkan kakinya untuk menyalurkan kekesalan.

“astaga liat tu diri lo kek bayi marah tau gak.” kevin tertawa, menjahili changmin adalah hobinya karena reaksi yang diberikan sangat menyegarkan mata.

changmin kembali menghentakkan kakinya dan membuat ekspresi marah guna menakut nakuti kevin yang nyatanya hanya membuat kevin ingin mengarungi changmin.

“GUE BUKAN BAYI, uda dibilangin berapa kali sih lo?!” tangan changmin bergerak, memukul lengan kevin yang bertengger di bahunya tanpa belas kasih sedikit pun.

kevin meringis sakit sedangkan changmin tersenyum bangga di sana.

“mampus rasain.” ucap changmin, mereka berdua berhenti di teras sekolah. hujan masih turun tanpa henti, banyak siswa yang masih berada di sekolah juga menunggu hujan reda.

kevin dan changmin hanya berdiri dan menatap kearah langit.

“gelap ya langitnya.” ucap changmin.

“iya, mataharinya malu kalah terang sama kamu cil.” balas kevin dan menatap lekat lekat kearah wajah changmin, entah apa alasannya.

si kecil, changmin menolehkan kepalanya kearah kevin, tatapan mereka bertemu, sedetik kemudian changmin langsung mengalihkan tatapannya menuju ke arah langit lagi.

“gajelas.” changmin berucap lirih.

“makasih.” kevin tertawa. “ni ujannya deres banget, mau ujan ujan?”

“kalo sakit ntar gimana?”

“izin gausah masuk dong, sakit barengan hehe.” jawab kevin dengan tawa pelan diakhir, lengannya menjadi korban tamparan changmin lagi, gapapa kok.

“bodoh.” ucap changmin. “yok lah.” changmin menarik tangan kevin berlari menuju parkiran.

kevin cepat – cepat mengeluarkan motornya dari sana.

“pake helm biar ga terlalu kebasahan.” ucap kevin.

“lo gabawa jas hujan?” tanya changmin sedikit berteriak agar kevin mendengar nya.

“engga, ayo gas aja, pegangan yang erat.” kevin menarik kedua tangan changmin agar melingkar di pinggangnya, modus.

dan akhirnya mereka keluar dari sekolah menerobos hujan yang lumayan deras, kadang tawa terdengar dari kedua remaja itu.

“berenti di bus stop sebentar ya?” tanya kevin.

“sesuka hati lo aja deh, ngikut gue.”

dan mereka berhenti di bus stop terdekat dari tempat mereka, keduanya basah kuyup karena air hujan yang sedari tadi berjatuhan.

“dingin?” tanya kevin ketika melihat changmin yang sedikit menggigil kedinginan.

“dikit doang, gapapa.” jawab changmin.

kevin melepas outernya dan membungkus badan changmin dengan itu, setidaknya bisa menghangatkan badan changmin walaupun hanya sedikit.

“jangan bandel, pake aja.” ucap kevin.

semburat merah lagi – lagi muncul di kedua pipi gembil milik changmin, terasa hangat juga begitu dengan dadanya.

hening sementara.

“cil.” panggil kevin sekalian memecah keheningan diantara mereka.

“iya..?”

“ini bukan waktu yang tepat banget sih, tapi gue boleh ngomong sesuatu gak?” kevin bertanya sembari mengusap pelan surai changmin yang basah.

“boleh dong, ngapain tanya?” jawab changmin.

“hehe memastikan aja.” jeda. “kita dah berapa lama temenan sih?”

changmin di buat kebingungan akan pertanyaan dari kevin, hellow kevin tidka pernah berlagak seperti sekarang ini, terasa sangat aneh.

“em.. dua belas tahun, oohk! lama juga ya.” ucap changmin yang juga kaget akan berapa lamanya mereka berteman.

“iya ya.. ehm.. pernah denger gak sih tentang.. kalo sahabatan lama salah satu dari mereka atau bisa keduanya, jatuh cinta ke satu sama lain.”

changmin dibuat speechless, kevin berucap seperti itu layaknya itu hanyalah pembicaraan sehati hari, changmin saja harus menyiapkan jiwa raga 7 hari 7 malam.

“lo percaya gak tentang itu?” lanjut kevin.

sedikit bingung namun changmin tetap menjawab pertanyaan kevin. “percaya aja sih, soalnya gue gitu.”

woops.

“ha? sama siapa..?” dengan ekspresi terkejut kevin bertanya kepada changmin.

sedangkan changmin sudah salah tingkah di sebelahnya, bingung ingin menjawab apa, takut salah bicara dan lain lain.

“e-enggak! apasi hehehe a-ayok pulang deh.”

tangan kevin bergerak untuk memegang dagu changmin, memutar kepala changmin agar mau menghadap kearahnya.

“ji changmin, jawab.” nada kevin terdengar dingin, sangat.

changmin menelan ludahnya kasar, mungkin ini akhir pertemanan mereka..?

“e-ehm g-gue..” gugup, changmin gugup.

“jawab.” tegas kevin.

“LO! GUE SUKA SAMA LO!” teriak changmin, matanya terpejam, sedikit takut akan respon kevin, namun yang didapatkannya adalah.

cup!

kecupan di bibir.

“kenapa ga bilang dari dulu? capek tau nahan diri biar ga cium bibir lo.” ucap kevin, kini tangannya berpindah ke pipi milik changmin, mengelusnya pelan.

“btw bibir lo manis, boleh minta cium lagi gak?” haduh.

changmin membuka matanya dan disuguhi dengan pemandangan kevin yang sedang tersenyum lebar, wajahnya terasa sangat panas. ah, mungkin kini wajahnya sudah berwarna merah padam.

dirinya mengangguk kecil.

air hujan, bus stop dan kodok melompat menjadi saksi akan adegan yang terjadi sore itu.


“ugh!” dagunya terjatuh dari tangan, changmin mencebik sebal.

tersenyum kecil lalu cemberut kembali.

“kangen.” ucapnya pelan, lalu atensinya teralih ke pesan yang baru saja masuk, senyumnya kembali merekah.

dipencetnya icon bergambar telefon lalu mendekatkan handphone ke telinganya.

“hello husband.”

“uh, lagi kerasukan apa kamu manggil aku husband huh?” ucap yang berada di sebrang sana.

“memangnya aku gaboleh manggil kamu husband huh? kevin moon?” ucap changmin dengan nada bercandanya.

“haha u can do that sweetheart.” jawab kevin. ya, kevin.

“huh, husband, jemput aku di supermarket, hujannya gak reda – reda, kesel deh.” nada bicara changmin terdengar menggemaskan, nyatanya kevin sampai tertawa di sebrang telfon.

“iya kecil, on my way, jangan kemana mana ya.”

“love you husband.”

“love you more kecil.”

hari sabtu, malam minggu. satu makhluk mungil bernama ji changmin sedang berbelanja di supermarket, belanja bulanan sekalian me time katanya.

changmin mengambil bahan – bahan yang akan dibutuhkan di rumah, dilihat dari trolinya sepertinya cemilan lebih mendominasi.

tidak apa, kalau butuh bahan dapur bisa kembali lagi bukan?

setelah mengambil apa yang ia inginkan changmin berjalan menuju kasir guna membayar semua belanjaannya.

tes tes tes

changmin melirik kearah luar, hujan.

niat me time nya sepertinya terbatalkan hari ini, changmin cemberut dan mengomel tidak jelas.

“kok ujan sih ish ngambek ah!” omelnya, lalu mengambil tas belanjaan yang diberikan kasir sedikit kasar, kakak – kakak kasir pun kebingungan dengan apa yang dilakukan changmin, untung imut.

changmin melangkah keluar menuju kursi yang tersedia di teras supermarket.

menatap kearah jalanan yang basah akibat tetesan air hujan yang lumayan lebat, changmin menopang dagunya, pikirannya menuju kearah masa lalunya, membuat changmin tersenyum lembut.


“eh hujan tuh, mau nunggu dulu?” poni dibelah tengah, baju lengan panjang berwarna hijau army dan outer casual berwarna cream. kevin namanya.

berjalan bersampingan dengan changmin di koridor sekolah, hanya jalan sampingan tidak bergandengan.

“eum? yah, kok ujan sih! kan mau refreshing!” changmin mencebikkan bibirnya marah.

tangan kevin bergerak keatas kepala changmin lalu mengusak surai hitam lebat itu, tertawa kecil karena ekspresi changmin sekarang terlihat begitu menggemaskan.

“besok kan juga bisa kecil..” ucap kevin masih dengan senyumnya.

“tapi gue maunya sekarang aaaakh!” changmin berteriak kesal, menghentak hentakkan kakinya untuk menyalurkan kekesalan.

“astaga liat tu diri lo kek bayi marah tau gak.” kevin tertawa, menjahili changmin adalah hobinya karena reaksi yang diberikan sangat menyegarkan mata.

changmin kembali menghentakkan kakinya dan membuat ekspresi marah guna menakut nakuti kevin yang nyatanya hanya membuat kevin ingin mengarungi changmin.

“GUE BUKAN BAYI, uda dibilangin berapa kali sih lo?!” tangan changmin bergerak, memukul lengan kevin yang bertengger di bahunya tanpa belas kasih sedikit pun.

kevin meringis sakit sedangkan changmin tersenyum bangga di sana.

“mampus rasain.” ucap changmin, mereka berdua berhenti di teras sekolah. hujan masih turun tanpa henti, banyak siswa yang masih berada di sekolah juga menunggu hujan reda.

kevin dan changmin hanya berdiri dan menatap kearah langit.

“gelap ya langitnya.” ucap changmin.

“iya, mataharinya malu kalah terang sama kamu cil.” balas kevin dan menatap lekat lekat kearah wajah changmin, entah apa alasannya.

si kecil, changmin menolehkan kepalanya kearah kevin, tatapan mereka bertemu, sedetik kemudian changmin langsung mengalihkan tatapannya menuju ke arah langit lagi.

“gajelas.” changmin berucap lirih.

“makasih.” kevin tertawa. “ni ujannya deres banget, mau ujan ujan?”

“kalo sakit ntar gimana?”

“izin gausah masuk dong, sakit barengan hehe.” jawab kevin dengan tawa pelan diakhir, lengannya menjadi korban tamparan changmin lagi, gapapa kok.

“bodoh.” ucap changmin. “yok lah.” changmin menarik tangan kevin berlari menuju parkiran.

kevin cepat – cepat mengeluarkan motornya dari sana.

“pake helm biar ga terlalu kebasahan.” ucap kevin.

“lo gabawa jas hujan?” tanya changmin sedikit berteriak agar kevin mendengar nya.

“engga, ayo gas aja, pegangan yang erat.” kevin menarik kedua tangan changmin agar melingkar di pinggangnya, modus.

dan akhirnya mereka keluar dari sekolah menerobos hujan yang lumayan deras, kadang tawa terdengar dari kedua remaja itu.

“berenti di bus stop sebentar ya?” tanya kevin.

“sesuka hati lo aja deh, ngikut gue.”

dan mereka berhenti di bus stop terdekat dari tempat mereka, keduanya basah kuyup karena air hujan yang sedari tadi berjatuhan.

“dingin?” tanya kevin ketika melihat changmin yang sedikit menggigil kedinginan.

“dikit doang, gapapa.” jawab changmin.

kevin melepas outernya dan membungkus badan changmin dengan itu, setidaknya bisa menghangatkan badan changmin walaupun hanya sedikit.

“jangan bandel, pake aja.” ucap kevin.

semburat merah lagi – lagi muncul di kedua pipi gembil milik changmin, terasa hangat juga begitu dengan dadanya.

hening sementara.

“cil.” panggil kevin sekalian memecah keheningan diantara mereka.

“iya..?”

“ini bukan waktu yang tepat banget sih, tapi gue boleh ngomong sesuatu gak?” kevin bertanya sembari mengusap pelan surai changmin yang basah.

“boleh dong, ngapain tanya?” jawab changmin.

“hehe memastikan aja.” jeda. “kita dah berapa lama temenan sih?”

changmin di buat kebingungan akan pertanyaan dari kevin, hellow kevin tidka pernah berlagak seperti sekarang ini, terasa sangat aneh.

“em.. dua belas tahun, oohk! lama juga ya.” ucap changmin yang juga kaget akan berapa lamanya mereka berteman.

“iya ya.. ehm.. pernah denger gak sih tentang.. kalo sahabatan lama salah satu dari mereka atau bisa keduanya, jatuh cinta ke satu sama lain.”

changmin dibuat speechless, kevin berucap seperti itu layaknya itu hanyalah pembicaraan sehati hari, changmin saja harus menyiapkan jiwa raga 7 hari 7 malam.

“lo percaya gak tentang itu?” lanjut kevin.

sedikit bingung namun changmin tetap menjawab pertanyaan kevin. “percaya aja sih, soalnya gue gitu.”

woops.

“ha? sama siapa..?” dengan ekspresi terkejut kevin bertanya kepada changmin.

sedangkan changmin sudah salah tingkah di sebelahnya, bingung ingin menjawab apa, takut salah bicara dan lain lain.

“e-enggak! apasi hehehe a-ayok pulang deh.”

tangan kevin bergerak untuk memegang dagu changmin, memutar kepala changmin agar mau menghadap kearahnya.

“ji changmin, jawab.” nada kevin terdengar dingin, sangat.

changmin menelan ludahnya kasar, mungkin ini akhir pertemanan mereka..?

“e-ehm g-gue..” gugup, changmin gugup.

“jawab.” tegas kevin.

“LO! GUE SUKA SAMA LO!” teriak changmin, matanya terpejam, sedikit takut akan respon kevin, namun yang didapatkannya adalah.

cup!

kecupan di bibir.

“kenapa ga bilang dari dulu? capek tau nahan diri biar ga cium bibir lo.” ucap kevin, kini tangannya berpindah ke pipi milik changmin, mengelusnya pelan.

“btw bibir lo manis, boleh minta cium lagi gak?” haduh.

changmin membuka matanya dan disuguhi dengan pemandangan kevin yang sedang tersenyum lebar, wajahnya terasa sangat panas. ah, mungkin kini wajahnya sudah berwarna merah padam.

dirinya mengangguk kecil.

air hujan, bus stop dan kodok melompat menjadi saksi akan adegan yang terjadi sore itu.


“ugh!” dagunya terjatuh dari tangan, changmin mencebik sebal.

tersenyum kecil lalu cemberut kembali.

“kangen.” ucapnya pelan, lalu atensinya teralih ke pesan yang baru saja masuk, senyumnya kembali merekah.

dipencetnya icon bergambar telefon lalu mendekatkan handphone ke telinganya.

“hello husband.

“uh, lagi kerasukan apa kamu manggil aku husband huh?” ucap yang berada di sebrang sana.

“memangnya aku gaboleh manggil kamu husband huh? kevin moon?” ucap changmin dengan nada bercandanya.

“haha u can do that sweetheart.” jawab kevin. ya, kevin.

“huh, husband, jemput aku di supermarket, hujannya gak reda – reda, kesel deh.” nada bicara changmin terdengar menggemaskan, nyatanya kevin sampai tertawa di sebrang telfon.

“iya kecil, on my way, jangan kemana mana ya.”

“love you husband.”

“love you more kecil.”