avockyudo

“BENTAR BUNDA, AZE MASIH PUK PUK BEDAK.” Teriak lelaki mungil bernama Azela yang sedang berdiri di depan cermin sembari menepuk pelan spon ke wajahnya.

bukan spon buat nyuci piring plsz

Beberapa detik kemudian Azela keluar dari kamar dan berlari keluar rumah. “Bunda Azela pergi dulu ya!” teriaknya.

Setelah berhasil membuka pintu, sekarang ia sedang membuka pagar, dan berhasil juga. Di telusurinya jalanan depan rumah namun dia tidak melihat tanda-tanda sosok Kevandra di sana.

“Keva lagi sembunyi di got kali ya?” Azela menggaruk kepalanya sembari berjongkok di dekat got rumahnya.

“Dor!” Tiba-tiba seseorang muncul mengageti Azela dengan tangannya yang memegang kedua bahu milik Azela, kan enggak lucu kalo baru keluar dari rumah langsung cosplay jadi tikus.

Azela memegang dadanya, rasanya jantungnya hampir merosot ke usus.

“Hish Kakak! aku kaget.”

Sebuah tepukan mendarat di kepala Azela begitu saja.

“Hehe maaf ya.” Ucapan lelaki yang beberapa cm lebih tinggi dari Azela itu, Kevandra namanya.

“Maaf?” Azela menyipitkan matanya, mendekatkan wajahnya dengan wajah Keva.

“Kinderjoy dua.” Ucap Keva yang sudah tau apa yang dimaksud Azela.

Raut muka Azela berubah, senyumnya merekah, wajah Azela masih di dekatkan dengan wajah Keva, makannya sedetik setelah dia tersenyum..

Mendarat sebuah ciuman di pipi yang lebih tua. Pipi.

“Ayo berangkat!” Azela langsung berlari kearah mobil Keva, sedangkan Keva masih mematung di tempat, mencerna segala hal yang baru saja terjadi.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤ []

“BENTAR BUNDA, AZE MASIH PUK PUK BEDAK.” Teriak lelaki mungil bernama Azela yang sedang berdiri di depan cermin sembari menepuk pelan spon ke wajahnya.

bukan spon buat nyuci piring plsz

Beberapa detik kemudian Azela keluar dari kamar dan berlari keluar rumah. “Bunda Azela pergi dulu ya!” teriaknya.

Setelah berhasil membuka pintu, sekarang ia sedang membuka pagar, dan berhasil juga. Di telusurinya jalanan depan rumah namun dia tidak melihat tanda-tanda sosok Kevandra di sana.

“Keva lagi sembunyi di got kali ya?” Azela menggaruk kepalanya sembari berjongkok di dekat got rumahnya.

“Dor!” Tiba-tiba seseorang muncul mengageti Azela dengan tangannya yang memegang kedua bahu milik Azela, kan enggak lucu kalo baru keluar dari rumah langsung cosplay jadi tikus.

Azela memegang dadanya, rasanya jantungnya hampir merosot ke usus.

“Hish Kakak! aku kaget.”

Sebuah tepukan mendarat di kepala Azela begitu saja.

“Hehe maaf ya.” Ucapan lelaki yang beberapa cm lebih tinggi dari Azela itu, Kevandra namanya.

“Maaf?” Azela menyipitkan matanya, mendekatkan wajahnya dengan wajah Keva.

“Kinderjoy dua.” Ucap Keva yang sudah tau apa yang dimaksud Azela.

Raut muka Azela berubah, senyumnya merekah, wajah Azela masih di dekatkan dengan wajah Keva, makannya sedetik setelah dia tersenyum..

Mendarat sebuah ciuman di pipi yang lebih tua. Pipi.

“Ayo berangkat!” Azela langsung berlari kearah mobil Keva, sedangkan Keva masih mematung di tempat, mencerna segala hal yang baru saja terjadi.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤ []

“BENTAR BUNDA, AZE MASIH PUK PUK BEDAK.” Teriak lelaki mungil bernama Azela yang sedang berdiri di depan cermin sembari menepuk pelan spon ke wajahnya.

bukan spon buat nyuci piring plsz

Beberapa detik kemudian Azela keluar dari kamar dan berlari keluar rumah. “Bunda Azela pergi dulu ya!” teriaknya.

Setelah berhasil membuka pintu, sekarang ia sedang membuka pagar, dan berhasil juga. Di telusurinya jalanan depan rumah namun dia tidak melihat tanda-tanda sosok Kevandra di sana.

“Keva lagi sembunyi di got kali ya?” Azela menggaruk kepalanya sembari berjongkok di dekat got rumahnya.

“Dor!” Tiba-tiba seseorang muncul mengageti Azela dengan tangannya yang memegang kedua bahu milik Azela, kan enggak lucu kalo baru keluar dari rumah langsung cosplay jadi tikus.

Azela memegang dadanya, rasanya jantungnya hampir merosot ke usus.

“Hish Kakak! aku kaget.”

Sebuah tepukan mendarat di kepala Azela begitu saja.

“Hehe maaf ya.” Ucapan lelaki yang beberapa cm lebih tinggi dari Azela itu, Kevandra namanya.

“Maaf?” Azela menyipitkan matanya, mendekatkan wajahnya dengan wajah Keva.

“Kinderjoy dua.” Ucap Keva yang sudah tau apa yang dimaksud Azela.

Raut muka Azela berubah, senyumnya merekah, wajah Azela masih di sekatkay dwngan wajah Keva, makannya sedetik setelah dia tersenyum..

Mendarat sebuah ciuman di pipi yang lebih tua. Pipi.

“Ayo berangkat!” Azela langsung berlari kearah mobil Keva, sedangkan Keva masih mematung di tempat, mencerna segala hal yang baru saja terjadi.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤ []

“BENTAR BUNDA, AZE MASIH PUK PUK BEDAK.” Teriak lelaki mungil bernama Azela yang sedang berdiri di depan cermin sembari menepuk pelan spon ke wajahnya.

bukan spon buat nyuci piring plsz

Beberapa detik kemudian Azela keluar dari kamar dan berlari keluar rumah. “Bunda Azela pergi dulu ya!” teriaknya.

Setelah berhasil membuka pintu, sekarang ia sedang membuka pagar, dan berhasil juga. Di telusurinya jalanan depan rumah namun dia tidak melihat tanda-tanda sosok Kevandra di sana.

“Keva lagi sembunyi di got kali ya?” Azela menggaruk kepalanya sembari berjongkok di dekat got rumahnya.

“Dor!” Tiba-tiba seseorang muncul mengageti Azela dengan tangannya yang memegang kedua bahu milik Azela, kan enggak lucu kalo baru keluar dari rumah langsung cosplay jadi tikus.

Azela memegang dadanya, rasanya jantungnya hampir merosot ke usus.

“Hish Kakak! aku kaget.”

Sebuah tepukan mendarat di kepala Azela begitu saja.

“Hehe maaf ya.” Ucapan lelaki yang beberapa cm lebih tinggi dari Azela itu, Kevandra namanya.

“Maaf?” Azela menyipitkan matanya, mendekatkan wajahnya dengan wajah Keva.

“Kinderjoy dua.” Ucap Keva yang sudah tau apa yang dimaksud Azela.

Raut muka Azela berubah, senyumnya merekah, wajah Azela masih di sekatkay dwngan wajah Keva, makannya sedetik setelah dia tersenyum..

Mendarat sebuah ciuman di pipi yang lebih tua. Pipi.

“Ayo berangkat!” Azela langsung berlari kearah mobil Keva, sedangkan Keva masih mematung di tempat, mencerna segala hal yang baru saja terjadi.

[]

musik terhenti, juga pergerakan lelaki di ruangan itu, mencibir kesal karena kegiatannya di hentikan.

“kak aku lagi latihan!” lelaki itu berucap kesal ke seseorang yang dipanggil kak olehnya tadi.

“tapi kamu belum istirahat dari tadi ji changmin.” si kak alias hyunjae yang sedang bersender di pintu menatap kearah changmin dengan wajah khawatirnya.

changmin menghentakkan kakinya lalu menjatuhkan badannya seperti anak kecil yang tidak mau diajak pulang dari taman bermain. “kak dikit lagi aja ya? abis ini istirahat deh.” ucapnya.

hyunjae menghembuskan nafasnya kasar, mau bagaimana lagi kekasih kecilnya yang bernama ji changmin ini memang keras kepala.

“yaudah aku disini ya, beneran bentar lagi aja ya?”

“siap kak!” tangannya bergerak berpose seperti hormat kepada bendera.

hyunjae mengusak rambut changmin yang basah karena keringat, tertawa bersama lalu duduk di pinggiran ruang latihan.

lagu mulai berputar di dalam ruangan, tubuh changmin mulai bergerak lincah.

indah. kata hyunjae changmin sekarang sangatlah indah, ekspresi seriusnya terlihat indah, segalanya tentang ji changmin terlihat indah di matanya.

betapa beruntungnya kan dirinya? memiliki kekasih se indah changmin.

terlalu lama melamun, sampai-sampai hyunjae tidak sadar jika musik sudah selesai dan changmin yang memanggil namanya.

tidak ada pilihan lain, changmin berjalan kearah hyunjae dan berjongkok didepannya, menempelkan ranum mereka.

dengan sekejap hyunjae sadar dari lamunannya. merasa sudah selesai dengan misinya, changmin melepas tautan mereka, namun hyunjae malah menarik changmin sehingga changmin ambruk dan ranum mereka bertemu kembali dan kini makin dalam.

tangan hyunjae bergerak masuk kedalam kaos yang dipakai changmin lalu mengelus pinggang mungil milik changmin, yang lebih muda makin lemas karena sentuhan hyunjae.

dan akhirnya mereka melepas tautan mereka karena pasokan oksigen yang menipis.

“kamu cantik.” ucap hyunjae setelah menatap mata changmin.

semburat merah muncul di kedua pipi changmin, tiba-tiba ia bergerak memeluk hyunjae dan menyembunyikan wajahnya.

hyunjae tertawa lalu membalas pelukan changmin. “tidur dulu ya, kamu juga butuh istirahat.” ucap hyunjae.

changmin mengangguk, lalu mereka pergi bertemu dengan kasur, memeluk tubuh satu sama lain sampai tenggelam kedalam mimpi masing-masing.


hari baru dan kembali lagi dengan changmin yang berlatih untuk lomba besok, juga dengan hyunjae yang selalu mengingatkan changmin untuk beristirahat.

“kak aku takut.” ucap changmin, posisi mereka saat ini sedang berpelukan di pinggiran ruang latihan.

“kamu kenapa takut? takut aku gigit?” balas hyunjae yang dihadiahi pukulan sayang di lengannya.

'“ih! bukan gitu.” changmin menatap julid kearah hyunjae. “aku takut ga bakal lolos.” tiba-tiba nada bicara si yang lebih muda menjadi sedih.

“hey, kamu udah bagus banget kayak gitu apa yang mau kamu takutin, kamu udah sempurna sayang.” hyunjae mengelus kepala changmin pelan, mendukung anak itu agar tidak berpikiran yang negatif.

“tapi-” ucapan changmin terpotong.

“ssst udah, kamu mau lanjut latihan atau istirahat?”

“boleh latihan ni?” tanya changmin, agak heran karena biasanya dia akan dipaksa beristirahat.

“ya kalo kamu mau.” dengan begitu changmin melompat lompat dengan senang dan menubrukkan dirinya ke tubuh hyunjae.

“aku janji gak bakal kecapean deh, oke oke?” ucap changmin dengan tawa diakhir.

hyunjae hanya tersenyum dan membalas pelukan changmin lalu keluar membiarkan changmin berlatih dengan tenang.


waktu berjalan dengan begitu cepat, hari h telah datang, changmin terlihat gugup, dia takut membuat kesalahan ataupun lupa.

“jangan takut, kamu pasti bisa.”

lantas changmin mendangakkan kepalanya, terlihat hyunjae tersenyum dan menyodorkan sebotol air minum.

diambilnya botol itu dan diminum.

“pikiran negatifnya di hilangin, yang penting kamu berusaha semampunya, menang kalah pikiran terakhir.” ucap hyunjae.

changmin mengangguk, kata-kata hyunjae menghilangkan sebagian rasa gugupnya, walaupun tidak semua.

dan sudah saatnya dirinya tampil, tidak lupa hyunjae memberikan sekilas ciuman penyemangat.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

“kak, aku tadi salah kak, kalo- kalo aku gak menang gimana?” changmin berucap dengan tangannya yang tidak bisa dibilang tenang.

hyunjae mencoba menenangkan changmin dengan memeluknya dan mengucapkan kata-kata penenang.

“hey tadi aku bilang apa, jangan berpikir negatif, toh kalo kamu gak masuk juara kamu tetep nomer satu buatku.” ucap hyunjae.

wajah changmin terlihat seperti hampir menangis, khawatir.

“you're perfect love, aku aja gak lihat salahmu dimana, jangan cemas ya? i love you, always.” lanjut hyunjae dan diakhiri dengan ia yang mengeratkan pelukannya dengan changmin.

“sayang kak je juga.”


dan benar apa kata hyunjae, changmin menduduki peringkat pertama pada malam itu.

keduanya merayakan kemenangan changmin hanya dengan mengitari kota dan kadang berhenti di pinggir hanya untuk mengatakan 'i love you' dan tertawa sembari menatap ke manik satu sama lain.

[]

musik terhenti, juga pergerakan lelaki di ruangan itu, mencibir kesal karena kegiatannya di hentikan.

“kak aku lagi latihan!” lelaki itu berucap kesal ke seseorang yang dipanggil kak olehnya tadi.

“tapi kamu belum istirahat dari tadi ji changmin.” si kak alias hyunjae yang sedang bersender di pintu menatap kearah changmin dengan wajah khawatirnya.

changmin menghentakkan kakinya lalu menjatuhkan badannya seperti anak kecil yang tidak mau diajak pulang dari taman bermain. “kak dikit lagi aja ya? abis ini istirahat deh.” ucapnya.

hyunjae menghembuskan nafasnya kasar, mau bagaimana lagi kekasih kecilnya yang bernama ji changmin ini memang keras kepala.

“yaudah aku disini ya, beneran bentar lagi aja ya?”

“siap kak!” tangannya bergerak berpose seperti hormat kepada bendera.

hyunjae mengusak rambut changmin yang basah karena keringat, tertawa bersama lalu duduk di pinggiran ruang latihan.

lagu mulai berputar di dalam ruangan, tubuh changmin mulai bergerak lincah.

indah. kata hyunjae changmin sekarang sangatlah indah, ekspresi seriusnya terlihat indah, segalanya tentang ji changmin terlihat indah di matanya.

betapa beruntungnya kan dirinya? memiliki kekasih se indah changmin.

terlalu lama melamun, sampai-sampai hyunjae tidak sadar jika musik sudah selesai dan changmin yang memanggil namanya.

tidak ada pilihan lain, changmin berjalan kearah hyunjae dan berjongkok didepannya, menempelkan ranum mereka.

dengan sekejap hyunjae sadar dari lamunannya. merasa sudah selesai dengan misinya, changmin melepas tautan mereka, namun hyunjae malah menarik changmin sehingga changmin ambruk dan ranum mereka bertemu kembali dan kini makin dalam.

tangan hyunjae bergerak masuk kedalam kaos yang dipakai changmin lalu mengelus pinggang mungil milik changmin, yang lebih muda makin lemas karena sentuhan hyunjae.

dan akhirnya mereka melepas tautan mereka karena pasokan oksigen yang menipis.

“kamu cantik.” ucap hyunjae setelah menatap mata changmin.

semburat merah muncul di kedua pipi changmin, tiba-tiba ia bergerak memeluk hyunjae dan menyembunyikan wajahnya.

hyunjae tertawa lalu membalas pelukan changmin. “tidur dulu ya, kamu juga butuh istirahat.” ucap hyunjae.

changmin mengangguk, lalu mereka pergi bertemu dengan kasur, memeluk tubuh satu sama lain sampai tenggelam kedalam mimpi masing-masing.


hari baru dan kembali lagi dengan changmin yang berlatih untuk lomba besok, juga dengan hyunjae yang selalu mengingatkan changmin untuk beristirahat.

“kak aku takut.” ucap changmin, posisi mereka saat ini sedang berpelukan di pinggiran ruang latihan.

“kamu kenapa takut? takut aku gigit?” balas hyunjae yang dihadiahi pukulan sayang di lengannya.

'“ih! bukan gitu.” changmin menatap julid kearah hyunjae. “aku takut ga bakal lolos.” tiba-tiba nada bicara si yang lebih muda menjadi sedih.

“hey, kamu udah bagus banget kayak gitu apa yang mau kamu takutin, kamu udah sempurna sayang.” hyunjae mengelus kepala changmin pelan, mendukung anak itu agar tidak berpikiran yang negatif.

“tapi-” ucapan changmin terpotong.

“ssst udah, kamu mau lanjut latihan atau istirahat?”

“boleh latihan ni?” tanya changmin, agak heran karena biasanya dia akan dipaksa beristirahat.

“ya kalo kamu mau.” dengan begitu changmin melompat lompat dengan senang dan menubrukkan dirinya ke tubuh hyunjae.

“aku janji gak bakal kecapean deh, oke oke?” ucap changmin dengan tawa diakhir.

hyunjae hanya tersenyum dan membalas pelukan changmin lalu keluar membiarkan changmin berlatih dengan tenang.


waktu berjalan dengan begitu cepat, hari h telah datang, changmin terlihat gugup, dia takut membuat kesalahan ataupun lupa.

“jangan takut, kamu pasti bisa.”

lantas changmin mendangakkan kepalanya, terlihat hyunjae tersenyum dan menyodorkan sebotol air minum.

diambilnya botol itu dan diminum.

“pikiran negatifnya di hilangin, yang penting kamu berusaha semampunya, menang kalah pikiran terakhir.” ucap hyunjae.

changmin mengangguk, kata-kata hyunjae menghilangkan sebagian rasa gugupnya, walaupun tidak semua.

dan sudah saatnya dirinya tampil, tidak lupa hyunjae memberikan sekilas ciuman penyemangat.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

“kak, aku tadi salah kak, kalo- kalo aku gak menang gimana?” changmin berucap dengan tangannya yang tidak bisa dibilang tenang.

hyunjae mencoba menenangkan changmin dengan memeluknya dan mengucapkan kata-kata penenang.

“hey tadi aku bilang apa, jangan berpikir negatif, toh kalo kamu gak masuk juara kamu tetep nomer satu buatku.” ucap hyunjae.

wajah changmin terlihat seperti hampir menangis, khawatir.

“you're perfect love, aku aja gak lihat salahmu dimana, jangan cemas ya? i love you, always.” lanjut hyunjae dan diakhiri dengan ia yang mengeratkan pelukannya dengan changmin.

“sayang kak je juga.”


dan benar apa kata hyunjae, changmin menduduki peringkat pertama pada malam itu.

keduanya merayakan kemenangan changmin hanya dengan mengitari kota dan kadang berhenti di pinggir hanya untuk mengatakan 'i love you' dan tertawa sembari menatap ke manik satu sama lain.

[]

cause you know what you're doing when you're coming back and I don't want to have another heart attack


our stories

“kak kamu lucu deh, untung pacarku hehe kalo gak aku dah culik kakak dari orang lain.” ucap si rambut hitam, sunwoo.

yang dipuji hanya bisa tertawa kecil dan tersenyum malu, masih belum terbiasa dengan kata – kata kekasihnya.

“udah ah, malu.” ucap si pemuda ji, ji changmin.

“ngapain sih malu ka memang kenyataan, kamu lucu!!” sunwoo kembali mengacak acak surai milik changmin yang tertata rapi.

ekspresi di wajah si yang lebih tua berubah menjadi marah, yang mana tetap terlihat menggemaskan di mata semua orang terutama sunwoo.

“heh! ini rambut tadi susah ngeraphinnya, enak aja kamu hambur – hamburin!” omel changmin.

sunwoo tertawa puas melihat reaksi kekasihnya, mencubit pipi gembil changmin lalu mempertemukan ranum mereka, hanya kecupan.

“maaf, tapi kamu tetep imut, tenang.” sunwoo tersenyum.

“banyak omong.” changmin menolehkan wajahnya guna menyembunyikan rona merah yang muncul di kedua pipinya.

sebenarnya apa yang dilakukan changmin tidak ada gunanya, telinganya yang memerah masih bisa dilihat.

“jangan malu sini ututu bayi.” sunwoo bergerak memeluk tubuh mungil changmin, fyi mereka sedang berada di rumah sunwoo. menonton drama atau mungkin drama yang menonton mereka.

changmin memutar bola matanya malas. “bayi? aku lebih tua dari kamu ya.” ucapnya dengan nada marahnya.

yang mana membuat sunwoo memekik gemas, tidak tahan dengan keimutan sang kekasih.

“aduh kak jantungku gak bisa nerima ini semua.” ucap sunwoo sembari memegangi dadanya.

tangan changmin bergerak memukul lengan sunwoo. “alay.” lalu keduanya tertawa.


duduk di balkon dengan secangkir susu dan biskuit yang menemani, pemuda ji itu sedang berkutik dengan laptopnya, tugas menumpuk karena sebentar lagi dia akan lulus dan menempuh pendidikan yang lebih tinggi.

ketika sedang asik mengetik tiba – tiba handphone nya berdering menampilkan nama sang kekasih.

“kenapa?” tanya changmin.

“kangen, tugas kakak masih banyak?” rengek sunwoo di sebrang sana.

“masih lumayan banyak, maaf ya huh, aku juga kangen.” changmin cemberut, dipikir pikir lagi dia sudah tiga hari tidak bertemu sunwoo.

“capek ya? mau dibeliin apa?” tanya sunwoo.

“cium.”

terdengar suara sunwoo menyemburkan air, mungkin terkejut akan perkataan changmin yang tiba tiba.

“aduh kak tolong dikasih peringatan dulu, kaget.” ucap sunwoo.

“kamunya yang ga ada persiapan, cepet kesini.” rengek changmin sembari menghentakkan kakinya.

“iya iya bayi gedeku.” ucap sunwoo lalu terdengar suara ciuman, yang mana pastinya sunwoo sedang mencium handphone nya.

“JIJIK.”


dug

sikut si pemuda ji terjatuh dari tangan kursi, terlalu lama melamun sepertinya.

kedua jarinya yang sedang mengapit rokok bergerak kearah mulutnya kembali, menghisap, buang, ambil, nyalakan, sampai semua rokok miliknya habis.

dirinya terlihat kacau, kantung mata yang terlihat jelas, rambutnya yang acak acakan.

tidak ada lagi susu dan biskuit yang menemani nya di balkon sekarang, hanya ada rokok dan secangkir kopi.

changmin menaikkan kedua kakinya di kursi tempat dia duduk, menaruh kepalanya di kedua lututnya, mencoba memikirkan jalan hidupnya kembali.

hidupnya hanyalah hitam putih tanpa seseorang yang mewarnai.

“dasar.” changmin mengangkat kepalanya mengahadap kearah langit malam yang penuh dengan bintang bersinar, lebih cerah dari hidupnya.

“kim sunwoo brengsek.” ucap changmin, memukuli kursi yang tidak tau apa apa, atau mungkin saksi bisu kehidupannya selama ini?

setelah changmin masuk ke kampus yang dia inginkan tiba – tiba sekolahnya yang lama banjir akan siswa baru yang ingin masuk dengan alasan ingin bertemu kim sunwoo.

dia berpikir, sejak kapan kekasihnya terkenal?

awalnya mereka biasa – biasa saja, namun semakin hari semakin banyak yang menyukai kekasih changmin.

sudah tidak bisa dihitung dengan jari.

juga tidak sedikit orang orang yang sering menawarkan sunwoo untuk menjadi model.

keduanya kebingungan akan semua ini, dan ternyata foto sunwoo dari menfess sekolah yang tersebar adalah penyebab nya.

“kamu kegantengan jadi banyak yang naksir.” ucap changmin, lengkungan kebawah terbentuk di bibirnya.

“kenapa sih, aku sukanya juga sama kamu doang.” ucap sunwoo saat itu.

bohong.

changmin tau cita – cita sunwoo adalah menjadi seorang penyanyi dan model ternama, namun dia tidak tau yang akan menjadi korban adalah hubungan keduanya.

sunwoo yang semakin terkenal membuat waktu berdua untuk mereka semakin berkurang, sebenarnya changmin masih oke dengan hal ini.

namun saat itu sunwoo datang tiba – tiba ke apartemen nya, meminta agar keduanya mengakhiri hubungan tiga tahun mereka.

lucu bukan? setelah lama tidak bertemu tiba – tiba datang membawa jarum yang menusuk perasaannya.

“kenapa?” tanya changmin dengan suara yang tidak bisa dibilang stabil, matanya sudah siap mengeluarkan air mata, dia takut kehilangan sunwoo saat itu.

“takutnya aku kena skandal kak!” ucap sunwoo dengan nada yang sedikit dinaikkan membuat changmin sedikit tersentak.

“kita kan bisa backstreet?”

“gak kak, gabisa.” jawab sunwoo.

“gabisa apanya? apa kamu udah ga ada rasa sama kakak ya?” tanya changmin, tangannya mencoba menggenggam tangan sunwoo namun sepertinya ditolak.

“bukan begitu-” ucapan sunwoo dipotong.

“pergi.”

“kak-”

“PERGI KIM SUNWOO!” teriak changmin, air matanya sudah lolos sedari tadi, meluncur turun di pipinya sampai menetes ke bawah.

sunwoo terkejut karena teriakan changmin, dengan cepat ia mendekap tubuh mungil itu sebagai salam perpisahan.

“maaf kak, maaf, aku janji akan kembali, boleh?” ucap sunwoo.

“bohong.” changmin memberontak di pelukan sunwoo, lelah.

dan dengan begitu sunwoo pergi keluar dari apartemennya juga dati hidupnya.

kenapa?

karena yang sekarang pemuda ji lihat adalah berita kim sunwoo yang berkencan dengan model terkenal lainnya.

ah, bakal kembali? pembohong.

apa changmin harus menjadi seseorang yang terkenal dan disegani banyak orang agar bisa berkencan dengan kim sunwoo?

diambilnya satu putung rokok yang tersisa lalu pergi keluar guna membeli kopi untuk dirinya.

ketika sesampainya dia di depan market dengan mulut yang tersumpal rokok yang sudah mulai habis dia tiba – tiba menabrak seseorang yang berpakaian serba hitam, agak seram.

niatnya ingin menghabiskan rokoknya agar dapat masuk kedalam market, namun rokoknya jatuh akibat tabrakan dari orang tadi.

sepertinya takdir tidak pernah berpihak kepadanya.

karena orang yang berada di depannya sekarang adalah kim sunwoo, lelaki yang dipikirkannya sedari tadi, lelaki yang sempat mengisi sebagian besar dari hidupnya, lelaki yang dulu mewarnai hari – harinya, dan juta lelaki yang menjatuhkannya dari puncak kebahagiaan.

“kak?” panggil orang itu alias sunwoo.

changmin tidak memperdulikannya, mencoba pergi memasuki supermarket.

namun tangannya ditahan, di tariknya dirinya kearah tempat yang lebih sepi.

“mau lo apa kim sunwoo?” tanya changmin, dirinya juga kesal.

“kak kamu kenapa kayak gini? tolong jaga diri..” ucap sunwoo memegang kedua bahu changmin dan menggoyangkan badan changmin.

“ngapain lo peduli? bukannya ada yang lebih harus lo peduliin? gue berantakan ya mau mau gue.”

sunwoo menghembuskan nafasnya kasar. “ya memang.”

“ya memang? haha berarti benar” batin changmin.

“tapi plis kamu jangan lupa jaga diri kak, aku khawatir.” lanjut sunwoo.

“kalo lo khawatir kemana aja selama ini?” tanya changmin, air matanya sudah mencoba berlomba keluar.

sunwoo terdiam tidak tau ingin menjawab apa, kemana saja dia selama ini?

“udah cukup kim sunwoo, gue capek, kita udah selesai jangan pernah kembali lagi, anggap aja kita ga pernah dekat.” final changmin sebelum pergi dari sana meninggalkan sunwoo dengan beribu penyesalan.

pada akhirnya tidak semua cerita yang diharapkan berakhir bahagia benar – benar berakhir bahagia.

seperti cerita sunwoo dan changmin.

matahari yang terik menembus jendela kantin, menyinari tempat dimana eric duduk, mungkin semesta suka kepadanya, namun tidak dengan eric.

sedikit risih dan kepanasan akan cahaya matahari di siang hari eric menggeser kursinya agar sedikit menghindari sinar matahari.

tapi eric malah terlihat sedang berpacaran, dengan sunwoo. bagaimana tidak? kursinya benar benar mepet dengan kursi yang diduduki oleh sunwoo, memeluk lengan sunwoo karena matahari tidak berhenti mengejar leher eric tuk disinari.

terlihat menggemaskan bukan? tapi sayang, mereka hanya sahabat.

tapi siswa siswi sekolah lebih menyukai jika mereka berpacaran, hey lihatlah sikap mereka sudah melebihi sikap pasangan romantis diluar sana.

kecuali ciuman ya.

tapi ciuman di pipi sudah biasa jangan ditanyakan lagi.

“nu! pindah tempat dong, panas.” bibrinya mengerucut, mengomel tidak jelas.

“gamauk, mending peluk gue.” balas sunwoo sembari menaik turunkan alisnya.

“JANGAN PACARAN DI SINI.” teriak ji chagmin, kakak kelas menyeramkan mereka berdua yang sedang duduk didepan mereka.

“dih siapa yang pacaran, gajelas iih.” ejek sunwoo dan eric bersamaan, tidak lupa tertawa renyah diakhir kalimat.

“duh, sumpah deh lo berdua dah kek orang pacaran, apa salah satu diantara kalian kagak ada yang jatuh hati?” tanya changmin.

pertanyaan ini terlalu mendadak, untuk eric yang sebenarnya menyukai sahabatnya sendiri sejak lama.

tapi apa sunwoo juga merasakan hal yang sama?

“loh kok diem, ngaku lo pada.” tanya changmin lagi.

“kepo wlek, mending urusin aja boneka jelek lo.” eric berdiri juga sunwoo lalu berlari meninggalkan changmin yang sudah tidak bisa menahan emosi.

“NAMANYA CHUCKY JANGAN DIPANGGIL JELEK, KALIAN JELEK.” teriak sang kakak kelas, tidak peduli keadaan sekitar.

sunwoo dan eric hanya tertawa, eric menoleh kearah sunwoo dan melihat senyuman sang sahabat yang benar benar candu untuknya.

“gateng ya gue?” ucap sunwoo tiba tiba.

sadar dari lamunannya, pipi eric sedikit memanas, tidak dia tidak boleh bersikap memalukan di depan sunwoo.

“apasih.” tangannya bergerak memukul lengan sunwoo, lalu keduanya tertawa kembali.

bagaimana bisa eric tidak menaruh hati ke sunwoo?


(skip lah anyink w bingung wkKakkak)


hari kelulusan, ada rasa senang dan juga sedih.

senang bisa melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi dan sedih karena akan berpisah dengan sang sahabat.

iya, tujuan eric dan sunwol berbeda yang membuat mereka sedikit sedih.

tapi katanya sih..

“gapapa! asalkan kita jangan lost contact, sama kalo bisa ketemuan biar ga serasa misah.”

apakah bisa? apa mereka bisa agar tidak putus kontak ke satu sama lain?

harusnya bisa karena eric akan melakukan hal yang gila hari ini.

menyatakan perasaannya.

tertawa senang berlari mencari sang sahabat yang mungkin akan menjadi kekasihnya setelah ini, namun siapa sangka, tawa eric luntur seketika ketika melihat pujaan hatinya sedang bermadu manja dengan orang lain.

atau mungkin hanya eric yang berpikir seprti itu?

diundur nya niat menyatakan perasaannya, tidak ingin mengganggu waktu emas sunwoo, dia pergi, menjauh dengan wajah datar.

mungkin eric terlalu cepat menyerah? nyatanya sunwoo hanya memeluk adik tingkatnya, yang juga saudaranya.


(maap😭😭)


dua bulan, dua bulan hidupnya hampa.

hidup eric hampa tanpa kabar sunwoo atau apapun itu, dia merindukan sunwoo, otaknya hanya terisi sunwoo sunwoo sunwoo dan sunwoo.

setiap malam dirinya selalu memikirkan kenapa dia tidak menyatakan perasaannya lebih cepat, kan sekarang dia menyesal takdir membuat mereka putus kontak selama ini.

ingin rasanya melawan takdir tapi apa dayanya? mengungkapkan perasaan saja takut, lemah.

eric berlari, menuju tempat yang mungkin ada changmin disana, dan benar dia menemukan kekasih lucu nya, sudah terlalu bucin.

“kak caminn ayo pulang.” teriak eric sembari berlari menuju changmin dan melemparkan dirinya ke badan yang lebih tua.

bukan takdir, eric malah terjatuh karena changmin yang memundurkan dirinya, menghindari sentuhan eric.

BRAK

“duh min, kasian anjir eric, jangan galak – galak lah.” ucap chanhee yang sedari tadi menonton kegaduhan sepasang kekasih didepannya lalu menolong eric yang masih berciuman dengan lantai.

“cani ayo sama gue..” changmin menarik narik lengan baju chanhee, memohon dengan imut.

“kak min~ ayo pulang.” ucap eric sembari berlutut mengahadap jearah changmin yang masih setia menempel di lengan chanhee.

“kak-”

“diem gak lo!” potong changmin, lalu lanjut memohon kepada chanhee lagi.

“itu kasian ericnya, lo pulang sama dia dah gue mau bermadu manja dengan mas sang.” chanhee mengambil tas nya dan tidak lupa menepuk dan mengusak rambut changmin lalu pergi meninggalkan kedua pasang kekasih yang sedang bertengkar.

changmin cemberut melihat punggung chanhee yang makin menjauh.

“kak.. ayok?” panggil eric sekali lagi.

changmin melirik eric sekilas lalu memitar bola matanya malas. “ck, ya.”

seketika eric berdiri dari posisi berlututnya menarik lengan changmin menuju motornya.

“mau jalan – jalan gak?” tanya eric.

“pulang aja gue capek.” ucap changmin singkat, eric meringis kecil mendengar ucapan dari changmin.

nyelekit.

yaudah deh mereka pulang dengan motor eric dan angin sepoi – sepoi yang menerpa wajah mereka, juga keheningan yang belum pecah.


“kakak mungil, kecil, lucu jangan ngambek dong.”

posisi mereka sekarang sudah berada di apartemen milik changmin, eric yang memeluk changmin dari belakang dan changmin yang tidak peduli sama sekali berjalan menuju kamarnya.

“kakk..” panggil eric sekali lagi, tidak akan menyerah sampai kekasihnya menjawab.

“apasih? tidur sana.” sekalinya menjawab, jutek.

mau nangis aja dipojokan boleh gak sih -eric

“jangan ngambek dong kak ya, sama adeknya sendiri jangan cemburu.” ucap eric, cemberut, melas.

chagmin membuang nafasnya kasar. “tapi dia juga mantan lo?????”

“udah mantan doang kok, ga cinta cintaan lagi.” eric masih memeluk changmin, menciumi leher jenjang sang kekasih.

changmin berdecih.

“udah sana keluar, gue mau ganti baju.” udah lo gue aja nih?

“kak..” panggil eric sekali lagi.

“gak.” changmin mendorong kekasih nya sampai keluar dari kamarnya lalu menutupnya dan tidak lupa juga dikunci.

bukan eric namanya kalo ga jail.

“yaudah ya kak aku pergi nih ya, kamu ngambekan sih.” ucap eric dengan kekehan kecil diakhir.

“ga duli.” jawab changmin.

“eric ciuman sama sunu ya?” ucap eric sekali lagi.

tidak ada jawaban dari dalam, yang mana sebenarnya changmin sudah panas dalam menahan isakan, dia akui kalau dirinya memang cengeng.

“oke eric pergi dulu ya, mau cari pacar baru.”

brak!

pintu terbuka- terbanting..? intinya changmin membuka pintu dengan kasar sampai sampai bukunya ada yang terjatuh.

saat pintu dibuka pemandangan yang pertamakali eric lihat adalah, changmin dengan mata sembab dan wajah basah akibat menangis, bibir melengkung kebawah dan tangannya yang meremat ujung baju.

“jangan pergi..”

tangan yang awalnya meremat ujung bajunya sendiri kini berpindah menarik ujung baju eric.

disuguhi pemandangan seperti ini siapa yang menolak? gila.

dipeluknya sang kekasih, menjatuhkan tubuh mereka keatas kasur, masih dengan posisi memeluk satu sama lain.

“jangan nangis, aku gak pergi kemana mana kok.” ucap eric kembali menenggelamkan kepalanya di ceruk leher changmin.

“jelek kalo becanda.”

“iya iya maaf, jangan ngambek lagi ya?”

hanya deheman yang terdengar setelah itu, keduanya menikmati waktu berdua.

“you smell so good.” ucap eric yang masih asik mendusel di leher kekasihnya.

“iyalah kan aku mandi, ga kek kamu hehe- AW! RIC?” ucap changmin dengan teriakan di akhir karena eric yang iseng menggigit lehernya, mungkin akan ada bekas setelahnya.

“jangan ngejek.” tangan eric bergerak mengangkat dagu milik changmin, mau tidak mau changmin menatap kearah manik eric.

“cium gak?” ejek eric.

“HIH.” changmin baru saja akan memalingkan wajahnya namun tengkuknya ditahan lalu bibirnya dikecup pelan.

“udah ya.”

“yaudah si sana pergi.”

mau sih ceritanya tapi MALU mintanya.

eric merubah posisinya menjad duduk lalu tiba – tiba mengungkung tubuh mungil changmin.

“hehe just kidding luv, i'm gonna ruin that pretty make up tonight.” bisik eric tepat di samping telinga changmin.

alhasil kepala changmin berubah warna seperti kepiting rebus, jantungnya? jangan ditanya lagi, hampir kabur.

“ERICCCC.” teriak changmin.

namun akhirnya mereka juga melakukannya, mau tau? samperin sendiri <3

pasti pernah kan kalian salah tangkap apa yang dibicarakan orang? pastinya kan?

hal itu baru saja terjadi pada pasusu manis kita ini.


dipagi hari yang cerah, rumah pasusu disana sudah dipenuhi keuwuan. tetangga dan tukang sayur sampai terheran – heran melihat semua moment yang disuguhi, iri.

“juyo! sarapan dulu..” ucap changmin yang sedang mencuci piring namun tangan besar suaminya melingkar di pinggangnya membuatnya tidak bisa bebas bergerak kesana kemari.

“sarapan sama aku dong.” ucap juyeon, meletakkan dagunya di bahu sempit milik changmin.

chagmin menghela nafas kasar, mematikan keran dan membalikkan badannya agar menghadap ke arah bayi besar yang menempel ke dirinya itu.

“iya iya ayok, dasar bayi gede.”

tangan juyeon ditarik, berjalan menuju ke arah meja makan.

“dimakan ya bayiku.” changmin menepuk nepuk pipi juyeon lalu memekik gemas, ngapain.

“bayi kok ngatain bayi.” lirih juyeon, benar bukan? benar.

“DIEM, MAKAN AJA SANA.”

yah.. sebenarnya rumah pasusu ini tidak di isi keuwuan saja, teriakan seperti tadi sering terdengar lalu diakhiri dengan tawa juyeon yang terdengar sangat puas mengerjai kesayangannya.


“aku berangkat dulu ya.” ucap juyeon sembari mengusap surai milik changmin, tidak lupa mencubit pelan pipinya.

“hati – hati ya!” balas changmin dengan senyumannya.

juyeon keluar dari rumah berjalan menuju mobil, membuka pintu mobil dan—

“juyo!” panggil changmin dari dalam rumah, berlari keluar menyusul dimana juyeon berada.

alhasil juyeon kembali membalikkan badannya menghadap kearah changmin. “kenapa?”

“ada yang ketinggalan.” ucap changmin, dijeda sebentar sembari merogoh saku di apronnya. “i—”

cup

ciuman mendarat di ranum changmin, si pelaku tersenyum lembut dan kembali mengacak acak rambut changmin.

“udah kan?” tanya juyeon.

“e-eh, m-makasih tapi yang ketinggalan itu ini..” changmin menunjukkan dompet yang dikeluarkan dari saku apronnya tadi.

tiba – tiba juyeon tertawa renyah, tangannya bergerak mengambil dompetnya.

“hehe maaf, kirain pengen cium sebelum berangkat, kan tadi juga belum. makasih.” ucap juyeon.

changmin mendengus. “udah sana pergi nanti telat.”

“dadah! masakin makanan yang enak ya nanti!”

dengan begitu mobil juyeon pergi dari perkarangan rumah mereka, melaju ke tempatnya bekerja.

changmin memegang bibirnya, tersenyum seperti orang gila lalu berlari masuk kedalam rumah, seperti remaja yang sedang jatuh cinta.