“YUHU~, MC ARKAN SUDAH PULANG!” Teriak Arkan di depan pintu masuk sambil menenteng totebag.
“minggir, gue mau lewat.” kata Wonwoo yang berada di belakangnya.
“tumben pulang bareng,” kata Johan yang sekarang sedang rebahan di sofa. Joshua sedang mandi sementara Juna mencari keberadaan Hao.
“gue turun di tanah abang, tiba-tiba ada yang nyolek, ternyata dia sambil nyengir enggak jelas,” kata Wonwoo sambil meletakkan bungkusan plastik di dapur.
“Nyokap gue bawain kita tumis kangkung.”
“Asyik! Lah, lo tumben naik kereta, biasanya juga naik mrt,” komen Hoshi yang duduk di karpet depan tv sambil makan ramyun. Lagi.
“gue mau nyoba naik kereta, lagi hemat__HEH SIAPA LU?!”
Dino yang sedang berjalan turun di tangga langsung kaget. siapa pula cowok ini, sebelas dua belas dengan yang tadi bantuin angkat koper, pikirnya.
“Anak baru yang nempatin kamar terakhir, temannya Vernon. Maba.” jawab Johan, padahal matanya sedang fokus pada adegan dimana sekelompok cowok mengejar 1 cewek.
“OH! Lo adek kelas yang sering bareng Vernon di taman obat ya?”
“Iya bang.”
Arkan langsung bertepuk tangan sendiri, membuat yang lain menatapnya bingung.
“ADEK BARU ALHAMDULILLAH!”
Dan Dino sekarang ingat, Arkan adalah seniornya saat SMA yang sering mengisi acara dengan nyanyian dan lawakannya.
“Lo kalo ada yang bingung, gue terbuka untuk segala pertanyaan, okay.” Kata Arkan sambil merangkul Dino.
Dino hanya tertawa canggung dan memilih duduk di sebelah Hoshi, kemudian mengambil toples emping di karpet. Sementara Arkan menuju kamarnya.
“WOY GUA MAU KE SUPERMARKET, ADA YANG DI TITIP ENGGAK?!” Sungguh Dino mulai berpikir penghuni kos kos an ini jelmaan toa.
“Berisik Junaidi. Japota yang honey butter.”
“Bang lo protes tapi ujung-ujungnya nitip juga.” Johan hanya terkekeh mendengarnya.
“Gue mau nori.”
“Teh kotak.”
“Won, kurang-kurangin minum teh kotak, enggak sehat.” Kata Eji yang bersiap berangkat ke kampus.
“Hosh, minjem motor ya,”
“Iya, EH! Isiin bensinnya sekalian!” Teriak Hoshi yang dibalas teriakan 'iya' dari Eji.
Setelah titip menitip yang diselingi teriakan dan omelan, Juna pun berangkat beli makanan, dengan Hao yang mengendari motor punya Joshua.
“Kalian gini tiap hari?” Tanya Dino.
“Iya, memang kenapa?”
“Hebat.”
Pantesan kata Sofia bang Vernon budeg kalo lagi di telfon, ini toh alasannya.
—
“Siapa namanya?”
“Gue lupa nanya, hehe.”
“Keburu ngamuk kan lo? Ngaku.”
“Hehe.”
Irwan langsung menyentil dahi adik semata wayangnya tersebut. “Lagian lo tuh jadi manusia jangan galak-galak. Heran gue cewek lo kok betah sih sama manusia kayak lu.”
Irwan segera berlari karena Eji sudah ancang-ancang akan memukul Irwan dengan map.
“SEKALI LAGI LO NGOMONG GITU GUE BOCORIN RAHASIA LO!”
Sudahlah, Irwan tidak mendengar teriakan Eji yang itu. Mari kita doakan saja semoga Irwan selalu sehat aamiin.
Perjalanan dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ke parkiran kampus lumayan jauh, Irwan sesekali menyapa adik tingkat atau petugas kampus yang lewat.
“Irwan!”
Irwan menengok dan melihat Naya yang berlari ke arahnya.
“Kenapa Nay?”
“Lo bawa motor enggak? Mau balik ke kosan kan? Nebeng ya? Bawaan gue banyak,” kata Naya sambil menunjukkan 2 totebag yang isinya sudah penuh dengan kostum.
“Boleh kok, sini gue bantu bawain.” Kata Irwan sambil mengambil kedua totebag yang dibawa Naya.
“Eh, satu aja Wan jangan semuanya,” baru saja Naya akan mengambil totebag satunya Irwan menghentikan pergerakan Naya dan mengusak rambut Naya.
“Gapapa Nay, kasian juga lo bawa berat kayak gini.” Kata Irwan kemudian tersenyum dan berjalan, meninggalkan Naya yang tidak tau harus bereaksi apa.
“Cocok lo punya nama Irwansyah, bisanya bikin ambyar anak orang!”
—
Arkan sedang menyiram tanaman ketika melihat Irwan yang membonceng Naya dan menurunkannya di depan kosannya.
Fyi, memang depan kos kos an mereka terdapat kos putri.
Arkan memasang wajah meledek ketika Irwan membuka pagar dan memarkirkan motornya. “Ekhm.”
“Apa?”
“Kak Intan mau dikemanain?”
“Di hati aku,” Jawab Irwan menggunakan suara yang di imut-imutkan.
“Dih! Di hiti iki, halah! Tapi pedekate sama kak Naya juga, kerdus kamu bang, kerdus.” Kata Arkan sambil menggunakan nada khas sinetron.
Irwan menepuk bahu Arkan, “cam kata-kata gue. Pedekate tuh sama banyak cewek, jadi lo punya banyak pilihan siapa yang paling cocok. Biar lo kalo bosen, calon selingkuhan banyak.”
“Enggak usah sok-sok an ngomong selingkuhan, lo sendiri masih stuck kan sama cinta pertama lo, ngaku.” Irwan hanya mem-pout bibirnya dan memilih meninggalkan Arkan.
Bisa habis dia di depan Arkan, anak itu pasti bakal terus mengungkit cinta pertamanya yang ... sudah membenci dia.
TBC