falling.

dari sekian banyak hal memalukan yang pernah terjadi pada jaemin, rasanya momen ini pantas berada di urutan nomor satu. ia tidak punya apapun atau siapapun untuk disalahkan saat ini, not even the universe. terpeleset di depan ketua himpunan jurusan yang juga merangkap sebagai orang yang kamu taksir adalah 100% kesalahannya sendiri.

“astaga jaemin, lo gapapa?!”

mark berteriak sepersekian detik setelah melihat dengan mata kepalanya momen pertemuan bokong jaemin dan lantai ruang sekre. pemuda itu bangkit dari tempatnya duduk dan berlari kecil ke arah jaemin yang masih berada di posisi terjatuhnya tepat di depan pintu.

“coba bangun pelan-pelan.” ujar mark sembari mengulurkan kedua tangannya. jaemin meraih uluran tangan tersebut, kepalanya tertunduk demi menghindari kontak mata dengan mark.

jaemin yakin bokongnya akan terasa sakit dalam beberapa menit, tapi saat ini, satu-satunya yang dapat ia rasakan adalah wajahnya yang memanas.

mark menuntun jaemin untuk duduk di sofa di salah satu sudut ruangan, satu tangannya masih menggenggam tangan jaemin.

“thanks, kak.” ujar jaemin, akhirnya memberanikan diri menatap mark.

“sakit nggak? bunyinya lumayan kenceng tadi...”

“belum terlalu sih. tapi sekarang gue malu banget...”

mark terkekeh kecil. “kenapa malu?”

“lo ngelihat detik-detik gue jatoh, anjir. malu banget.”

“yaelah, sama gue doang. tenang, nggak akan gue ceritain ke yang lain.”

justru karena elo yang lihat gue malu banget, batin jaemin.

“gue agak ngeri deh, takut tulang ekor lo kenapa-napa. gue coba cari balsem atau minyak apa gitu ya? biar nggak makin parah sakitnya.”

“eh, nggak usah, kak. ngerepotin.”

“santai aja.” mark berjalan menuju pintu, tapi sebelum keluar dari ruang sekre ia membalikkan badan.

“jaem?”

“ya?”

“lain kali hati-hati. kalau mau jatuh, jatuh cinta ke gue aja.”

sebelum jaemin sempat mencerna dan menjawab kalimat mark, pemuda itu telah menghilang di balik pintu, meninggalkan jaemin dengan bokong yang mulai nyeri dan mulut menganga.

apa katanya tadi?