Bisa bisanya senyuman mu lebih indah dari suara deru ombak pagi ini.
Pagi pagi buta, sepasang kekasih ini sedang sibuk menyiapkan pakaian dan peralatan piknik yang mereka butuhkan.
Oh iya, belum kenalan sama pasangan yang sangat dikenal masyarakat dunia maya. Gaharu dan Ishara, terkenal akan ketenarannya di sosial media. Pasangan ini semacam ullzang begitu.
Hari ini mereka memutuskan untuk berlibur ke pantai untuk melepas penat. Sesampainya mereka di pantai, banyak yang memanggil mereka karena memang se terkenal itu.
“Kak Hara! Kak Haru! Lagi liburan yaa?” Teriak seorang gadis dari jarak lumayan jauh.
“Iya nih, kamu jugaa?”
“Iyaa, sehat sehat terus yaa kak!!”
“Amin, kamu juga yaaa-!”
Hara dan Haru terkekeh melihat tingkah gadis itu. Hara membuka tikar nya di pinggir Pantai, Haru menyiapkan makanan. Hari ini bahagia sekali.
“Haru, ada yang sakit ga?” Tanya Hara kepada Haru.
“Engga, jangan tanya gitu ya? Kita lagi seneng seneng.”
“Tapi kan 3 hari lagi-“
“Sssttt. Diem.”
Hara diam seperti yang Haru perintahkan.
Tiga hari kedepan Haru akan menjalani suatu operasi yang mengharuskannya bersenang senang dulu sekarang sebelum tiga hari kedepan tidak bisa kemana mana. Haru meminta Hara menemaninya.
Pingsan, pendarahan dan batuk darah adalah makanan sehari hari Haru. Untungnya Hara adalah pacar yang sabar dan benar benar mencintai seorang Gaharu. Ya, mereka tinggal bersama di rumah kecil yang mereka beli bersama sejak lulus kuliah dulu.
Hara sebenarnya tidak ingin tinggal bersama dengan Haru karena takut merepotinya. Tapi Hara menyakinkan Haru untuk tinggal bersama karena hidup berdua mungkin akan lebih mudah. Saling jaga katanya. Tapi sekarang malah Haru yang merepotkan Hara, tapi itu bukan masalah besar untuk Hara.
“Hara, suara ombaknya indah kan?” Tanya Haru. “Tapi menurutku lebih indah senyumanmu deh Har ahaha.”
Hara hanya tersenyum melihat pacarnya ini. Haru orang yang kuat di mata Hara. Kuat sekali. Bahkan di masa sulitnya seperti ini dia masih tersenyum dan mengajak nya berkeliling. Tubuh Haru sebenarnya sudah tidak kuat lagi menahan semua ini, tapi dia berusaha sekuat tenaga tidak terlihat lemah agar Hara tidak terlalu khawatir.
“Hara gamau cerita apa apa ke aku? Di dengerin sambil tiduran di paha boleh?” Tanya Haru, Hara menerimanya dan mengusap surai kekasihnya yang sudah terbaring di pahanya.
“Emm, apa ya aku mau cerita tentang apa yaa.” Gumam Hara.
“Apa aja deh di dengerin.” “Tapi aku ngantuk, jadi dongengin ya?”
Hara bercerita tentang tempat kerjanya yang sangat padat dan dipenuhi banyak anak magang, kantin yang ada disana pun mempunyai banyak makanan. Dia ingin mengajak Haru kesana sesekali, dibalas senyuman oleh Haru dibawahnya.
Lama kelamaan Hara bercerita tentang kecerobohan Haru saat mereka baru saja jadi pasangan.
Kini suara ombak mendominasi di telinga Hara. Kekehan yang tadi dia terima mulai hilang, ternyata Haru sudah tertidur pulas di pahanya.
Hara tersenyum.
Sepersekian detik ada di pangkuannya, deru ombak semakin besar hingga menyentuh kakinya tanda akan pasang.
“Haru, bangun yuk. Ini udah tinggi lautnya kita pindah dulu.”
“…”
“Haru.” Kata Hara menggoyangkan badan Haru.
“Haru? Bangun bentar sayang.” Usap Hara pada pipi Haru. Masih tidak ada jawaban.
Tuhan haruskah begini? Ombak dan angin menjadi saksi kepergian kekasihku. Aku merasakannya tepat dipangkuan ku.
“Haru jangan bercanda gini ah.”
..
“Haru.” Hara mulai menangis merasakan tubuh Haru mendingin, wajahnya semakin pucat di pangkuannya.
“Haru udah pergi?” “Har, aku belum bilang selamat tinggal kok udah di tinggal?” Mungkin kedengarannya bercanda, tapi sekarang Hara sedang menangis sesak. Dadanya seperti dihantam peluru berkecepatan tinggi.
Hara masih dalam kegiatan menangisnya dipinggir pantai dan Haru yang terbaring lemas di pangkuannya. Kekasihnya pulang ke pelukan semesta tanpa ada kalimat selamat tinggal.
”Padahal sebelumnya kamu masih senyum di depan aku bahkan nyium kening ku. Aku bahkan ga nyangka itu terakhir kali aku ngeliat kamu dan ngerasain kecup kening mu. Selamat jalan Haru sayangku. Kamu bakal jadi cinta sehidup semati ku.” Bisik Hara yang bertabrakan dengan suara kicauan burung di tepi pantai.
Hara dipaksa semesta untuk ikhlas. Dia sama sekali belum menyiapkan diri dan mental untuk kepergian Haru. Walaupun sudah tau, tapi tetap saja dia tidak siap dan tidak akan pernah siap.
Pantai akan jadi saksi bisu seseorang telah kehilangan semesta nya.