Masklepond

Patbingsu

#Patbingsu

Patbingsu kali ini tanpa Angkasa, tapi aku di temani Dirgantara

“Dirgantara!” Panggil Angga kepada putra sulungnya yang sudah menginjak bangku Sma.

Dirgantara adalah anak yang baik, mirip sekali seperti ayahnya, Angga. Matanya berkilau seperti mata ibunya, Belvina. Di sekolah, Dirga adalah anak berprestasi dan memegang penyumbang piala akademik terbanyak di sekolahnya.

“Pa, tadi Dirga baru punya sahabat.” Ujarnya.

“Oh iya? Siapa namanya?”

“Angkasa.”

Mendengar nama itu Angga terdiam sejenak. Beberapa tahun lalu, dia punya kenangan bersama orang yang bernama 'Angkasa'. Bahkan hingga saat ini, Angga masih sering menemui nya walaupun sudah berbeda alam.

“Kalo papa tau nih, Angkasa bilang kalau arti namanya sama kaya aku. Sama sama langit.”

“Ahaha iya. Ini jadi pulang ga? Cerita di mobil aja yuk? Mama udah nungguin.”

“Oh sama mama? Pasti mau makan diluar kan abis ini?” Katanya sambil tersenyum lebar.

Dirga dan Angga menuju mobil yang diparkir tidak jauh dari gerbang sekolah. Terlihat Belvina yang duduk di depan bayangannya menembus kaca film jendela mobil.

“Eh jagoan mama udah pulang, laper ga sayang?” Ujar Vina sambil mengusap kepala anaknya tulus.

“Belum eh laper banget ma!”

“Oke kita jalan ya.”

Dalam perjalanan Angga diam, tidak seperti biasanya yang selalu membanyol setiap Dirga pulang sekolah. Mungkin dia sedang memikirkan nama 'Angkasa' gara gara Dirga menyebutnya tadi.

“Angga? Kenapa?” Tanya Vina mengusap lengan suaminya yang sedang menyetir.

“Gapapa kok. Eh Dirga mau makan apa?”

“Sebenernya Dirga ga terlalu laper sih, tapi kata Angkasa deket kampus papa ada restoran. Terus aku disuruh nyobain patbingsu disitu.” “Patbingsu itu apa pa?” Sambungnya.

Angga dan Vina lantas bertatap heran. Vina yang takut Angga terbawa suasana, sedangkan Angga yang tidak menyangka bisa bisanya anak itu tau restoran tua ini.

“Emang Dirga kalo diajakin makan patbingsu mau?” Tanya Angga, Vina menoleh ke Angga dan menggoyangkan kepala berkata 'jangan'

“Mauu, mau coba.”

“Itu kaya semacam es gitu, papa waktu kuliah suka banget. Oke papa bawa kesana ya. Tapi janji Dirga habisin.”

“Angga-” Vina menahan Angga.

“Gapapa vin, udah lama juga sejak itu gapernah makan patbingsu lagi.”

Dengan yakin Angga menancap gas nya ke restoran pojok kampus yang dimaksud Dirga. Tempat itu juga merupakan saksi bisu perjalanan cinta Angkasa dan Angga. Sungguh indah kalau diingat.

Saat memasuki restoran itu, pandangan Angga langsung menuju kursi pojok yang biasanya ada Angkasa menunggu Angga untuk makan patbingsu bersama saat pulang kuliah.

Angga menghela nafasnya berat, Vina yang melihatnya lantas mengusap punggung lelaki kesayangannya itu.

“Gausah diinget dulu ya?”

“Haha, gimana mau ga inget? Restorannya ga berubah sama sekali, Vin.”

Sibuk berbincang, tak disadari Dirga sudah menelusuri sudut sudut ruangan di restoran itu.

“Loh? Angkasa? Disini juga?” Kata Dirga yang membuat Angga dan Vina menoleh. “Pa! Ma! Sinii ini Angkasa sama orang tuanya.” Panggil Dirga.

“Hai.” Sahut seorang lelaki yang merupakan ayah dari Angkasa. “Gue Abimanyu, ayahnya Angkasa. Ini Meyra, ibu nya Angkasa. Mau bergabung sama kami?” Ajak nya.

Angga sedang berdiri terpaku di tempatnya. Dia seperti mengenali lelaki ini. Matanya bersinar seperti cahaya bulan, senyumnya seperti bunga yang bermekaran. Dia mirip sekali dengan Angkasa. Bahkan saat berdiri disini, serasa Angkasa ada di sekitarnya.

Dirga dan Angkasa sedang bercanda gurau disela sela makan mereka, Vina dan Meyra juga sedang berbincang masalah fashion akhir akhir ini. Menyisakan Angga dan Abimanyu yang belum memulai perbincangan sedari tadi.

“Anak lo ganteng.” Kata Angga memulai pembicaraan.

“Anak lo juga, cocok sama namanya, kok lo ada inisiatif namain Dirgantara?”

“Ada lah dulu story nya ahaha. Btw anak lo mirip sama lo nya.”

“Yaiya, liat matanya, senyumnya, perawakannya. Katanya sih buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Gue bersyukur masih dikasih idup sampe sekarang. Bisa punya Angkasa.”

“Oiya lo sendiri kenapa namain anak lo Angkasa?”

“Dulu ada orang yang nyelametin gue, namanya Angkasa. Dia udah gaada, udah lama banget. Dan gue mau ngenang dia dengan cara kaya gini.”

Angga terdiam, lalu menyeletuk...

“Angkasa yang lo maksud, Pond Angkasa?”

“Loh kok lo tau?”

Bahkan hal sebesar ini Angga tidak dia sadari waktu itu. Ternyata kepergian Angkasa yang bisa membuat Abimanyu hidup. Hingga saat ini.