Masklepond

Sekat

#Sekat

Kita adalah sekat, yang berusaha memangkas jarak.

Hari ini aku memutuskan untuk berhenti, melepaskan diri dari pemisah yang tidak akan pernah bisa hilang. Walaupun aku dan Finn sudah menjalin hubungan lebih dari 5 tahun, rasanya seperti ada beban di antara hubungan kami. Ayah juga sudah memberi nasehat semalam, ’Kamu tega emang liat dia ninggalin Tuhannya demi kamu?’

Baiklah, aku menyerah.

Aku mengajaknya pergi keluar jalan jalan sore, karena paginya Finn harus ke Gereja. Ya rutinitas mingguan, mungkin TMI tapi rumah Finn ada di sebelah rumahku. Hanya berbeda beberapa petak, takdir itu lucu ya kita dideketin, tapi dijauhin juga. Emang rencana semesta gaada yang bisa di duga.

<3

Author pov

Bella dengan santai jalan keluar rumah menuju ke rumah Finn yang hanya berbeda beberapa petak saja. Sudah seperti rumah sendiri Bella masuk kedalam rumah Finn, tidak lupa memberi salam kepada orang rumah.

“Assalamualaikum, Finn! Finn!”

“Shalom, eh Bella. Bentar ya mama panggilin Finn dulu.” Sahut seorang wanita dari dapur, mama Finn.

Mendengar ini saja Bella sudah ingin menyerah. Dia sudah mengalami ini dari dulu, 5 tahun lalu sampai sekarang. Tapi tidak terlalu ia gubris karena hanya Finn yang penting, terlepas dari keyakinan apa yang dia peluk.

“Iya ma, aku tunggu disini.”

Tak lama Finn pun turun ke bawah dengan mengenakan baju hitam polos dan celana panjang coklat. Tak lupa kalung salib di lehernya.

“Eh Bella? Kenapa sayang?” “Ma, tadi Finn pinjem alkitab buat tugas sekolah minggu. Udah aku kembaliin kok.”

Bella hanya tersenyum tipis melihat pacarnya yang berbincang dengan mama nya itu. Disini sudah terlihat kan? Jarak antara mereka sejauh apa?

“Kenapa sayang?” Tanya Finn sambil mengelus kepala Bella. Bella masih diam tidak bekutik sama sekali.

“Em.”

“Did i do something wrong, honey?”

“No you didn’t. Tapi kayanya aku yang bakal bikin kamu sakit.”

“Hah kenapa? Kamu gapernah tuh nyakitin aku?”

Bella. Bella Alshava, pemudi yang gemar menyimpan isi hati untuk diri sendiri. Kemana nyalinya yang tadi sudah dia kumpulkan? Bella malah mematung di depan kekasihnya.

“Kemaren Ayah bilang..”

“Bel, kita udah bicarain ini berkali kali.” “Gapapa.”

Bella? Sudah menahan tangis di depan Finn, mereka memang sudah sering membahas tentang hal seperti ini. Sering. Sering sekali.

”Finn nanti kalo nikah aku maunya kamu jadi imam ku.”

”Iya di usahain ya”

Pada saat itu mereka masih sangat egois, Bella ingin membawa Finn memeluk kepercayaan yang sama. Sebenarnya Finn juga tidak masalah jika harus berpindah pelukan kepada Tuhan yang lain, tapi disisi lain juga Finn ingin Bella ikut dengannya.

“Finn..”

“Hmm?”

“Udah ya? Gabisa aku lanjut terus kaya gini Finn.”

“Bel..”

“Aku butuh ada yang berdiri di depan aku waktu sholat, butuh yang bisa nemenin aku tadarus, butuh yang bisa ngucap adzan di anak ku nanti, kamu bisa Finn?” Kata bella sambil menangis.

“Kamu. Apa ga malu sama tukang parkir yang kapan hari negur kamu? Kenapa ga sholat? Sedangkan cewe nya lagi sholat? Terus kamu jawab ‘saya non pak’ akhirnya di cermahin juga kan sama bapaknya?” Sambung nya.

Bella benar benar sangat lelah di hubungan beda keyakinan seperti ini, bodohnya kenapa dia bisa bertahan sampai lima tahun ini.

“Bell tapi aku masih sayang banget sama kamu.”

“Finn. Aku juga sayang, banget. Tapi aku mencintai Tuhan ku dan kamu pun juga gitu. Selama ini sadar ga kita ngelawan hukum alam? Yang bahkan tercatat di kitab kita masing masing?”

“Iya bel ngerti.”

Finn menundukkan kepalanya.

“Bel, maafin aku.”

“Kamu ga salah. Disini gaada yang salah.” “Makasih finn udah nemenin aku ke masjid walaupun cuma sampe depan pintu.”

Kita adalah kenyataan, yang berangsur abu abu

*Kita adalah cinta, namun kita juga luka

Kita beda. Yang secara kebetulan memilih untuk bersama.

Aku mencintai Tuhan ku, kamu pun begitu.

Kita adalah beda. Yang sampi kapanpun tak akan bisa disatukan

xxpastelline