Masklepond

Teman

#Teman Hidup

Karena itu kamu, makanya aku mau

Talisha, mahasiswa kedokteran tahun terakhir yang sangat asik menjalani kuliahnya dengan santai. Pada dasarnya memang Talisha adalah anak yang pintar dan cerdas.

Dikelilingi teman teman yang pintar juga dan lingkungan yang baik membuat Talisha tumbuh menjadi mahasiswi berprestasi. Dia menyelesaikan kuliahnya hanya tiga setengah tahun, itu adalah percepatan. Dibanding teman temannya dia paling cepat menyelesaikan kuliah.

Karena dikenal dengan kepintaran dan kecantikannya Talisha pun di kejar lelaki dari berbagai jurusan. Tak ada satupun yang Talisha terima, karena memang bukan tipenya.

Tipe Talisha sendiri adalah manusia sempurna yang pendidikannya setara dengannya, tinggi, tampan dan yang pasti baik.

Dan kriteria tersebut hanya dimiliki oleh Dew seorang. Talisha tidak mengenal Dew sekarang. Bahkan nama itu tidak pernah dia dengar sebelumnya. . .. …

Pada saat coass Talisha mendapat di rumah sakit Pelita Bunda yang dimana itu lumayan jauh dari kampus dia belajar. Dia kebingungan mau naik apa karena dia tidak ada kendaraan.

Datanglah segerombol mahasiswa yang tinggi tinggi sekali menggunakan jas dokternya, Talisha yakin mereka mahasiswa yang akan coass juga. Karena Talisha tidak punya malu- maksudnya membuang rasa malu, dia pun memberanikan diri menghampiri mereka.

“Em misi, kalian mau coass juga?” Tanya nya.

“Eh lo Talisha kan?”

“Eh kok tau?”

“Ya tau lah, sapa yang ga kenal lo coba Tal, peraih ipk tersempurna dalam sejarah UNB haha.” Talisha mengangguk angguk saja.

“Kalian mau kemana?”

“Ke Harapan Rakyat.”

“Yah jauh ya dari Pelita Bunda.” “Okdeh ati ati ya gaiss!”

Terlihat seorang bersurai agak coklat dengan kakinya yang panjang menghampiri Talisha.

“Gue di Pelita Bunda.” “Mau bareng?” Ujarnya, Talisha bahkan tidak mengenal lelaki ini.

“Maaf, gue Dew.” Katanya sambil mengulurkan tangan.

“Hei? Jadi mau bareng ga?” Talisha masih melongo karena melihat wajah manusia didepannya ini. Sangat tampan. Tampan sekali.

“Eh?” “Jadi jadi, ga ngerepotinkan?”

“Engga sama sekali. Daripada lo naik angkutan umum selain lama entar lo bau asap.”

Talisha mengangguk saja, dia diajak masuk kedalam mobil sedan hitam yang cukup elegan. Ni orang hedon kayanya batin Talisha.

“Lo Talisha?” Tanya Dew sambil fokus menyetir. Talisha hanya menoleh pelan kearah Dew.

“Iya, eh belum kenalan ya, gue Talisha Shaquita.”

“Iya gue kenal.”

“Darimana?”

“Itu di baju lo ada namanya plis?” Kata Dew sambil menunjuk name tag Talisha, dia hanya tersenyum.

Mereka pun berbincang mulai dari kelakuan dosen, sampai kenapa mereka baru kenal sekarang padahal beberapa kali mengambil kelas yang sama.

Sampailah mereka di rumah sakit. Ternyata Dew dan Talisha sama sama di tempatkan di IGD. Talisha dan Dew pun berbincang lagi tentang anatomi pasien yang tadi masuk ke IGD hingga larut malam.

“Ini yang jaga ganti ga si?” Tanya Talisha.

“Iya sih harusnya. Eh itu dia, BRO!” Panggil Dew.

“Yoi pulang aja Dew gantian gue disini.”

Dew mengajak Talisha beranjak dari tempat duduknya. Dew hendak mengajaknya makan malam walaupun ini sudah larut, dari tadi mereka hanya sempat minum air putih dan ener gen saja. Dew juga sangat kelaparan.

“Tal, pulang nya gimana lo?” Tanya Dew basa basi sebelum mengajaknya makan.

“Naik bisa mungkin.”

“Sama gue aja,”

“Tapi entar muter lo jauh ke kos gue Dew. Ngerepotin lo lagi deh.”

“Kalo di repotin sama lo mah gue dengan senang hati Tal hahaha.” “Tapi makan dulu ya? Gue laper banget nih masa lo ga laper sih tal?” Sambungnya.

“Laper sih, yaudah deh ayok.” Dew yang mendengar jawaban singkat Talisha pun tersenyum ria.

Talisha jalan di depan Dew dengan rambut yang tidak di ikat tapi di bando. Dia terlihat sangat cantik walaupun sudah larut seperti ini. Dew sangat terpesona, tidak salah mama nya memilih Talisha.

“Talisha, abis ini pulang ya? Lo udah keliatan capek banget. Entar kalo mau tidur di mobil tidur aja.” Tanpa ada rasa curiga Talisha mengangguk saja.

Talisha terlelap di kursi penumpang sebelah kiri Dew. Menggunakan masker nya dan bando yang masih terpaut di kepalanya. Dew yang menyaksikan ini lagi lagi berdetak kencang.

“Talisha bangun udah sampe nih.”

“Loh? Kok lo tau kos gue?”

“Ya tau ada lah.”

. .. …

Sekian hari mereka semakin dekat. Antar jemput kampus dan koas adalah hal yang sangat biasa sekarang. Tapi tak lama lagi mereka libur koas dan pastinya akan panjang sekali.

Talisha memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya yang berada agak jauh dari sini. Dew yang mengetahui itu pun ingin mengantar Talisha, Talisha pun bingung mengapa Dew sangat ingin mengantarnya padahal mereka baru beberapa bulan lalu bertemu.

“Ayolah Tal, aku pengen anter kamuu.”

Pake aku kamu soalnya Talisha kurang nyaman sama gue lo pas udah deket

“Kenapa si Dew, kamu kan gaada hubungannya juga sama aku. Ngapain nganterin segala, jauh tau.”

“Kalo itu kamu, mau sejauh samudra hindia pun aku rela Talishaa.” “Pokoknya aku mau anter.”

“Iya iya okay, udah ijin mama?”

“Udah dong.” “Yey berangkatt.”

Dalam perjalanan menuju rumah Talisha, Dew menyetel lagu kasmaran seolah Dew mengisyaratkan sesuatu. Menoleh terus ke arah Talisha disela kegiatan menyetirnya.

“Ngapain sih?”

“Apanya?”

“Itu dari tadi ngeliatin?”

“Engga ih sapa?”

Mereka juga bercanda gurau sambil memandangi jalanan ramai di depan dan samping mereka.

Sampailah mereka di rumah Talisha. Disini Talisha mulai heran, daritadi Dew tidak menyalakan maps yang Talisha beri, bisa bisanya dia sampai disini dan di titik yang tepat.

“Dew, kamu cenayang?”

“Hah?”

“No forget it.”

Mama Talisha menyambut mereka dengan semangat. Bukannya memeluk Talisha pertama, malah mama Talisha menuju Dew.

“Dew! Udah lama ya? Mami kangen banget.”

hah? Mami? Dew adek tiri gue? batin Talisha.

“Bu anaknya disini bu.” “Lagian mama kenal Dew darimana coba? Kan baru ketemu udah mami kangen mami kangen.”

“Loh Dew? Gadikasih tau?” Tanya mama Talisha yang mendapat gelengan dari Dew.

Talisha pun diajak masuk oleh mamanya, Dew juga. Dew menceritakan bagaimana mama nya bertemu dengannya.

Mama Dew ternyata teman SD mama Talisha. Saat mama Dew melihat Talisha, dia bergerak untuk mengenalkan anaknya. Ya semacam dijodohkan, tapi belum ada waktu. Dew sendiri sudah tau Talisha, tapi Talisha belum mengenal Dew pada saat itu.

Saat Dew melihat Talisha sendirian dulu, dia mengambil kesempatan itu untuk lebih dekat dengan Talisha. Dew juga berusaha merubah dirinya saat dia sadar akan mendekati manusia mendekati sempurna seperti Talisha. Dia terus belajar agar nilai ipk nya tidak jauh jauh dengan Talisha, meruba style, menata rambut dan menjaga pola makan. Mama Dew saja sampai kaget anaknya bisa tiba tiba menata diri. Ya tidak lain karena Talisha

Lalu mama Talisha menceritakan semuanya kepada Talisha. Kaget, itu ekspresi Talisha pertama kali. Jadi selama ini Dew diam diam memperhatikan Talisha dari jauh? Talisha malu juga kalau tau ada manusia se sempurna Dew menyukainya.

“Tapi emang kamu mau nikah sama aku?”

“Kalo itu kamu aku ga pikir dua kali Tal.”

“Udah ya? Weton kalian juga udah cocok. Tinggal pasang terop aja ini. Mama pengen cepet cepet punya cucu.”

“Mama apaan sih ahaha.”

“Manggil Dew jangan kamu dong Talisha, mas gitu.”

Talisha menatap Dew ragu, masa iya dia memanggil teman yang akan menjadi pendamping hidupya ini mas? Apa ga geli dia?

“Gapapa Talisha.” Ujar Dew.

“Ok mas.”

Yaallah aku mleyot. Batin Dew, darahnya terpompa ke pipi sehingga membuat pipinya bengkak menjadi merah.

. ..

“Saya terima nikahnya Talisha Saquita binti Siti Jumairah dengan seperangkat alat sholat dan mahar yang disebutkan dibayar tunai.” Kata Dew hari ini.

“Sah?”

“SAH!!!”

Mereka menikah di umur yang terbilang masih lumayan muda, tapi mereka berusaha untuk lebih dewasa kedepannya.

“Mas.”

“Iya dek.”

“Aa lucu banget ga sih kita tiba tiba nikah?”

“Kan aku bilang, kalo itu kamu aku ga pikir dua kali.”

Talisha dan Dew pun terkekeh dengan percakapannya barusan. Duduk di pelaminan seperti ini rasanya agak menganjal karena dilihat banyak orang, tapi mereka pun bahagia ternyata orang terdekat nya adalah teman hidupnya.

xxpastelline