Masklepond

Unconditionally

#Unconditionally

Keenan, mahasiswa berdarah separuh Canada ini merupakan siswa paling populer di SMA nya. Bahkan namanya dikenal oleh siswa di luar sekolah karena dia juga sering muncul di acara acara besar antar SMA, selaku ketua osis.

Mengikuti banyak Olimpiade demi mengejar snmptn nya.

Tapi Keenan punya satu kekurangan. Dia mempunyai gangguan mental yang biasa disebut post traumatic stress disorder atau ptsd. Kejadian masa lalu yang dia alami membuatnya seperti ini. Ibu nya yang keras bertemu lelaki yang keras juga, terjadilah kekerasan pada rumah tangga. Ayah nya sering memaki Keenan tidak ada ampun. Walaupun dia merupakan siswa yang hampir mendekati sempurna, dia sering kesepian, menyalahkan diri sendiri, tidak dapat mengontrol emosi dan sebagiannya.

Karna ini juga Keenan tidak pernah ingin mendekati siapapun. Dia takut melukai orang yang terlanjur sayang pada Keenan.

Keenan melewati koridor sekolah menuju ruang osis yang berada di ujung gedung sekolah. Rapat adalah tujuannya kesana hari ini. Tapi tiba tiba langkahnya terhenti di dekat lapangan basket yang disana ada beberapa siswa sedang bermain.

Para siswi yang duduk di seberang lapangan melihat Keenan berhenti berjalan lalu berteriak,

“Kak Keenan mau kemanaa?!”

“Rapat.” Jawabnya singkat, tapi entah kenapa siswi tersebut teriak melihat Keenan yang hanya mengucapkan kata ‘Rapat’

Sekarang matanya tertuju pada salah satu pemain bertubuh agak pendek dan berambut kecoklatan, dia tampan saat berkeringat. Keenan ingin sekali menyeka keringat di leher pemain itu. Bukan apa apa, Keenan hanya ingin melihat wajahnya lebih dekat saja.

“Nan woy! Bengong aja sih lo? Katanya mau rapat?” Pemain tersebut melontarkan percakapan kepada Keenan dan menghampirinya.

“Iya dan, abis ini. Lagi basketan?”

“Engga. Lagi nari jaipong.” “Jangan osis mulu kali Nan, olahraga gitu.”

“Gamau ah entar gue keringetan malah banyak yang liatin gue risih.”

“Sapa bilang? Yang boleh liat lo keringetan gue doang.” Katanya sambil ber smirk ria.

Keenan? Hanya bisa menahan malu dengan perkataan pemain itu barusan.

Zaidan. Manusia usil di kehidupan Keenan yang tidak ada habisnya menggangu Keenan hingga Keenan berdecak kesal. Tapi anehnya Keenan nyaman nyaman saja kalau berada di dekat Zaidan.

Zaidan cukup ramah kepada Keenan, pastinya ramah kepada semua orang. Jadi Keenan tidak terlalu menggubris apa yang dikatakan Zaidan kepadanya, karena Keenan anggap itu lelucon saja.

“Yaudah gue rapat dulu, Dan.”

“Iya, selese rapat jam? Gue ajakin main basket di rumah gue. Gaada penolakan ya nan.”

“Haha iya deh, jam 4 sore kayanya udah selese.”

“Ok gue tunggu di parkiran.”

___

Waktu sudah menunjukkan jam 4 sore Zaidan sedang menunggu Keenan seperti yang sudah mereka bicarakan tadi. Tapi Keenan belum juga terlihat batang hidung nya. Zaidan agak kesal, temannya ini kenapa lama sekali.

Keenan pun muncul dengan muka agak serius, berjalan menuju Zaidan dengan langkah panjang.

“Zi, kayanya gue gajadi main.” “Gue ga mood.”

Zaidan berdecak kesal, bagaimana bisa Keenan membatalkan rencananya padahal Zaidan sudah menunggu lama.

“Ayo lah nan, gue mau main sama lo. Ayo dong.” Mohon Zaidan pada Keenan. Sambil menarik seragamnya.

“Zi apan si jan tarik tarik, gue ga mood. Paham ga?” Kata Keenan agak menekan. Keenan paling benci kalau ada orang yang memaksa apalagi sambil menarik.

“Moodyan lo, Nan.”

“Emang. Gausah ngomong sama gue kalo gitu. Gue moodyan.”

Zaidan dibuat kaget dengn jawaban Keenan. Dia kan bermaksud bercanda tapi Keenan membawa nya serius. Sekarang Zaidan merasa bersalah.

“Lepasin gue.” Tarik Keenan dari genggaman Zaidan.

“Nan.” “Maaf, gue ga bermaksud.”

Zaidan lupa kalau Keenan ini seorang ptsd. Zaidan tau karena Keenan pernah tidak sengaja bercerita setelah ketahuan ada bekas sayatan di tangannya.

“Mau gue anter pulang?” Tawar Zaidan.

“Gausah gue pulang sendiri.” “Jangan ngikutin.”

“Ok gue diem.”

___

Sampai di rumah, Keenan merebahkan tubuhnya di kasur lalu menatap langit langit kamarnya, sambil menghela nafas berat.

“Lo kenapa kumat sekarang, Kee?” “Gue padahal tadi udah berangan angan mau liat Zaidan dari deket.”

Lalu Keenan mendudukan dirinya dan mengambil ponselnya.

“Halo? Zaidan?”

”Iya kenapa Nan?”

“Bisa kerumah ga?”

”Otw nan”

Maksud Keenan memanggil Zaidan adalah ingin minta maaf atas kejadian yang dia lakukan tadi sore. Terdengar suara motor di depan rumahnya, hari ini ibu jya tidak ada dirumah, mungkin sedang sibuk berselingkuh ria.

“Nan lo kenapa tiba tiba manggil gue malem malem gini?”

“Gak gue mau minta maaf doang, soal yang tadi.” Kata Keenan.

Zaidan hanya menghela nafas dan meletakkan tangannya di pinggang.

“Gapapa nan, gue yang salah.”

“Gue yang egois tiba tiba ngebatalin rencana.”

“Gak nan.” “Malah gue makasih karna gajadi main kita.”

Keenan mendongakkan kepalanya bingung.

“Hah?”

“Yaa tadi gue maunya bilang sesuatu.”

“Sesuatu apaan zi?”

“Gue suka sama lo.”

Keenan kaget bukan main. Bisa bisanya anak ini confess duluan sebelum dirinya. Perasaannya ia tahan karena takut Zaidan risih, tapi ternyata selama ini mereka saling suka.

“Tapi zi gue..”

“Udahlah Nan, gue juga tau kalo lo suka sama gue.” “Dari mata lo aja gue udah ngeh kalo lo pengen lebih dari temen sama gue, kan?”

“Tapi gue gabisa..” “Gue kaya gini mana ada sih yang mau sayang sama gue selain didasari rasa kasian? Kalo lo kasian sama gue mending gausah gini, Zi.”

“Gue gabisa kontrol emosi, sering egois, gabisa jaga diri sendiri. Pastinya gue bakal ga becus jaga orang lain juga.”

“Ga nan. Terlepas dari apapun yang ada di diri lo, gue pure sayang banget sama lo.” Jelas Zaidan menyakin kan Keenan

Zaidan tampan serius, memegang tangan Keenan dengan erat, menunggu lawan bicaranya percaya lewat sentuhan.

“Zi,”

“Hmm?”

“Tiduran disini.” Kata Keenan menepuk pahanya. Lantas diberi reaksi cepat oleh Zaidan.

“Gue juga suka sama lo.” Kata Keenan sambil tersenyum. “Gue gaberani ngungkapin kana gue kira lo gabakal nerima gue apa adanya, Zi.”

“No, Keenan gue tuh suka sama lo sayang sama lo pastinya bakal ada konsekuensinya kan? Tapi karna itu lo, gue berani ambil resiko.”

I love you unconditionally, Nan.” “Gapeduli lo kaya apa, lo bakal gimana, gue bakal tetep suka setiap inci dari lo dan setiap detik dalam kehidupan lo, gue pengen ambil bagian.”

“Duh kok maruk lo ya?”

Zaidan menduduk kan dirinya dan menatap Keenan dalam.

“Nan, if you need me i will always on your side okay.”

xxpastelline