[YoshiKyu] Perkara Baju
Yoshinori dibuat bingung dengan tingkah aneh Junkyu seharian ini.
Ya. Aneh.
Sebab Junkyu yang biasanya akan sibuk berceloteh apa saja tanpa henti sepanjang waktu dari membuka mata hingga terlelap mendadak diam seribu bahasa. Dia bungkam persis orang mogok bicara.
Semua orang sudah menggugah, bahkan Jihoon yang selalu menjahilinya ikut mundur tak berani menganggu.
Tapi Junkyu memasang raut muram dan menebarkan aura suram. Pokoknya membuat member-member sudah memilih mundur hingga malas mendekat dengan visual killer mereka.
Yoshinori mencoba jadi satu-satunya prajurit pemberani. Apa sih yang tidak untuk kekasih manisnya. Jangankan mendekati kandang singa tidur, bertaruh nyawapun akan diberikan Yoshinori kalau diminta.
“Kyu?” panggilnya pelan. Junkyu masih tak menyahut.
Kembali mendekat, Yoshinori berhasil menepuk pundak si manis pelan.
“Hm?” gumam tak minat menjadi sahutan. Yoshinori makin tak tega.
“Ada masalah? Sini cerita.” Yoshinori mengambil duduk rapat disebelah Junkyu. Mendapati kekasihnya kembali menggeleng, Yoshinori memilih untuk merengkuh dalam dekapan.
Mengelus punggung Junkyu agar ia merasa nyaman. Junkyu membalas dekapan tak kalah erat, menikmati aroma parfum Yoshinori.
Helaan napas terdengar cukup panjang mengisi hening. Yoshinori tak bertanya, Junkyu juga tetap tak mau bersuara.
Dalam kamar itu mereka menikmati sunyi. Hanya ada suara napas dan degub jantung. Sesekali gesekan jari-jari Yoshinori dengan serat kain pakaian yang dikenakan Junkyu.
“Yoshi aku-“ kelanjutan kalimat Junkyu tertahan. Dia tidak bisa melanjutkan karena atensi beralih pada denting notifikasi diponselnya.
Satu detik berikutnya, Junkyu berteriak heboh. Dia mengecup pipi Yoshinori sambil menggumamkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada lelaki tersebut.
Yoshinori tentu kembali heran dengan kelakuan Junkyu. Tadi lemas tak berdaya, sekarang ribut kelebihan energi.
“Aku sayang Yoshi banyak-banyak.” Junkyu membaringkan tubuhnya dikasur sambil berguling-guling dengan binar bahagia.
Pemuda Jepang hanya bisa mengusap wajahnya pelan. Antara menahan gemas dan tak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan kekasihnya.
“Oke. Sebenarnya kau kenapa Junkyu?” Yoshinori akhirnya bertanya frontal. Dia malas disuruh berpikir, apalagi menghadapi pribadi tidak tertebak seperti Junkyu.
“Ini loh, diskon baju.”
“HAH!?”
Yoshinori refleks menaikkan suaranya. Jelas, siapa yang tidak dongkol dengan jawaban itu. Dia sudah dibuat khawatir tapi yang dikhawatirkan malah tenang-tenang saja.
Junkyu turun dari kasur mendekati Yoshinori. Pemuda Kim menunjukkan pengumuman di layar ponselnya.
“Kau tahu baju limited yang aku mau dari bulan lalu?” tanya Junkyu dan Yoshinori mengangguk. Dia jelas tahu cerita keinginan kekasihnya itu.
“Tadi pagi mereka membuat pengumuman kalau baju itu tidak akan direlease lagi. Tapi untuk 100 orang pertama yang mendaftar akan dapat diskon baju limited berikutnya dan free bonus.” Jelas Junkyu sambil tersenyum lebar.
Ingatkan Yoshinori untuk tidak memukul Junkyu saat ini. Karena jujur dia benar-benar sebal sekali dipermainkan begini.
Tarikan napas Yoshinori diambil sebagai langkah pencegahan untuk tidak melampiaskan amarah pada Junkyu.
“Lalu kau seharian murung karena itu?” tanya Yoshinori dan Junkyu mengangguk santai.
“Dan sekarang juga kau senang karena itu?” lagi-lagi pertanyaan Yoshinori dibalas anggukan oleh Junkyu.
Yoshinori menyandarkan punggungnya ke kursi di kamar Junkyu. Mencoba melemaskan otot tubuhnya yang dibuat tegang setengah hidup karena takut Junkyu kenapa-kenapa. Namun ternyata hanya bad mood masalah baju.
“Yoshi bantu pilih dong.” Junkyu menggulir gambar-gambar baju diponsel. Yoshinori menatap tak minat.
“Pilih sesukamu saja.”
Junkyu memajukan bibirnya tak suka karena Yoshinori nampak tak peduli dengan kesenangannya.
“Yoshi jahat! Aku hanya minta bantu pilih baju tapi malah marah begitu. Memang aku salah apa?”
Oh Yoshinori ingin membenturkan kepalanya ke dinding hingga pingsan agar dia lupa perbuatan uring-uringan kekasihnya yang sudah embuatnya cemas sepanjang hari.
“Tidak. Tidak ada salah. Aku tak tahu makanya lebih baik kau pilih sesukamu.” Yoshinori membiasakan nada bicaranya. Tidak sedingin tadi tapi masih tak menoleh ke arah Junkyu.
“Tuh, marah. Masa bicara tidak lihat aku.” Balas Junkyu sambil memelintir ujung bajunya.
“Kim Junkyu. Sayang. Terserah. Silahkan pilih sendiri.” Yoshinori berkata dalam tempo lambat yang ditekan tiap penggalannya.
“Tuh, marah. Masa bicaranya sindir-sindir begitu.” Junkyu kembali mencebikkan bibirnya. Kali ini disertai hentakkan kaki.
“Astaga, terserahmu Kim Junkyu! Kau bebas pilih apapun!”
Yoshinori tak sengaja menaikkan nada bicaranya. Dia tak sadar kalau membentak Junkyu. Sebab dia benar-benar dibuat kesal dengan tingkah laku Junkyu dari tadi.
Pemuda Jepang itu memang sabar, tapi kalau dibuat kesal dia juga bisa emosi. Apalagi ini menyangkut orang terkasihnya.
HIks –isakan meluncur dari sosok indah.
“Yoshi marah sekali ya? Maafkan Junkyu.” Junkyu menutup wajahnya yang memerah menahan tangis.
Pertahanan Yoshinori runtuh mendengarnya. Niat mengabaikan kekasihnya jadi senjata makan tuan. Dia tidak mungkin melanjutkan amarahnya jika Junkyu sudah menangis begini.
“Tidak Sayang. Kyu, maaf ya membentakmu. Aku hanya kesal karena seharian mengkhawatirkanmu.” Yoshinori menarik Junkyu mendekat dan membawanya dalam pelukkan.
“Memang aku kenapa?” Junkyu bertanya dengan raut polos dan berdosa.
“Kau murung tidak cerewet seperti biasa. Aku pikir kau sedang dapat masalah serius. Ternyata hanya menunggu diskon baju.” Ungkap Yoshinori.
Sekarang ganti Junkyu yang menaikkan nada suaranya emosi. Dia tidak terima dengan pemikiran sepihak Yoshinori.
“Ini bukan masalah menunggu diskon ya! Ini masalah kebagian stok baju limited atau tidak! Aku sudah coba semua akun tapi tidak berhasil juga. Tapi pakai akunmu baru bisa! Makanya aku sesenang itu karena lewat akunmu aku bisa dapat baju limited!”
Junkyu bicara dengan nada tinggi dan satu tarikan napas. Yoshinori yang berposisi rapper sampai dibuat diam mendengar ocehan berkecepatan ekstrem dari kekasihnya.
“Napas Kyu. Tarik napas.”
“Hump!”
Yoshinori akhirnya paham kenapa kekasihnya serandom itu, karena memang dia sudah banyak usaha tapi tidak berhasil. Ada rasa bangga dalam hati Yoshinori kala Junkyu ternyata melibatkannya dalam segala sisi.
“Ya sudah, sini aku bantu pilih bajunya.” Yoshinori sudah akan mengambil ponsel Junkyu tapi ditepis sang pemilik.
“Tidak mau! Aku bisa pilih sendiri.”
Bibir itu dimajukan lucu sambil menggembungkan pipinya tanda protes.
“Itu pakai akunku kan?”
Junkyu masih diam tanda merajuk ketika dicolek pipinya oleh Yoshinori. Tapi bukan Yoshinori namanya kalau tidak hapal dengan segala bentuk pribadi Junkyu.
“Aku yang bayar deh.”
Setelah mendengar penawaran itu barulah Junkyu menoleh dengan penuh harap, “Tiga setel dengan model berbeda ya?”
Yoshinori hanya bisa mengangguk pasrah mengiyakan keinginan sang kekasih ketika dihadiahi ciuman oleh Junkyu sambil mengucap bahwa dia sayang sekali kepadanya.
Lihat, Junkyu memang selalu tidak bisa ditebak kelakuannya dan hal itu pula yang membuat Yoshinori semakin tenggelam dalam lautan cintanya pada pemuda itu.
.
.
.
The End.