[HyunWoo] Just Two of Us
Siang yang cerah, Eunwoo menyeruput kopinya lagi. Tangannya beralih untuk mengambil buku. Sambil menunggu lebih baik dia menambah wawasannya dengan buku yang sudah direkomendasikan seorang staff kepadanya.
Ya, Eunwoo menunggu kedatangan teman circlenya. Hari ini kawan-kawannya –geng 97line akan berkumpul. Berhubung Eunwoo yang paling dekat dengan lokasi titik temu mereka, jadilah dia tiba lebih awal.
Tak lama ponsel bergetar tanda telpon masuk dari Mingyu. Kawannya bilang dia agak sedikit telat karena harus mampir mengantarkan manajernya. Eunwoo menjawab singkat sebagai permakluman. Mobil hitam tiba-tiba menutupi jendela disamping tempat duduk Eunwoo. Menghalanginya menatap keluar café.
Keluarlah sosok bermasker dari mobil mahal. Kaos putih sederhana, jaket jeans yang ditenteng juga topi yang dibenahi membalut tubuh Jaehyun sambil berjalan masuk dalam café. Ya, Eunwoo hapal betul itu style pakaian Jaehyun yang paling santai.
“Sudah lama?” tanya Jaehyun melepas topi dan duduk di depan Eunwoo. Yang ditanya hanya menggeleng. Karena kenyataannya memang dia belum lama menunggu.
“Aku bahkan belum baca satu bab, kau sudah datang duluan.” Candanya memasukkan kembali buku dalam tasnya.
“Mingyu bilang dia terlambat.” Eunwoo menyampaikan berita ketika Jaehyun meminum milkshakenya.
“Tumben?” tanya Jaehyun heran. Biasanya Mingyu sosok yang paling rajin dan tepat waktu diantara mereka semua.
“Mengantarkan manajer katanya.” Jaehyun mengangguk singkat setelahnya. “Kau? Kesini sendiri?”
Eunwoo mengangguk, “Aku ikut manajer tadi. Sekalian mengantar Moonbin berangkat syuting.”
“Oh, drama baru lagi?”
“Eum. Web drama sih. Tapi aku tak tahu jelasnya, Moonbin main rahasia sekarang.”
Eunwoo sedikit mencebikkan bibir tanda kesal. Membuat Jaehyun meloloskan tawa ringan.
“Kau sendiri tidak memberi tahu ending dramamu kemarin, terima saja. Mungkin dia balas dendam?” Kemudian keduanya tertawa mengisi sepi.
Jaehyun bersiul begitu temannya yang lain datang di pintu masuk. Ada Jungkook dan Yugyeom datang berbarengan.
“Yo. Berangkat sekarang?” tanya Yugyeom ketika sudah melakukan tos pada Jaehyun dan Eunwoo.
“Mingyu belum datang. Tunggu sebentar lagi.” Balas Eunwoo. Yugyeom mengangguk dan duduk disebelah Jaehyun.
“Kau diet lagi ya Eunwoo? Comebackmu sudah lewat kan?” komentar Yugyeom setelah memperhatikan Eunwoo dari dekat.
“Tidak. Aku malah sedang banyak makan. Aku setirus itu ya?” Yugyeom dan Jaehyun mengangguk tanpa sadar bersamaan.
“Padahal aku sudah makan banyak.” Nada bicaranya cukup pelan tapi masih bisa didengar dua orang lainnya.
“Tenang, hari ini kita pesta daging. Kau akan langsung gemuk!” Yugyeom berujar ceria. Eunwoo tersenyum menanggapinya. Jaehyun hanya diam. Dia tahu, ada yang disembunyikan Eunwoo.
Jaehyun tidak mau tanya saat ini. Nanti saja kalau ada kesempatan berdua lagi dengan Eunwoo. Dia akan ajak bicara empat mata.
“Jaehyun, kau bawa mobil?” tanya Jungkook yang datang dengan pesanannya juga pesanan Yugyeom. Jaehyun mengangguk menunjuk samping jendela.
“Kalian bawa mobil?” Eunwoo bertanya. Yugyeom mengangguk dan Jungkook menggeleng.
“Aku diantar Taehyung-hyung tadi. Berarti tinggal menunggu Mingyu ya?” Jungkook bertanya kemudian duduk disamping Eunwoo yang dijawab anggukan oleh kawan-kawannya.
“Ngomong-ngomong, Villa yang kau pesan ada berapa kamar?” tanya Yugyeom pada Jungkook. Jaehyun dan Eunwoo juga menatapnya penasaran.
“Total 4 kamar. Dua kamar suite diluar dekat kolam renang, dua kamar single di main villa. Kalian mau menginap atau tidak? Kalau iya, biar aku request untuk buka kamarnya semua.” Jungkook menyerahkan ponselnya yang berisi detil pemesanan Villa pada Yugyeom.
“Aku sih terserah. Kalau menginap, aku bisa minum alkohol.” Yugyeom berpendapat kemudian menyerahkan ponsel Jungkook ke Jaehyun.
“Aku juga tidak keberatan menginap. Aku masih free hingga lusa.” Jaehyun menyodorkan ponsel Jungkook ke Eunwoo.
Eunwoo nampak berpikir cukup lama setelah melihat gambar Villa yang sudah dipesan Jungkook. Dia ingin menginap, tapi punya janji penting besok.
“Kalau kalian menginap, aku tidak ikut. Besok ada janji. Maaf ya.” Eunwoo meringis meminta permakluman sambil mengembalikan ponsel Jungkook.
Yugyeom sudah berceloteh panjang karena berpikir keputusan Eunwoo tidak seru. Makan daging barbeque itu enaknya malam-malam sambil ditemani alcohol.
“Sejujurnya aku juga tidak bisa, sudah ada janji dengan Taehyung-hyung. Jadi aku hanya memesan untuk acara makan-makan kita saja. Tengah malam aku dijemput lagi.” Jungkook juga menyampaikan alasannya.
“Ah, susah kalau punya teman sudah punya pemilik begini. Kalian tidak bebas.” Komentar Yugyeom yang diam-diam disetujui oleh Jaehyun.
“Memang harusnya ada Mingyu untuk membuat keputusan final.” Celetuk Eunwoo setelah mereka selesai tertawa.
“Oh ya, tanya dia saja. Apapun jawaban Mingyu semua wajib ikut? Bagaimana?” usul Yugyeom.
“Tapi-“ Eunwoo dan Jungkook ingin menolak bersamaan.
“Eitss tidak ada tapi-tapian. Kalau nanti hasilnya menginap, kalian menginap saja. Kau bisa minta Taehyung-hyung menginap juga daripada dia menjemputmu tengah malam. Dan Eunwoo, tenang saja. Besok pagi kau sudah kami kembalikan.”
Mendengar Yugyeom sampai memikirkan solusi begitu, akhirnya Jungkook dan Eunwoo mengangguk setuju. Mereka juga sudah lama tidak bermain dan mengobrol satu sama lain. Tidak akan cukup jika memanfaatkan waktu makan malam hanya sebentar.
Tiba-tiba sosok yang menjadi bahan perbincangan dan penentu keputusan datang dengan terengah.
“Maaf-maaf, mobil manajerku tiba-tiba mogok, aku harus–“
“Menginap atau tidak?”
Belum sempat Mingyu selesai bicara, dia sudah ditodong pertanyaan dari Yugyeom. Alis Mingyu tertaut bingung kala melihat teman-temannya yang lain hanya menatapnya lama.
“Eung –menginap?” Mingyu menjawab dengan ragu. Lalu ke empat orang disana segera bangkit dari duduknya.
“Yo, kau memang temanku paling pengertian.” Yugyeom sudah merangkul Mingyu yang masih clueless.
“Hah? Memang kenapa? Hei, jelaskan dulu.” Mingyu digiring Yugyeom untuk keluar menuju mobilnya tanpa mengidahkan protes dari sang kawan.
“Jungkook, aku dan Eunwoo yang beli daging dan camilan ya?” tiba-tiba Jaehyun bersuara dibelakang Eunwoo dan Jungkook yang berjalan beriringan.
Jungkook mengangguk perlahan, “Kalau begitu aku ikut mobil Yugyeom. Alamatnya sudah aku kirim di grup.” Jaehyun hanya bergumam sebagai balasan.
“Beli daging dan minuman yang banyak. Tahu sendiri kita punya monster daging dan monster alcohol.” Lanjut Jungkook sambil menunjuk dua orang yang sudah masuk dalam mobil Yugyeom.
Akhirnya setelah mobil Yugyeom benar-benar menghilang dari pandangan, barulah Jaehyun dan Eunwoo masuk mobil.
“Kau mau belanja dimana?” tanya Jaehyun ketika mesin mobil dinyalakan. Eunwoo mendengung tanda berpikir sambil memasukkan alamat Villa.
“Kalau belanja di Supermarket kau mau?”
“Boleh. Ada yang dekat atau searah Villa?”
Eunwoo tidak menjawab, dia malah asik melihat-lihat peta digital pada layar mobil Jaehyun.
“Eum… Jaehyun mau memutar lewat Tol tidak?”
Kernyitan heran muncul di kening Jaehyun.
“Kenapa?”
“Kita belanja di Rest Area saja bagaimana?”
Oh. Jaehyun paham maksud terselubung Eunwoo. Dia lalu mengangguk patuh mengiyakan permintaan kawannya.
“Yang penting jangan kalap beli kulinernya.” Peringat Jaehyun dan Eunwoo mengangguk cepat seperti anak anjing yang kegirangan.
“Siap Komandan.”
Lalu mobil Jaehyun melaju mencari rute perjalanan jauh dari rute awal yang ditunjukkan program digital. Biarlah, yang penting kawannya senang Jaehyun jadi tenang.
.
.
.
Jaehyun dan Eunwoo banyak mengobrol sepanjang perjalanan mereka. Hanya sedikit yang tahu kalau mereka itu sebenarnya sangat cocok dalam banyak hal. Topik pembicaraan dan pandangan permasalahan juga selalu imbang.
Makanya tak jarang keduanya sering berbagi curahan hati atau sekadar bertukar pendapat. Keduanya saling nyaman satu sama lain. Karena ya memang, mereka se-nyambung itu.
“Lalu, kau ambil perannya?” tanya Jaehyun begitu mobil mereka menepi masuk jalur khusus menuju Rest Area. Keduanya sedang bahas project pribadi masing-masing.
“Tidak. Manajer melarangku karena sudah terlalu banyak ambil bagian drama musim ini. Aku disuruh istirahat dulu. Makanya sekarang Moonbin yang banyak tawaran drama.”
“Ya bagus. Kau terlalu memforsir dirimu sendiri. Lihat pipimu, sampai tirus sekali.” Jaehyun mencubit pipi Eunwoo sambil satu tangan lainnya mengatur kemudi untuk parkir.
Eunwoo mau protes tapi melihat Jaehyun yang fokus menyetir dengan satu tangan membuatnya terpesona sesaat. Apakah Jaehyun memang bisa seseksi ini ya? Dia baru sadar.
“Tapi benar kata Yugyeom, hari ini kita pesta daging. Jadi kau juga harus makan yang banyak oke?” Jaehyun mengusak rambut Eunwoo ketika mobil sudah benar-benar terparkir sempurna.
Eunwoo bisa merasakan pipinya memanas, dia mengangguk pelan sebagai peralihan.
“Ayo. Hari ini kau boleh coba makan apa saja di stan makanan, aku yang traktir.” Jaehyun lebih dulu turun dari mobil, Eunwoo mengikuti dengan malu-malu.
.
.
.
Jaehyun kembali ke stan makanan setelah meletakkan seluruh belanjaan mereka dalam mobil. Menghampiri Eunwoo yang diam ditengah-tengah food court sambil menatap serius ponselnya.
Tepukan halus di pundak, Eunwoo membuatnya cepat-cepat menghapus airmatanya. Lalu segera memasang senyum kepada Jaehyun. Pemuda Jung memang melihat airmata sempat jatuh, tapi dia tidak mau bertanya jika Eunwoo sendiri tak mau bicara.
“Sudah memesan?” tanya Jaehyun yang dijawab gelengan. Raut sumringah dan semangat Eunwoo menguap hilang.
“Aku bingung, kau saja yang pilih Jaehyun. Aku ke toilet dulu.” Tanpa menunggu reaksi Jaehyun, Eunwoo langsung meninggalkannya.
Sedangkan yang ditinggalkan hanya mengepalkan tangannya menahan emosi karena kawan terbaiknya dibuat menangis. Lagi.
Menarik napas, Jaehyun akhirnya memilih untuk membelikan roti kukus, sosis panggang dan teh hangat untuk mereka berdua.
Sepuluh menit kemudian, Eunwoo masuk dalam mobil Jaehyun dengan mata memerah sembab. Jaehyun yang melihat sampai tertegun.
“T-terimakasih Jaehyun.” Suara Eunwoo pelan dan bercampur getar ketika mengambil teh hangat yang dibelikan Jaehyun.
“Tidak jalan?” tanya Eunwoo heran. Jaehyun menggeleng, “Kau habiskan dulu tehnya baru kita jalan.”
Nada bicara Jaehyun lembut. Membuat Eunwoo kembali menggigit bibir. Dia cukup sensitif hari ini bahkan mendengar nada lembut saja ingin membuatnya kembali menangis.
Melihat sosok disampingnya menahan tangis, Jaehyun mengambil cup tehnya. Lalu mencondongkan tubuhnya untuk memeluk Eunwoo.
“Menangis saja, sepuasmu. Anggap aku tidak ada oke?” ujar Jaehyun yang kini menepuk pelan punggung Eunwoo.
Detik berikutnya, tangis Eunwoo meledak bersama raungan-raungan kesakitan. Meracau macam-macam dengan menyalahkan diri sekaligus mempertanyakan keputusan orang terkasihnya.
“Aku salah apa Jaehyun? Kenapa dia tega?” Jaehyun tetap diam mendengarkan. Karena dia paham, Eunwoo butuh menyalurkan seluruh emosinya bukan menerima saran.
“Aku sudah mencoba jadi kekasih yang baik untuknya. Aku bahkan tak keberatan harus merahasiakannya dari member dan agensiku. Tapi kenapa dia sejahat ini padaku?” Eunwoo sudah tidak menangis heboh seperti tadi. Kini dia sedang marah-marah sendiri.
Jaehyun maklum dengan perubahan mood Eunwoo karena begitulah fase yang akan dialami semua orang yang sedang putus hubungan atau patah hati. Menangis menyalahkan diri kemudian marah-marah kepada orang lain. Apa saja, yang penting emosi tersalurkan.
“Kau lanjutkan ceritanya sambil jalan ya?” tawar Jaehyun. Eunwoo mengangguk dalam dekapan Jaehyun.
“Maaf, bajumu jadi basah.” Ucap Eunwoo setelah pelukan mereka terlepas. Jaehyun menggeleng tak masalah.
“Jaehyun.” Panggil Eunwoo ketika mobil masuk ke jalur tol lagi. Jaehyun menggumam sebagai balasan.
“Keberatan tidak kita mampir ke pantai sebentar?” pinta Eunwoo. Jaehyun hanya mendengung bingung.
“Kalau kau tidak mau, kita langsung ke Villa saja.” Eunwoo langsung menyanggah omongannya sendiri, sebab sadar jika dirinya sudah banyak merepotkan Jaehyun.
“Boleh saja.” Jawaban itu terlontar dari Jaehyun yang langsung mengambil arah lurus bukan memutar balik. “Kau kabari yang lain saja kalau kita kembali sore.”
Anggukan Eunwoo membuat Jaehyun menambah kecepatan mobilnya dijalur kosong.
.
.
“Jaehyun, terimakasih banyak.” Kata Eunwoo pelan setelah tiba di pantai. Kini mereka berdua sedang memandang ombak sambil bersandar punggung di kap depan mobil Jaehyun.
“Untuk?”
“Untuk semuanya hari ini. Kau sudah melihat aku dalam titik terbawah.”
Jaehyun tanya terkekeh sebagai balasan. Menampilkan lesung pipi yang tersembunyi. Eunwoo tersihir kembali melihatnya. Jaehyun memang tampan, ditambah pamer cacat wajah indah itu malah membuatnya semakin bersinar.
“Apapun untukmu, Eunwoo. Tak usah dipikirkan begitulah. Sudah tugas teman menghibur temannya.”
Jawaban ringan Jaehyun lantas melunturkan senyum Eunwoo. Membawa Eunwoo kembali tersadar akan sekat dan batas dirinya dengan Jaehyun hanyalah sebagai teman.
“Kau benar. Terimakasih sudah menjadi temanku, Jung Jaehyun.” Eunwoo menyodorkan kepalan tangannya yang langsung dibalas Jaehyun dengan menubrukkan kepalan tangannya juga. Menceloskan hati Eunwoo yang baru saja remuk.
“Ayo ke Villa, kasihan mereka menunggu lama.” Ajak Eunwoo setelah puas melegakan hatinya melihat lautan yang tak terbatas.
Sebelum masuk mobil Eunwoo kembali bicara disertai ringisan, “Jaehyun, rahasiakan dari yang lain kalau aku menangis seperti tadi oke?”
Jaehyun mengangguk sambil tertawa, “Iya, aibmu terlalu banyak untuk aku buka hari ini Eunwoo-ya.”
Padahal tanpa Eunwoo minta sekalipun, Jaehyun akan tutup rapat semuanya. Apalagi moment berdua dengan Eunwoo. Mana mau dia bagi-bagi dengan temannya yang lain. Khusus untuknya saja.
.
.
.
Acara kumpul makan malam geng pria tampan kelahiran tahun 97 itu berakhir dengan mereka semua yang menghabiskan banyak daging sapi barbeque juga alcohol.
Mereka sedang bermain game sambil terus minum soju atau beer. Memaksa yang kalah untuk terus minum sampai teler.
Sebut saja Mingyu dan Jaehyun adalah dua makhluk beruntung diantara mereka semua. Selain karena punya daya ketahanan minum yang lumayan, mereka diberkahi keberuntungan tinggi sehingga selalu menang game. Membuat mereka berdua masih sadar dibanding tiga orang lain yang sudah meracau.
“Satu kali lagi. Terakhir.” Yugyeom berucap dengan mata sayu bersamaan dengan masuknya Taehyung kedalam pesta mereka.
“Ah kekasihku sudah datang. Hyung~” Jungkook merentangkan tangannya meminta peluk pada Taehyung.
Taehyung langsung menyambut Jungkook masuk dalam dekapan dan menggendongnya.
“Kau tidak jadi menginap Hyung?” tanya Jaehyun. Taehyung menggeleng, “Kalau aku menginap yang ada tidak jadi pergi. Ya sudah, nikmati malam kalian.”
Setelah kepergian Taehyung-Jungkook, mereka kembali melanjutkan permainan. Entah memang hari ini sialnya untuk Eunwoo atau memang dia sengaja mengalah. Akhirnya gelas-gelas berisi campuran soju dan beer disodorkan kepadanya.
Minum tiga gelas sudah membuat Eunwoo hampir pass-out. Jaehyun merebut gelas terakhir dan meminumnya hingga tandas. Bersamaan dengan kepala Eunwoo yang dia tangkap karena jatuh tertidur.
Permainan disudahi dengan mereka semua yang kembali ke kamar yang sudah ditentukan. Jaehyun menggendong Eunwoo menuju kamar suite di luar main villa.
“Um? Inyeop-hyung?” igau Eunwoo ketika Jaehyun membaringkannya di kasur. Jaehyun akan menarik diri tapi Eunwoo malah menahan tengkuknya agar tetap mendekat.
“Sentuh aku Hyung. Maaf kalau aku tidak bisa memberikan kemarin, sekarang semuanya punyamu. Miliki aku malam ini, Hyung~”
Jaehyun terkejut mendengar perkataan dari alam bawah sadar Eunwoo. Melihat Jaehyun yang tidak memberinya respon apapun. Eunwoo mengecup bibirnya.
“Hyung marah? Maafkan Eunwoo ya? Eum?” Eunwoo berkata dengan nada gemas. Jaehyun berusaha keras mempertahankan kesadarannya agar tidak menyerang Eunwoo.
“Iya, aku maafkan. Sekarang tidur ya?” Jaehyun mengikuti alur dengan berpura-pura sebagai Hwang Inyeop –mantan kekasih Eunwoo yang tadi memutuskannya.
“Eum tidak mau. Eunwoo mau ehem-ehem dengan Hyung.” Rengekan manja itu membuat Jaehyun mengusap wajahnya frustasi.
“Sekarang tidak usah ya, Eunwoo harus istirahat.” Jaehyun mencoba melepas tautan lengan Eunwoo dari lehernya. Eunwoo memajukan bibirnya tanda kesal kemauannya tidak dituruti.
“Padahal Eunwoo sekarang maunya coba ehem-ehem dengan Hyung seperti film yang terakhir kita tonton.” Kata-kata polos Eunwoo terlontar sambil mendorong tubuh Jaehyun untuk sama-sama terbaring di kasur.
Jaehyun yang tiba-tiba ditindih Eunwoo tentu panik bukan main. Apalagi Eunwoo sudah melepas kaos lengan panjangnya. Menampilkan tubuh ramping terbentuk Eunwoo.
Jakun Jaehyun naik turun menelan ludah susah payah. Imannya menuju goyah jika dihadapkan dengan Eunwoo sedang menggoda.
Eunwoo yang duduk diatas perut berotot Jaehyun menggesek perlahan. Membuat Jaehyun memejamkan matanya sambil mengumpat dalam hati.
“Inyeop-hyung bilang suka posisi ini kan? Eunwoo mau coba Hyung. Ayo bantu Eunwoo.” Ucap Eunwoo yang kini sudah melepas garmen terakhirnya. Jaehyun dibuat tak berkutik melihat Eunwoo tanpa busana diatasnya.
Hwang Inyeop keparat sekaligus genius. Jaehyun memaki dan mensyukuri secara bersamaan kepada pria yang tadi siang berhasil membuat Eunwoo menangis sejadi-jadinya. Bisa-bisanya dia memasuki pikiran Eunwoo hingga bawah sadar dan membuatnya sebinal ini. Jaehyun harus mencontohnya.
“Hyung, Eunwoo buka ya?”
Karena asik meruntuki orang lain dalam kepalanya, Jaehyun bahkan tak sadar Eunwoo sudah berada diantara pahanya. Mencoba membuka resleting celananya untuk membebaskan kejantanannya yang entah sejak kapan menjadi tegak.
“Ti-tidak usah!” Jaehyun menolak cepat sambil bangkit. Kini keduanya sedang simpuh diri berhadapan diatas kasur.
“Kenapa tidak usah?” Eunwoo memiringkan kepalanya, tanda bingung yang lucu. Jaehyun lancar menyerapah dalam hati karena level gemas yang ditunjukkan Eunwoo.
“Aku –hyung bisa sendiri.” kata Jaehyun mencoba masuk dalam permainan. Padahal dalam batinnya dia jelas berteriak untuk berhenti.
Memang tubuh, otak, batin dan jantung Jaehyun sedang berkonflik disaat yang tidak tepat. Terlebih ini Eunwoo menatapnya dengan antusias dibalik pandangan berkabut. Jaehyun makin tak karuan dibuatnya.
“Hyung, tidak usah foreplay ya. Eunwoo mau coba itu langsung. Apa muat didalam sini?” Kaki Eunwoo mengangkang menampilkan kerutan merah jambu. Dia mengelusnya pelan, menggoda Jaehyun yang hampir pingsan.
“Tapi akan sangat sakit kalau tidak dilonggarkan dulu.” Jaehyun ingin memukul mulutnya sendiri karena bicara arah vulgar. Dia harus minta maaf kepada sang Ibu karena melupakan semua unsur etika pendidikan seks.
“Benarkah? Tapi bukannya sama saja? Kalau langsung dimasuki Hyung, lubang ini akan longgar juga kan?”
Jaehyun yakin dia bisa mimisan detik ini juga. Serangan dari Eunwoo yang mabuk ini tidak main-main efeknya. Pertanyaan polos dengan nada manja, ekspresi tipsy yang sangat seksi, juga lekuk tubuh yang terpahat sempurna.
Tolong katakan pada Jaehyun, bagaimananya bisa selamat dari kenikmatan pandangan nafsu begini?
“Hyung?”
“Y-ya?”
“Langsung masuk saja ya, Eunwoo penasaran.”
“B-baiklah. Tapi aku pasang kondom dulu.”
Jaehyun hendak turun dari kasur untuk mencari kondom –mengulur waktu. Siapa tahu, Eunwoo tertidur karena mabuk dan dia bisa main solo dikamar mandi. Dia mana mau menyentuh Eunwoo yang tidak sadar. Jaehyun maunya saling mendesah dalam keadaan sadar –eh?
Belum sempat Jaehyun menjauh, Eunwoo mencegahnya lebih dahulu dan membanting Jaehyun keras hingga terlentang di ranjang.
Eunwoo langsung pasang posisi diatas Jaehyun, “Tidak usah kondom. Aku mau merasakan Hyung langsung.”
Akhirnya, Jaehyun hanya bisa berdoa semoga Eunwoo baik-baik saja dengan semua akibat kelakuannya.
Ujung kepala penis Jaehyun membelah celah kerutan lubang Eunwoo. Awalnya Eunwoo menggigit bibir kemudian dia berteriak melengking kala lubangnya menelan kejantanan Jaehyun.
Jaehyun pasrah lengannya diremas Eunwoo kencang sambil gemetar. Pelupuk matanya penuh airmata menahan perih.
“Sudah ya, Eunwoo kesakitan.” Jaehyun mau mengakhiri semua sebelum akal sehatnya diambil alih nafsu berahi.
Gelengan diberikan Eunwoo. Enggan melepas pencapaiannya.
“Aku tidak kesakitan. Eunwoo hanya terkejut, ternyata Hyung besar sekali.”
Jaehyun merona merah. Diberikan pujian langsung dari Eunwoo membuatnya bangga sekaligus merasa perkasa. Baiklah, persetan dengan akal kesadaran.
Eunwoo membutuhkan pengalaman yang berkesan di seks pertamanya dan Jaehyun siap memberikan nikmat sesungguhnya. Selamat tinggal, moral beradab Jaehyun. Selamat datang, libido hewan Jung Jaehyun.
“Eunwoo, Hyung bantu agar cepat selesai ya? Eunwoo harus istirahat.” Tawar Jaehyun sebagai kedok belaka. Anggukan menjadi isyarat positif dari lawannya.
Lalu lepaslah rantai nafsu Jaehyun ketika Jaehyun membantu Eunwoo bergerak naik turun diatasnya. Merojok dalam-dalam dan menusuk tiap sudut isi lubang Eunwoo.
Eunwoo yang kepayahan, pasrah memberikan kemudi permainan kepada Jaehyun. Diberikan tongkat kesempatan, tidak disia-siakan oleh marga Jung. Kecepatan dorongan bertambah. Ketepatan tusukan semakin akurat.
“Eungh ah –ahm.” Desahan mengalun lancar dari mulut Eunwoo. Melecut cambuk sisi buas Jaehyun semakin meliar.
“Ugh more –ah ah disana uhm.”
Permintaan Eunwoo dituruti patuh Jaehyun yang dengan teratur menyundul titik yang sama. Memancing remasan kuat dan erangan sensual.
“Kau ah nikmat, Eunwoo.” Pujian itu disampaikan tulus. Eunwoo mengangguk dalam lonjakan.
“A-aku ah ah keluar.”
“Bersamaku.”
“EUHMM –AH JAEHYUN!”
Keduanya keluar berbarengan. Eunwoo ambruk dalam pelukkan Jaehyun. Sedangkan Jaehyun masih mengerjap terkejut karena Eunwoo jelas meneriakkan namanya ketika mencapai puncak.
“Eunwoo?” panggil Jaehyun pelan. Yang dipanggil mengangkat wajah berpeluhnya.
“Sejak kapan kau sadar?” Jaehyun melepas penyatuan mereka, sambil mengusap keringat dikening Eunwoo.
“Saat kau bergerak brutal didalam sana. Kau beringas juga, Jung.”
“Kau yang memancing, Cha!”
Eunwoo malah terkekeh geli sendiri. Dia merapatkan diri dalam pelukkan hangat Jaehyun.
“Sepertinya rahasiaku memang terbongkar semua didepanmu, Jaehyun.”
“Hm. Apa ada rahasia lain?”
“Ada.”
Alis Jaehyun mengernyit. Ketika Eunwoo mencuri ciuman darinya.
“Aku mencintaimu Jaehyun, bukan sebagai teman.” Ungkap Eunwoo. Jaehyun kemudian menutup kedua matanya dengan lengan.
“Harusnya aku yang confess duluan, kau suka sekali tak memberiku kesempatan.” Protes Jaehyun yang dibalas juluran lidah Eunwoo.
Jaehyun meraih dagu Eunwoo, “Aku juga mencintaimu, Eunwoo. Lebih dari sekadar teman.”
Selanjutnya mereka kembali membagi cumbuan penuh afeksi bahagia yang terpancar. Rasa cinta dicampur damba menjadi pemanis tiap jengkal kecupan. Membuat keduanya larut dalam kemesraan dunia mereka.
Ya, hanya khusus mereka berdua.
.
.
.
The End.