Malam Pertama.
Osamu meregangkan tangannya, manakala adonan dalam wadah merah muda telah terkikis habis dengan buah hasil lintingan dollar rapi karya Kunimi.
“Wih, Bang Osamu hebat banget. Onde-ondenya enak lagi.”
Osamu terkikik geli, mendengar pujian dari Kageyama yang telah melepas Semi Eita untuk kembali berkonser ria dengan sekelompok kompeni di bawah langit malam Batavia.
“Hebatan gue lah.” Itu Kunimi mulai unjuk gigi, memamerkan deretan nominal mencengangkan dalam pemasukan rekeningnya. “Harusnya lo masuk STOVIA jalur undangan korupsi gasih Kun.”
“Iya juga ya.” Kini giliran Konoha tertawa mendengar jawaban atas cibiran perkataannya.
“Ini gue tadi sisain buat lo Kags, btw Kunimi besok anterin beli baju ya.”
“Bang Osamu ketagihan naik ontel ya? Tapi mending beli online ajasih, lewat Ijo atau Oren.”
Osamu mengkerutkan dahinya, “Ada online juga zaman ini?” dibalas anggukan mantap Kunimi. “Norak banget sih Bang, tapi ongkirnya aja yang mahal. Soalnya kebanyakan pemasok dari luar negeri.”
Kini hanya kata Oh besar yang bisa Osamu lontarkan, pasal banyak sekali yang membuatnya bertanya-tanya. Benarkah ini timeline 43 atau tempat khayalan kembarannya.
Mengingat tentang kembarannya, ia masih mengira-ngira posisi pemuda surai pirang itu dalam timeline 43 ini. Karena sepertinya kata pribumi tidak disematkan dalam perawakannya.
“Bang Samu, pulang yuk. Besok shift pagi berangkat subuh soalnya.”