naacndy

Pipi lembut itu jeno cium gemas sesekali mengusapnya lembut, “Jeano, i have a big secret yang ga boleh kamu tau pas udah gede nanti.”

Kedua tangan mungil Jeano digenggam lalu diarahkan penepuk pipi Jeno berkali kali.

“Jeano masih kecil, jadi kakak kasih tau sekarang aja ya,” ucap Jeno yang hanya mendapat tatapan polos Jeano.

“Jean itu punya dua daddy dan kak Jeno salah satu dari daddy nya Jean, itu rahasianya.” Ditenggelamkan wajahnya ke perut makhluk mungil di hadapannya, “Tapi, Jean ga boleh tau ya dek? Pokoknya Jean cukup tau kalo daddy Jean itu Jung Jaehyun bukan Jung Jeno hehe.” Lanjut Jeno diakhiri kekehan kecil.

Mata sipit yang mirip dengan Jeno itu hanya berkedip menatapnya sembari mulut mungil itu maju mengerucutkan bibirnya.

“Hehe.. lucu banget si dek.” Pipi lembut itu kembali Jeno cium lama setelahnya berucap dengan bibir dan matanya melengkung membentuk bulan sabit, “Daddy Jen sayang Jeano.”

Taeyong sudah kembali dari dua menit yang lalu, hanya saja dirinya menghentikan langkahnya ketika mendengar Jeno yang sedang berucap dengan Jeano.

Entah harus terharu atau sedih atau justru gemas dengan tingkah kedua sosok di dalam kamar itu Taeyong bingung.

Segala halnya sudah terjadi, dirinya tak bisa berbuat apapun. Taeyong hanya dapat berharap Jeno cepat menemukan kebahagiaannya sendiri.

Sesaat ketika baby sudah lahir, Jeno pergi sebentar ke kantin rumah sakit untuk membeli roti sekedar mengisi perut yang kosong sejak pagi.

Dirinya sekarang berjalan menuju kamar inap papanya untuk kembali melihat bayi lucu yang sangat mungil itu.

Ketika membuka pintu kamar penginapan matanya langsung bertatapan dengan iris legam milik papa yang dicintainya.

“Jeno, dari mana?” Tanya Taeyong, “Udah makan sayang?” Lanjutnya sambil menggenggam tangan Jeno lalu mengelusnya dengan ibu jarinya.

“Udah, barusan ke kantin.” Senyum Jeno yang matanya bergulir menatap bayi di gendongan daddy nya.

“Dad, pap, aku mau kasih baby nama boleh?”

Keempat pasang mata itu melihat kearah Jeno lalu mulai tersenyum, “Boleh, son. Kamu udah siapin namanya?”

Kepalanya mengangguk mengiyakan ucapan daddy nya.

Taeyong mengelus rahang Jeno sambil bertanya, “Mau kasih baby nama siapa?”

Dua ujung bibir itu tertarik membentuk senyum lembut dengan mata yang menatap teduh bayi di gendongan Jaehyun lalu mulai berkata, “Jeano, Jaeno jung.”

Ketika Taeyong memasuki kamar itu suasananya tampak hening, dirinya pikir tidak mungkin ia salah memasuki ruangan sebab hanya ada dua ruangan di sebelah ballroom; ruang make up dan ruang istirahat.

“Jeno?”

“Jen—,” Ucapan Taeyong berhenti ketika dirinya merasa sebuah tangan yang di lapisi jas itu merengkuh pinggangnya dari belakang.

“Jeno?” Panggil Taeyong kemudian membalikan tubuhnya.

Senyum itu mengembang bersamaan dengan matanya yang membentuk bulan sabit, “Here, papa.”

Taeyong membalas senyuman itu, disenderkannya kepala di dada bidang Jeno, “Ngapain disini?” Kepalanya mendongak yang langsung berhadapan dengan rahang tegas Jeno, “Ayo gabung sama yang lain.”

“Okey, tapi sehabis aku usap baby ya? Papa bilang baby mau diusap sama aku.”

Sekarang mata milik Taeyong berhadapan dengan pandangan Jeno ketika remaja yang tengan memeluknya itu menundukan kepalanya.

Tatapan penuh hasrat serta nafsu yang Taeyong pernah lihat satu bulan lalu seperti tak pernah ia jumpai sebelumnya, karna ini lah tatapan Jeno yang sebenarnya; tatapan teduh yang tulus dan menenangkan.


Usapan diperutnya membuat Taeyong terasa nyaman hingga hampir tertidur, namun suara dari ponsel di saku celananya membuat dirinya ingat bahwa hari ini adalah pesta pernikahannya—ia meninggalkan Jaehyun sendirian di sana.

Panggilan itu diangkat ketika melihat nama Jaehyun yang tertera di layar ponselnya, “Halo, Jae?” Ketika sosok suaminya di sebrang sana berbicara, matanya sekilas melirik ke arah Jeno yang masih berbaring dengan telapak tangannya pengusap perut Taeyong, “Iya, aku kesana sekarang.”

Digenggamnya telapak tangan yang berada di perutnya, “Jen? Ayo kesana.”

“Okay, papa.” Ucap Jeno yang perlahan bangkit dari posisi berbaringnya.

Ketika keduanya hampir sampai pada depan pintu, tarikan di tangan Taeyong membuat lelaki cantik itu berbalik dengan gurat terkejut.

“Kenapa Jeno?” Tanya Taeyong dengan kepala yang miring kesamping serta alis yang bertaut.

Jeno arahkan jari telunjuknya mengusap pipi tirus nan lembut sosok cantik dihadapannya, “Can i get the last kiss? Please..”

Tatapan memuja serta memohon begitu kontras terlihat dari kedua iris milik remaja yang sejak dua jam lalu telah resmi menjadi anaknya—ia sempat terkejut sebelum dengan cepat menarik tengkuk lelaki di depannya.

ah, jantungnya masih berdebar. Perasaannya belum sepenuhnya menghilang.

Jeno benar – benar mencintai lelaki cantik ini. Namun, dari awal daddy nya lah pemilik mutlak raga serta hati Taeyong.

Meniduri Taeyong adalah sebuah rencana gila miliknya. Ia kira daddy nya akan memukulinya atau paling parah mengusirnya dari rumah, namun justru malah mengikuti permainannya dengan alasan jika Jeno senang maka dirinya juga.

Pikirnya jika dirinya tidak bisa memiliki Taeyong setidaknya ada bagian dari dirinya yang terdapat di dalam lelaki cantik itu.

Lima menit berlalu masih dengan bibir keduanya yang bertautan lembut penuh perasaan.

Beberapa saat kemudian senyuman keduanya mengembang ketika ciuman itu terlepas, lalu keduanya keluar dari ruangan kembali berjalan kearah ballroom yang penuh dengan para tamu undangan.

NO MINOR, EXPLICIT, MATURE CONTENT, HARSH WORD, 21++, THREESOME, ANAL SEX, BXB, NSFW ‼️⚠️🔞🔞⚠️‼️

“J-jadi sistem reproduksi pria berfungsi untuk memproduksi dan menyimpan, serta mengantarkan sper—eunghh.. jen.”

Mendengar namanya dipanggil jeno pun menggerakan kepalanya kearah samping, tepat pada Taeyong yang saat ini tengah menggigit bibir bawahnya seperti menahan sesuatu.

“Kak? Kenapa berenti? Ayo jelasin lagi.”

Dengan tangan yang bergetar, Taeyong menggenggam pergelangan tangan milik Jeno yang sedang memegang remot pengendali vibrator dalam analnya itu.

“Kakak lanjutin, tapi kecilin getarannya ya?” Nada memohon Taeyong keluarkan, sesekali tangan di genggamannya ia remas tatkala benda yang tengah bergetar di dalam lubangnya masuk semakin dalam.

Alis itu terangkat satu, masih dengan irisnya yang menatap bola mata legam milik guru lesnya, “Itu udah kecil, lagi pula kakak sendiri yang bilang kalo aku dapet nilai rata – rata sembilan kak tae bakal kabulin permintaan aku.” Satu ujung bibirnya terangkat membentuk seringai, “Aku tau, kakak suka kan kalo lubang kakak diisi sama benda yang bikin enak? Kalo kakak bisa tahan ini, aku kasih hadiah yang lebih enak.” Lanjut Jeno yang langsung tersenyum hingga matanya membentuk bulan sabit.

Sial, senyum itu yang membuat Taeyong lemah sehingga hasrat di hatinya yang ingin menolak pun tak kuasa karna tak ingin mengecewakan remaja di sampingnya ini.

Taeyong tau Jeno menyukainya, muridnya itu cinta padanya. Tatapan dalamnya sering kali Taeyong lihat di dalam dua bola mata sipit itu. Namun, tanpa sepengetahuan Jeno dirinya menjalin kasih dengan sang daddy. Entah apa reaksi remaja itu jika tau bahwa ia dan daddy nya sudah berpacaran, Taeyong harap itu bukan sesuatu yang buruk.

Lamunan Taeyong buyar ketika tanpa aba – aba tubuhnya sudah terangkat dan berada di pangkuan sang murid. Dirinya tidak sempat terkejut atas apa yang dilakukan Jeno terhadapnya.

Dagunya Jeno senderkan di pundak sempit milik sang guru sebelum berkata, “Posisinya gini aja ya? Biar aku bisa bantu kak Tae fokus juga.”

Anggukan yang hanya bisa Taeyong beri karna takut jika bersuara hanya desahan yang akan keluar dari bibirnya. Namun, ketika merasa getaran dilubangnya melemah Taeyong pun langsung mencoba kembali menerangkan pelajaran kepada Jeno.

Dirinya tidak tau apa muridnya itu memperhatikannya atau tidak, yang ada di pikirannya saat ini hanya mempercepat waktu mengajarnya agar dapat menuntaskan hasratnya dengan Jaehyun yang akan pulang sebelum jam makan malam.

Semoga saja pacarnya itu tidak lelah usai pulang kerja.


Sepertinya rencana yang sejak tiga puluh menit lalu telah dirancang oleh otaknya seakan tidak berguna, dikarenakan saat ini dirinya bahkan sedang mendesahkan nama sang murid tanpa tau malu.

Penis mungil miliknya tengah dimainkan oleh tangan remaja yang tampak berurat itu. Taeyong akui Jeno adalah bentuk wujud dari hot as fuck dia tidak ingin menyangkalnya. Oh! Bahkan saat ini pikirannya hanya ada nama muridnya itu, lancang sekali dirinya.

Rasa nikmat yang dirasakannya membuat kedua tangan miliknya meremas surai biru yang tampak seperti warna bubblegum itu lembut, meningkatkan hasrat Jeno yang bibirnya saat ini tengah melahap puting milik Taeyong dengan rakus.

Shh.. Jen, j-jangan digigit nghh.”

Dihisap, dilumat serta digigit kecil puting berwarna nude di depannya berharap akan ada yang keluar dari sana.

“Sentuhan aku baru segini tapi penis kakak udah ngacung tegak begini. Enak banget ya kak Tae?” Ucap Jeno bertanya dengan mulut yang masih sibuk bermain di tonjolan milik Taeyong.

Kepala Taeyong terdongak kebelakang ketika merasa sebelah tangan Jeno yang menganggur mulai memasuki celananya menyentuh serta menggesek lubang miliknya dari luar yang masih terdapat vibrator di dalamnya.

Hah.. ah! Shh.. Je—

What the hell is this!

Suara dalam yang mengandung kemarahan di dalamnya terdengar, membuat Taeyong yang masih mendongakan kepala membuka mata dan langsung iris miliknya bertubrukan dengan milik Jaehyun.

Jantungnya berdetak dengan kencang saat ini, dirinya gelagapan saat spontan ingin bangkit namun dengan cepat lengan milik Jeno melingkari pinggangnya, seolah tak membiarkan dirinya beranjak dari pangkuan sosok remaja itu.

Taeyong bisa merasakan suasana ruang tamu itu semakin mencekam sebab aura gelap yang ditimbulkan seakan menguar dari ayah dan anak itu.

ya tuhan tolong beri saya keselamatan.’ Batin Taeyong.

Kedua tangannya yang berada di dada bidang Jeno mulai mendorongnya perlahan mencoba melepaskan pelukan muridnya dari pinggangnya, “Jeno, please..”

Matanya mengeluarkan jurus andalannya yaitu puppy eyes. Namun, sepertinya itu menjadi pilihan buruk, bukannya terlepas justru pelukan pada pinggangnya semakin mengerat membuat Taeyong jadi lebih menempel dengan Jeno.

“J-jen, kakak mo—“

Dengan jari telunjuknya Jeno menghentikan ucapan Taeyong. Matanya kembali membentuk lengkungan bulan sabit serta bibir yang tersenyum lembut, seolah memberitahu jika biar dia saja yang mengatasi ketegangan dalam ruangan ini.

“Hai, dad? Tumben banget pulang jam segini? Biasanya lebih cepet.” Perkataan itu Jeno lontarkan dengan nada tenang seperti orang yang tidak sadar jika dirinya baru saja melakukan kesalahan.

Tangan milik Jaehyun terkepal di sampinya, dirinya mencoba menahan emosi agar tak kelepasan membentak putra satu – satunya itu.

“Jeno, jawab daddy. Apa yang kamu laluin ke guru kamu?” Tanya Jaehyun dengan nada dinginnya.

Kedua bahu itu terangkat acuh sambil menjawab, “Cuma ngelakuin apa yang sering daddy lakuin sama kak Tae.” Dengan tangannya yang masih menggenggam remot kontrol vibrator di dalam lubang Taeyong secara sengaja meningkatkan getaran pada tingkat tinggi.

AH! O—OH ANGH, JENOO..”

Jeritan itu tak bisa tertahan mana kala lubang miliknya bergetar hebat sebab ulah vibrator di dalamnya. Tubuhnya melengkung dengan kedua telapak tangannya yang meremas sweater milik Jeno dari luar.

Jaehyun hanya terpaku di tempatnya ketika melihat Taeyong bertingkah dengan binal dipangkuan sang anak, dirinya hanya bisa menatap dengan geram namun tak bertingkah apapun.

Mulut itu mendekat kearah telinga milik Taeyong, berbisik di sana, “Nungging kak” dibalas gelengan kepala oleh Taeyong, “Nungging atau aku buat daddy marah sama kakak dan berenti jadi guru les aku.” Lanjut Jeno mengecup pelan daun telinga milik gurunya.

For the fuck sake muridnya itu nyatanya lebih gila dari pada ayahnya, bisa – bisanya Taeyong termakan muka serta senyuman manis milik Jeno kepadanya.

Taeyong bertanya – tanya di dalam hatinya, apa muridnya ini gila? Menyuruhnya menungging di depan daddynya sendiri? Tolong, Taeyong rasanya ingin menyeburkan dirinya ke dalam laut saja sebab sudah ketauan berbuat tidak senonoh di depan Jaehyun terlebih bersama anaknya.

Mau tak mau dirinya menuruti ucapan Jeno, muridnya itu bisa saja serius dalam ucapannya dan Taeyong tidak mau hal itu terjadi.

Jaehyun spontan memanggil Taeyong ketika melihat pacarnya itu menungging dengan membelakanginya, “Tae, kamu—“

Belum sempat dirinya menyelesaikan ucapannya, Jeno sang anak berbicara, “Dad, aku itu cerminan daddy. Apa yang daddy suka pasti aku juga suka, you love him? I love him too. Daddy ga keberatan kan berbagi kak Taeyong sama aku?” wajahnya terlihat gurat memohon namun bibir dan matanya melengkungkan senyuman.

Jaehyun tidak menjawab namun gurat kemarahan itu perlahan mulai tampak hilang dari wajahnya.

Wajah miliknya yang terbenam di leher Jeno serta kedua tangannya yang berada di pundak muridnya itu untuk menopang tubuh masih tak berniat mengubah posisinya, walau dirinya mulai pegal.

Taeyong mendengar ucapan Jeno, tak ada yang bisa dirinya lakukan. Lagi pula dia tak ingin mencapuri omongan Jeno dengan ayahnya yang sialannya pacarnya itu hanya diam.

SRETT

Tarikan pada celana beserta dalamannya Taeyong rasakan ketika dengan kurang ajarnya Jeno menarik itu kebawah hingga dirinya yakin pantat sintal serta lubang bergetar miliknya sekarang terpampang di depan Jaehyun.

Sebelah tangannya menahan tangan Jeno yang lebih ingin menurunkan celananya, kepalanya menggeleng dengan suara yang berbisik disertai desahan pelan, “Jen, janganhh hnghh.”

Tak memperdulikan ucapan gurunya lantas Jeno kembali menatap Jaehyun, “Your dinner, dad.

Seperti yang Jeno bilang bahwa anaknya merupakan cerminan dirinya, Jaehyun membenarkan ucapan itu. Tak ada salahnya berbagi pacarnya jika memang Jeno mau, karna baginya kebahagiaan Jeno nomor satu.

Kembali Jeno berbisik di telinga Taeyong, “Ini hadiah yang lebih enaknya kak Tae.” Kemudian tangannya menarik dagu milik Taeyong dan menubrukan bibir keduanya.

Menaruh tas kantornya disofa Jaehyun mulai berjalan mendekat sembari melepas jas serta dasi yang mengikat kerah kemeja miliknya, menggulung kedua sisi lengan kemejanya hingga siku.

Telapak tangannya diarahkan ke pipi pantat Taeyong lalu diusapnya bongkahan kenyal itu.

“Benda apa yang kamu pake dilubang kamu, sayang?” Tanya Jaehyun ketika matanya melirik lubang mengkerut itu bergetar bahkan mengeluarkan cairan, seperti sudah siap untuk dimasuki.

Sebab Taeyong yang bibirnya masih asik dicumbu oleh Jeno membuat dirinya tak bisa membalas perkataan Jaehyun padanya.

PLAK

Eumnhh!

PLAK

Emnh—hah.. ah!

PLAK

Ah! Jae, udah!“

Tamparan ketiga kalinya membuat Taeyong ingin menurunkan pantatnya namun ditahan oleh Jaehyun yang langsung memegang pinggulnya dengan sebelah tangan milik lelaki dengan titik cacat di kedua pipinya itu mencengkram pipi pantatnya.

image

Air mata sudah berada di sudut mata bulat Taeyong akibat tamparan Jaehyun pada pantatnya, dibawahnya lidahnya Jeno bermain di sekitar leher dan bahunya serta kedua tangan milik remaja sipit itu yang tengah memelintir puting miliknya.

hnghh.. Jeno.”

Kedua jari milik Jaehyun masuk tanpa peringatan kedalam lubang yang telah becek itu, memaju mundurkan jarinya sesekali diputar dan membuat pola menggunting.

“Suka banget ya dimainin gini badannya sama dua orang? Lubang kamu sampe becek loh.” Ucap Jaehyun lalu mulai mendorong jarinya masuk lebih dalam hingga menyentuh tonjolan nikmat milik Taeyong.

image

Anghh.. sebentar Jae—ah! Akhh.” Kepala Taeyong menggeleng ribut, sudah kosong pikirannya atas sentuhan dari kedua ayah dan anak yang tengah menggauli tubuhnya.

Tubuh Taeyong lemas namun berhasil ia tahan, kenikmatan yang diberikan kepadanya membuat perutnya tergelitik.

Jeno membuka celananya lalu dituntunnya satu tangan Taeyong untuk menggenggam penis miliknya. Oh! Astaga, Taeyong bisa merasakan ukuran milik muridnya itu yang tak kalah besar dari milik Jaehyun.

Dibelakangnya jari Jaehyun masih bergerak di dalam lubang Taeyong kemudian menggapai tali vibrator lalu ditariknya keluar.

Dibukanya kancing serta resleting celananya lalu Jaehyun mulai mengeluarkan penis yang sudah tegang itu yang langsung menampar pipi pantat Taeyong sambil diarahkan penis miliknya menggesek belahan pantat pacar cantiknya.

image

Penis milik Jaehyun mulai masuk perlahan kedalam lubang senggama milik Taeyong, membuat sosok cantik yang sedang memberikan Jeno handsjob sedikit meremas kepunyaan muridnya itu yang membuat Jeno mendesis.

Eungh—ahh..” Desah Taeyong ketika penis milik Jaehyun berhasil masuk kedalam lubangnya.

image

Dipegangnya bahu Taeyong lalu di dorongnya pelan agar turun sampai wajah guru cantiknya itu sejajar dengan penis miliknya.

Suck it, kak.” Perintah Jeno dengan sebelah tangannya mengusap lembut surai halus milik Taeyong.

Hentakan dibelakang tubuhnya oleh Jaehyun membuat tubuh Taeyong terdorong maju dan mundur sehingga penis Jeno dihadapannya berhasil bertubrukan dengan wajahnya berulang kali.

Digenggamnya penis milik Jeno lalu lidahnya terjulur menjilat dari pangkal hingga kepala penis milik Jeno.

image

Gerakan Jaehyun semakin cepat saat dirasa tanpa sadar Taeyong mengetatkan lubangnya yang membuat penis milik dia terjepit oleh rektum pacar cantiknya yang serta merta ikut memijat kemaluannya.

Tatapan Jeno yang langsung berhadapan dengan Jaehyun seketika membuat sudut bibirnya membentuk seringai, “Dad? Lubang kak Tae enak banget ya?”

Pertanyaan itu terdengar, membuat Jaehyun membuka kelopak matanya yang irisnya langsung berhadapan dengan tatapan Jeno.

Urat leher serta dahi milik Jeno bisa Jaehyun lihat, tentu saja dia tau alasannya. Anaknya sama sepertinya, sedang menahan rasa nikmat.

Bibir itu membalas seringaian Jeno, “Ofc! Son, sehabis daddy kamu bisa ngerasain.” Mengedipkan satu matanya kearah Jeno yang membuat anaknya terkekeh.


Usai permainan keduanya di ruang tamu, Jaehyun dan Jeno sepakat berpindah tempat ke kamar mereka, tepatnya kamar Jaehyun.

Jaehyun yang telentang dengan Taeyong berada di atasnya, tubuh keduanya menempel tanpa sehelai benang pun yang membalut. Jangan lupakan Jeno yang tengah menggerakan penisnya keluar masuk dilubang nikmat milik guru cantiknya itu.

Pantat Taeyong yang terangkat membuat penis mungilnya menampar perut abs milik Jaehyun dibawahnya ketika Jeno menggerakan penisnya.

Eunghh.. umphh.

Desahan tertahan terus keluar dari belah bibir yang tengah dicumbu rakus oleh Jaehyun, kedua tangan miliknya meremas bahu Jaehyun hingga menimbulkan bekas merah.

Shh..fuck! So tight” Ucap Jeno dengan kepalanya yang mendongak serta matanya yang terpejam menikmati pijatan dinding rektum gurunya.

Jaehyun ikut membantu Jeno dengan kedua telapak tangannya yang terjulur masing – masing mencengram pipi pantat Taeyong lalu ditarik kearah berlawanan—membuka belahan pantat itu agar penis Jeno dapat masuk lebih dalam.

Ciuman itu terlepas ketika prostatnya di tumbuk berkali – kali oleh Jeno. Ia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menjerit nikmat atas hentakan yang diberikan muridnya.

AH! OH—ANGHH, J-JENOO.”

Jeno terkekeh puas mendengar jeritan nikmat yang keluar dari gurunya kemudian tubuhnya dibungkukan agar dapat mencium punggung mulu di hadapannya.

Dirinya cukup puas dengan ukuran penisnya yang terbilang besar di usianya yang masih remaja. Lihat saja, gurunya bahkan sudah mulai seperti orang linglung memohon agar ia terus menusuk prostat gurunya itu dengan penis miliknya.

Gerakan penis Jeno yang semakin cepat dan tak beraturan membuat tubuh Taeyong lerlonjak mengikuti irama hentakan di pantatnya yang mana juga membuat penis mungil miliknya bergesekan dengan penis milik Jaehyun, menjadikan lelaki tampan dibawahnya menggeram jantan.

Jaehyun serta Jeno, keduanya menggigit bahu Taeyong ketika pelepasan itu datang serta Taeyong yang menjerit dengan mulut terbuka dan mata bergulir hingga hanya menampilkan putihnya.

Jeno bangkit dengan penisnya yang ikut keluar dari lubang Taeyong, membuat cairan miliknya mangalir keluar mengotori belahan pantat sintal itu.

image

How’s feel, papa?” Ucap Jeno sembari mengangkat tubuh lemas Taeyong dari atas ayahnya, “Or i call you mine?” Lanjutnya dengan mendudukan Taeyong di pangkuannya.

Taeyong tersentak atas panggilan yang dilayangkan oleh Jeno kepadanya, namun dirinya hanya diam dan pasrah dengan apa yang akan dilakukan oleh ayah dan anak itu selanjutnya kepada dirinya.

Pelukan dari arah belakang Taeyong rasakan, pelakunya adalah Jaehyun yang saat ini juga mulai mengecupi tengkuknya.

He’s mine, son.” Pernyataan mutlak itu keluar dari bibir Jaehyun yang masih asik mencumbu tengkuk serta bahu sosok cantik di pelukannya.

Jeno terkekeh, “I love him, dad. Aku mau kak Tae jadi milik aku, tapi bukan sebagai pacar. Aku mau dia sebagai papa aku.“ Ucapnya sembari telapak tangannya mengangkat pantat sosok dipangkuannya keatas, kembali memasukan penisnya kedalam lubang sempit milik Taeyong.

Jaehyun menyeringai, “Dikabulkan.” Lantas dirinya secara perlahan ikut memasukan penisnya kedalam lubang yang telah diisi penis anaknya.

Taeyong menggeleng, kedua tangannya masing – masing menahan bahu Jaehyun dan Jeno agar tak memasukan penis keduanya secara bersamaan kedalam lubang miliknya.

Dirinya tidak bisa membayangkan akan seperti apa sakit serta keadaan lubangnya jika dimasukan dua penis sekaligus.

“Jeno.. Jae, aku ga mau. Takut..”

Dahinya dicium oleh Jeno sedangkan satu tangannya ditarik dan diarahkan kebibir tebal milik Jaehyun untuk di kecup.

It’s ok, papa.” Ucap Jeno menenangkan Taeyong.

“Kalo sakit cakar bahu aku sayang.” Lanjut Jaehyun yang ikut menenangkan Taeyong.

Sentuhan dan ucapan penenang itu membuat Taeyong tanda sadar menganggukan kepalanya.

Jaehyun perlahan mulai kembali memasukan penisnya dibarengi dengan rintihan Taeyong.

Agar Taeyong tak terlalu kesakitan Jeno inisiatif mencium serta melumat bibir di depannya agar fokus Taeyong beralih kepadanya.

JLEB

AKH! HAH.. shh s-sakit.”

Ciuman itu langsung terlepas bersamaan jeritan Taeyong yang keluar dengan Jeno yang hampir terjatuh kebelakang sebab dorongan Taeyong pada bahunya jika saja dirinya tak memeluk pinggang gurunya.

Taeyong merasa sangat sesak ketika lubangnya dipaksa untuk melebar menyambut kedua penis yang tidak kecil.

Cairan pekat berwarna merah itu turun melewati penis Jaehyun serta Jeno, membuat Jaehyun memberikan kecupan lembut disertai gumaman kata maaf berulang kali.

You okay, papa?” Tanya Jeno dengan nada kawatir.

Satu tangannya diarahkan mengelus rahang Jeno lembut, “Im okay, just move.

Jaehyun dan Jeno yang mendengar ucapan Taeyong mulai menggerakan penisnya keluar masuk secara bergantian sehingga prostat milik Taeyong mendapat tubrukan di setiap detiknya.

Emhh.. ah! Shh Jen, Jaehh..“

Ditariknya dagu Taeyong sehingga menoleh sedikit kebelakang dan langsung diraupnya bibir yang telah bengkak itu.

Tak tinggal diam Jeno ikut menundukan kepala menghisap puting milik Taeyong—dengan satu tangan lelaki cantik itu yang langsung meremas surai halus milik Jeno.

Genggaman masing – masing di pundak Jaehyun serta surai Jeno mengerat, otaknya sudah tidak bisa berpikir apapun, hanya ingin Jaehyun serta Jeno mempercepat gerakan keduanya.

Ketika cumbuan Jaehyun dibibirnya terlepas, desahan miliknya terlontar tanpa bisa dicegah—memenuhi kamar pacarnya yang kedap suara itu.

Akh! Ah! Anghh.. hah.

Tubuh Taeyong terlonjak – lonjak lemas seiring gerakan penis dua orang itu dilubangnya.

Lubangnya semakin melebar dengan cairan becek yang bercampur bersama darah miliknya.

Taeyong yakin lubang senggamanya sobek sebab tekstur dari urat yang muncul dipenis kedua dominant itu bergesekan langsung dengan dinding rektumnya sehingga pasti akan meninggalkan bekas lecet.

Tangan kekar milik Jeno melingkari pinggang Taeyong membawanya naik turun mempercepat tempo gerakan, sama halnya dengan Jaehyun yang melingkarkan tangan miliknya di leher pacar cantiknya sembari mengikuti hentakan Jeno.

Dirinya sudah tidak perduli dengan rasa malunya, Taeyong membawa wajahnya mendekati pipi sang murid lalu lidahnya terjulur menjilat rahang sampai daun telinga remaja dihadapannya.

Jeno menyeringai kecil dengan apa yang dilakukan gurunya, “You look like kitten, kak.”

Nghh.. Im your kitten then.” Ucap Taeyong mangedipkan satu matanya.

Ah, binal sekali pacarnya pikir Jaehyun, dirinya mengarahkan satu tangannya memegang penis mungil Taeyong dari belakang—menggesek kepala penis itu dengan ibu jarinya.

Oh—angh! J-jae.”

Setiap jengkal dari tubuhnya dimainkan oleh Jeno dan Jaehyun yang gencar sekali saling tak mau kalah dalam hal memuaskannya.

Walau Taeyong baru kali ini melakukan sex dengan Jeno, namun kemampuan remaja itu dalam servis sex nya sungguh bukan seperti seorang pemula.

Yang bisa Taeyong tangkap dalam vibes bercinta keduanya; jika Jaehyun tipe lembut sebelum kasar, maka Jeno dari awal sudah tak terkendali. Ia dibuat lemas hanya karna gigitan di daun telinganya oleh remaja itu.

Jaehyun dan Jeno dibuat menggeram ketika lubang kecil yang dipaksa melebar itu semakin menjepit kedua penis milik masing – masing dari mereka.

Taeyong mereka ingin keluar.

Ditutupnya lubang penis mungil milik Taeyong oleh Jaehyun, lalu kedua dominant itu mulai bergerak acak namun tetap menyentuh bagian nikmat milik Taeyong.

Semakin lama penis keduanya semakin membesar dan panjang di dalam sana, keduanya bisa merasakan tekstur penis lawan mainnya sebab pergerakan yang menimbulkan gesekan itu.

“L-lepashh, ah..ha—anghh, cum please..” Ucap Taeyong yang berusaha menyingkirkan tangan Jaehyun yang berada di penis mungil miliknya.

Jaehyun memberi aba – aba yang langsung di pahami oleh Jeno. Kepala itu terdongak dengan mata yang terpejam menikmati penisnya yang dengan cepat keluar masuk membawa cairan pekat berwarna merah bersamanya. Sedang Jeno, dirinya hanya fokus pada desahan milik Taeyong yang menjadi semangatnya dalam menubrukan penisnya semakin dalam.

Tak berselang lama, penis mungil milik Taeyong yang telah Jaehyun lepas mulai mengeluarkan cairannya yang langsung mengotori dada Jeno serta perut miliknya. Tubuhnya bergetar dengan perut yang menghangat sebab semburan cairan dari pelepasan kedua dominant nya, membuat ia langsung lemas dan menjatuhkan punggung kebelakang kearah dada Jaehyun.

Cairan itu mengalir keluar dari lubang sang guru ketika penis milik Jeno lepas dari lubangnya, membuat remaja itu dapat melihat dinding rektum milik lubang Taeyong yang telah melebar.

Dicondongkannya tubuh miliknya lalu dikecup bibir Taeyong sekilas, “Feeling good, papa?”

Nafas putus – putus itu masih terdengar disertai dadanya yang naik turun, Taeyong hanya bisa menjawab pertanyaan Jeno dengan anggukan sebab tenggorokannya yang serak karna terlalu banyak mendesah.

Anggukan yang diberikan Taeyong cukup membuat kedua sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman serta matanya yang menyipit, sangat manis.

Melihat Jeno tersenyum seperti itu mau tak mau membuat Jaehyun ikut tersenyum, dengan tangan yang mengeratkan pelukannya pada pinggang milik Taeyong dirinya berbisik di telinga pacar cantiknya, “Another round?

Mata yang sempat Taeyong pejamkan itu seketika terbuka sebab ajakan Jaehyun yang menurutnya gila, namun belum sempat dirinya melayangkan protes—tubuhnya sudah dijatuhkan dengan posisi terlentang pada bagian tengah kasur.

Dihadapan Taeyong terdapat Jaehyun serta Jeno yang tersenyum lembut namun lelaki cantik itu tau jika senyum itu memiliki maksud terselubung.

Seperti memiliki maksud memperkosanya sampai pagi misalnya.

Taeyong hanya berharap tubuh, suara, serta lubangnya tak sakit saat esok hari.

Udah satu jam Bilal sama Bara ngerjain tugasnya, pas tiba – tiba temennya itu pada rame di grup chat. Bilal cuma ngedengus kesel ngebales chat dua temennya sebelum matiin polsennya terus di taro lagi di atas meja.

Karna tumben banget Bara ga bersuara bikin Bilal nengok, matanya langsung fokus ke cowok di depannya yang lagi serius banget ngerjain tugas.

Kalo dipikir – pikir Bara itu manis apa lagi kalo senyum, jadi ganteng kalo serius kaya gini.

Ngerasa ada yang ngeliatin dia Bara dongak yang matanya langsung bertubrukan sama iris coklat Bilal. Cantik, pikir Bara.

Bilal gelagapan seketika tapi ga dia perlihatin, langsung dia coba fokus lagi ke tugasnya padahal jantungnya udah deg – degan kenceng banget.

Dia ke gep natap Bara, maluuu.

Bara dehem pelan, “Bil, tugasnya—“

KRUUKKK~

Bara diem Bilal ikut diem karna kaget sama bunyi perutnya sendiri, please ini ga tepat banget waktunya buat permaluin diri sendiri.

Bara ketawa sedang Bilal mukanya udah merah banget pengen nyebur aja ke laut rasanya.

“Laper ya Bil? Tugasnya dikit lagi selesai, abis ini kita makan di luar aja ya?” Ucap Bara sambil tangannya ngusap kepala Bilal yang di tepis sama empunya.

“Berantakan ih, yaudah selesaiin buru.”

“Siap nyonya.”

Sialan, kurang ajar banget Bara ngusap rambutnya. Bilal bohong, bukan takut rambutnya yang berantakan, tapi takutnya hatinya yang berantakan kalo Bara selalu ngasih skinship kaya gitu.

Hari ini Bilal harap cepet selesai karna kalo bareng terus sama yang namanya Bara Ratama bisa ga bagus buat jantungnya.

CW // BXB, ANAL SEX, NO MINOR! HARSH WORDS, MATURE CONTENT, NSFW ⚠️🔞🔞‼️

Pintu apartemen itu terbuka ketika sosok lelaki tampan dengan kedua titik cacat di pipi masuk dengan tergesa.

“Tae? Dimana?” Ucap Jaehyun seraya membuka jaket yang di kenakannya dan manaruhnya di sanggahan sofa.

“Kamar! Sini, masuk aja.”

Teriakan itu terdengar di telinga Jaehyun dengan mata yang langsung melirik kearah pintu kamar satu – satunya yang ada di apartemen itu.

Tumben, biasanya Taeyong—kekasihnya itu akan langsung menyambutnya ketika ia datang, tapi rupanya bahkan dirinya yang diminta untuk langsung masuk kedalam kamar si cantik kesayangannya.

Jaehyun melangkah kearah kamar Taeyong dengan alis yang menyatu merasa heran. Apa pacar kesayangannya itu lelah atau memang ingin tidur? Kenapa tidak menghampirinya? Apa mereka tidak akan melakukan sex malam ini? Jika memang benar maka kasian sekali burung yang menggantung diantara selangkangannya karna sudah berdiri sejak Taeyong mengirim foto perut yang bagian pusarnya telah di tindik.

Jaehyun pikir dia bukan orang yang mesum atau kantong hormon yang sering di bilang pacarnya, hanya saja bukankah wajar ketika seseorang mengirimi mu foto yang mengundang nafsu maka dirimu akan berhasrat?

Jaehyun yakin dirinya anak baik – baik, buktinya ia hanya bernafsu kepada Taeyong. Dirinya sudah mengklaim bahwa ia adalah Taeyong sexual.

Tubuhnya serta hatinya one and only untuk Taeyong seorang, jika bisa jiwa dan raganya juga boleh jika Taeyong mau.

Bucin? No! Ini namanya cinta.

CEKLEK

“Tae—Oh! Shit.”

Umpatan itu tanpa sadar keluar dari bibir tebal kissable milik Jaehyun ketika dirinya terkejut karna melihat pacarnya sedang tengkurap di kasur hanya menggunakan celana hitam polos dengan tubuh bagian atasnya yang sudah shirtless.

Sudahkah Jaehyun bilang bahwa pacarnya itu selalu mempunyai kejutan untuknya? Entah apapun itu, sekedar ingin membuat Jaehyun tersenyum atau terkejut seperti sekarang.

Taeyong menoleh kearah Jaehyun, tubuhnya ia miringkan dengan siku bertumpu serta telapak tangannya yang menyangga kepala.

Menggigit bibir bawahnya dengan iris yang menatap tepat di kedua bola mata coklat milik Jaehyun—menggoda lelaki tampan yang masih terkejut di depan pintu.

Tangannya ia lipat di depan dada; bersidekap sambil berucap, “Biar apa lu begitu?”

Gurat wajah Taeyong berubah jadi datar, “Biar lu tambah napsu.”

“Iya betul.” Kepala Jaehyun mengangguk, “Kalo udah napsu, saatnya kita?”

“Tidur, kan?”

“Ngewe lah anjing.” Ujar Jaehyun kesel.

Kan, udah Taeyong bilang kalau pacarnya itu kantong hormon berjalan. Mereka sama – sama laki, tapi ketika Jaehyun melihat tubuhnya yang hanya shritless maka lelaki tampan itu langsung akan bernapsu dengan bukti bagian bawahnya yang mengembung.

Jaehyun junior menyusahkan.

Taeyong memutar bola matanya malas, “Ngapain lo masih diri di situ? Jadi ngewe ga?”

“Jadi, sayang!” Jaehyun menyengir, “Burung aku kangen sama sarangnya. Kasian udah dua bulan kedinginan.” Lanjutnya yang langsung menghampiri Taeyong—ikut bergabung di kasur dengan pacar cantiknya.


Kelopak mata itu terpejam ketika merasakan telinga serta bagian lehernya yang di mainkan oleh Jaehyun; mengulum, menggigit, menghisap bagian itu sampai meninggalkan jejak kemerahan yang tidak akan bisa hilang hingga tiga hari kedepan.

Desisan serta desahan tertahan Taeyong membuat Jaehyun semakin bersemangat menggauli tubuh mulus di bawahnya. Lidah Jaehyun terjulur—menjilat turun hingga sampai pada dada dengan dua puting berwarna nude yang sudah menegang.

“O—oh! Astaga, hnghh aahh.”

Desahan itu keluar tanpa bisa Taeyong tahan ketika mulut sang dominant bergerak melahap putingnya, tubuh rampingnya melengkung dengan kedua tangannya yang ikut meremas surai coklat lembut milik Jaehyun.

Lidahnya sengaja Jaehyun lilitkan menggoda puting Taeyong sesekali menggigit ujung benda itu hingga yang punya merintih.

Masih dengan mulut serta lidahnya yang ia biarkan bermain di puting taeyong, sebelah tangannya ikut memelintir puting yang sebelah kiri milik Taeyong.

Mata Jaehyun menoleh ke arah wajah dengan pahatan sempurna itu; merekam bagaimana ekspresi yang dikeluarkan oleh pacar cantiknya. Mata yang terpejam disertai air mata di bagian sudutnya, bibir merah yang sudah bengkak sebab ulah Jaehyun yang melumat kasar bagian candunya itu tadi.

Kadang Jaehyun heran, pacarnya selalu menunjukan raut kesal ketika dirinya ingin meminta jatah, namun ketika tubuhnya sudah disentuh oleh tangan nakalnya, maka akan menjadi orang yang paling menikmati.

Sifat malu – malu tapi maunya memang sudah melekat di diri Taeyong membuat Jaehyun sudah terbiasa.

Keadaan Taeyong masih sama saat beberapa menit lalu, yang berbeda hanya jika awalnya tubuhnya itu bersih tanpa noda apapun, sekarang bahu serta bagian dadanya mulai terdapat jejak ruam yang sangat ketara hampir di setiap jengkalnya.

Lidah Jaehyun perlahan mulai turun lagi dan berhenti pada perut yang menjadi niatnya berdatang ke apartemen milik pacarnya. Perut dengan tindik di bagian pusar itu menambah kesan sexy yang jika dilihatnya saja sudah dapat membuat penis di dalam celananya menegang.

Kecupan ringan Jaehyun berikan di perut datar itu kemudian lidahnya kembali terjulur memainkan tindik milik Taeyong.

Telapak tangan lelaki tampan itu mengusap intens paha dalam si submissive miliknya, hingga membuat Taeyong merinding dengan tubuh yang bergetar pelan.

Kepala Taeyong terangkat, melihat pacarnya yang sangat asik memainkan tindik miliknya. Dirinya mendesis merasakan jilatan Jaehyun pada pusarnya yang mana malah membuat Taeyong senang karna justru bukankah berarti Jaehyun sangat menyukai tindiknya? Hah, Taeyong sangat tidak menyesal menindik pusarnya kalau begitu, bukankah dirinya makin terlihat menggairahkan?

Tarikan pelan Taeyong berikan ke surai lembut milik Jaehyun, “Jae? Sexy ya gue?”

“Banget, sayang.” Ucap Jaehyun mengangguk dengan lidahnya yang perlahan lagi mulai turun menyusuri perut Taeyong hingga sampai pada selangkangan si manis.

Jaehyun menenggelamkan wajahnya di selangkangan pacar cantiknya itu kemudian menghirup aroma khas Taeyong dengan rakus.

Rose dan vanilla, perpaduan yang sangat memabukan bagi seorang Jaehyun.

Dibukanya celana milik Taeyong setengah hingga matanya bisa melihat penis mungil pacar cantiknya itu yang sudah tegang disertai cairan precum dibagian kepala penisnya.

Penis mungil tegang itu Jaehyun jepit dengan kedua jari miliknya sebelum kemudian ia genggam lalu mengocoknya pelan.

“J-aehh! Ha—anghh” Kaki jari milik Taeyong tertekuk serta telapak tangannya yang mencengkram sprei di bawahnya.

Sebelah tangannya menggenggam pergelangan kaki Taeyong, mengarahkan kaki jenjang itu ke mulutnya—dicekup, disesap setiap jengkalnya oleh Jaehyun tanpa terlewat.

Selesai membuat tanda di kaki milik Taeyong tubuhnya kemudian menunduk dengan lidahnya yang terjulur kembali menggapai penis mungil pacar cantiknya sebelum dimasukan kedalam mulutnya.

Hahh, iyah nghh masukin kaya gitu J-jaehh.”

Bola mata milik Taeyong bergulir kebelakang hingga hanya menyisakan putihnya, dadanya ikut serta membusung tanpa sadar kedua pahanya mengapit kepala Jaehyun.

Merasakan jepitan paha Taeyong pada kepalanya Jaehyun abai, ia mulai menggerakan kepalanya naik turun dengan lidah di dalam mulutnya yang bermain melilit serta menggesek permukaan kepala penis Taeyong. Satu tangannya ikut menggoda buah zakar pacar cantiknya itu; menggoyangkannya sambil sesekali digesek dengan ibu jari miliknya.

PLAK!

Tamparan itu Jaehyun berikan di paha Taeyong hingga menimbulkan jejak telapak tangannya, membuat Taeyong menjerit dengan tubuh yang menggelinjang.

Setau Jaehyun, Taeyong sangat menyukai ketika dirinya melakukan sex dengan sedikit kasar, alasannya hanya agar tambah meningkatkan hasrat serta nafsu keduanya dan Jaehyun pun menyetujuinya.

“Dikit lagi, hnghh hahh jangan berenti Jaehh.”

Ditekannya kepala Jaehyun oleh Taeyong yang dengan senang hati semakin memasukan penis mungil pacar cantiknya itu sedalam mungkin hingga melakukan deep throat kemudian sedikit bersuara agar mengeluarkan vibra yang membuat Taeyong semakin nikmat.

Taeyong akui sentuhan bahkan permainan mulut pacar tampannya itu tidak pernah mengecewakan, selalu membuatnya takluk dan lemah terlihat tak berdaya hingga hanya bisa pasrah membiarkan tubuhnya digauli.

Hisapan pada penis mungil Taeyong tidak berhenti, bahkan Jaehyun mulai kencang menghisap batang kecil di mulutnya hingga pipinya tirus, membuat Taeyong menjerit pada pelepasannya.

AH! Jae—hahh aahh!

Cairan itu keluar dari lubang kecil penis Taeyong yang langsung menyembur ke dalam kerongkongan Jaehyun dan tanpa basa – basi langsung menelan cairan kekasih cantiknya tanpa rasa jijik.

Tubuh kekar itu kembali tegap, matanya menatap Taeyong menggoda dengan alis yang terangkat satu, “Enak ya, yong? Mau yang lebih enak ga?” Tanya Jaehyun yang merangkakan tubuhnya diatas Taeyong kemudian mencium serta melumat bibir manis dihadapannya.

Kedua tangan milik Taeyong melingkar di leher Jaehyun, menekannya agar ciuman itu semakin dalam, “Mau, gue juga kangen sama penis lo.” Ucap Taeyong disela kegiatan ciuman keduanya.

Ucapan Taeyong benar adanya, dirinya memang merindukan penis besar pacar tampannya itu. Sempat dilanda kebingungan karna tak biasanya Jaehyun bisa tahan untuk tidak menyentuhnya.

Disaat itu pikiran negatif nya merasuki, takut jika Jaehyun mulai bosan dengannya dan memilih untuk tidur dengan perempuan atau lelaki sub di luaran sana. Namun, ketika tau bagaimana cintanya Jaehyun kepada dirinya membuat Taeyong menepis segala pikiran yang membuat ia overthinking.

Jaehyun melepaskan ciuman keduanya kemudian beranjak menghampiri nakas di sudut ruangan untuk mengambil pelumas agar saat penisnya masuk tidak akan terlalu menyakiti Taeyong.

Saat berbalik dirinya lagi – lagi dibuat terkejut. Matanya melotot dengan mulut yang perlahan terbuka tidak menyangka mendapatkan pemandangan pacar cantiknya yang sangat amat tidak sabaran dan binal.

image

image

Apa ini hari keberuntungannya? Apa dua bulan tanpa sex bisa membuat Taeyong berprilaku seperti kucing pada musim kawin? Jika iya, sungguh Jaehyun tidak bermaksud begitu, hanya saja dia ingin memberikan suprise untuk pacar cantiknya itu sebelum membuat mereka kembali menghabiskan malam panas dengan gairah yang berlipat kali lebih nikmat.

“Jaeeee, cepet! Lubang gue udah gatel mau penis lo.” Rengek Taeyong sambil menggoyangkan pantatnya ke kanan kiri bermaksud menggoda Jaehyun.

Siapa yang tidak tergoda di suguhi pemandangan seperti itu? Membayangkan penisnya yang sudah dua bulan tidak masuk kedalam lubang senggama milik pacar cantiknya membuat ia bisa membayangkan seberapa kuat jepitan lubang itu terhadap penisnya.

Hah, hanya membayangkannya saja sudah membuat penis di dalam celananya sesak minta di bebaskan.

Jaehyun menyugar rambutnya kebelakang hingga terlihat dahi mulus tampannya yang teramat Taeyong sukai. Mengoleskan pelumas pada kedua jarinya sebelum kembali menghampiri Taeyong.

Ringisan terdengar tatkala kedua jari milik Jaehyun memasuki lubangnya, pelumas pada jari jaehyun memberikan rasa dingin yang membuat Taeyong semakin mengangkat pantatnya keatas.

Kedua tangan serta lutut yang menjadi tumpuan itu bergetar ketika di dalam sana Jaehyun berhasil menyentuh titik nikmatnya. Jari jemari milik Jaehyun membentuk pola menggunting serta memutar agar lubang pacar cantiknya itu sedikit melonggar.

Angh ah! Shh jangan dibagian situ jae!”

PLAK!

Tamparan itu Taeyong dapatkan lagi di pipi pantatnya. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Jaehyun, “Diem, gua harus longgarin lubang lu dulu, Tae. Biar masuknya gampang.”

Jaehyun menggeram pelan ketika merasakan jarinya yang dijepit oleh lubang Taeyong, dirinya bisa melihat seberapa ketat lubang dihadapannya yang saat ini melahap habis jarinya.

PLAK!

“Baru dua bulan ga dimasukin penis gua udah sempit begini, berasa perawan lubang lu ya yong?”

Pipi pantat Taeyong di gigit Jaehyun yang merasa gemas karna setiap kali Jaehyun menyentuh prostat miliknya, pantat itu akan mundur menabrak selangkangannya.

Masih dengan tangannya yang keluar masuk lubang Taeyong, sebelah tangan satunya membuka celana serta dalamannya sendiri kemudian menarik satu tangan Taeyong yang menjadi tumpuan lelaki manis itu untuk menggenggam penis besar miliknya yang telah tegak melawan gravitasi.

“Suprise, sayangku.” Ujar Jaehyun dengan tubuh yang membungkuk memberikan kecupan ringan di bahu serta punggung mulus milik Taeyong.

Taeyong tersentak ketika merasakan penis Jaehyun, lalu meraba batang besar itu hingga jarinya menyentuh dua buah bulatan di ujung kepala penis milik Jaehyun.

“J-jae? Lo?!”

Bukan hanya dirinya yang membuat kejutan untuk Jaehyun, rupanya pacar tampannya itu juga telah membuat kejutan untuknya, mungkin lebih dulu Jaehyun.

image

Apadravya adalah sebuah tindik yang menusuk hingga tembus secara vertikal. Kadang tusuk menusuk ini dilakukan di daerah batang penis seperti yang dilakukan Jaehyun.

For the fuck sake kapan pacar tampannya itu memasangnya? Apa dia gila menindik penisnya seperti itu? Apa tidak sakit? Segala pertanyaan muncul di otak Taeyong, merasa tak habis pikir dengan apa yang dilakukan Jaehyun terhadap penisnya sendiri.

“Jae, penis lo ga sakit?” Ucap Taeyong yang sedikit menoleh kearah belakang.

Jaehyun yang mulai sibuk membuat tanda di sekitar punggung Taeyong menoleh dengan mata yang langsung menatap kearah Taeyong, “Sakit.” Ucap Jaehyun dengan jarinya yang telah keluar dari lubang Taeyong, “makanya harus nunggu beberapa bulan, gua juga sering periksa tindik gua ke dokter.” Lanjutnya sambil sebelah tangannya mengarahkan penisnya menggesek belahan pantat Taeyong.

Dikecupnya pipi Taeyong dari belakang, “Gua masang tindik, biar lu makin ngerasa enak plus puas, Tae.”

Kedua ujung bibir Jaehyun terangkat membentuk seringai ketika merasa Taeyong diam dengan sebelah tangannya yang masih meraba apadravya di penis miliknya.

Taeyong mendorong pantatnya dengan sengaja hingga menubruk selangkangan Jaehyun, “J-jae? Masukin.”

“Hm? Ngomong yang jelas mau apa.” Ujar Jaehyun bersamaan dengan telapak tangannya yang meremas kencang pipi pantat Taeyong.

Taeyong terus menubrukan pantatnya berulang kali disertai rengekan yang keluar dari belah bibirnya.

“Mau, mau, mauuu! Apadravya nya jaeee. Cepet masukin. Buat gue teriak sampe gue ga bisa mikir yang lain selain penis lo yang numbuk prostat gue.”

Ucapan itu terlontar keluar dari bibir candu milik Taeyong, membuat Jaehyun menggeram gemas dengan penisnya yang makin mengacung tegak setelah dengar kata kotor dari pacar cantiknya.

With my pleasure, sayang.”

Tamparan kembali Jaehyun layangkan sebelum tangannya menepis tangan Taeyong yang masih meraba penisnya, kemudian mulai menarik pipi pantat itu agar memperlihatkan lubang yang secara perlahan melebar bersamaan dengan penisnya yang masuk ke dalam sana sekali hentak.

Tanpa menunggu Taeyong menyesuaikan, Jaehyun langsung menggerakan penisnya keluar masuk secara cepat namun tepat menyentuh dengan telak prostat milik pacar cantiknya.

Taeyong, dirimu salah meminta dengan nada menggoda yang membangunkan macan tertidur di dalam diri Jaehyun.


Ah! Angh shh, Jae! Ahh—oh god.”

Gerakan Jaehyun yang langsung menubrukan selangkangannya dengan kencang ke pipi pantat Taeyong sangatlah cepat. Desahan putus – putus dari Taeyong terlontar bersamaan setiap penis milik Jaehyun di dalam sana menyentuh prostatnya.

Perutnya tergelitik akan hantaman kuat Jaehyun di lubangnya, tubuhnya melengkung semakin menunduk dengan pantat yang menaik tinggi memudahkan Jaehyun bergerak.

Oh! Sial, ini adalah sex terbaiknya bersama Jaehyun. Lelaki tampan itu pintar sekali menyenangkannya dan membuatnya puas. Terlebih penis yang keluar masuk di lubangnya saat ini telah dipasang tindik yang membuat rektumnya bergesekan langsung sehingga mengantarkan rasa ngilu serta nikmat pada dirinya.

Hawa dingin di kamar Taeyong tidak berhasil membuat keduanya kedinginan, justru sebaliknya, tubuh keduanya tampak telah bermandikan keringat sebab kegiatan yang di lakukan oleh keduanya.

Hentakan tempo kencang Jaehyun membuat kasur berukuran king size milik Taeyong bergerak membentuk dinding pembatas hingga menghasilkan suara yang turut menemani keduanya.

Desisan itu keluar ketika penis milik Jaehyun di jepit semakin erat oleh Taeyong, “Shh.. Jangan di ketatin, Tae.”

Kepala Jaehyun terdongak dengan mata yang terpejam, ia menikmati bagaimana lubang pacar cantiknya bekerja meremas serta memijat penis miliknya di dalam sana. Jaehyun bisa merasakan tonjolan kecil pada kepala penisnya yang bergesekan langsung dengan apadravya miliknya.

Gelombang pelepasan yang hampir datang bisa Taeyong rasakan, perutnya tergelitik tatkala apadravya milik Jaehyun berhasil membuatnya gila. Mulut yang terbuka mengeluarkan liur serta tubuhnya yang bergetar merasa tersengat di setiap hentakan yang diberikan.

Ketika cengraman lubang pada penis miliknya semakin kuat—Jaehyun mengeluarkan penisnya hingga hanya menyisakan kepala, lalu kembali mendorongnya masuk dengan keras sampai benar – benar dalam, membuat saat itu juga cairan keluar dari penis mungil milik Taeyong bersamaan dengannya.

“O—oh ah! Astaga, Jae anghh!”

Dirinya masih mendorong penisnya masuk sesekali bergerak pelan agar cairannya keluar semua di dalam lubang Taeyong.

Akibat pelepasannya Taeyong mulai menjatuhkan tubuhnya secara langsung membuat penis Jaehyun ikut terlepas dari lubangnya, mencoba menetralkan nafas yang tak beraturan.

I like me better when im with you~

Lagu yang mengalun dari suara ponsel milik Jaehyun membuat lelaki tampan itu beranjak menghampiri meja di samping kasur untuk mengambil ponselnya.

Woi, Jae! Lu dimana sat?

Jaehyun menjauhkan polsennya ketika suara disebrang sana mengganggu indra pendengarannya.

“Di apartemen laki gua, kenapa?” Ucap Jaehyun dengan mata yang tertuju kearah Taeyong di atas kasur, entah tertidur atau hanya beristirahat.

Yeh anjg, gua kira kemana buru – buru amat. Ngapain lu emangnya?

Jaehyun tersenyum kecil sebelum menjawab, “Ngewe.”

Disebrang sana, Yuta yang mendengar ucapan kawannya terkejut hingga kopi yang di minumnya keluar dari hidung—merasa perih, “BANGSAT, JAEHYUN.

Umpatan itu hanya dibalas Jaehyun dengan tawa khas miliknya sebelum mematikan panggilan telefon dan melempar ponselnya ke arah sofa kamar Taeyong bersamaan kakinya yang melangkah kembali menghampiri pacar cantiknya.

mature content, 21++, harsh words, anal sex, bxb, image vulgar 🔞🔞⚠️‼️

TINDIK

“Jenoooo, bukain pintunya. Ngapain lu kunci bego!”

BRAK!!! BRAK!!

Jeno ngedecak kesel sama apa yang Jaemin lakuin ke pintunya. Ya emang salah dia si karna lupa kalo dia sendiri yang ngunci, padahal dia udah tau kalo Jaemin mau dateng ke rumahnya.

Jeno ngelirik pintunya sekilas, “SABAR NA! GUA MASIH MAIN, KALO DITINGGAL BISA MATI.” Teriaknya.

“HAH?!” Jaemin nganga ga percaya sama ucapan Jeno, “BABI LO, GUE ITUNG SAMPE TIGA KALO GA DIBUKAIN GUE TELFON BUNDA LO.”

Dilipet tangannya di depan dada sambil badannya nyender di pintu kamar Jeno.

“SATU!”

“DUA!”

Sumpah, Jaemin ga abis pikir. Bahkan pas dia udah nempelin kupingnya di pintu tetep aja sama sekali ga ada bunyi pergerakan apapun selain suara tembakan dari game yang udah pasti Jeno mainin.

“Matanya ga sakit apa liat game mulu. Mending liat gue yang udah pasti bikin mata seger, ntar kalo sange plusnya gue yang lemesin.” Dumel Jaemin pelan.

Kakinya udah pegel nunggu Jeno, bahkan ini udah lebih dari dua menit, jauh banget jarak waktunya sama itungan Jaemin.

“JENO! BUKAIN BANG—“

CEKLEK

Bunyi pintu yang dibuka tanpa aba – aba buat Jaemin yang masih nyender di pintu langsung jatuh ke depan, tepatnya ke Jeno.

BRUK

Matanya refleks merem pas badannya jatuh, tapi Jaemin aneh kenapa dia ga ngerasa sakit padahal ubin rumah Jeno kan keras.

Pelan – pelan Jaemin buka matanya yang langsung ngeliatin iris mata coklat punya Jeno.

Tapi bukan itu masalahnya. Sekarang badannya nimpa Jeno dan itu nempel, sama sekali ga ada sekat. Bahkan bibir keduanya udah bertubrukan.

Posisi yang intim bikin pipi Jaemin muncul semburat merah dan badannya yang ikutan panas.

Ini kalo Jaemin ga tau malu udah dia teken ciumannya biar makin nempel. Sayangnya pikirannya masih waras. Jaemin maunya Jeno duluan yang minta, soalnya kalo dia yang duluan jadinya kaya orang kurang belayan.

Binal – binal gitu gengsinya gede bos.

Tiba – tiba Jaemin ngerasa pundaknya di dorong pelan. Siapa lagi pelakunya kalo bukan Jeno? Ga ada, orang mereka cuma berdua. Eh, bertiga deh, soalnya sama kucingnya Jeno yang lagi tidur di kasur punya cowok hidung bangir itu.

“Minggir.” Kata Jeno pake nada datarnya.

Jaemin muterin bola matanya males, badannya pindah jadi duduk di sebelah Jeno, “Sabar, lagian siapa suruh di depan pintu.” Sinisnya.

“Siapa suruh nyender ke pintu.”

“Terus salah gue?” Pelotot Jaemin.

Jeno ngedengus, matanya balik fokus ke arah game di pc nya, “Salah pintunya.”

Emang dari sananya Jaemin itu julid jadi pas Jeno bilang pintunya yang salah, mulut Jaemin komat kamit sambil pasang komuk nyebelin udah kaya ibu – ibu komplek yang suka gibah.

Ga tau aja anaknya kalo Jeno yang coba fokus ke gamenya sambil mesem – mesem ga jelas karna dapet ciuman dari Jaemin, walau ga sengaja tetep aja seneng. Buktinya mukanya berseri udah kaya bocil dapet cuan.


Udah satu jam Jeno sibuk sama gamenya dan udah satu jam juga Jaemin main sama kucingnya Jeno, tepatnya nyibukin diri.

Bosen banget Jaemin tuh, Mocci aka kucingnya Jeno itu tidur mulu. Digodain udah, sampe Jaemin goyang – goyangin cuma gerak dikit abis itu tidur lagi.

Jaemin gabut banget.

“Jennnnn, gue bosen.” Kata Jaemin yang kepalanya udah nempel sama kasur Jeno.

Mata Jeno masih fokus natap layar pc di depannya sambil bilang, “Tadi katanya kangen sama mocci, yaudah main aja sama mocci.”

“Kucing lo tidur terus, guenya gabut ih.”

Jeno ngedengus, “Sini, duduk sini.” Katanya sambil nepuk pahanya.

Jaemin langsung jalan kearah Jeno yang udah mundurin bangkunya, ngasih jarak biar Jaemin gampang duduk di pangkuan dia.

Jeno sama Jaemin itu temen, tapi prilakunya ga kaya temen. Bisa dibilang temen tapi sayang? Bisa juga dibilang temen tapi mesra.

Temen – temen mereka tuh sebenernya udah kesel liat Jeno sama Jaemin yang statusnya temen tapi kelakuannya manis banget ngalahin orang pacaran. Sampe kalo ditanya “Kapan pacaran?” Keduanya bakal bilang, “Temen sampe tua.”

Mungkin maksudnya Jeno sama Jaemin, temen hidup kali ya? Jadi temen mereka juga udah ga kepo apa lagi nyuruh – nyuruh keduanya pacaran, soalnya udah capek, bro.

Liatin aja katanya mah.

Sekarang posisi Jaemin lagi duduk di paha Jeno sama tangannya yang ngelingkar di leher cowok hidung bangir itu.

Pundak Jaemin sesekali diciumin sama Jeno bermaksud biar ngilangin rasa gabut Jaemin. Tapi Jaemin malah tambah gabut plus greget. Please, Jeno ga peka apa emang cuek Jaemin ga tau, tapi masa ga ngerasa aneh sama dia yang dari tadi udah nyoba ngalihin perhatian Jeno pake nada manja dari suara dia?

Kalo kaya gini, Jaemin yang udah keburu kesel mah harus mancing duluan biar Jeno bisa fokus ke dia.

“Jen, sebenernya gue ke rumah lo mau pamer. Gue abis beli celana, lucu banget.” Kata Jaemin yang pipinya nyender ke pundak Jeno.

Jeno lirik Jaemin sekilas, “Oh, gitu?”

“Gue mau minta pendapat lo.”

Ucapan Jaemin cuma dibales deheman sama Jeno.

Muterin bola matanya males, Jaemin yang udah emosi langsung gigit pundak Jeno sampe yang digigit teriak kesakitan.

“Akh! Sakit anjir.” Kata Jeno sambil ngusap pundaknya, “Ok, mana celananya biar gua liat.” Lanjutnya.

“Disini.” Jawab Jaemin natap Jeno polos sambil tangannya nuntun telapak tangan Jeno ke arah pantatnya yang di bales Jeno tamparan di pipi pantat dia.

“Yeh, gua serius bocil.”

Jaemin ngedecak, “Gue serius, nih liat.”

Jeno kira Jaemin bercanda, tapi pas ngeliat cowok cantik di depannya buka celana luarannya yang langsung bikin mata Jeno bisa ngeliat celana lucu yang di maksud Jaemin, bikin dia keselek ludahnya sendiri.

Bener kata Jaemin, celananya lucu. Tapi Jeno heran, celana yang tadinya lucu pas dipake sama Jaemin kenapa malah jadi sexy?

Kayanya Jaemin berhasil nih bikin Jeno ngalihin perhatiannya dari game jadi ke dia.

Sebenernya mata Jeno udah capek gara – gara nge game cuma pas di kasih pemandangan kaya gini mah udah pasti langsung seger lagi. Bahkan sekarang secara ga langsung Jaemin udah bikin sesuatu di balik celananya sesek minta di bebasin.

Ga ada salahnya kan kalo Jeno kerjain dikit? Soalnya secara ga langsung Jaemin udah godain dia.

“Lumayan. Misi, gua mau lanjut nge – game.”

Mulut Jaemin nganga, masih ga paham sama Jeno yang keliatannya sama sekali ga sange ngeliat dia kaya gini. Padahal Jaemin udah nurunin gengsinya, harusnya Jeno peka.

Jaemin malu, tapi udah terlanjur. Dari pada pulang ga ada hasil, mending ga pulang tapi berhasil.

Berhasil apa? Berhasil bikin Jeno entotin dia sampe pagi.

Jaemin mainin jari telunjuknya di dada bidang Jeno, “Jen, udahan mainin gamenya.” Mulutnya ngebisik di telinga Jeno.

Jeno ngedehem, “Gua belum puas main game nya, Na.”

“Yaudah, gantinya gue yang bakal puasin lo, jen.” Bisik Jaemin yang lidahnya udah keluar ngejilat kuping Jeno.

Duh, denger omongan Jaemin yang kaya orang open BO bikin Jeno tambah sange.

Ga ekspek bakal dibales gitu sama Jaemin, tapi syukur juga anaknya nawarin, jadi ga ada alesan buat Jeno nolak tawaran cowok cantik di depannya.

Kesempatan ga dateng dua kali, Jaemin yang nakal kaya gini tuh kapan lagi?


“Ahh ah, Jen.. enak.”

Badan Jaemin naik turun di pangkuan Jeno yang cuma diem ngeliatin Jaemin di atasnya.

PLAK!

Pantat Jaemin ditampar Jeno pas ngerasa cowok cantik diatasnya pelanin gerakannya, “Yang bener, Jaem. Katanya kontol gua enak, tapi gerakan lu makin pelan, gimana sih?!”

Kepala Jaemin pusing karna ngerasain kontol Jeno yang dari tadi berhasil nusuk prostatnya, bikin badannya geter nahan enak.

Secara sengaja Jeno hentak pinggulnya keatas, berhasil bikin kontolnya masuk makin dalem ke lubang Jaemin.

“Ahh iyahh kaya gitu, hentakin kontol lo kaya gitu jen—nohh ah!”

Keadaan Jaemin udah berantakan, celana baru yang dia pamerin tadi udah dirobek sama Jeno yang ga sabar masukin kontol dia ke lubang Jaemin gara – gara perkataan Jaemin yang bikin dia sange berat.

Serta bajunya yang udah basah dibagian dada tepatnya di pentil cowok cantik itu karna diisepin sama Jeno dari luar pakaiannya.

Diremesnya pantat Jaemin sambil kedua tangan Jeno yang ngebuka belahan pantat cowok cantik itu dan nampilin kontol Jeno yang keluar masuk di lubang Jaemin.

Jeno tatap pemandangan di bawahnya tepatnya ke lubang laper Jaemin yang ngelahap kontol dia. Bikin Jeno tambah sange dan pengen gempur lubang Jaemin sampe lebar minta dimasukin terus.

“Nakal banget ya Jaem lubang lu, kontol gua di jepit kenceng banget ga dibiarin lepas.” Kata Jeno sambil tangannya nyentil kepala kontol mungil punya Jaemin.

Sebelah tangan Jeno pegang pinggang Jaemin biar ga jatuh sambil satu tangannya yang lain ngocok kontol jaemin sesekali kepala kontol si cowok manis digesek pake jempolnya.

“Ah! Jenoohhh kontol lo besar banget, gue suka. Akh ah! Ayohh ancurin lubang gue jen.” Gerakan naik turun Jaemin ngasilin suara erotis dari pantat Jaemin yang bertubrukan sama selangkangan Jeno bikin cowok hidung bangir itu ngerang kecil.

Jeno ngedongakin kepalanya natap Jaemin yang nampilin raut keenakan atas sodokan Jeno, “Enak, hm? Kontol gua enak banget kan, Na? Sampe bisa bikin lu kelojotan gini.” Jari telunjuknya secara sengaja Jeno masukin ke lubang Jaemin, “Lubang lu, beruntung bisa dimasukin kontol enak kaya punya gua, Jaemin.” Lanjutnya.

“JEN! U-udah penuh hnghh anjinghh, jari lo jangan ah! Dimasukinhh.” Jaemin tahan tangan Jeno yang mau masukin jarinya lagi. Kepalanya ngegeleng ribut.

Jeno ketawa kecil, “Mulut lu berisik, mau di sumpel pake kontol gua juga? Iya?”

Ditepis sama Jeno tangan Jaemin yang nahan dia, jarinya dia arahin ke mulut Jaemin biar diisep sama cowok cantik itu sambil jarinya mainin lidah Jaemin, ngebuat air liur netes ke dagu sama leher Jaemin.

Ga cuma lubangnya doang yang anget bahkan mulutnya juga. Kontol sama Jarinya diisep kuat bikin pikiran Jeno cuma penuh sama Jaemin yang lagi muasin dia.

Tangan Jaemin yang tadinya pegang bahu Jeno buat di jadiin tumpuan sekarang mulai pindahin satu tangannya ngeremes pergelangan tangan Jeno yang jarinya lagi ngobrak – abrik isi mulutnya.

“Nghhh, Jennh.”

Gerakan Jaemin mulai pelan karna pikirannya yang udah kebagi. Lubang sama mulutnya dimainin kasar sama Jeno, ga peduli sama Jaemin yang udah lemes.

Paha Jaemin di tahan pake satu tangan Jeno, pinggulnya langsung gerak ngehentak lubang Jaemin pake tempo acak ngebuat Jaemin hampir jatuh kalo aja satu tangannya ga cengram pundak Jeno.

“Pelanhh, ah! J-jenh gue mau pipis pleasehhh”

Gimana bisa Jaemin nyuruh dia pelan pas dinding lubang Jaemin yang ngurut kontol Jeno bikin cowok hidung bangir itu puas banget. Pinggulnya jadi ga bisa berenti buat nyodok prostat Jaemin.

Air mata Jaemin netes ngelawatin pipinya, bibir bawahnya dia gigit nahan teriakan, “Ha—anghh ah, Jen please? Gue mau pipis beneran ahh anjinghh.”

Perutnya yang ngilu dan ga bisa ditahan bikin Jaemin akhirnya pipis. Air maninya ngotorin hoodie yang Jeno pake bikin cowok hidung bangir itu kaget karna pipis Jaemin yang keluar deres banget.

“Udah mulai ga bisa mikir ya, na? Saking enaknya lubang lu di sodok pake kontol gua bikin lu pipis ga tau tempat gini.” Disentilnya kepala kontol Jaemin sama Jeno bikin Jaemin ngerang pelan.

Telapak tangan Jeno ngelus rambut Jaemin lembut sebelum di tarik ke belakang sampe Jaemin ngedongak ngeliatin leher putih mulusnya yang langsung di sesap sambil diisep dan di jilat intens sama Jeno.

“Akh! Nghh Jenoo, enak anghh sodok gue terus pake kontol lo ah! Ahh! Jangan berentihh.” Desah Jaemin yang ucapannya mulai ngelantur.

Jeno desis pelan, ngerasa deket sama pelepasannya, “Na, mau peju gua ga?” Tanya Jeno berentiin gerakannya, “Lu duduk di bawah, buka mulut lu yang lebar nanti baru gua kasih peju gua.” Lanjutnya.

Jaemin yang pikirannya udah kosong cuma bisa ngangguk nurutin ucapan Jeno. Badannya yang gemeteran pindah duduk di bawah selepas itu Jaemin buka mulutnya lebar – lebar. Nunggu Jeno muncratin pejunya kemulut dia.

Jeno senyum kecil ngeliat Jaemin yang nurut sama omongan dia. Ngerasa bangga bisa bikin Jaemin linglung karna kontolnya.

Pipi Jaemin diusap lembut sama Jeno sambil jempolnya ngelus bibir bawah Jaemin pelan, “Nah gitu, kalo mau kontol harus nurut biar dikasih bonus peju.”

Disodorin kontol Jeno kebibir Jaemin yang langsung di sambut sama mulut Jaemin. Dijilat, diisep, disedot sampe dililit pake lidahnya biar kontol di dalem mulutnya cepet muncrat.

Jeno dongakin kepalanya pas pelepasannya dateng. Matanya merem nikmatin mulut Jaemin yang masih nyedot pejunya biar keluar semua.

Sehabis nelen semua peju punya Jeno, Jaemin natap Jeno yang nundukin badannya. Jempolnya ngusap pinggiran bibir Jaemin yang masih ada bercak putih.

Mata Jeno natap tepat di mata Jaemin yang natap Jeno polos dan dibales senyuman kecil sama Jeno. Dikecup bibir yang udah muasin dia sambil kedua tangannya ngangkat badan Jaemin dan di tidurin di atas kasurnya.

Mocci, kucing punya Jeno rupanya udah bangun dari tadi karna suara Jaemin sama Jeno yang ganggu tidur nyenyaknya.

Mata bulat punya Mocci natap Jeno sama Jaemin yang sekarang ada di atas kasur bikin kucing itu yang tadi ada di tengah sekarang pindah kepinggir kasur karna kegiatan tak senonoh babunya.

Jeno ngelirik Mocci yang lagi natap dia bingung, “Mocci, minggir dulu ya? Papa mau muasin dadda dulu.”

Jaemin yang pasrah langsung ngelengkungin badannya barengan sama matanya yang merem melek keenakan pas Jeno masukin kontol mungil punya dia ke mulut anget cowok hidung bangir itu.

Oh! Jaemin belum bilang kalo ini have sex pertamanya sama Jeno. Ga heran cowok yang lagi asik ngemut kontol mungil punyanya kaya hewan birahi di masa kawin. Bringas.

Miau...

Suara ngeongan dari Mocci bikin Jaemin buka matanya dan ngalihin pandangannya ke kucing punya Jeno.

Jaemin gigit bibir bawahnya pas ngerasa dibawah sana Jeno mainin buah zakarnya. Bikin Jaemin ngerapetin pahanya ngejepit kepala Jeno.

Pipi Jaemin panas pas ngerasa tatapan Mocci kedia kaya orang yang lagi simpati.

Jaemin malu sama kucing.

“Shh anggh, Jenooooo.” Erang Jaemin berbarengan sama pelepasannya yang keluar—muncrat di dalem mulut Jeno dan langsung di telen sama cowok hidung bangir itu.

Dada Jaemin naik turun, matanya berat karna rasa ngantuk yang nyerang dia tiba – tiba. Tapi emang yang namanya Jeno hormonnya tinggi jadi dia ga biarin Jaemin tidur.

Jaemin buka matanya pas ngerasa ada yang ngerangkak di atas badannya dan mainin bibir dia.

Jeno nyeringai ke Jaemin, “Kontol gua belum puas Jaemin. Ngewe sampe pagi ya?”

Bagi Jeno, perpaduan sempurna itu ga akan sempurna kalo tanpa Jaemin. Jaemin, game and chill tiga perpaduan itu yang jadi favorite Jeno. Sebenernya chill nya itu cuddle. Tapi kalo lebih, Jeno jelas bakal lebih suka juga.

Sekarang Jaemin boleh nyesel ga karna ngajak Jeno ngewe? Dia kira Jeno bakal kasih dia istirahat, tapi emang pemikirannya aja yang terlalu positif sampe ga tau resikonya apa.

Untuk beberapa Jam kedepan Jeno sama Jaemin kayanya ga sadar kalo mereka Jadi tontonan kucing kesangan Jeno. Mocci, yang mulai ngeong minta keluar dari kamar Jeno karna ngerasa keganggu sama kegiatan dua orang kelebihan kantong hormon.

“Eh, gue duluan ya? Udah di jemput.” Ucap Yola.

Mereka semua yang ada di meja itu nganggukin kepala tapi engga buat Bara, dia pasang muka bingung.

“Tiba – tiba banget? Pulang bareng siapa la?”

Yola muterin bola matanya males, kebiasaan Bara suka begitu, orangnya gampang kepikiran. Karna Yola dari awal bareng Bara, jadi pulangnya juga harus sama Bara. Tipe yang tanggung jawab kalo udah ngajak orang.

Yola sempet bisikin ke Bara sebelum dia akhirnya pergi ga lupa nyalamin mereka semua yang ada di meja itu.

Ada perasaan lega ketika Bilal tau kalo Yola pulang kebih dulu dan ga bareng sama Bara. Dia ga tau kenapa, tapi yang jelas dia sedikitnya seneng.

Sedikit ya, ga banyak.

Bilal noleh waktu ngerasa ada yang nyolek dengkul dia, “Mau nambah minum gak?” Yang rupanya Bara pelakunya.

“Engga, ini masih setengah kok.”

Mereka ga sadar aja temen – temennya sebagian melirik ke arah keduanya. Tapi ga komen apa – apa karna dipikiran mereka, ya biasalah PDKT.

“Jari lu, lucu.”

Bilal sempet kaget pas bara pegang jarinya terus dimainin, btw Bara bahkan udah duduk di samping Bilal. Entah apa yang lucu, menurut Bilal jarinya sama aja.

“Pas banget sama orangnya.”

Alis bilal mengkerut bingung, “Maksudnya?”

Bara noleh ke Bilal sambil senyum tipis, “jari lu pas sama lunya, sama – sama lucu.”

Engga, Bilal ga salting.

Maksudnya ga salah lagi, mukanya udah panas sekarang sampe buat Bilal ngalihin pandangannya dan Bara yang malah ketawa ngeliat pipi Bilal yang merah.

Bara tarik pelan tangan Bilal ngarahin telapak tangannya ke telapak tangan Bara, terus diukur.

“Tuh, liat. Masih besaran tangan gua, Bil.”

“Ya terus kenapa?”

Pas Bilal ngomong gitu jari tangan Bara langsung ngisi ruang di sela – sela jari Bilal, ngegenggam.

“Pas ditangan gua, jodoh kali ya, Bil.”

Satu pukulan Bara dapetin di lengannya sebagai Bilal pelakunya.

Apa Bara ga tau kalo ucapannya bisa bikin Bilal tambah salting? Bilal udah ga punya muka rasanya karna semburat merah yang muncul ga tau situasi. Jantungnya udah detak ga karuan, hampir Bilal pikir dia sakit jantung.

Hatinya hampir luluh tapi masih bisa Bilal tahan, pokoknya bagi dia tuh,

Bara itu ngeselin.

“Nanti pulang bareng ya, Bil.”

Bilal beraniin lagi natap Bara, “Tapi gue bareng Rega.”

“Gapapa, biar Rega bareng Jordan.”

“Iya, yaudah.”

Yang dibales senyum sama Bara.

Lutfhi kipasin lehernya pake tangan sambil bilang, “Panas banget ya, Zra. Buset dah, ga kuat gua.”

Bara dkk natap Lutfhi pake tatapan datar mereka. Ayolah mereka paham Lutfhi lagi nyindir, toh ruangannya ber-ac masa bisa kepanasan? Kecuali kalo lutfhi emang titisan setan.

Mizra tanggepin ucapan Lutfhi, “Kata gua lebih ke bau si ini mah.”

Lutfhi bingung, “Bau apaan? Bau kopi perasaan.”

“Bau badan lu, jauh – jauh lu dari gua.” Ucap Mizra yang ngebuat semuanya ketawa dan langsung Lutfhi bales pukulan di bahu Mizra.

Usai kekalahannya disinilah Taeyong sekarang, terdiam di sebuah ruangan dengan nuansa minimalis milik lelaki yang sedang berada di dalam kamar mandi entah sedang apa.

Taeyong pikir, bagaimana bisa membiarkan dirinya kalah oleh Jaehyun dan membuat lelaki pemilik lesung pipi itu menuntut hak atas dirinya, atau mungkin tubuhnya.

Rasa ingin kabur hinggap ketika tau apa yang akan terjadi—tapi, egonya lebih tinggi. Taeyong bukan lelaki pengingkar janji, maka dirinya masih menunggu dengan terpaksa berani.

Suara pintu yang terbuka membuat Taeyong kembali kepada kesadarannya dengan mata meilirik kearah Jaehyun. Lelaki itu sudah keluar dari kamar mandinya dengan keadaan shirtless, hanya memakai celana bahan serta handuk yang mengusap rambut basahnya.

Rasa berani yang hinggap dihati mulai terkikis. Oh! Astaga, apa ini akhir dari keperjakaannya(?)

Jaehyun berjalan menghampiri Taeyong dan mendudukan dirinya dikasur tak jauh dari lelaki bersurai blonde itu.

“Kesepakatannya—ga usah dipikirin. Kalo lu ga siap, gua ga maksa.”

Ucapan Jaehyun membuat Taeyong mengerutkan dahinya, berpikir apa lelaki itu meraguinya(?)

Apa Jaehyun pikir dia takut(?)

Lelaki berlesung pipi dengan paras yang Taeyong akui seperti pahat campuran sugawi, apa dia menyepelekan Taeyong(?)

Spekulasi berbagai hal negatif muncul di pikirannya, emosi hampir keluar dari mulut merah delima itu sebelum Jaehyun berseru lembut kepadanya menyuruh dirinya duduk disisi lelaki berlesung pipi itu.

Dan sekali lagi, Taeyong merasa dirinya mudah diperdaya hanya karna nada suara lembut yang keluar dari bibir Jaehyun. Dirinya patuh dan langsung duduk di samping si lelaki tampan.

Layar dari TV itu menyala, menayangkan sebuah film entah apa Taeyong tidak tau, tepatnya tidak ingin tau. Hanya menurut ketika dirinya disuruh menemani Jaehyun berdalih menonton.

Jaehyun tersenyum kecil saat merasa Taeyong menurut padanya, entah karna kalah oleh tantangan yang diterimanya sehingga sikapnya bentuk dari sebuah resiko kesepakatan atau karna hal lain Jaehyun tidak ingin tau.

Asal bisa sedekat ini dengan Taeyong.

Taeyong bergerak sedikit tidak nyaman karna harus sedekat ini dengan Jaehyun. Bahu keduanya menempel tanpa jarak yang berarti membuat dirinya menoleh sedikit kesamping hingga iris hitam legamnya dapat melihat pahatan sempurna lelaki tampan itu dari samping.

Jaehyun tau Taeyong melirik ke arahnya, dirinya hanya terlampau gugup hingga tak berani membalas tatapan lelaki cantik bersurai blonde itu.

Tayangan film yang memperlihatkan seorang lelaki dan wanita sedang berpesta kemudian keduanya masuk kedalam kamar kosong dan mulai bercumbu membuat suara tak senonoh terdengar ditelinga Taeyong dan Jaehyun.

Tubuh keduanya menegang dengan jantung yang bertalu dan bibir yang sama – sama rapat tanpa berniat mengeluarkan suara.

Taeyong salah tingkah, matanya kembali melirik kearah Jaehyun yang masih menatap tayangan di depannya tanpa berniat mengganti. Mencoba abai namun beberapa detik berlalu suara erotis itu semakin terdengar membuat Taeyong kesal.

“Tae.”

“Kenap—“

Terkejut, Taeyong sungguh terkejut dengan gerakan lelaki tampan di sampingnya.

Kedua bibir itu bertemu, membuat keduanya bisa merasakan tekstur lembut dan kenyal di bibir masing – masing.

Entah bisikan dari mana namun Taeyong mulai terlena, matanya terpejam menikmati bibir nya yang di sesap oleh Jaehyun.

Lantas benda tak bertulang itu mulai mengetuk bibir milik Taeyong agar mengizinkannya masuk mengeksplor dalam rongga hangatnya.

Taeyong sambut lidah itu agar kemudian saling melilit serta bertukar saliva hingga menetes melewati pinggiran mulut kedunya turun ke dagu hingga lehernya.

Perasaan Jaehyun campur aduk, jantungnya berdetak tak karuan merasakan manis pada pengecap rasanya.

Sungguh, tak bisakah lelaki di depannya menjadi miliknya saja? Jika hal itu terjadi mungkin Jaehyun menjadi orang yang paling bahagia di dunia.

Segalanya tentang Taeyong itu manis.

Sebut dirinya bucin atau apapun, Jaehyun tak perduli.

dirinya mengaku terlampau memuja Taeyong sampai rasanya frustasi berusaha mengejar perhatian lelaki cantik itu selama ini.

Dirinya mengaku tak menyesal menerima tantangan dari kawannya jika pada akhirnya begini. Ego yang Taeyong punya cukup tinggi hingga berani menerima tantangan untuk berduel dengannya, maka kesempatan itu tak di sia – siakan oleh Jaehyun.

Dirinya berhasil menang balapan dengan Taeyong sebagai lawan.

Ingatkan Jaehyun untuk mentraktir kawannya itu.

“Ughh”

Erangan Taeyong terdengar ketika merasakan lidah Jaehyun yang berputar mengabsen deretan giginya, mengantarkan rasa hangat pada pergumulan dua bibir yang sedang bercumbu.

Ciuman itu terlepas dibarengi dengan ucapan Jaehyun kepada Taeyong, “Sorry, gua kelepasan. Ayo gua anter pulang.”

Sesaat Taeyong tertegun, apa dia tidak salah dengar? Sudah kepalang tanggung lelaki tampan itu berhenti dan memintanya pulang.

Sekali saja pikirnya, ia turunkan egonya dengan tangan yang menahan pergerakan Jaehyun agar kembali duduk lalu dirinya bergerak menindih kedua paha itu—mendudukinya.

Istg Jung Jaehyun, gue ga mau pulang. Gue izinin lo, ayo sentuh gue.”

Kembali dengan dua bibir itu saling bersentuhan, mengantarkan kejutan untuk Jaehyun yang saat ini masih terkejut atas ucapan Taeyong kepadanya.

Apa Taeyong baru saja menyerahkan dirinya pada Jaehyun(?)

Apa artinya ia bisa menyentuh Taeyong(?)

Apa artinya Taeyong miliknya malam ini(?)

Untuk pertanyaan ketiga di pikirannya bersamaan dalam hatinya berucap meminta agar lelaki cantik itu bisa menjadi miliknya untuk waktu yang lama jika jiizinkan selamanya.

Jaehyun aminkan.


Tubuh elok itu terlonjak diatasnya. Jaehyun tanpa mengalihkan pandangannya terus melihat bagaimana paras seseorang bisa seindah dan sesempurna ini.

Tidakkah segala keindahan di dunia iri melihat visual Taeyong bak bidadari.

Mulut dengan rasa manis itu terbuka mengeluarkan suara merdu yang mengalun di telinga Jaehyun.

Tak ingin tinggal diam, kedua tangannya ikut serta meremas kedua bongkahan kenyal Taeyong, membuat lelaki cantik itu mengerang pelan.

“Ahh.. Jaehyun.”

Baru kali ini Jaehyun mendengar namanya di sebut dengan benar oleh Taeyong.

Rasanya sungguh mendebarkan bisa membuat lelaki cantik itu memanggil namanya.

Jaehyun mendesis ketika merasakan bagian vitalnya di jepit oleh rektum milik Taeyong, sungguh sempit membuatnya ingin bergerak kasar tapi tak dilakukan karna ingin membuat Taeyong nyaman dan tak kesakitan.

Dicumbunya kembali bibir yang sejak tadi tak berhenti merintih mendesahkan namanya dengan kedua tangan Taeyong yang ikut melingkar di lehernya serta jarinya ikut memainkan surai coklat miliknya.

Kedua paha milik Taeyong di tekan oleh Jaehyun kebawah membantu Taeyong agar penis miliknya berhasil menyentuh titik terdalam dari liang senggama lelaki cantik itu.

“Tae, boleh gerak lebih cepet? Kalo sakit jangan dipaksa gapapa.”

Pertanyaan Jaehyun membuat Taeyong membuka matanya, irisnya menatap tepat pada mata coklat yang membuat dirinya tenggelam di dalamnya.

Sudah berapa kali dirinya memuji lelaki tampan di depannya terhitung sejak awal dirinya datang ke rumah Jaehyun dan tersadar bahwa lelaki pemilik lesung pipi itu seperti patung pahatan dewa dewi.

Taeyong mengangguk dan langsung bergerak naik turun dengan tempo cepat dan tepat. Ritme yang diinginkan oleh Jaehyun di sanggupi Taeyong sehingga membawa kepuasan bagi lelaki tampan itu.

Jaehyun memegang kedua pinggang Taeyong dan menggerakan pinggulnya berlawanan arah menghentak cepat dengan Taeyong yang tak lelah bergerak diatasnya.

Wajahnya ia tenggelamkan di tengkuk Taeyong. Mengecup serta menggigit kecil kulit mulus itu hingga muncul kemerahan. Terus melakukannya sambil bibirnya menelusuri leher Taeyong dengan lidahnya.

Salahkah bila Jaehyun senang dengan Taeyong yang menurut dan tidak menolaknya(?) dirinya merasa spesial hanya karna hal tersebut.

Kedua tangan Taeyong semakin mengeratkan rangkulannya pada leher Jaehyun, keduanya saling menempelkan dahi masing – masing. Menatap dengan tatapan dalam yang sayu sarat akan nafsu.

Pipi Taeyong memerah terlampau malu ketika tubuhnya bergerak sendiri mencari kenikmatan yang bisa di dapatkannya melalui Jaehyun.

Melihat pipi yang muncul semburat merah itu membuat Jaehyun mengusapnya pelan. Taeyong diatasnya sangat terlihat berbeda ketika di arena—tampak sangar dan dingin tak tersentuh. Namun lihat sekarang, mata sayu dengan bibir bawahnya yang sengaja lelaki cantik itu gigit serta peluh yang menetes melewati pipi kemerahannya, sungguh Jaehyun dibuat panas dan gemas di waktu bersamaan.

“Ha—angghh, Jae..”

Sebenernya Jaehyun masih merasa kurang puas dengan gerakan Taeyong, tapi tak apa.

Biarkan Taeyong bergerak sesuka hati dengan kepuasannya sendiri.

Tak perlu perdulikan Jaehyun. Asal Taeyong nyaman bersamanya itu sudah cukup.

“Shh.. Tae.”

“J-jaehh, gue mau—“

“Tunggu, barengan.”

Kedua tangan Jaehyun membuka belahan kenyal itu, diremas sambil dinaik turunkan tubuh Taeyong dengan cepat untuk mengejar pelepasan mereka.

Kedutan itu keduanya rasakan setelahnya mereka sampai pada putihnya hingga cairan dari keduanya keluar bersamaan.

Taeyong terengah dengan tubuh yang bersandar kepada Jaehyun serta tangan lelaki berlesung pipi itu yang langsung merengkuhnya dan mengusap bahunya lembut.

“Tae, i love you.” Ucap Jaehyun sambil hidungnya mengusap rambut Taeyong.

Tubuhnya menegang ketika mendengar ucapan yang keluar dari mulut Jaehyun. Dirinya bingung apa yang harus dia katakan untuk membalas ucapan lelaki tampan di hadapannya.

Jaehyun masih diam, tidak menunggu Taeyong bangun dari atas tubuhnya tidak pula menunggu lelaki cantik itu membalas ucapannya.

Hanya ingin mengungkapkan apa yang sudah lelaki itu simpan di hatinya.

Tak apa Taeyong tak membalas perasaannya, asal ia tau rasa yang dimilikinya.

“G-gue juga.”

Usapan dipunggung Taeyong terhenti, “hm? Juga apa?” mata Jaehyun menatap Taeyong tepat di iris hitam jelaganya.

“Juga benci sama lo.” Sinis Taeyong, langsung merebahkan dirinya di atas kasur milik lelaki pemilik lesung pipi itu.

Jaehyun terkekeh, “Iya, sayang.”

Sebuah bantal melayang tepat di wajah Jaehyun yang berasal dari lemparan tangan Taeyong karna merasa salah tingkah dipanggil seperti itu namun menutupinya dengan pura – pura kesal.

Dikamar dengan lampu temaram itu setelahnya hanya terdengar gelak tawa dari Jaehyun yang merasa lucu karna sikap malu – malu Taeyong-nya.

Oh.. semoga mereka cepat merestukan hubungan keduanya.