—jaeyong privatter au
NO MINORS, HARSH WORDS, MATURE CONTENT, EXPLICIT, BXB, ANAL SEX, ABO UNIVERSE, BAD LANGUAGE, NSFW PIC ⚠️⚠️⚠️
SCENE ; RIMMING, FINGERING, BLOW JOB, HAND JOB, CHEST PLAY, NIPLE PLAY, SPANKIES 🔞⚠️‼️
Menjadi seorang alpha bukan lah kemauan Taeyong. Sejak dulu, keluarganya merupakan orang yang terpandang, disetiap keturunannya pasti selalu ada yang terlahir sebagai dominan, entah itu omega ataupun alpha.
Taeyong bukan lah alpha dominan, namun terlahir di keluarga terpandang membuat darah biru mengalir di dalam tubuhnya. Bisa di bilang Taeyong membenci dirinya sendiri, ia benci menjadi bagian dari garis keturunan seorang bangsawan.
Sedari kecil, Taeyong di tuntut untuk menjadi seseorang yang sempurna, tanpa mereka tau jika semua keharusan yang ia miliki justru menjadikan Taeyong stress dan berakhir pada trauma.
Menurut Taeyong ia adalah alpha yang cacat, seorang alpha yang tidak tersentuh—tidak, tapi memang tidak bisa disentuh secara sexualitas.
Alpha mana yang tidak terangsang dengan sentuhan dan feromon omega? Hanya Taeyong. Jangan kira ia tidak pernah tidur dengan seorang omega, sering Taeyong melakukannya dan berakhir dirinya yang menjadi pemuas bagi golongan rendah itu. Ia tak pernah bisa klimaks.
Menjadi seorang yang terlalu tertutup tentu tidak baik bukan? Sebab itu Taeyong sedikit membuka dirinya dan berhasil berteman dengan Ten, satu – satunya omega bar – bar yang sangat mengertinya, Ten itu sahabatnya.
•
Taeyong tidak mengerti dirinya, ia tidak paham dengan dorongan pada hatinya. Membiarkan seseorang yang juga alpha untuk berkesempatan tidur dengannya. Walau begitu Taeyong cukup penasaran, jika tidak bisa terangsang dengan sentuhan omega, kenapa tidak mencoba dengan alpha? Taeyong hanya ingin sembuh.
Jaehyun—pemuda seusianya yang Taeyong akui tampan dan memiliki tubuh yang lebih kekar di banding dirinya. Lelaki itu menawarkan kepuasan kepadanya. Terdengar gila memang, namun Taeyong lebih gila lagi sebab menerimanya.
Usai acara reuni angkatan yang menurut Taeyong sangat membosankan, dirinya sepakat kepada Jaehyun akan melakukannya malam ini. Taeyong bilang pada Ten bahwa ia akan pulang telat karna ada urusan dan menyuruh omega bar – bar itu pulang diantar dengan supir pribadinya.
Ten sempat penasaran dan ingin bertanya, namun tak jadi di lakukan sebab takut terlalu ikut campur, maka dirinya memilih diam dan menurut; pulang tanpa Taeyong.
•
Disinilah Taeyong sekarang, di sebuah kamar hotel yang dipesannya dengan view kota sebagai pemandangannya.
Mengambil rokok serta pematiknya kemudian Taeyong berjalan ke arah balkon. Ia apit rokok diantara bibirnya lalu ia nyalakan pematik bersamaan hisapan yang membuat asap keluar dari belah bibirnya.
Dari luar—Taeyong dapat menghirup banyaknya feromon yang menguar, bergabung dengan udara yang ia hirup. Namun ada satu feromon yang memenuhi indra penciumannya, feromon yang berasal dari belakangnya.
Saat Taeyong ingin membalikan tubuhnya, kedua tangan telah melingkar apik di pinggangnya. Aroma kayu manis serta coklat melingkupinya.
Jaehyun mencium tengkuk Taeyong, menghirup dalam feromon yang di keluarkan Taeyong.
Cinnamon dan vanilla, cukup manis untuk seorang alpha.
Taeyong masih tetap pada posisinya, diam sambil merokok namun ia melirik Jaehyun lewat ekor matanya. “Lo punya pacar?”
“Jaehyun.” Celetuk Jaehyun.
Taeyong berdecak, bola matanya memutar malas karna harus mengulang ucapannya. “Jaehyun punya pacar?”
Tersenyum—Jaehyun berbisik di telinga Taeyong. “Engga, ga punya.”
Ya, Taeyong hanya iseng bertanya, jika Jaehyun telah punya pacar juga itu bukan urusannya, mereka hanya akan jadi teman tidur untuk satu malam.
Satu tangan Jaehyun terjulur, mengarahkan tangan Taeyong yang mengapit rokok diantara jarinya ke mulutnya; menghisap rokok itu.
“Lo ngap—,”
Ucapan Taeyong terhenti ketika tangan Jaehyun mengapit dagunya agar menoleh ke arah lelaki itu, lalu mencium bibir Taeyong. Memindahkan asap rokok yang telah di hisapnya ke dalam mulut Taeyong.
Dahi Taeyong mengerut dengan dua alisnya yang bertautan, gerakan Jaehyun terlalu tiba – tiba, membuatnya terkejut. “Jae—ngh.”
Ciuman itu terlepas, memberi jarak—Jaehyun tempelkan dahinya pada dahi Taeyong.
“Taeyong..” lirih Jaehyun sambil menuntun tangan Taeyong ke arah kejantanannya yang masih terlapisi bathrobe. “Ini, bangun.”
Sesaat Taeyong menahan nafasnya, bisa ia rasakan seberapa besar ukuran kejantanan milik Jaehyun.
Ada rasa iri di dalam dirinya, milik Jaehyun terlalu besar, berbeda dengan miliknya yang berukuran biasa. Taeyong sedikit takut, apa itu bisa masuk?
Tubuh Taeyong di balik oleh Jaehyun; menghadapnya, “Taeyong, ga nyangka bakal ketemu sama kamu.” Anak rambut Taeyong—Jaehyun selipkan di telinga lelaki itu.
“Jaehyun tau gue?” Tanya Taeyong sambil membuang puntung rokoknya.
Ujung bibir Jaehyun tertarik membentuk seringai. “Sure.”
“Jaehyun!—,”
Tubuh Taeyong terangkat, membuatnya berada di gendongan Jaehyun.
“—Turunin.”
Jaehyun menulikan pendengarannya, ia berjalan ke arah kasur sebelum membaringkan tubuh Taeyong di sana lalu merangkak di atasnya; mengukung Taeyong.
“I've know you for a long time.”
Jari jemarinya—Jaehyun biarkan diatas dada Taeyong, menyentuhnya sambil perlahan turun, membuat bathrobe yang Taeyong kenakan melonggar hingga mulai menampilkan perutnya.
Keduanya saling tatap, menyelami iris masing – masing. Taeyong bisa melihat ekspresi Jaehyun yang sangat tenang.
“Satu – satu nya alpha yang bisa buat aku tertarik sejak SMA.” Kedua tangannya kembali Jaehyun gerakan; membuka pertengahan bathrobe Taeyong hingga menampilkan puting pink sang empu. “Why are you so beautiful when you're an alpha, Taeyong?”
“Ugh, shh..” Desisan itu keluar bersamaan kelopak mata Taeyong yang tertutup. Mendapatkan Jaehyun yang tiba – tiba mendekat dan langsung mencium serta memberi tanda di lehernya, membuat Taeyong mendongak.
Lima jari masing – masing pada tangan Jaehyun secara bersamaan bermain dengan puting Taeyong, menjepit bulatan pink itu sambil di putar dan di tarik – tarik pelan.
Taeyong biarkan Jaehyun bermain pada tubuhnya, sedang di sisi kepalanya kedua tangan Taeyong mengepal; menahan gejolak nafsu yang meningkat.
Ciuman Jaehyun naik kearah rahang tegas Taeyong dan berhenti di pipi. “Taeyong cantik, harusnya jadi omega. Tapi beruntung buat aku karna aku ga suka omega.”
Taeyong menoleh, membuat hidung nya dan hidung Jaehyun bersentuhan. Taeyong menutup matanya saat wajah Jaehyun mendekat; mencium Taeyong.
Kedua tangan Jaehyun yang telah puas bermain dengan puting Taeyong kemudian meremas dada Taeyong sebelum turun—menyibak bathrobe Taeyong yang menutupi penis lelaki di bawah kukungannya.
Jaehyun sentuh penis sedang itu hingga perlahan mulai tegang. Memberikan usapan – usapan ringan pada batang penis serta kepala penis Taeyong yang sudah mengeluarkan cairan precum.
Tangan Taeyong beralih—meremas pundak lebar Jaehyun setelah ia membuka atasan bathrobe yang Jaehyun kenakan.
“Hahh.. Jae—mphh.”
Permainan lidah Jaehyun membuat Taeyong kualahan, lidah alpha tampan itu tak berhenti mengobrak abrik rongga mulutnya, mengabsen deretan giginya lalu melilit lidah Taeyong; mengajak benda lunak itu beradu hingga bertukan saliva.
Tanpa sadar Taeyong mulai membuka pahanya lebar, ia mulai menikmati permainan Jaehyun. Dibawah sana tangan Jaehyun tak berhenti menggoda kepunyaannya; bergerak naik turun sesekali memainkan bola kembar milik Taeyong.
Ciuman itu terlepas dengan Jaehyun yang juga berhenti memainkan penis Taeyong. Jaehyun lepas bathrobe Taeyong juga dirinya, lalu dirinya turun hingga wajahnya berhadapan dengan penis Taeyong; mulai memasukan penis Taeyong ke dalam mulutnya.
“Ah.. nghh.” Kepala Taeyong terlempar kebelakang, kelopak matanya terpejam begitu Jaehyun mengulum penis miliknya, mengaitkan lidahnya serta menghisap inti tubuhnya.
Paha dalam Taeyong Jaehyun lebarkan dengan kedua tangannya, kepalanya naik turun memberikan servis kenikmatan pada penis alpha cantik itu.
Seprei di bawahnya telah kusut sebab cengraman kuat tangan Taeyong. Alpha cantik itu menggigit bibir bawahnya, kepalanya terdongak melihat Jaehyun tengah sibuk di bawah sana.
Ketika sesuatu keluar dari lubang penis nya Taeyong terkejut, tubuhnya bergetar serta jari kaki yang menekuk, matanya mendelik merasakan kepuasan yang telah datang.
Dirinya klimaks. Taeyong klimaks hanya dengan mulut Jaehyun.
“hah..hah.. J-jaehyun.”
Dada Taeyong naik turun dengan cepat, jantungnya berdetak kuat, nafasnya putus – putus pun hidung dan mulutnya yang meraup oksigen dengan rakus.
Rasanya nikmat dan Taeyong cukup senang dirinya bisa klimaks walau belum hingga inti permainan.
Jaehyun mendongak, matanya menatap Taeyong sambil ibu jarinya mengusap sudut bibir yang terdapat sperma Taeyong. “Feels good?”
Taeyong mengalihkan pandangannya, pipinya memerah entah kenapa. “Lo ga perlu tanya untuk hal yang kaya gitu.”
Satu sudut bibirnya di bawa naik; membentuk seringai, tanpa aba – aba Jaehyun membuka paha Taeyong kembali lalu sedikit di dorong kedepan, lidahnya Jaehyun julurkan menyentuh lubang mengkerut milik Taeyong.
Mata Taeyong membola, refleks tangannya menahan pahanya. “Jaehyun! Tunggu, lo—ah..”
Ini pertama kalinya ada seseorang yang melakukan rimming terhadapnya, bahkan pada saat Taeyong melakukan sex dengan omega lain, ia tak pernah melakukan hal seperti ini.
Wajahnya Jaehyun tenggelamkan di belahan pantat Taeyong, lidahnya terus masuk berusaha membuat celah di lubang anal Taeyong. “Taeyong, kamu ga suka tapi tubuh kamu bilang lain.” Ucap Jaehyun disela permainannya.
Usai puas Jaehyun tegapkan tubuhnya, lalu menggantikan lidahnya dengan dua jarinya yang langsung ia masukan kedalam lubang Taeyong; membuka ruang di dalam sana hingga masuk semakin jauh serta bergerak membuat pola menggunting dan menggesekan kepala jarinya pada dinding rektum Taeyong.
“No! No no, gak, jangan di si—akh!”
Jaehyun tersenyum tatkala dirinya berhasil menyentuh titik nikmat Taeyong, membuat alpha di bawah kukungannya melengkungkan tubuhnya.
Lubang Taeyong mengetat, membuat Jaehyun mendesis membayangkan penisnya yang sebentar lagi akan masuk menggantikan kedua jarinya. “Terlalu sempit. Taeyong, ini bakal sakit karna kamu ga ngeluarin lubrikan kaya omega kebanyakan. Tapi gapapa, aku bisa buat lubang kamu longgar.”
Taeyong menggigit punggung tangannya, kedua kaki nya masih terbuka lebar di hadapan Jaehyun. Taeyong tidak akan menahan diri, ia memerlukan bantuan Jaehyun untuk ini, ia tidak akan mundur.
Jaehyun keluarkan penisnya yang sudah tegak melawan gravitasi untuk selanjutnya ia tepukan di depan lubang Taeyong.
“Im in.”
Taeyong menghembuskan nafasnya, ia mengangguk sambil meremas seprey dibawahnya. “Shh.. Jae, a—ah.. hahh.” Mata Taeyong terpejam merasakan suatu yang tumpul masuk secara perlahan.
“Hhh.. Taeyong.” Jaehyun mendesis ketika penis miliknya berhasil masuk setengahnya. Taeyong begitu sempit melebihi ekspetasi, penis nya seperti dijepit dengan kuat seperti tak ada ruang tersisa oleh rektum alpha cantik itu.
Urat di dahi serta leher milik Jaehyun muncul akibat nafsu yang sudah tidak tertahankan, insting alpha miliknya muncul begitu saja yang langsung membuat Jaehyun menghentakan pinggulnya sampai penisnya masuk secara menyeluruh di dalam lubang Taeyong.
Jeritan Taeyong tak terelakan, matanya mendelik dengan kepala yang terdongak merasakan kepala penis Jaehyun yang masuk sangat dalam hingga timbul pada perutnya.
Saat Jaehyun mulai bergerak, tubuh Taeyong terhentak mengikuti seiring tumbukan alpha tampan itu. Kaki nya semakin Taeyong buka lebar seakan memberikan lubangnya secara cuma – cuma untuk Jaehyun hancurkan hari ini.
“Akh! Jaehyun, hah—ah..ah.. p-pelan.”
“To tight.” Jaehyun menggeram jantan saat rektum Taeyong memijatnya dengan baik, sangat hangat dan nikmat, Jaehyun tak bisa berhenti.
Jaehyun arahkan satu tangannya memegang penis Taeyong, kembali memainkan kejantanan alpha cantik itu agar Taeyong semakin terangsang.
Taeyong menangis, air matanya jatuh sebab setiap hentakan Jaehyun mengantarkan berjuta sengatan pada perutnya, membuatnya tergelitik seperti ada kupu – kupu yang berterbangan.
Sungguh, ini yang ia mau, Taeyong tidak suka menyentuh namun suka di sentuh. Bukan dengan omega, namun dirinya menemukan alpha yang dapat memuaskannya.
Jika banyak dari strata jenis omega yang ingin terlahir sebagai alpha, sedang Taeyong tak ingin. Ia ingin terlahir sebagai omega, bukan sebagai alpha yang memang diharuskan menjadi sempurna, seperti segala hidupnya telah diatur dan di tetapkan, oleh sebab itu ia namakan akun privasinya sebagai omega.
“Ah.. hahh, Jae—nghh.” Desah Taeyong dengan mulut terbuka mengeluarkan air liur, wajahnya memerah juga mata yang telah sayu menatap Jaehyun diatasnya—tampak sangat tampan dan menggairahkan.
Dua alis Jaehyun bertautan, tubuhnya membungkuk; memeluk Taeyong. Dahi keduanya saling menempel, memandang satu sama lain serta berbagi desahan dan erangan.
Kepala Taeyong sangat pening, pandangannya telah buram karna air mata. Terlalu dalam dan nikmat sampai Taeyong hanya bisa membuka kakinya semakin lebar—respon aktif bahwa ia menikmati persetubuhan dengan Jaehyun.
Nafas Taeyong tercekat bila mana warna mata Jaehyun berubah dan hanya sebelah saja, tidak seperti alpha lainnya yang berwarna keemasan jika sedang bernafsu, namun sebelah mata Jaehyun berwarna biru.
“Jae, mata lo—mphh.”
Tak membiarkan Taeyong meneruskan ucapannya, Jaehyun langsung membungkam bibir yang telah bengkak itu dengan ciuman. Bergerak kasar menghisap serta mengulum hingga tak membiarkan Taeyong sekedar untuk mengambil nafas.
Jaehyun tau warna matanya berubah, ia sadar sudah sejak SMA. Melihat Taeyong dan mencium feromon alpha cantik itu entah kenapa membuat Jaehyun bernafsu. Dulu ia bisa menahannya, namun sekarang tanpa bisa di cegah warna mata itu berubah. Anehnya hanya jika dengan Taeyong.
Bukan kah sudah Jaehyun bilang? Satu – satunya orang yang membuat ia tertarik hanyalah Taeyong. Sejak SMA Jaehyun memang selalu memperhatikan Taeyong, tapi tak berani sekedar bertegur sapa. Ia tak pernah menunjukan dirinya pada Taeyong, hanya memperhatikan dari jauh alpha cantik ini.
Jaehyun memiliki alasan kenapa ia tidak menyukai omega, makhluk dalam strata terendah yang berhasil membuatnya trauma dan menimbulkan rasa benci. Semua ini salah ibunya, seorang omega yang tega membuang Jaehyun dan meninggalkan sang alpha; ayahnya, hanya untuk alpha lain. Ia tak akan pernah lupa bagaimana ibu nya menatap Jaehyun seakan ia bukan lah siapa – siapa.
Mengingat kejadian itu membuat Jaehyun tanpa sadar bergerak lebih cepat dengan tempo acak, memasukan penisnya hingga menabrak prostat Taeyong berkali – kali.
Taeyong lepas paksa ciuman keduanya, kedua tangannya berada di punggung Jaehyun; tak sengaja menancapkan kukunya disana, sambil bergerak naik kearah rambut Jaehyun—meremas surai alpha tampan itu.

“You’re being so good for me, Taeyong.” Ucap Jaehyun disela kegiatannya membuat tanda di tengkuk Taeyong. Ujung hidungnya Jaehyun gesekan pada bahu serta leher Taeyong sambil menghirup dengan rakus feromon milik alpha cantik di kukungannya.
“Akh!” Cairan Taeyong keluar tanpa bisa di tahan, mengotori perut serta dada Taeyong juga Jaehyun.
Lagi, Jaehyun membuatnya klimaks untuk yang kedua kali. Seumur hidupnya ini adalah klimaks keduanya setelah beberapa menit yang lalu klimaks pertamanya datang sebab foreplay dari Jaehyun.
Taeyong tak berbohong, bahkan dirinya tak pernah melakukan masturbasi, ia tak suka memuaskan dirinya sendri.
Bibir Jaehyun membentuk seringai, dirinya berhenti bergerak kemudian mengangkat tubuh Taeyong tanpa peringatan membuat kaki Taeyong refleks melingkar di pinggang Jaehyun.
Langkah kaki Jaehyun mengarah ke kamar mandi, melepaskan tautan keduanya lalu menurunkan Taeyong di depan washtafel sebelum membalik tubuh yang lebih kecil darinya agar menghadap kearah kaca.
Tubuh Taeyong membungkuk, membuat pantat Taeyong langsung bertabrakan dengan selangkangan Jaehyun. Tanpa menunggu lama kembali Jaehyun masukan penisnya kedalam lubang Taeyong, berhasil membuat Taeyong menjerit dengan tubuh yang terhentak maju mundur setelahnya.

Pandangan Jaehyun terfokus pada dua arah, sesaat memandang kedepan, dapat Jaehyun lihat sebergairah apa wajah Taeyong di kaca. Lalu menundukan kepalanya untuk melihat penisnya yang keluar masuk lubang Taeyong.
Kaki Taeyong bergetar, sungguh Taeyong mulai lelah karna klimaks nya yang telah datang dua kali juga tumbukan Jaehyun yang sepertinya tak berniat berhenti. Pergelangan tangannya Taeyong jadikan tumpuan sehingga bergesekan dengan kramik washtafel di depannya.
Jaehyun menjilat bibir bawahnya. “Moan my name.” lalu pipi pantat Taeyong Jaehyun tampar kanan kiri hingga meninggalkan bekas telapak tangan dengan warna merah.
“Jaehyun! Ah! Hahh..oh-anghh..”
Lagi, Jaehyun angkat tubuh Taeyong lalu tanpa melepas tautan dibawah sana—Jaehyun membalikan tubuh Taeyong sebelum berjalan ke arah bathtub.
Tubuh Taeyong—Jaehyun tempelkan di pojok dinding di dalam bathtub, setelahnya menyalakan air; mengisi penuh bak besar itu.
Kedua tangan Taeyong melingkar di leher Jaehyun, juga kakinya yang menekan pinggang Jaehyun membuat penis alpha tampan itu semakin masuk ke dalam lubangnya.
Jaehyun menggeram, “You driving me crazy, Taeyong.” Nafas Jaehyun memberat, wajahnya ia dekatkan; berbisik di telinga Taeyong. “I must be in heaven.”
Usai membuat Taeyong bergetar pelan karna bisikannya, Jaehyun mengangkat sebelah paha Taeyong, lalu mulai kembali menghentak pinggulnya bertubrukan dengan pantat Taeyong menghasilkan suara cabul mengisi ruang kamar mandi.
Air di dalam bathtub terciprat keluar seiring tumbukan penis Jaehyun pada lubang Taeyong, feromon kedunya menyebar melingkupi kamar mandi yang sempit, sama – sama beraroma alpha walau milik Taeyong sedikit manis.
“Enough, Jae—nghh.. i-i can’t take anymore!” Mohon Taeyong dengan kepala yang menggeleng ribut. Sungguh, kaki Taeyong kebas, lubangnya sakit, tubuhnya sangat lemas, rasanya Taeyong akan pingsan.
“Hold on.”
Jaehyun tenggelamkan wajahnya diantara lipatan leher Taeyong, kedua tangannya membawa tangan Taeyong keatas; menggenggamnya. Ia percepat gerakannya hingga menyentuh telak titik manis Taeyong, mengejar pelepasan yang sudah dekat.
“Taeyong.. Taeyong.. hahh.”
Lima hentakan setelahnya Jaehyun menyemburkan cairannya di dalam Taeyong, mengisi ruang hangat di dalam sana dengan berjuta – juta sel sperma miliknya. Taeyong mengeratkan genggaman keduanya, jari kakinya menekuk, tubuhnya menggelinjang merasakan hangat dan penuh pada perutnya. Tak perlu takut akan hamil, Taeyong alpha ingat?
Taeyong membuka kelopak matanya yang langsung berhadapan dengan iris keemasan dan biru milik Jaehyun, tangannya terjulur mengusap mata Jaehyun.
“Jae, warna mata lo beda.”
Jaehyun tersenyum, tangan Taeyong yang mengelus matanya dibawa untuk digenggam lalu ditempelkan kepipinya sambil di kecup telapak tangan itu.
“Maaf aku terlalu kasar. Kita bilas baru istirahat, ok?”
Setelahnya kedua alpha itu membersihkan diri, Taeyong yang lemas di bantu Jaehyun, usai begitu keduanya keluar dari kamar mandi, tak lupa saling mengeringkan rambut satu sama lain.
“Taeyong, kamu cantik.” Ucap Jaehyun memeluk Taeyong sambil menenggelamkan wajahnya di bahu alpha cantik itu.
Taeyong mendecih, namun membalas pelukan Jaehyun. “Gue alpha.”
Jaehyun lepaskan pelukannya lalu menatap Taeyong, “Tetep aja, cantik.” Kemudian membaringkan tubuh Taeyong di kasur sebelum menyelimutinya. “Tidur, good night.”
Tanpa banyak bicara Taeyong mengangguk, memejamkan matanya mencoba masuk ke alam mimpi.
Melihat Taeyong yang telah memejamkan matanya—Jaehyun langsung mengambil ponsel miliknya yang sempat bergetar di meja nakas. Melihat siapa yang mencoba menelfonnya dan menemukan beberapa panggilan tidak terjawab dari sekretaris nya.
Jaehyun berjalan menjauh dengan ponsel yang ia arahkan di telinganya. “Kenapa?”
Disebrang sana, seorang lelaki cukup berumur membalas ucapan Jaehyun. “Maaf, bapak harus pulang hari ini. Lusa hari pernikahan bapak, besok bapak harus mempersiapkan segala yang masih kurang.”
Dua alis Jaehyun bertautan, sekilas memandang Taeyong yang ia yakini telah tertidur.
“Bilang ke ayah saya kalo saya masih ada urusan, jadi saya pulang besok.”
“Tidak bisa pak, ayah bapak ingin bapak pulang sekarang. Saya masih menunggu di depan hotel.”
Jaehyun menghembuskan nafas kasar. “Ok, tunggu saya disitu.”
“Fuck—” Umpatnya setelah mematikan sambungan telefon, kaki nya berjalan mengarah ke Taeyong, mengusap rambut setengah kering itu lalu membungkukan tubuhnya; mencium kening Taeyong.
“Aku pergi, dilain kesempatan ayo kita ketemu lagi, Tae.” Gumam Jaehyun lalu mengganti pakaiannya sebelum secara perlahan keluar dari kamar hotel.
Jaehyun benar, ia memang tak punya kekasih, namun ia memiliki tunangan yang akan menjadi istrinya besok lusa. Ia tak ingin meninggalkan Taeyong, namun ayah nya pasti akan sangat menyebalkan dan merepotkan karna akan terus menerus meneror Jaehyun. Lagi pula bukan sebuah hubungan spesial yang dilandasi cinta, tapi hubungan yang terdapat ikatan perjodohan di dalamnya.
Ia tak ingin mengecewakan ayahnya, jadi Jaehyun menerima perjodohan yang di berikannya—berfikir akan bercerai ketika satu tahun pernikahan, setelahnya akan bertemu lagi dengan Taeyong dan menikahinya.
Taeyong membuka matanya ketika mendengar suara pintu yang ditutup, dirinya bangun lalu memandang kearah Jaehyun yang baru saja keluar. Taeyong mendengarnya, namun ia tak sakit hati ataupun cemburu, dipikirannya ini hanya one night stand, jadi tak perlu menggabungkan perasaan di dalamnya.
“Well, semoga kita ga ketemu lagi,” Lalu membaringkan kembali tubuhnya sambil menatap langit – langit kamar dengan sejuta pikiran. “Jaehyun, thank you for taking me to heaven.”