naacndy

Sore itu, saat langit sedang mendung – mendungnya—Jeno melancarkan niatnya. Menuju lokasi dimana tempat Kakak nya menolong seorang omega yang bernama Jaemin.

Jeno sudah memastikan bahwa dia adalah orang yang keluar kelas duluan saat jam pulang di banding siswa – siswi kelas yang lain.

Jeno berniat menunggu tak jauh dari rumah itu, berharap sedikit di lubuk hatinya memang benar Jaemin yang menempatinya.

Setengah jam Jeno menunggu namun tak ada tanda – tanda seorang yang Jeno tunggu tampak lewat.

Perut Jeno berbunyi, akhirnya mau tak mau Jeno berjalan memasuki supermarket yang tak jauh jaraknya dari rumah yang dia pantau. Melihat – lihat dimana rak roti berada, sesekali matanya tak lepas melirik ke arah luar.

Memilih satu roti lalu membayarnya—Jeno keluar dan duduk di kursi depan supermarket; memakan roti nya.

Langit mulai bersuara, mengeluarkan gemuruh bersamaan angin yang sedikit kencang. Suara tetesan air perlahan terdengar; gerimis.

Jeno menghela nafas pelan. Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa sudah sejam Jeno menunggu seseorang yang tak kunjung muncul.

Berniat berjalan pergi menuju Halte—ketika ekor matanya menangkap seorang dengan seragam sekolah miliknya berlari pelan sambil menutupi kepalanya dengan tangan.

Postur tubuh yang tidak asing, Jeno menyipitkan matanya memandang sosok itu degan intens.

Selanjutnya mata sipit Jeno membola, merasa tidak sia – sia menunggu selama sejam karna yang di tunggu telah muncul.

Sosok itu memasuki rumah itu, rumah yang tengah Jeno amati. Orang itu, Jeno mengenalnya.

Masih ramai seperti biasa namun dengan hari yang berbeda, keempatnya tampak di sudut ruang kantin. Lalu Jeno berdiri berniat membeli minum. Mark dan Lucas yang sedang menunggu makanan serta Hyunjin sama seperti Jeno—menunggu Lunch pesanan dari Jaemin itu datang.

Jaemin menghampiri ketiganya, Hyunjin pun tersenyum lebar karna akhirnya Lunch pesanannya datang.

“Jin, nih pesenan lo ya.” Ucap Jaemin sambil menaruh Lunch pesanan Hyunjin di atas meja.

Thanks, Jaem.” Lalu memberikan uang dua puluh lima ribu ke Jaemin. “Pas ya.”

Jaemin mengangguk dan baru akan bertanya di mana Jeno—tepukan di bahunya membuat Jaemin berbalik.

“Jaemin?”

“Eh, ini Lunch punya lo.”

Jeno mengangguk dan memberikan uang ke Jaemin, matanya memperhatikan Jaemin yang mencari kembalian untuk di berikan kepada Jeno.

Lagi, seperti terulang kembali wangi yang tidak asing itu terhendus di hidung bangir Jeno. Tanpa sadar Alpha itu memajukan wajahnya mendekati tengkuk Jaemin.

“Jaemin, lo wangi. Gua suka.”

Mendengar ucapan Jeno membuat Jaemin mendongak yang lantas kedua wajah itu berjarak sangat dekat.

Jaemin dapat melihat sebelah mata Jeno yang telah berubah warna menjadi biru. Lantas tubuh yang lebih kecil menegang, membalas pandangan Jeno dengan tatapan sedikit takut.

Ketika wajah Jeno semakin dekat dengan tengkuk Jaemin, sautan dari Mark menyadarkan Jeno.

“Jen, ngapain?”

Spontan Jeno menutup sebelah matanya, mata yang tak tertutupi melirik Jaemin dalam seperti tersirat permintaan maaf.

Sorry, Jaemin tadi gua—,”

Tanpa menunggu ucapan Jeno selesai—Jaemin berbalik pergi, meninggalkan Jeno yang merutuki dirinya yang hampir kehilangan kendali.

Sesuai dengan permintaan Bundanya, Jeno menghampiri Jaehyun sang Kakak yang masih ada di ruang kerjanya.

Kakaknya itu beralasan setidaknya walau dia sibuk dia masih bisa mengawasi anaknya di rumah jika tak bisa sekedar pergi ke kantor, jadi dibuatlah ruang kerja khusus.

Pintu ruangan itu Jeno buka, menampilkan Jaehyun yang fokus dengan berkas kerjanya sesekali memijat pelipisnya.

“Kak?”

Mendapatkan panggilan itu—Jaehyun mendongak; menatap Jeno yang berdiri di depan pintu tengah memandangnya. “Oh? Masuk Jen.”

Jeno menggeleng, lalu berjalan kearah bangku di samping pintu dan mendudukan dirinya. “Kerjaannya belum selesai?”

Jaehyun menghela nafasnya pelan. “Belum.”

“Udah malem kak, kerjaannya bisa dikerjain besok. Ga baik terus – terusan bergadang kaya gini.”

Kertas tebal di mejanya Jaehyun tutup pelan. “Kalo kamu ngantuk tidur aja, Jen.” Kopi yang sudah tidak panas itu Jaehyun minum sambil matanya melirik ke arah Jeno. “Sayang waktunya, mending di selesaiin sekarang.” Lanjut Jaehyun.

Keheningan menyambut keduanya, melingkupi ruang yang tidak terlalu besar. Detik jam yang pelan sampai terdengar di telinga, bergerak terus menerus menandakan waktu yang semakin larut.

“Bunda khawatir, aku khawatir dan David pasti ga suka liat Daddy nya kaya gini.” Celetuk Jeno memecah keheningan.

“David masih kecil—,”

“Justru karna David masih kecil.” Potong Jeno. “Bisa – bisa diusianya yang belum dewasa dia harus kehilangan lagi orang penting di hidupnya.”

Tatapan Jaehyun menajam yang dibalas Jeno dengan tatapan yang tak kalah tajam. Sekarang ruangan itu di penuhi aura yang gelap dan feromon kekesalan yang pekat.

Dua Alpha yang sama – sama dominan, siapa yang mau mengalah? Jawabannya tidak ada.

Kedua telapak tangannya Jeno satukan, membentuk kepalan dengan siku yang bertumpu di atas pahanya. “Niat ngelupain dia yang ga akan pernah bisa dilupain, dengan alesan sibuk kerja?”

“Ngabain kesehatan dan tanpa sadar ngabain anak lo sendiri. Lo jauh dari kata Daddy yang baik, Kak.” Lanjut Jeno yang memancing amarah Jaehyun.

Sebagaimana seorang Alpha yang tidak suka diusik, iris Jaehyun berubah menjadi violet menandakan amarah yang muncul karna seseorang yang lancang mengganggu ketenangannya.

Begitupun Jeno, dirinya sudah terlampau emosi dengan sang Kakak yang sulit sekali mengerti. Bola mata yang tadinya hitam berganti menjadi biru gelap.

Keduanya sama – sama terpancing emosi membuat ruangan sedang itu memunculkan aura mencekam.

Urat hijau ditangan Jaehyun bermunculan, sudah siap memukul Jeno yang berjarak tidak jauh di depannya jika saja ketukan pintu dengan suara Bunda mereka tidak mengganggu.

“Jaehyun? Jeno? Kalian di dalem?”

Jeno menghembuskan nafasnya kasar sebelum menyaut. “Iya, Bunda!”

“Jangan tidur malem – malem sayang.”

Kembali Jeno menyaut. “Iya!”

Kedua Alpha itu membuang arah pandangan mereka, tak ingin menatap satu sama lain. Jaehyun merutuki dirinya yang hampir menerjang adiknya sendiri karna amarahnya, sedangkan Jeno sedikit menyesal karna ucapannya berhasil memancing amarah sang Kakak.

“Maaf..” Ucap Jeno melirik Jaehyun.

Alpha yang lebih tua menggeleng. “David..—,” Gumam Jaehyun pelan.

“Ga beruntung punya Daddy yang mati rasa kaya gua, Jen.”

Dengan bermodalkan niat dan tekat atau lebih tepatnya nekat, Jaemin yang berstatus Omega seharusnya tidak keluar pada malam hari karna lebih rawan untuknya.

Namun siapa peduli? Ini Na Jaemin, jika dia tidak berjualan esok maka tidak ada pemasukan untuk membeli kebutuhannya.

Jaemin tidak suka membuang kesempatan untuk hasil yang tidak ada untungnya.

Kini dikedua tangannya telah ada beberapa kantung belanjaan yang akan Jaemin bawa pulang. Segera Jaemin berjalan dengan cepat melihat hari mulai semakin malam dan tidak banyak kendaraan berlalu lalang.

Namun sepertinya hari ini adalah hari kesialan untuk Jaemin. Dimana saat ini ada satu orang yang berdiri di depannya pun tangan sosok itu yang menarik Jaemin agar mengikutinya. Sontak Jaemin memberontak sekuat tenaga, hanya saja tenaganya kalah jika dibandingka dengan status Alpha orang di depannya.

“LEPASIN GUA ATAU GUA TERIAK?!”

Ucapan Jaemin hanya dianggap angin lalu, sosok alpha itu terus menarik Jaemin dengan kasar.

Jaemin mulai panik, air mata sudah menggenang di pelupuk matanya yang siap jatuh kapan saja. Jaemin berdoa dalam hati agar bisa diselamatkan saat ini.

BUG!

“Dia bilang lepasin, anda ga tuli kan?!”

Suara halus dengan intonasi rendah dan tegas membuat Jaemin langsung menatap satu lelaki yang Jaemin yakini baru saja keluar dari mobil sebrang jalan.

Lelaki dengan aura Alpha itu terus memukuli sosok brengsek yang hampir menyeret Jaemin. Setelahnya langsung menarik Jaemin ke arah mobilnya.

Jaemin yang terkejut menyentak pegangan di tangannya sambil mengerjap.

“Maaf, udah narik kamu. Ga perlu takut, ayo saya anter pulang, jam segini udah rawan buat Omega.”

Jaemin menggeleng canggung. “Gapapa, saya bisa pulang sendiri kak.”

Sosok yang lebih tua menghela nafas pelan. “Saya udah punya mate sama anak, kalo itu yang kamu takutin. Saya cuma mau bantu karna takut kejadian tadi keulang lagi.”

Keheningan muncul disekitar mereka sebelum Jaemin menyeletuk sambil menggangguk pelan. “Boleh deh, kak.”

Tangan Alpha di depannya terulur ke arah Jaemin. “Saya Lee Jaehyun.”

Jaemin menegang sebentar lalu menggeleng pelan, kemudian menyambut tangan Jaehyun untuk bersalaman.

“Na Jaemin.”

Jam istirahat yang bikin kantin jadi rame udah dipenuhi siswa – siswi. Untungnya Lucas cepet nempatin meja, jadinya mereka berempat sekarang udah duduk sambil makan. Tapi enggak buat Hyunjin yang masih ngambek karna Lunch nya di hak milik sama Jeno.

“Jajanan kantin masih ada, jangan kaya kekurangan makanan gitu deh lu.”

Lucas udah kesel banget ngeliat Hyunjin ngambek ga jelas. Masalahnya geli liatnya, bibirnya dimajuin gitu.

“Makan dulu baru ngomong. Jorok anjir.” Pukul Mark di tengkuk Lucas yang buat alpha setinggi tiang itu ngaduh.

Jeno muterin bola matanya males sambil ngambil duit lima puluh ribu dari sakunya terus di kasih ke Hyunjin. “Sana, beli makanan gih lu.”

Nah ini yang Hyunjin tunggu dari tadi. Diambil duit warna biru itu dari Jeno sambil nyengir. “Emang pengertian banget lu, Beb.” Terus ngacir ke penjual nasi goreng.

Tau banget Jeno sama watak temen – temennya, jadi udah ga kaget. Sekarang tinggal tunggu Lunch punya dia dateng, dari tadi mata Jeno ga berenti ngelirik pintu keluar nunggu si pemilik nama Na Jaemin walau ga tau parasnya kaya apa.

Tepukan di bahunya buat Jeno noleh kesamping. “Lo Jeno, kan?” Langsung dianggukin sama yang punya nama.

“Ini Lunch lu, sorry ya lama. Jadi dua puluh lima ribu.” Lanjut Jaemin sambil naro Lunch di meja Jeno.

Oh, jadi ini Na Jaemin? Manis. Batin Jeno.

Jaemin ngedengus. “Masih lama?”

Jeno ngerjapin matanya cepet, terus langsung ngasih duit pas ke Jaemin.

“Thanks.”

Udah gitu Jaemin pergi sambil ngusap lehernya.

Jeno ngerutin hidungnya pas Jaemin balik pergi. Wangi feromon manis langsung masuk ke indra penciuman dia, bikin Insting srigalanya hampir mau keluar yang untungnya berhasil Jeno tahan walau sebelah matanya udah berubah warna jadi biru.

Jam istirahat setiap hari—tepatnya di kantin selalu ramai oleh siswa – siswi yang ingin mengisi perut, tak terkecuali; Mark, Lucas, Hyunjin dan Jeno yang sudah berada di satu meja pas untuk mereka berempat.

“Lu udah mesen, Jin?” Tanya Jeno yang duduk di depan Hyunjin.

Hyunjin melirik Jeno dengan tatapan sinis main – mainnya. “Lunch gua diambil sama lu tai.”

Ketiganya terkekeh pelan melihat Hyunjin yang pura – pura ngambek. Dengan insiatifnya—Jeno mengambil uang lima puluh ribu di saku lalu memberikan ke Hyunjin.

“Nih, buat jajan.”

Hyunjin nyengir. “Nah gitu dong, beb.” Lalu mulai pergi membeli makan siang yang lain.

Lucas menggeleng sambil mendengus. “Emang bisaan banget si bangsat.”

“Makan dulu lu, baru ngomong. Jorok.” Balas Mark memukul belakang kepala Lucas yang langsung mengaduh. “Makan, Jen.” Lanjut Mark menawarkan.

Jeno mengangguk, matanya melirik ke arah pintu masuk kantin, mencari seorang bernama Jaemin walau tidak tau parasnya seperti apa.

“Lo Jeno, bukan?”

Mendapat tepukan di bahunya—Jeno menoleh kesamping lalu mengiyakan.

“Lunch punya lo, jadi dua puluh lima ribu.”

Jeno melirik tangan yang mengadah di depannya sebelum merubah arah pandangnya ke paras Jaemin. Jadi begini rupa Na Jaemin itu? Cukup manis. batin Jeno.

“Woi, malah bengong. Bayar.”

Mata Jeno mengerjap lalu dengan cepat mengeluarkan uang dari sakunya ke Jaemin.

Jaemin mengangguk. “Duit lo pas, ya.” Kemudian melenggang pergi sambil mengusap bagian tengkuknya.

Jeno yang sejak tadi memperhatikan Jaemin mengerutkan hidungnya ketika lelaki manis itu berbalik pergi. Sebuah feromon manis masuk ke indra penciumannya, walau sesaat namun cukup menyengat, hampir membuat insting srigala dalam dirinya keluar.

Liburan yang kalo kata mereka beneran mendadak banget itu akhirnya terlaksana. Gimana engga? Niatnya bercanda bilang kalo berangkat besok pagi, eh, malah di setujuin. Akhirnya besok paginya mereka ber-tujuh beneran berangkat pagi dan sampe di siang harinya. Sorenya dilanjutin siapin makan sambil nge-grill. Udah suasananya tenang plus angin sepoi – sepoi sambil makannya daging panggang, beuh... nikmat mana lagi yang kau dustakan.

Sekarang udah malem, Haechan yang emang haus niat ngambil minum ke dapur. Pas sampe dapur karna posisinya lampu pada dimatiin semua jadi ruangannya remang dan cuma kena cahaya dari luar.

Haechan mah bodo amat, jadi dia buka kulkas terus ambil botol air putihnya abis itu nutup kulkasnya lagi. Sambil buka tutup botol terus airnya dia minum Haechan balik badan.

BYUR!

Air yang udah di minum—Haechan semburin ke sosok di depannya. Badan Haechan tegang, matanya melotot kaget. Ini dia rasanya mau nangis aja udah tapi engga bisa, akhirnya cuma bisa melas sambil ngomong.

“Aduh.. situ pocong ya?” Haechan ngeringis sambil eratin genggamannya di botol air minumnya. “S-s-saya, anu, ituan. Permisi yak?” Udah gitu pelan – pelan Haechan miringin badannya buat lewat di samping tuh sosok yang astaga jelek banget batin Haechan.

Pas udah ngelewatin si Pocong—Haechan langsung ngibrit ke atas sambil teriak. “YA ALLAH ASTAGFIRULLAH, BANGUN WOIIII POCONGGG BANGSAAAAATTT!!!!”

WARNING ; BXB, MATURE CONTENT, EXPLICIT, ANAL SEX, NO MINORS, NSFW GIF ⚠️⚠️ SCANE ; SPANKIES, HAND JOB, NIPPLE PLAY, SOLO PLAY, FINGERING 🔞⚠️


Langkah kaki kesembilan orang itu menggema di sebuah mansion besar yang sangat luas. Mereka baru saja menyelesaikan acara kuliah yang masih menyisakan satu kelas lagi. Namun siapa peduli? Perintah ‘Bos’ mereka adalah mutlak. Bahkan jika diperintahkan harus keluar dari universitas, dengan senang hati di lakukan.

Delapan orang dengan satu atasan yang mereka sebut ‘Bos’—seorang lelaki yang harus mereka jaga bahkan dengan nyawa. Mereka semua mengabdi pada keluarga Jung sedari kecil yang membuat mereka di didik, di urus dan di sekolahkan.

Yang membuat mereka merasa seperti keluarga adalah keluarga Jung yang tidak pernah membandingkan mereka sampai menyekolahkan para Bodyguard ini di satu sekolah dengan putra pewaris satu – satunya keluarga Jung—Jung Jaehyun.

Sebagai seorang pewaris kaya raya yang memiliki segala bisnis di bidang apa saja membuat Jaehyun kerap kali mendapat ancaman dari berbagai orang yang iri padanya. Lantas keluarga Jung memberikan keamanan untuk anaknya dengan memberikan sembilan Bodyguard yang telah di latih segala kian rupa untuk melindungi anak mereka.

Namun nyatanya tumbuh bersama tidak hanya menanamkan rasa keluarga, tapi juga tanpa sadar memunculkan jalinan rasa. Beberapa dari mereka memilih menjalin hubungan secara diam – diam tidak terkecuali ‘Bos’ mereka—Jung Jaehyun, yang mempunyai hubungan dengan salah satu Bodyguard nya—Lee Taeyong.

Jaehyun berbalik, pandangannya menyisir seluruh Bodyguard nya. Mereka semua diam, saling menundukan kepala penuh rasa hormat, tidak berani menatap ‘Bos’ mereka yang saat ini berwajah suram dan datar.

“Kalian semua boleh pergi.” Celetuk Jaehyun, lalu pandangannya berhenti pada lelaki cantik di depannya. “Buat kamu, Lee Taeyong. Ikut saya.”

“SIAP BOS!” Ucap sembilan Bodyguard itu serentak setelah mengangguk.

Ketujuh orang itu berbalik, melangkahkan kaki mereka sambil berpencar meninggalkan ‘Bos’ mereka dengan satu rekannya.

Jaehyun masuk kedalam kamarnya lebih dulu diikuti Taeyong yang mengekor di belakangnya. Lelaki cantik itu menutup pintu lalu menguncinya, ketika ingin menghadap Jaehyun—sentakan keras pada lengannya membuat dia berbalik lebih dulu yang langsung mendapat serangan pada bibirnya.

Mata dengan iris legam itu membola, bagian punggungnya terasa sedikit sakit akibat tabrakan pada pintu di belakangnya. Jaehyun melumat bibir dia dengan rakus seakan tidak ada hari besok.

Uhhmm.. Bos, seben.. tar.” Ucap Taeyong di sela ciuman keduanya. Tangannya ikut mendorong dada bidang di depannya agar memberikan jarak yang langsung di tepis oleh Jaehyun.

Taeyong masih memberontak dengan ciuman berantakan dibibirnya, namun Jaehyun tak membiarkan tautan keduanya terlepas, malah menurunkan tangannya untuk meremas pantat sintal Taeyong yang masih berbalut celana.

Merasa kesal karna Jaehyun bersikap seenaknya—Taeyong menginjak kaki Jaehyun sebelum mendorong tubuh yang lebih besar darinya itu.

“BOS! SEBEN—,”

“Siapa yang nyuruh kamu buat berduaan sama ian?!”

Gurat tidak suka, marah, kesal serta cemburu bisa Taeyong lihat dari mata seorang yang memotong ucapannya.

Alis yang menukik, mata yang menatapnya tajam juga kerah baju yang melebar menampilkan sebagian dada bidang Jaehyun sebab ulah tangan si lelaki cantik.

Oh.. itu tampak sexy—maksudnya, Taeyong sangat suka dengan penampilan Jaehyun sekarang namun tidak dengan amarah lelaki itu.

Kedua alis Taeyong menyatu, pandangannya lurus menatap Jaehyun. “Saya tidak—,”

“Tundukin kepala kamu, saya Bos kamu disini.” Potong Jaehyun tegas.

Segera Taeyong menundukan kepalanya, meski dia adalah kekasih dari lelaki di hadapannya, tetap saja Jaehyun adalah Bos nya, rasa hormat dan patuh itu tidak boleh hilang.

Jaehyun melangkah mendekati Taeyong, satu tangannya di masukan kedalam saku celana. “Kamu milik siapa, Taeyong?” Bisik Jaehyun di dekat telinga Taeyong lalu menghembuskan nafas pelan di area sensitif Taeyong-‘nya’.

Tanpa sadar tubuh Taeyong meremang karna hembusan nafas di telinganya, kedua tangan yang menggantung disisinya mengepal. Menghembuskan nafas pelan lalu berucap tegas. “Milikmu, Bos!”

Ucapan tegas dari bibir pink itu membuat Jaehyun menyeringai; merasa puas. “Mutlak.”

Look at your owner, Taeyong.” Lanjut Jaehyun dengan sebelah tangannya yang mengelus lembut pipi si lelaki cantik.

Taeyong menegakan kepalanya, lantas pandangan keduanya bertemu. Iris Taeyong langsung memantulkan wajah Jaehyun yang lagi tersenyum kepadanya.

Lelaki cantik itu kira, Jaehyun-‘nya’ sudah tidak marah lagi setelah kemudian lelaki tampan itu mencium lembut bibir miliknya, menyentuh tubuhnya dengan intens disertai remasan seduktif. Nafas Taeyong seketika memburu, kepalanya mendongak—menampilkan leher jenjangnya yang putih dan mulus; membiarkan Jaehyun memberikan jejak kepemilikan kepada kepunyaannya.

hahh.. Bos..” Desah Taeyong yang mengalun merdu di telinga Jaehyun.

Yes, Love.

Kelopak mata pemilik mata hitam legam itu terbuka. Bisa Jaehyun lihat tatapan sayu Taeyong yang menginginkan lebih.

“Jaehyun..”

“Ya, sayang?” Jawab Jaehyun dengan senyum lembutnya sambil menempelkan dahi satu sama lain.

Tatapan itu lekat, seperti meminta sesuatu. “Jaehyun, aku—,”

Ucapan Taeyong terhenti, keningnya berkerut bingung melihat Jaehyun mundur; memberi jarak. Tatapan Jaehyun kembali datar dengan raut muka yang tenang. “Taeyong?”

Lelaki cantik itu tersentak sebelum menjawab. “Ya, Bos?”

Dalam hati Taeyong meringis, Jaehyun mengeluarkan nada ini lagi, nada suara yang tidak mau di bantah, apapun perintahnya adalah sebuah keharusan.

“Sentuh tubuh kamu.”

Taeyong terkejut, tanpa ada pergerakan dirinya masih diam, berdiri tegak di hadapan Jaehyun.

“Kenapa? Keberatan?” Lanjut Jaehyun memiringkan kepalanya dengan alis yang terangkat satu.

Bibir pink itu tidak mengeluarkan suara, namun pergerakan tangannya mengartikan bahwa dia patuh. Dengan pelan sentuhan – sentuhan kecil Taeyong berikan pada tubuhnya. Menaikan kaos yang di pakainya hingga sebatas dada; memperlihatkan perut serta puting pink yang tengah dimainkan pemiliknya.

Tanpa sadar Taeyong menggigit bibirnya. Ini adalah yang pertama kali lelaki tampan di hadapannya menyuruh dia melakukan sesuatu yang bagi Taeyong sangat memalukan. Apa – apaan dengan menyuruh dia menyentuh dirinya sendiri? Mana puas jika hanya seperti ini.

Taeyong bawa pandangannya menatap Jaehyun, berucap lirih. “Bos.”

“Terusin.” Balas Jaehyun yang saat ini mendudukan dirinya di ranjang empuknya.

Sebelah tangan lelaki cantik itu turun, membawa jemari lentiknya memasuki celana yang dia kenakan lalu menyentuh penis kecil yang sudah setengah tegak. Taeyong tundukan kepalanya; tak berani menatap Jaehyun. Sentuhan dia berikan ke penisnya, mengelusnya lalu menaik turunkan dengan ibu jari yang mengusap kepala penisnya; menggesek bagian itu agar terangsang sepenuhnya.

Kaki Taeyong bergetar. Sungguh aneh jika memuaskan diri sendiri, karna rasanya kurang nikmat. Berbeda ketika Jaehyun yang menyentuhnya, maka seakan tubuhnya terbang melayang.

Ketika kaki Taeyong sudah terasa tidak kuat menopang tubuhnya, entah sejak kapan Jaehyun berdiri di depannya, memegang pinggulnya untuk menahan tubuh Taeyong agar tidak jatuh.

Taeyong mendongak, menatap Jaehyun dengan mata sayu juga bibir yang digigit. Satu tangan yang memilin puting berpindah ke bahu Jaehyun; meremas kaos putih yang Jaehyun kenakan.

Lelaki tampan itu tidak mengatakan apapun dengan wajahnya yang masih datar. Namun, satu tangannya bergerak masuk kedalam celana Taeyong, membantu lelaki cantik itu menuntaskan kepuasannya.

Telapak tangan dengan jemari lentik itu di tangkup oleh tangan yang lebih besar dan kekar. Memberikan gerakan cepat yang membuat Taeyong langsung menyembunyikan wajahnya di tengkuk Jaehyun, masih dengan bibirnya yang dia gigit; menahan desahan.

Wajah Jaehyun mulai mendekat ke leher Taeyong, memberikan kecupan – kecupan lembut sepanjang kulit jenjang itu. Jaehyun hembuskan nafas hangatnya disana.

“Keluarin desahan kamu.”

Gerakan dibawah inti tubuhnya membuat Taeyong spontan menempelkan tubuhnya dengan Jaehyun. Wajah yang memerah dengan mulut terbuka; mengeluarkan suara desahan lirih yang merdu bagai nyanyian di telinga Jaehyun.

Ahh.. shh.”

Jantung keduanya berdegup kencang menghasilkan perasaan yang menyenangkan. Dengan tergesa Jaehyun menabrakan punggung Taeyong ke dinding, tangannya masih bergerak memuaskan penis kecil kepunyaan Taeyong. Jaehyun menjauhkan wajahnya usai puas memberikan tanda di leher Taeyong diikuti lelaki cantik itu, keduanya kembali menempelkan dahi satu sama lain, berpandangan, berusaha menyampaikan hasrat yang tertahan sebelum menubrukan dua belah bibir keduanya.

Kecupan halus dan gigitan kecil yang lama – kelamaan menjadi lumatan kasar. Keduanya tidak ada yang mau mengalah, saling ingin mendominasi bibir pasangan masing – masing. Kepala keduanya bergerak kekanan dan kekiri mencari posisi nyaman. Jaehyun menjulurkan lidahnya yang disambut oleh Taeyong, saling melilitkan kedua benda tak bertulang itu sesekali menggigit pelan sarat godaan sambil asik bertukar saliva.

Jaehyun semakin menekan tubuh kecil di dalam kukungannya, membuat Taeyong terhimpit dengan dinding sebagai alasnya. Hembusan nafas dua anak adam itu berantakan, desahan dan geraman pelan keluar yang hanya bisa terdengar oleh mereka.

Ketika kepuasan sudah sampai pada ujungnya, secara spontan Taeyong mendongak dengan mata terpejam; menikmati pelepasannya yang keluar mengotori celana juga tangan Jaehyun.

Hah—ahh..

Dalam satu gerakan, Jaehyun membawa kedua kaki Taeyong melingkari pinggulnya, secara otomatis kedua tangan Taeyong juga melingkari leher Jaehyun. Lelaki cantik itu sedikit menundukan kepalanya agar dapat bertatapan dengan Lelaki-‘nya’.

Keduanya berpandangan sebelum perlahan kekehan pelan keluar dari bibir mereka. Mendekatkan wajah—Jaehyun dan Taeyong menggesekan ujung hidung satu sama lain sambil tersenyum.

I love you.” Bisik Taeyong di depan wajah Jaehyun.

I love you the most, baby.” Balas Jaehyun lalu kembali membawa tubuh di dalam gendongannya untuk dia baringkan di kasur empuknya.

image

Kembali menempelkan kedua belah bibir, saling memangut menyalurkan kasih sayang dan perasaan. Rasa panas itu kembali, tubuh keduanya menginginkan satu sama lain dan bayangan ketika mereka menyatu membuat rasa tak sabar menggebu keluar, betapa nikmatnya surga dunia.

Seperti anak remaja dengan hormon yang telah menumpuk keduanya berpangutan dengan panas, kedua tangan tidak berhenti memberikan rangsangan berupa sentuhan, meremas dada lalu turun kepinggul Taeyong.

Si lelaki cantik tak tinggal diam, ikut membalas dengan meraba dada bidang yang tampak sangat kokoh, lalu berpindah meremas surai hitam Jaehyun, menariknya pelan menggoda lelaki tampan itu.

Jaehyun menggeram, tanpa aba – aba lelaki tampan itu merobek baju Taeyong dibalas kekehan Taeyong; merasa geli dengan Jaehyun yang tidak sabaran.

Kulit mulus dengan puting pink itu langsung terpampang di hadapan Jaehyun. Lelaki tampan itu tersenyum, berdecak kagum karna Taeyong selalu indah dan selalu siap untuknya.

Ah... si cantik kecintaannya.

Kepala Jaehyun menunduk, meraup puting pink yang sejak tadi sudah menegang; menantang Jaehyun untuk cepat menyentuhnya.

Taeyong memejamkan matanya saat merasakan lidah Jaehyun bermain diantara puting nya, juga tangan kekasihnya yang bermain dengan puting sebelahnya. Kepala Jaehyun— Taeyong peluk, lalu ditekan agar semakin memberikan kenikmatan pada dadanya.

Dibawah sana Jaehyun menggesekan kejantanannya yang masih berbalut celana dengan milik Taeyong. Menghentak pelan membuat Taeyong mengerang.

Hmm.. Jaehyun.” Taeyong bawa sebelah tangannya mengelus penis Jaehyun dari luar celana lelaki tampan itu sebelum masuk dan menggenggam batang besar berurat yang telah mengacung tegak lalu mengocoknya cepat.

Merasakan gerakan pada kejantanannya Jaehyun menggeram, sengaja menggigit puting Taeyong yang membuat lelaki cantik itu memekik pelan. Satu tangannya yang menganggur Jaehyun pindahkan meremas pinggul Taeyong, menyampaikan rasa nikmat dari permainan tangan si cantik pada penisnya.

Kuluman Jaehyun berpindah ke arah telinga Taeyong. Nafasnya berhembus tak beraturan di dekat kuping lelaki cantik itu, berbisik disana. “Shh.. faster, Baby.”

Dengan begitu Taeyong naikan tempo kocokannya pada penis Jaehyun, sesekali menjepit buah zakar si lelaki tampan.

Grrhmm.. Baby.

Geraman itu menandakan Jaehyun telah sampai pada pelepasannya. Taeyong terkekeh bangga membuat Jaehyun yang gemas langsung menatap si cantik lalu memberikan kecupan berkali – kali di bibirnya. Tak sampai situ, Jaehyun di buat terperangah sebab Taeyong membawa tangannya yang terdapat sperma Jaehyun ke mulutnya kemudian dijilat dengan sensual di hadapan Jaehyun.

Damn! sangat sexy dan nakal.

Kembali, Jaehyun cium bibir pink itu kasar membuat Taeyong kualahan membalas pangutan Jaehyun. Air liur menetes dari ujung bibir Taeyong entah milik siapa. Dengan tergesa dan tidak sabaran Jaehyun melepas celana beserta dalaman Taeyong, membuat lelaki cantik itu full naked tanpa sehelai benang pun yang menutupi.

Udara dingin langsung melingkupi tubuh Taeyong, namun justru dirinya tidak merasa dingin. Well, pendingin ruangan seperti tidak ada harga dirinya di tengah kegiatan dua orang yang tengah bergairah itu.

Tubuh shirtless dengan kancing celana yang telah terbuka memperlihatkan dalaman yang benar – benar menggoda di pandangan Taeyong, membuat dia menggigit bibir bawahnya. Dengan jail—Taeyong bawa satu kaki jenjangnya kehadapan Jaehyun, mengelus tubuh kekar tegak itu dengan jempol kakinya, terus turun hinggap di selangkangan Jaehyun. Namun sebelum Taeyong berhasil menggerakan kakinya untuk menggoda—Jaehyun tahan dengan tangannya lalu membawa kaki jenjang kecintaannya untuk dia kecup satu persatu jarinya pun setiap jengkalnya.

Taeyong selalu menyukai sesi bercinta mereka, perlakuan Jaehyun membuat Taeyong merasa di cintai dan di sayangi. Menunjukan bahwa Taeyong sangat berharga untuknya dan satu – satunya.

Kadang Taeyong merasa heran, dia adalah Bodyguard Jaehyun, namun malah seolah lelaki itu yang melindunginya. Contohnya seperti saat mereka bersembilan keluar untuk makan, tentu saja Jaehyun juga para Bodyguard nya. Ketika tidak sengaja seorang waiters akan menumpahkan minumannya ke arah Taeyong, Jaehyun dengan sigap berdiri di depan Taeyong hingga akhirnya minuman itu tumpah ke baju lelaki tampan itu.

Jika diingat – ingat, banyak perlakuan Jaehyun yang menunjukan bahwa lelaki itu sangat melindunginya. Bagaimana bisa dia tidak mencintai lelaki se-perfect Jaehyun? Mustahil sekali rasanya. Apa lagi saat pertama kali mereka bertemu, dimana saat mereka masih berumur tujuh tahun, pertama dikenalkan dan saat itu juga Jaehyun mengatakan kalimat yang membuat Ayah lelaki tampan itu terkejut.

Dad, Jaehyun mau dia buat jadi milik Jaehyun.

Gemas sekali Taeyong rasanya. Tanpa sadar si lelaki cantik terkekeh yang disadari Jaehyun. Satu alis lelaki tampan itu terangkat, dengan kesal Jaehyun gigit paha Taeyong hingga pemiliknya tersentak dan langsung memandang Jaehyun.

“Kenapa, Jae?”

Jaehyun merangkak hingga tubuhnya mengukung Taeyong kembali di bawahnya. “Mikirin apa?” Tanyanya sambil mengelus pipi Taeyong dengan ujung hidungnya.

“Engga.” Balas Taeyong sambil melingkarkan kedua tangannya di pundak si tampan.

Sekilas Jaehyun mendengus, dengan pelan menggigit bahu Taeyong. “Hari ini ga boleh mikirin siapa – siapa selain full mikirin aku.”

See? Sudah Taeyong bilang Jaehyun itu sangat menggemaskan.

Sesaat Taeyong ingin membalas ucapan Jaehyun, tubuhnya sudah dibalik dengan posisi tengkurap.

Dua bongkahan sintal itu Jaehyun remas. “Nungging, sayang.” Membuat Taeyong mendengus kesal namun tetap menuruti.

Pandangan Jaehyun langsung mengarah kelubang mengkerut berwarna pink yang tersuguh di depannya. Pantat kenyal itu Jaehyun usap lalu menamparnya hingga timbul jejak tangannya.

Perih namun nikmat secara bersamaan. “Nghh..” Desah Taeyong tertahan.

Wajahnya Jaehyun dekatkan untuk menjilat lubang berkedut yang sudah minta diisi. Lidahnya terjulur menusuk – nusuk area itu sebelum menggantinya dengan dua jari panjangnya.

image

Ah.. shh, Jaehh..

Jaehyun gerakan kedua jarinya, dia putar lalu dilebarkan membentuk gunting sambil menekan dinding anal si lelaki cantik. Merasa cukup Jaehyun keluarkan kedua jarinya diikuti cairan yang bertaut seperti benang.

Celana juga dalaman miliknya Jaehyun turunkan, mengeluarkan penisnya yang telah sesak dan tak sabar ingin di puaskan. Jaehyun usap kepala penisnya di sekitaran lubang Taeyong membuat si lelaki cantik merengek.

Perlahan Jaehyun masukan penisnya kedalam lubang rapet kecintaannya bersamaan tubuh yang ikut membungkuk dengan satu tangannya yang tetap bekerja meremas pantat sintal Taeyong.

Ah.. hahh.. Jaehyun.” Desahan lirih Taeyong ketika penis Jaehyun sepenuhnya masuk. Lubangnya di paksa melebar dengan tidak wajar sebab ukuran penis Jaehyun.

Setelah berhasil menuntun penisnya masuk, tangannya berpindah mengelus pinggul Taeyong lembut; membantu Taeyong rileks, juga kecupan dan jilata Jaehyun berikan di daun telinga si lelaki cantik.

Selang semenit kemudian Jaehyun gerakan pinggulnya, menghentak pelan namun dalam mencari prostat Taeyong.

Dengan pelan Taeyong mengangkat tubuhnya, rambut lepek yang menutupi matanya Taeyong sibak kebelang lalu menolehkan kepalanya kesamping yang langsung disuguhi ekspresi kenikmatan dari wajah Jaehyun.

Puas mengulum daun telinga Taeyong, Jaehyun pun ikut menoleh kearah Taeyong yang menatapnya dengan mata sayu juga mulut yang sedikit terbuka mengeluarkan desahan. Jaehyun dekatkan wajahnya lalu mencium bibir manis kecintaannya.

Dibawah sana pinggulnya masih menghentak, kedua tangannya Jaehyun pindahkan untuk menopang tubuhnya pun tangan yang satunya menarik pantat Taeyong kesamping lalu mengeluarkan penisnya sebelum kembali dihentak kuat yang kali ini berhasil menyentuh titik nikmat Taeyong.

Ah! Iya Jaehyun, di—nghh.. di situ.”

Jaehyun terkekeh kemudian menegakan tubuhnya lalu mendongak sambil menutup matanya, menikmati pinggulnya yang bergerak cepat mengeluar masukan penisnya membuat Taeyong terhentak – hentak ke depan hingga kepalanya menabrak pembatas kasur yang empuk.

image

Taeyong menggelengkan kepalanya, nafasnya mulai terasa putus – putus. Hentakan Jaehyun lama – kelamaan semakin cepat dan juga dalam seperti akan menembus perutnya. Rasanya sesak namun juga nikmat, Taeyong tidak kuat. Salah satu tangan yang menopang tubuhnya—Taeyong pindahkan mencengkram atas pembatas kasur, kukunya tanpa sengaja menancap sebab menahan kepuasan yang dia dapat.

Shh.. love.” Desis Jaehyun ketika merasakan jepitan pada penisnya. Dia arahkan tangannya mencengram tengkuk Taeyong yang langsung menjatuhkan dada si cantik hingga menyentuh kasur ketika merasakan tekanan pada belakang lehernya.

Akh—ya ampun, Jaehyun hnghh..

Posisi setengah menungging membuat pipi wajah Taeyong bergesekan sesuai dengan dorongan penis Jaehyun pada lubangnya. Bau serta bunyi percintaan dimana selangkangan Jaehyun menubruk pantat sintal Taeyong menjadikan backsound kegiatan keduanya.

Air mata menetes keluar dari iris bening berkaca milik Taeyong. Wajahnya telah memerah juga bibir yang digigit menahan nikmat. Kepuasannya telah sampai pada ujungnya, sambil mengarahkan tangan memegang penis kecilnya lalu dikocok pelan. Jaehyun yang melihat itu langsung menggantikan tangan Taeyong, menaik turunkan tangannya lebih cepat. Namun, kepuasannya harus tertahan sebab Jaehyun yang langsung menutup lubang kencingnya. Tidak membiarkan Taeyong keluar tanpa seizinnya.

Ahh..hahh.. Jaehyun, lepas.” Ucapan Taeyong hanya dibalas gelengan oleh Jaehyun.

Urat hijau tibul di sekitar dahi dan leher Jaehyun, dia merasakan puncaknya akan segera tiba. Masih menahan lubang penis Taeyong tubuhnya pun Jaehyun bungkukan kembali. Gerakan pada hentakannya dipercepat menjadi acak – acakan.

Keringat keduanya menyatu. Taeyong merintih frustasi, tidak sanggup bila harus menunggu lama untuk pelepasannya diikuti Jaehyun yang menggeram mengejar kenikmatan di depan mata.

Satu dorongan dalam hingga menyentuh prostat Taeyong pun bayangan penis Jaehyun timbul di perut Taeyong membuat lelaki cantik itu menepis kuat tangan Jaehyun yang menutupi lubang penisnya, disusul cairannya yang mengotori kasur bersamaan si lelaki tampan yang mengisi perutnya.

Dada keduanya naik turun dengan cepat, permainan mereka hari ini luar biasa. Merasa berat pada tubuhnya—Taeyong mencubit pinggang Jaehyun.

“Akh! Sakit, sayang.”

Taeyong memutar bola matanya malas, dia masih kesal dengan Jaehyun yang menahan pelepasannya tadi. Sial, itu sangat ngilu. Awas saja, Taeyong tidak mau berbicara pada Jaehyun selama satu jam kedepan.

Keenam Bodyguard Jaehyun yang sedang asik menonton acara TV beramai – ramai itu menoleh ketika Jungwoo bergabung dengan mereka sambil meringis.

Johnny mengernyit bingung. “Kenapa lu?”

“Gua kasian sama Taeyong deh bang.” Balas Jungwoo sambil memakan cemilannya.

Yang lain ikut bingung dengan jawaban Jungwoo, kenapa harus kasihan? Memangnya Taeyong kenapa pikir mereka.

Haechan ikut mengambil cemilan milik Jungwoo sebelum bertanya. “Kak Tae kenapa kak woo?”

“Tadi gua kan lewatin kamar si Bos, eh denger suara rintihan gitu, pasti kak Tae lagi dihukum gara – gara ngilang tadi ga si?”

Semua lelaki itu meringis sambil mengangguk paham karna ucapan Jungwoo yang masuk akal. Namun, di pojok, Yuta tidak cukup bodoh untuk tidak menyadari apa yang di dengar oleh Jungwoo, memangnya apa lagi hukuman yang akan diberikan seorang kekasih pada pasangannya selain yang nikmat – nikmat tentu saja. Yuta hanya bisa menggeleng mengusir pikirannya.

  • ⚠️ HARSHWORD ⚠️

Suasana di lapangan keliatan rame banget padahal bukan lomba, tapi cuma sparing anak basket. Yang bikin ramenya tuh karna anak basket sekolah mereka termasuk anak hits, alias populer—kaya siapa sih yang ga tau Jaehyun DKK(?) satu sekolah bahkan sampe sekolah tetangga juga kenal sama mereka.

Jaehyun DKK tuh ada; Jaehyun yang punya senyum manis sama lesung pipi yang bisa bikin anak perawan langsung bunting alias hamil.

Kedua ada Johnny, si tinggi yang gayanya kece abis. Sekali dikedipin sama dia, efek sampingnya bisa bikin kejang, jantung disko, sesak nafas.

Ketiga ada Yuta, si kalem yang suka bikin salah paham sama tatapan matanya, karna kalo natap orang lekat banget berasa ditenggelemin ke lautan cinta.

Terakhir ada kokoh china—alias Lucas. Si playboy yang tau kalo dirinya ganteng. Hobbynya gombalin anak orang sampe baper abis itu di ghosting. Untung ganteng jadi dimaafin.g

Mereka berempat lagi sparing lawan adek kelasnya. Baru beberapa menit udah berhasil bikin seluruh badan Jaehyun DKK dimandiin keringet sampe yang nonton teriak histeris berasa ngonser. Karna itu juga para siswi yang nonton ada yang mimisan, pingsan, nari jaipong sampe nge-reog. Ga bisa liat yang ganteng, bening, sexy dikit tuh, bawaannya pengen dipacarin :( .

Tapi beda lagi sama dua cowok yang pasang muka kesel. Taeyong sama satu temennya; Ten, udah ada di bangku penonton bahkan sebelum anak basket mulai sparing, sengaja biar bisa liat Jaehyun DKK. Tapi sialannya para cewek ganjen pada nutupin pemandangan yang menurut Taeyong sama Ten indah dan sayang untuk dilewatin.

“Woi! Bisa minggir ga? Yang mau liat bukan cuma lu pada jing.”

Itu Ten yang ngomong. Udah emosi hampir ke dengki ngeliat cewek gatel pada teriak sambil loncat – loncat depan dia. Mending suaranya merdu? Lah ini cempreng banget kaya soang.

Salah satu dari mereka yang diteriakin Ten nengok kebelakang, ngeliat Ten sinis. “Bacot lu uke.”

Sebenernya ga salah si, Ten kan emang uke. Cuma dibilang gitu sama kaum sewaan dedi gula bikin Ten ga terima. Semua hewan udah di keluarin dalem hati, mulutnya yang rapet udah siap ngeluarin kalimat pencerahan sebelum Taeyong nyela omongan dia.

“Sok keras banget meki satu ini.”

Udah ngomong gitu Taeyong diri dari duduknya terus ngorek idungnya; ngambil upil. Sebelum jalan keluar lapangan, Taeyong sempetin nempelin upilnya di pundak cewek yang ngatain Ten tadi walau sayangnya ga nyadar dan masih asik teriakin Jaehyun DKK. Ten yang ngeliat Taeyong pergi langsung ngekor di belakang Taeyong.

FYI, Taeyong tuh suka sama Jaehyun, tiap hari cuma bisa liatin di jendela kelas, kalo engga ya di bangku penonton kaya tadi. Nyadar kalo dia suka sama Jaehyun—inceran para sub plus cewek di sekolahnya, makanya Taeyong ga seberani itu deketin si cowok lesung pipi. Dan ga cuma Taeyong, tapi Ten juga gitu ke Johnny. Solid banget kan mereka berdua(?)

-

Besoknya Taeyong sama Ten ada rencana buat caper ke Jaehyun DKK. Capernya yang enggak keliatan gitu, jadi niatnya mau jalan di pinggir lapangan basket sambil ngarah kekantin biar ga keliatan capernya.

Taeyong sebenernya heran, ini tim basket kok latihan mulu? Apa ga capek? Dia aja eskul dance seminggu tiga kali rasanya udah mau meninggal, lah ini? Bisa kali lima hari sendiri.

Dua uke itu udah jalan di pinggir lapangan, kebetulan banget Jaehyun DKK lagi main berempat.

Udah kece – kece jalan kayak model biar keliatan elegan, eh, gak jadi pas kepala Taeyong kebentur sesuatu sampe buat dia jatuh, untungnya ada Ten yang pegangin tangannya walau Taeyong tetep jatuh sih.

“Aduh, anjing.”

Ten yang kaget temennya jatuh akhirnya nanya. “Tae, bisa diri ga lu?”

Taeyong ngangguk sambil pegangin kepalanya; ngeringis. “Bisa.”

Sebenernya Taeyong ga berharap banyak nih, cuma emang rejeki ga kemana, doi nyamperin dia tanpa di minta.

Ten tadinya udah pegang tangan Taeyong buat bantu diri, tapi pas liat Jaehyun samperin mereka berdua akhirnya dia lemesin lagi pegangannya sampe Taeyong oleng, untung langsung di tangkep sama Jaehyun.

Sorry, itu tadi gua yang ngelempar, ga tau kalo bakal kena lu.”

Muka Jaehyun udah ga enak banget, Taeyong yang liat rasanya pengen cium, tapi pacar aja bukan. Lagian Taeyong ga mau disangka genit.

“Kepala lu sakit kan? Ayo gua anter ke UKS.” Lanjut Jaehyun.

Taeyong ngegeleng sambil senyum, cuma pas matanya liat ke Ten—temennya itu lagi pelototin dia, kaya ngasih sinyal buat iyain ajakan Jaehyun. Karna ngerasa kesempatan ga dateng dua kali akhirnya dia ikutin kata Ten. Kepalanya Taeyong pegang terus pura – pura ngeringis, abis gitu tangannya langsung ngelingkar di leher Jaehyun padahal awalnya nolak.

Ga pake basa – basi, Jaehyun langsung ngangkat Taeyong gaya kaya pengantin. Ten ngasih jempol ke Taeyong yang dibales Taeyong pake jempol juga. Support bestie abis.

Ngeliat Taeyong udah jauh, Ten ngambil bola basket di bawah dia, pas balik badan kepalanya malah kejedot sama yang bidang – bidang. Dikiranya tembok rupanya dada mas crush :( .

Ten ngerjapin matanya cepet. Johnny agak bingung kenapa Ten natep dia kaya gitu? Apa di muka Johnny ada sesuatu? Tapi engga ah, nyamuk aja kepleset di muka dia(?) tapi walau gitu Johnny tetep senyum.

“Bolanya, boleh gua pinjem ga? Apa mau lu pegangin terus? haha.”

Nonjok crush tuh dosa ga sih? Soalnya Johnny ganteng banget, malah pake ketawa lagi, sengaja banget bikin Ten makin suka.

-

“Ini beneran gapapa gua tinggal?” Kata Jaehyun yang masih duduk di samping ranjang UKS Taeyong.

Taeyong ngangguk sambil senyum canggung. “Ya iya gapapa, gue cuma kebetur bukan gegar otak, Jae.”

Jaehyun diem, Taeyong juga diem. Pas sadar rupanya Taeyong manggil Jaehyun pake panggilan akrab udah kaya sohib lama.

Taeyong panik, matanya natep kemana – mana asal ga ke Jaehyun yang masih diem.

“I-itu, maksud gue Jaehyun hehe..he..”

Dikirain bakal disinisin, tapi emang dasarnya hari keberuntungan, sekarang gak disangka Jaehyun malah senyum ke Taeyong yang udah nahan nafas liat pipi bolong Jaehyun. Manis banget astaga, Taeyong pengen manjat dinding rasanya, tapi takut dikata ga waras.

Kalo gini caranya Taeyong rela deh kebentur setiap hari asal di tolongin Jaehyun hehe.

-

“Eh monyet!, denger ga sih gua ngomong?”

Taeyong usap kupingnya yang rasanya hampir budek denger teriakan Ten sambil natap cowok itu sinis. “Apaansi Ten?”

Dari tadi Ten ngomong sampe mulutnya berbusa rupanya masuk kuping kanan eh mendep di dalem ga keluar – keluar. Emang biadab banget punya temen, heran Ten sama Taeyong mah.

“Lu gimana tadi sama Jaehyun?” Akhirnya Ten bahas hal lain.

“Ya gitu, gue dianter ke UKS abis itu dia pergi latihan lagi.”

Ten ngeringis dengernya. Miris banget kisah cinta Taeyong, ya..sebelas duabelas lah sama dia.

He's far away from me, i don't know what I'm doing, Ten.”

“Eh, kayanya gue tau kita mesti dateng ke siapa.”

Satu alis Taeyong keangkat; penasaran. Mukanya noleh ke arah Ten yang lagi senyum licik. Serem banget, badut selokan juga kalah seremnya sama Ten.

Taeyong ga tau ini dimana, malah tempatnya pengap, tapinya banyak yang antri. Sumpah Taeyong ga betah, dari tadi dia liat yang antri orangnya pada aneh. Ada yang ngomong sendiri, ada yang cengar – cengir sendiri, random banget.

“Ten, lu bener ga si tempatnya?” Tanya Taeyong bisik – bisik ke Ten yang lagi mainin HP nya.

Ten ngedecak, muter bola matanya males karna Taeyong udah nanya itu dua belas kali ke dia.

“Bener. Udah diem deh lu, nanya lagi gue spank.”

“Goblog.” Kata Taeyong sambil noyor kepala Ten.

Ga lama nama mereka dipanggil suruh masuk keruangan. Dikirain Taeyong bakal sama kan kaya ruang tunggu tadi, rupanya malah ini dingin terus lampunya terang. Nah kan kalo gini enak gitu, ga kaya tadi udah kaya ruang penyembah satanis.

“Jadi kalian kesini mau apa?”

Taeyong sama Ten yang ditanya gitu malah senggol – senggolan, nyuruh biar ngomong. Karna males, takut kelamaan akhirnya Taeyong ngomong.

“Jadi gini pak—,”

“Panggil saya, Wonstain.”

“Jadi gini, pak Wonstain.”

“Cukup Wonstain.”

Taeyong ngedengus, sumpah kesel banget pengen nampol cowok yang dari atas sampe bawah pakeannya item semua udah kaya malaikat pencabut nyawa.

“Jadi saya suka sama orang, nah saya mau buat orang itu jadi suka sama saya. Pertama kali saya suka sampe bener – bener mau dia jadi milik saya, tapi saya ga tau gimana caranya. Ribet banget ya? Saya ga paham cara kerja cinta tuh. Tolong bantu saya, Wonstain.”

Wonstain ngangguk – nganggukin kepalanya. Matanya nyipit, tangannya ngelus dagu berasa punya bewok.

“Kamu ini butuh,love theory.”

“Maksudnya gimana ya?”

“Cara kerja cinta tuh sederhana. Jadi... siapa nama kamu?”

“Taeyong.”

Wonstain ngedehem sambil natep Taeyong lekat. “Jadi Taeyong, cinta itu bisa menjatuhkan tapi juga bisa membangkitkan.”

Ten yang dari tadi diem manggut – manggut sok ngerti. Dalem hati udah semangatin otak sendiri yang kudu mikir keras.

“Yang membangkitkan ini bisa jadi kesenengan. Kalo kamu mau dapetin orang yang kamu suka, deketin orangnya dan tunjukin keseriusan kamu. Perlihatin perlakuan kamu yang emang bener – bener cinta dan berasa dia satu – satunya.” Lanjut Wonstein panjang lebar.

Taeyong ngeringis dengernya. Boro – boro nunjukin, baru di tatap dianya udah tremor, Kan sulit gitu loh.

“Ga ada cara lain, Wonstain?”

“Ada.”

Tanpa sadar Taeyong langsung hembusin nafasnya lega, tangannya ngusap dada Ten—eh, maksudnya dadanya.

Wonstain nyerahin love bomb dari bawah mejanya ke Taeyong yang langsung diambil sama cowok cantik itu.

“Kamu cukup tarik tuas bentuk love itu, terus kamu lemparin ke cowok yang kamu suka. Nantinya dia bakal balik suka ke kamu.”

Muka Taeyong udah seneng banget kan, kalo sampe beneran berhasil niatnya Wonstain mau Taeyong traktir di rumah makan padang.

“Tapi sebelum di lempar, ada mantranya.”

Alis Taeyong nyatu, jidatnya ngernyit bingung. “Apa mantranya?”

Oh, my baby, baby, baby You are my, you are my only boy You are the only one I see. itu mantranya.”

Taeyong ngangguk sambil nyengir. “Hehe, ok deh. Makasih Wonstain.”

“Itu ga gratis, bayar konsul sama love bomb nya. Abis kamu keluar belok kiri itu ada kasir.” Bales Wonstain yang sukses bikin ekspresi muka Taeyong sama Ten jadi datar.

“Lu beneran mau gunain tuh benda sekarang?” Tanya Ten.

Mereka berdua sekarang udah ada di koridor yang langsung hadap ke taman sekolah. Disitu keliatan Jaehyun yang lagi dengerin musik sambil baca buku. Cakep banget pokoknya mah, udah kaya pangeran di negri dongeng kalo kata Taeyong.

“Hooh, gua mau pake sekarang.”

Ten manggut – manggut, matanya merhatiin gerak gerik Taeyong yang udah mau narik tuas bentuk love itu.

Btw, kok lu gak ikut beli love bomb, Ten?”

Ten ngegeleng. “Gua mau liat lu dulu, kalo berhasil gua juga beli ntar.”

“Emang monyet. Gue dijadiin bahan percobaan.”

Udah gitu Taeyong fokus lagi ke love bomb yang ada di tangannya. Ditarik tuas bentuk love nya, abis itu dibacain mantra sebelum di lempar. “Oh, my baby, baby, baby You are my, you are my only boy You are the only one I see.

SET

TUINGGG

SHHHH

BUM

Taeyong sama Ten ga bisa liat gimana hasilnya, soalnya sekarang Jaehyun lagi ketutupan sama asep pink. Udah asepnya mulai mudar, Jaehyun ngerjapin matanya, bingung kenapa bisa ada asep pink nutupin dia.

Ngerasa berhasil karna Jaehyun yang diem aja dan celingukan, Taeyong dengan pede nya lari ke Jaehyun sambil senyum manis.

“Hai, Jaehyun.”

Yang di panggil namanya noleh, alisnya nyatu karna emang demi apapun Taeyong kesambet apa sampe nyapa Jaehyun? Selama ini baru kali ini cowok cantik itu nyapa dia.

“Hai juga, kenapa yong?” Bales Jaehyun pake muka watadosnya.

Senyum Taeyong luntur, di koridor Ten gigit jari penasaran. “Lo ngerasain sesuatu ga?”

Jaehyun ngegeleng. “Engga. Oh iya, lu tau ga asep ini dateng dari mana?”

Taeyong udah mau kabur aja rasanya, pulang ke rumahnya terus bundir minum sabun suncahaya. Rupanya ga ada efek apa – apa ke jaehyun sampe cowok itu natep muka Taeyong bingung.

“Gue ga tau, sorry gue pergi dulu. Bye Jaehyun.” Bales Taeyong sambil ngacir pergi nyamperin Ten terus narik temen kampretnya ikut kabur.

Ngeliat Taeyong yang lari gitu bikin Jaehyun geleng – gelengin kepalanya sambil senyum. “Lucunya.”

Kepala Ten rasanya mau pecah, dari tadi Taeyong ga berenti mewek karna malu sampe udah ngerencanain ga bakal sekolah selama seminggu, padahal Ten udah bilang dibikin selau aja karna Jaehyun pasti juga nganggep angin lalu. Sayangnya Taeyong tambah mewek.

Ten narik selimut Taeyong. “Bangun ga lu? Sekolah anjing.”

“Lu ngerti gue malu ga sih? Pokoknya gue ga mau sekolah!” Bales Taeyong narik selimutnya lagi.

Karna udah capek nyuruh Taeyong sekolah tapi hasilnya sia – sia mending Ten berangkat duluan aja ninggalin Taeyong. Ten ga mau jadi murid yang ga disiplin, dia pengen jadi murid teladan pokoknya mah.

“Inget! Kalo lu ga sekolah, Jaehyun bisa aja di grepe – grepe sama cewek centil di sekolah. Bye!”

Sambil jalan keluar rumah Taeyong—Ten ngechat Wonstain. Untung dia punya nomernya. Udah beres ngechat, Ten langsung gas ngendarain motornya ke sekolah.

Taeyong hela nafasnya kasar. Dia tutup lokernya sambil celingak – celinguk. Taeyong akhirnya sekolah karna perkataan Ten yang nakutin dia. Sekarang ini dia niatnya mau ngehindarin Jaehyun. Tapi kalo udah takdir mah tetep aja ketemu, buktinya tanpa Taeyong sadarin Jaehyun udah diri di belakang cowok cantik itu.

“Taeyong?”

Denger suara berat tapi juga halus bikin Taeyong merinding sebadan – badan. Cuy, dia kenal banget sama nih suara. Akhirnya Taeyong balik badan yang mukanya langsung berhadapan sama dada Jaehyun.

“Ini punya lu?” Lanjut Jaehyun.

Taeyong dongak, matanya langsung melotot liat love bomb ada di tangan cowok lesung pipi itu.

“Anj—eh aduh mampus gue.” Bisik Taeyong masih bisa di denger Jaehyun sampe cowok itu nahan buat ga cubit pipi Taeyong karna gemes.

Taeyong langsung mau rebut tapi keduluan sama Jaehyun yang jauhin love bomb biar ga bisa di gapai Taeyong.

“Balikin please?”

Jaehyun ngegelengin kepalanya. “Jawab dulu ini apa, baru gua balikin.”

Sumpah Taeyong panik banget, keringet dingin sebesar biji jagung bahkan udah ngalir di pipinya.

“I-itu mainan, iya mainan hehe..”

Jaehyun ngangkat alisnya satu, langkahnya dibawa makin ngedeket ke Taeyong sampe punggung cowok cantik itu nempel ke loker.

“Ga perlu pake benda kaya gini gua udah suka sama lu.”

Ga usah heran, kemaren pas Jaehyun mau balik ke kelas di sebelahnya nemu granat yang lucu jadi dia ambil. Jaehyun mikirnya mungkin asep pink itu dateng gara – gara granat tadi, jadi Jaehyun bawa pulang dan cari tau karna penasaran.

Taeyong ngerjapin matanya cepet. “Hah?”

CUP

Bibir Taeyong di kecup sama Jaehyun, udah gitu tanpa rasa bersalah cowok ganteng itu ngasih senyum yang adem banget sambil ngusap kepalanya. Gak tau aja Taeyong lagi nahan nafas.

“Besok gua tournament, nonton ya?”

Taeyong ga jawab, bikin Jaehyun gemes dan langsung kecup ujung idung Taeyong. Cowok cantik itu udah pusing parah, jantungnya detak kenceng banget, malah perutnya kaya disengat gara – gara efek ciuman Jaehyun, Taeyong ga kuat dan akhirnya pandangan dia gelap dibarengin sama teriakan Jaehyun yang manggil namanya.

“Taeyong?!”

Di ujung loker ada Ten yang niatnya mau ngambil kunci motor buat kerumah Taeyong ngasih tau hot news, tapi malah dapet pemandangan iri dengki. Temennya ciuman sama pangeran sekolah cuy.

Ten ngedumel. “Pantesan ga bekerja tuh love bomb, orang cuma mempan sama yang ga suka, kalo orangnya udah suka ya iya ga mempan.”

Abis itu pergi ninggalin Jaehyun yang panik sambil gendong Taeyong lari ke UKS.

Ten adalah temen yang sangat baik.

Bara tuh selain ngeselin dan tengil rupanya suka ngagetin. Ga cukup Bilal dibikin kaget sama box pitzza nya yang tadi, pas Bara bilang kalo dia udah di depan rumah Bilal, cowok cantik itu langsung lari kebawah buat bukain pintu.

Pintu di depannya dibuka, tapi bukan bara yang dia liat, malah bucket PC biasnya dia alias Haechan dan ditengahnya ada tulisan ’Bara baik, dia juga sayang sama lo, gua sebagai Haechan yang merangkap jadi bias lo ngerestuin lo pacaran sama dia.’ yang udah pasti ditulis sama Bara sendiri.

Bucket PC nya diturunin sama Bara, ujung bibirnya ketarik ngebentuk senyum sambil bilang, “Bilal, jadi pacar bara yuk?”

Bilal ketawa pelan, dia seneng sih akhirnya Bara nembak dia pake cara yang unik kaya gini. Hampir aja Bilal jantungan karna dibuat kaget mulu, udah gitu nembaknya kaya ngajak main gundu.

“Masuk dulu, katanya dingin.” Kata Bilal sambil pindah ke samping pintu; ngizinin Bara masuk.

Bara nurut, masuk terus duduk di ruang tamu. Masih ga lunturin senyumnya walau udah keringet dingin—Bara tunggu Bilal yang lagi nyiapin dia minum, berusaha jadi tamu yang baik.

“Nih, minumnya.” Teh anget yang Bilal buat di taro di meja depan Bara.

Bara ngangguk. “Makasih, sini duduk.” Tangannya nepuk sebelah sofa yang kosong.

Bilal duduk, tangannya langsung di tarik abis itu di genggam sama Bara yang udah naro bucket PC Bilal di meja.

“Maaf ya ga romantis, pasti kamu kaget. Aku ga bisa romantis bil, ga bisa nyatain perasaan aku di acara besar, ruangan penuh mawar atau di kebun penuh bunga matahari. Cuma sekedar box pitzza sama bucket PC bias kamu. Tapi tolong jangan kecewa, kalo kamu terima, aku pasti usaha bahagiain kamu.”

Bilal harus gimana lagi ya? Dia udah baper banget, udah nyerah sama perasaannya yang dia tahan, luluh sama sikap bara yang ngetreat dia dengan baik. Tambah sekarang Bara bilang pake aku – kamu, apa sengaja biar Bilal pingsan(?)

“Box pitzza dan bucket PC, udah romantis melebihi apapun di mata aku Bara...”

Bara ga bisa nahan senyumnya. Dia tarik pelan tangan digenggamannya sampe badan Bilal langsung masuk kepelukannya.

“Jadi pacar aku ya?”

Bukan suara yang Bara denger buat balesannya, tapi anggukan di dadanya udah cukup buat Bara ngeratin pelukan mereka.