WARNING ; BXB, MATURE CONTENT, EXPLICIT, ANAL SEX, NO MINORS, NSFW GIF ⚠️⚠️
SCANE ; SPANKIES, HAND JOB, NIPPLE PLAY, SOLO PLAY, FINGERING 🔞⚠️
Langkah kaki kesembilan orang itu menggema di sebuah mansion besar yang sangat luas. Mereka baru saja menyelesaikan acara kuliah yang masih menyisakan satu kelas lagi. Namun siapa peduli? Perintah ‘Bos’ mereka adalah mutlak. Bahkan jika diperintahkan harus keluar dari universitas, dengan senang hati di lakukan.
Delapan orang dengan satu atasan yang mereka sebut ‘Bos’—seorang lelaki yang harus mereka jaga bahkan dengan nyawa. Mereka semua mengabdi pada keluarga Jung sedari kecil yang membuat mereka di didik, di urus dan di sekolahkan.
Yang membuat mereka merasa seperti keluarga adalah keluarga Jung yang tidak pernah membandingkan mereka sampai menyekolahkan para Bodyguard ini di satu sekolah dengan putra pewaris satu – satunya keluarga Jung—Jung Jaehyun.
Sebagai seorang pewaris kaya raya yang memiliki segala bisnis di bidang apa saja membuat Jaehyun kerap kali mendapat ancaman dari berbagai orang yang iri padanya. Lantas keluarga Jung memberikan keamanan untuk anaknya dengan memberikan sembilan Bodyguard yang telah di latih segala kian rupa untuk melindungi anak mereka.
Namun nyatanya tumbuh bersama tidak hanya menanamkan rasa keluarga, tapi juga tanpa sadar memunculkan jalinan rasa. Beberapa dari mereka memilih menjalin hubungan secara diam – diam tidak terkecuali ‘Bos’ mereka—Jung Jaehyun, yang mempunyai hubungan dengan salah satu Bodyguard nya—Lee Taeyong.
Jaehyun berbalik, pandangannya menyisir seluruh Bodyguard nya. Mereka semua diam, saling menundukan kepala penuh rasa hormat, tidak berani menatap ‘Bos’ mereka yang saat ini berwajah suram dan datar.
“Kalian semua boleh pergi.” Celetuk Jaehyun, lalu pandangannya berhenti pada lelaki cantik di depannya. “Buat kamu, Lee Taeyong. Ikut saya.”
“SIAP BOS!” Ucap sembilan Bodyguard itu serentak setelah mengangguk.
Ketujuh orang itu berbalik, melangkahkan kaki mereka sambil berpencar meninggalkan ‘Bos’ mereka dengan satu rekannya.
Jaehyun masuk kedalam kamarnya lebih dulu diikuti Taeyong yang mengekor di belakangnya. Lelaki cantik itu menutup pintu lalu menguncinya, ketika ingin menghadap Jaehyun—sentakan keras pada lengannya membuat dia berbalik lebih dulu yang langsung mendapat serangan pada bibirnya.
Mata dengan iris legam itu membola, bagian punggungnya terasa sedikit sakit akibat tabrakan pada pintu di belakangnya. Jaehyun melumat bibir dia dengan rakus seakan tidak ada hari besok.
“Uhhmm.. Bos, seben.. tar.” Ucap Taeyong di sela ciuman keduanya. Tangannya ikut mendorong dada bidang di depannya agar memberikan jarak yang langsung di tepis oleh Jaehyun.
Taeyong masih memberontak dengan ciuman berantakan dibibirnya, namun Jaehyun tak membiarkan tautan keduanya terlepas, malah menurunkan tangannya untuk meremas pantat sintal Taeyong yang masih berbalut celana.
Merasa kesal karna Jaehyun bersikap seenaknya—Taeyong menginjak kaki Jaehyun sebelum mendorong tubuh yang lebih besar darinya itu.
“BOS! SEBEN—,”
“Siapa yang nyuruh kamu buat berduaan sama ian?!”
Gurat tidak suka, marah, kesal serta cemburu bisa Taeyong lihat dari mata seorang yang memotong ucapannya.
Alis yang menukik, mata yang menatapnya tajam juga kerah baju yang melebar menampilkan sebagian dada bidang Jaehyun sebab ulah tangan si lelaki cantik.
Oh.. itu tampak sexy—maksudnya, Taeyong sangat suka dengan penampilan Jaehyun sekarang namun tidak dengan amarah lelaki itu.
Kedua alis Taeyong menyatu, pandangannya lurus menatap Jaehyun. “Saya tidak—,”
“Tundukin kepala kamu, saya Bos kamu disini.” Potong Jaehyun tegas.
Segera Taeyong menundukan kepalanya, meski dia adalah kekasih dari lelaki di hadapannya, tetap saja Jaehyun adalah Bos nya, rasa hormat dan patuh itu tidak boleh hilang.
Jaehyun melangkah mendekati Taeyong, satu tangannya di masukan kedalam saku celana. “Kamu milik siapa, Taeyong?” Bisik Jaehyun di dekat telinga Taeyong lalu menghembuskan nafas pelan di area sensitif Taeyong-‘nya’.
Tanpa sadar tubuh Taeyong meremang karna hembusan nafas di telinganya, kedua tangan yang menggantung disisinya mengepal. Menghembuskan nafas pelan lalu berucap tegas. “Milikmu, Bos!”
Ucapan tegas dari bibir pink itu membuat Jaehyun menyeringai; merasa puas. “Mutlak.”
“Look at your owner, Taeyong.” Lanjut Jaehyun dengan sebelah tangannya yang mengelus lembut pipi si lelaki cantik.
Taeyong menegakan kepalanya, lantas pandangan keduanya bertemu. Iris Taeyong langsung memantulkan wajah Jaehyun yang lagi tersenyum kepadanya.
Lelaki cantik itu kira, Jaehyun-‘nya’ sudah tidak marah lagi setelah kemudian lelaki tampan itu mencium lembut bibir miliknya, menyentuh tubuhnya dengan intens disertai remasan seduktif. Nafas Taeyong seketika memburu, kepalanya mendongak—menampilkan leher jenjangnya yang putih dan mulus; membiarkan Jaehyun memberikan jejak kepemilikan kepada kepunyaannya.
“hahh.. Bos..” Desah Taeyong yang mengalun merdu di telinga Jaehyun.
“Yes, Love.”
Kelopak mata pemilik mata hitam legam itu terbuka. Bisa Jaehyun lihat tatapan sayu Taeyong yang menginginkan lebih.
“Jaehyun..”
“Ya, sayang?” Jawab Jaehyun dengan senyum lembutnya sambil menempelkan dahi satu sama lain.
Tatapan itu lekat, seperti meminta sesuatu. “Jaehyun, aku—,”
Ucapan Taeyong terhenti, keningnya berkerut bingung melihat Jaehyun mundur; memberi jarak. Tatapan Jaehyun kembali datar dengan raut muka yang tenang. “Taeyong?”
Lelaki cantik itu tersentak sebelum menjawab. “Ya, Bos?”
Dalam hati Taeyong meringis, Jaehyun mengeluarkan nada ini lagi, nada suara yang tidak mau di bantah, apapun perintahnya adalah sebuah keharusan.
“Sentuh tubuh kamu.”
Taeyong terkejut, tanpa ada pergerakan dirinya masih diam, berdiri tegak di hadapan Jaehyun.
“Kenapa? Keberatan?” Lanjut Jaehyun memiringkan kepalanya dengan alis yang terangkat satu.
Bibir pink itu tidak mengeluarkan suara, namun pergerakan tangannya mengartikan bahwa dia patuh. Dengan pelan sentuhan – sentuhan kecil Taeyong berikan pada tubuhnya. Menaikan kaos yang di pakainya hingga sebatas dada; memperlihatkan perut serta puting pink yang tengah dimainkan pemiliknya.
Tanpa sadar Taeyong menggigit bibirnya. Ini adalah yang pertama kali lelaki tampan di hadapannya menyuruh dia melakukan sesuatu yang bagi Taeyong sangat memalukan. Apa – apaan dengan menyuruh dia menyentuh dirinya sendiri? Mana puas jika hanya seperti ini.
Taeyong bawa pandangannya menatap Jaehyun, berucap lirih. “Bos.”
“Terusin.” Balas Jaehyun yang saat ini mendudukan dirinya di ranjang empuknya.
Sebelah tangan lelaki cantik itu turun, membawa jemari lentiknya memasuki celana yang dia kenakan lalu menyentuh penis kecil yang sudah setengah tegak. Taeyong tundukan kepalanya; tak berani menatap Jaehyun. Sentuhan dia berikan ke penisnya, mengelusnya lalu menaik turunkan dengan ibu jari yang mengusap kepala penisnya; menggesek bagian itu agar terangsang sepenuhnya.
Kaki Taeyong bergetar. Sungguh aneh jika memuaskan diri sendiri, karna rasanya kurang nikmat. Berbeda ketika Jaehyun yang menyentuhnya, maka seakan tubuhnya terbang melayang.
Ketika kaki Taeyong sudah terasa tidak kuat menopang tubuhnya, entah sejak kapan Jaehyun berdiri di depannya, memegang pinggulnya untuk menahan tubuh Taeyong agar tidak jatuh.
Taeyong mendongak, menatap Jaehyun dengan mata sayu juga bibir yang digigit. Satu tangan yang memilin puting berpindah ke bahu Jaehyun; meremas kaos putih yang Jaehyun kenakan.
Lelaki tampan itu tidak mengatakan apapun dengan wajahnya yang masih datar. Namun, satu tangannya bergerak masuk kedalam celana Taeyong, membantu lelaki cantik itu menuntaskan kepuasannya.
Telapak tangan dengan jemari lentik itu di tangkup oleh tangan yang lebih besar dan kekar. Memberikan gerakan cepat yang membuat Taeyong langsung menyembunyikan wajahnya di tengkuk Jaehyun, masih dengan bibirnya yang dia gigit; menahan desahan.
Wajah Jaehyun mulai mendekat ke leher Taeyong, memberikan kecupan – kecupan lembut sepanjang kulit jenjang itu. Jaehyun hembuskan nafas hangatnya disana.
“Keluarin desahan kamu.”
Gerakan dibawah inti tubuhnya membuat Taeyong spontan menempelkan tubuhnya dengan Jaehyun. Wajah yang memerah dengan mulut terbuka; mengeluarkan suara desahan lirih yang merdu bagai nyanyian di telinga Jaehyun.
“Ahh.. shh.”
Jantung keduanya berdegup kencang menghasilkan perasaan yang menyenangkan. Dengan tergesa Jaehyun menabrakan punggung Taeyong ke dinding, tangannya masih bergerak memuaskan penis kecil kepunyaan Taeyong. Jaehyun menjauhkan wajahnya usai puas memberikan tanda di leher Taeyong diikuti lelaki cantik itu, keduanya kembali menempelkan dahi satu sama lain, berpandangan, berusaha menyampaikan hasrat yang tertahan sebelum menubrukan dua belah bibir keduanya.
Kecupan halus dan gigitan kecil yang lama – kelamaan menjadi lumatan kasar. Keduanya tidak ada yang mau mengalah, saling ingin mendominasi bibir pasangan masing – masing. Kepala keduanya bergerak kekanan dan kekiri mencari posisi nyaman. Jaehyun menjulurkan lidahnya yang disambut oleh Taeyong, saling melilitkan kedua benda tak bertulang itu sesekali menggigit pelan sarat godaan sambil asik bertukar saliva.
Jaehyun semakin menekan tubuh kecil di dalam kukungannya, membuat Taeyong terhimpit dengan dinding sebagai alasnya. Hembusan nafas dua anak adam itu berantakan, desahan dan geraman pelan keluar yang hanya bisa terdengar oleh mereka.
Ketika kepuasan sudah sampai pada ujungnya, secara spontan Taeyong mendongak dengan mata terpejam; menikmati pelepasannya yang keluar mengotori celana juga tangan Jaehyun.
“Hah—ahh..”
Dalam satu gerakan, Jaehyun membawa kedua kaki Taeyong melingkari pinggulnya, secara otomatis kedua tangan Taeyong juga melingkari leher Jaehyun. Lelaki cantik itu sedikit menundukan kepalanya agar dapat bertatapan dengan Lelaki-‘nya’.
Keduanya berpandangan sebelum perlahan kekehan pelan keluar dari bibir mereka. Mendekatkan wajah—Jaehyun dan Taeyong menggesekan ujung hidung satu sama lain sambil tersenyum.
“I love you.” Bisik Taeyong di depan wajah Jaehyun.
“I love you the most, baby.” Balas Jaehyun lalu kembali membawa tubuh di dalam gendongannya untuk dia baringkan di kasur empuknya.

Kembali menempelkan kedua belah bibir, saling memangut menyalurkan kasih sayang dan perasaan. Rasa panas itu kembali, tubuh keduanya menginginkan satu sama lain dan bayangan ketika mereka menyatu membuat rasa tak sabar menggebu keluar, betapa nikmatnya surga dunia.
Seperti anak remaja dengan hormon yang telah menumpuk keduanya berpangutan dengan panas, kedua tangan tidak berhenti memberikan rangsangan berupa sentuhan, meremas dada lalu turun kepinggul Taeyong.
Si lelaki cantik tak tinggal diam, ikut membalas dengan meraba dada bidang yang tampak sangat kokoh, lalu berpindah meremas surai hitam Jaehyun, menariknya pelan menggoda lelaki tampan itu.
Jaehyun menggeram, tanpa aba – aba lelaki tampan itu merobek baju Taeyong dibalas kekehan Taeyong; merasa geli dengan Jaehyun yang tidak sabaran.
Kulit mulus dengan puting pink itu langsung terpampang di hadapan Jaehyun. Lelaki tampan itu tersenyum, berdecak kagum karna Taeyong selalu indah dan selalu siap untuknya.
Ah... si cantik kecintaannya.
Kepala Jaehyun menunduk, meraup puting pink yang sejak tadi sudah menegang; menantang Jaehyun untuk cepat menyentuhnya.
Taeyong memejamkan matanya saat merasakan lidah Jaehyun bermain diantara puting nya, juga tangan kekasihnya yang bermain dengan puting sebelahnya. Kepala Jaehyun— Taeyong peluk, lalu ditekan agar semakin memberikan kenikmatan pada dadanya.
Dibawah sana Jaehyun menggesekan kejantanannya yang masih berbalut celana dengan milik Taeyong. Menghentak pelan membuat Taeyong mengerang.
“Hmm.. Jaehyun.” Taeyong bawa sebelah tangannya mengelus penis Jaehyun dari luar celana lelaki tampan itu sebelum masuk dan menggenggam batang besar berurat yang telah mengacung tegak lalu mengocoknya cepat.
Merasakan gerakan pada kejantanannya Jaehyun menggeram, sengaja menggigit puting Taeyong yang membuat lelaki cantik itu memekik pelan. Satu tangannya yang menganggur Jaehyun pindahkan meremas pinggul Taeyong, menyampaikan rasa nikmat dari permainan tangan si cantik pada penisnya.
Kuluman Jaehyun berpindah ke arah telinga Taeyong. Nafasnya berhembus tak beraturan di dekat kuping lelaki cantik itu, berbisik disana. “Shh.. faster, Baby.”
Dengan begitu Taeyong naikan tempo kocokannya pada penis Jaehyun, sesekali menjepit buah zakar si lelaki tampan.
“Grrhmm.. Baby.”
Geraman itu menandakan Jaehyun telah sampai pada pelepasannya. Taeyong terkekeh bangga membuat Jaehyun yang gemas langsung menatap si cantik lalu memberikan kecupan berkali – kali di bibirnya. Tak sampai situ, Jaehyun di buat terperangah sebab Taeyong membawa tangannya yang terdapat sperma Jaehyun ke mulutnya kemudian dijilat dengan sensual di hadapan Jaehyun.
Damn! sangat sexy dan nakal.
Kembali, Jaehyun cium bibir pink itu kasar membuat Taeyong kualahan membalas pangutan Jaehyun. Air liur menetes dari ujung bibir Taeyong entah milik siapa. Dengan tergesa dan tidak sabaran Jaehyun melepas celana beserta dalaman Taeyong, membuat lelaki cantik itu full naked tanpa sehelai benang pun yang menutupi.
Udara dingin langsung melingkupi tubuh Taeyong, namun justru dirinya tidak merasa dingin. Well, pendingin ruangan seperti tidak ada harga dirinya di tengah kegiatan dua orang yang tengah bergairah itu.
Tubuh shirtless dengan kancing celana yang telah terbuka memperlihatkan dalaman yang benar – benar menggoda di pandangan Taeyong, membuat dia menggigit bibir bawahnya. Dengan jail—Taeyong bawa satu kaki jenjangnya kehadapan Jaehyun, mengelus tubuh kekar tegak itu dengan jempol kakinya, terus turun hinggap di selangkangan Jaehyun. Namun sebelum Taeyong berhasil menggerakan kakinya untuk menggoda—Jaehyun tahan dengan tangannya lalu membawa kaki jenjang kecintaannya untuk dia kecup satu persatu jarinya pun setiap jengkalnya.
Taeyong selalu menyukai sesi bercinta mereka, perlakuan Jaehyun membuat Taeyong merasa di cintai dan di sayangi. Menunjukan bahwa Taeyong sangat berharga untuknya dan satu – satunya.
Kadang Taeyong merasa heran, dia adalah Bodyguard Jaehyun, namun malah seolah lelaki itu yang melindunginya. Contohnya seperti saat mereka bersembilan keluar untuk makan, tentu saja Jaehyun juga para Bodyguard nya. Ketika tidak sengaja seorang waiters akan menumpahkan minumannya ke arah Taeyong, Jaehyun dengan sigap berdiri di depan Taeyong hingga akhirnya minuman itu tumpah ke baju lelaki tampan itu.
Jika diingat – ingat, banyak perlakuan Jaehyun yang menunjukan bahwa lelaki itu sangat melindunginya. Bagaimana bisa dia tidak mencintai lelaki se-perfect Jaehyun? Mustahil sekali rasanya. Apa lagi saat pertama kali mereka bertemu, dimana saat mereka masih berumur tujuh tahun, pertama dikenalkan dan saat itu juga Jaehyun mengatakan kalimat yang membuat Ayah lelaki tampan itu terkejut.
“Dad, Jaehyun mau dia buat jadi milik Jaehyun.”
Gemas sekali Taeyong rasanya. Tanpa sadar si lelaki cantik terkekeh yang disadari Jaehyun. Satu alis lelaki tampan itu terangkat, dengan kesal Jaehyun gigit paha Taeyong hingga pemiliknya tersentak dan langsung memandang Jaehyun.
“Kenapa, Jae?”
Jaehyun merangkak hingga tubuhnya mengukung Taeyong kembali di bawahnya. “Mikirin apa?” Tanyanya sambil mengelus pipi Taeyong dengan ujung hidungnya.
“Engga.” Balas Taeyong sambil melingkarkan kedua tangannya di pundak si tampan.
Sekilas Jaehyun mendengus, dengan pelan menggigit bahu Taeyong. “Hari ini ga boleh mikirin siapa – siapa selain full mikirin aku.”
See? Sudah Taeyong bilang Jaehyun itu sangat menggemaskan.
Sesaat Taeyong ingin membalas ucapan Jaehyun, tubuhnya sudah dibalik dengan posisi tengkurap.
Dua bongkahan sintal itu Jaehyun remas. “Nungging, sayang.” Membuat Taeyong mendengus kesal namun tetap menuruti.
Pandangan Jaehyun langsung mengarah kelubang mengkerut berwarna pink yang tersuguh di depannya. Pantat kenyal itu Jaehyun usap lalu menamparnya hingga timbul jejak tangannya.
Perih namun nikmat secara bersamaan. “Nghh..” Desah Taeyong tertahan.
Wajahnya Jaehyun dekatkan untuk menjilat lubang berkedut yang sudah minta diisi. Lidahnya terjulur menusuk – nusuk area itu sebelum menggantinya dengan dua jari panjangnya.

“Ah.. shh, Jaehh..”
Jaehyun gerakan kedua jarinya, dia putar lalu dilebarkan membentuk gunting sambil menekan dinding anal si lelaki cantik. Merasa cukup Jaehyun keluarkan kedua jarinya diikuti cairan yang bertaut seperti benang.
Celana juga dalaman miliknya Jaehyun turunkan, mengeluarkan penisnya yang telah sesak dan tak sabar ingin di puaskan. Jaehyun usap kepala penisnya di sekitaran lubang Taeyong membuat si lelaki cantik merengek.
Perlahan Jaehyun masukan penisnya kedalam lubang rapet kecintaannya bersamaan tubuh yang ikut membungkuk dengan satu tangannya yang tetap bekerja meremas pantat sintal Taeyong.
“Ah.. hahh.. Jaehyun.” Desahan lirih Taeyong ketika penis Jaehyun sepenuhnya masuk. Lubangnya di paksa melebar dengan tidak wajar sebab ukuran penis Jaehyun.
Setelah berhasil menuntun penisnya masuk, tangannya berpindah mengelus pinggul Taeyong lembut; membantu Taeyong rileks, juga kecupan dan jilata Jaehyun berikan di daun telinga si lelaki cantik.
Selang semenit kemudian Jaehyun gerakan pinggulnya, menghentak pelan namun dalam mencari prostat Taeyong.
Dengan pelan Taeyong mengangkat tubuhnya, rambut lepek yang menutupi matanya Taeyong sibak kebelang lalu menolehkan kepalanya kesamping yang langsung disuguhi ekspresi kenikmatan dari wajah Jaehyun.
Puas mengulum daun telinga Taeyong, Jaehyun pun ikut menoleh kearah Taeyong yang menatapnya dengan mata sayu juga mulut yang sedikit terbuka mengeluarkan desahan. Jaehyun dekatkan wajahnya lalu mencium bibir manis kecintaannya.
Dibawah sana pinggulnya masih menghentak, kedua tangannya Jaehyun pindahkan untuk menopang tubuhnya pun tangan yang satunya menarik pantat Taeyong kesamping lalu mengeluarkan penisnya sebelum kembali dihentak kuat yang kali ini berhasil menyentuh titik nikmat Taeyong.
“Ah! Iya Jaehyun, di—nghh.. di situ.”
Jaehyun terkekeh kemudian menegakan tubuhnya lalu mendongak sambil menutup matanya, menikmati pinggulnya yang bergerak cepat mengeluar masukan penisnya membuat Taeyong terhentak – hentak ke depan hingga kepalanya menabrak pembatas kasur yang empuk.

Taeyong menggelengkan kepalanya, nafasnya mulai terasa putus – putus. Hentakan Jaehyun lama – kelamaan semakin cepat dan juga dalam seperti akan menembus perutnya. Rasanya sesak namun juga nikmat, Taeyong tidak kuat. Salah satu tangan yang menopang tubuhnya—Taeyong pindahkan mencengkram atas pembatas kasur, kukunya tanpa sengaja menancap sebab menahan kepuasan yang dia dapat.
“Shh.. love.” Desis Jaehyun ketika merasakan jepitan pada penisnya. Dia arahkan tangannya mencengram tengkuk Taeyong yang langsung menjatuhkan dada si cantik hingga menyentuh kasur ketika merasakan tekanan pada belakang lehernya.
“Akh—ya ampun, Jaehyun hnghh..”
Posisi setengah menungging membuat pipi wajah Taeyong bergesekan sesuai dengan dorongan penis Jaehyun pada lubangnya. Bau serta bunyi percintaan dimana selangkangan Jaehyun menubruk pantat sintal Taeyong menjadikan backsound kegiatan keduanya.
Air mata menetes keluar dari iris bening berkaca milik Taeyong. Wajahnya telah memerah juga bibir yang digigit menahan nikmat. Kepuasannya telah sampai pada ujungnya, sambil mengarahkan tangan memegang penis kecilnya lalu dikocok pelan. Jaehyun yang melihat itu langsung menggantikan tangan Taeyong, menaik turunkan tangannya lebih cepat. Namun, kepuasannya harus tertahan sebab Jaehyun yang langsung menutup lubang kencingnya. Tidak membiarkan Taeyong keluar tanpa seizinnya.
“Ahh..hahh.. Jaehyun, lepas.” Ucapan Taeyong hanya dibalas gelengan oleh Jaehyun.
Urat hijau tibul di sekitar dahi dan leher Jaehyun, dia merasakan puncaknya akan segera tiba. Masih menahan lubang penis Taeyong tubuhnya pun Jaehyun bungkukan kembali. Gerakan pada hentakannya dipercepat menjadi acak – acakan.
Keringat keduanya menyatu. Taeyong merintih frustasi, tidak sanggup bila harus menunggu lama untuk pelepasannya diikuti Jaehyun yang menggeram mengejar kenikmatan di depan mata.
Satu dorongan dalam hingga menyentuh prostat Taeyong pun bayangan penis Jaehyun timbul di perut Taeyong membuat lelaki cantik itu menepis kuat tangan Jaehyun yang menutupi lubang penisnya, disusul cairannya yang mengotori kasur bersamaan si lelaki tampan yang mengisi perutnya.
Dada keduanya naik turun dengan cepat, permainan mereka hari ini luar biasa. Merasa berat pada tubuhnya—Taeyong mencubit pinggang Jaehyun.
“Akh! Sakit, sayang.”
Taeyong memutar bola matanya malas, dia masih kesal dengan Jaehyun yang menahan pelepasannya tadi. Sial, itu sangat ngilu. Awas saja, Taeyong tidak mau berbicara pada Jaehyun selama satu jam kedepan.
—
Keenam Bodyguard Jaehyun yang sedang asik menonton acara TV beramai – ramai itu menoleh ketika Jungwoo bergabung dengan mereka sambil meringis.
Johnny mengernyit bingung. “Kenapa lu?”
“Gua kasian sama Taeyong deh bang.” Balas Jungwoo sambil memakan cemilannya.
Yang lain ikut bingung dengan jawaban Jungwoo, kenapa harus kasihan? Memangnya Taeyong kenapa pikir mereka.
Haechan ikut mengambil cemilan milik Jungwoo sebelum bertanya. “Kak Tae kenapa kak woo?”
“Tadi gua kan lewatin kamar si Bos, eh denger suara rintihan gitu, pasti kak Tae lagi dihukum gara – gara ngilang tadi ga si?”
Semua lelaki itu meringis sambil mengangguk paham karna ucapan Jungwoo yang masuk akal. Namun, di pojok, Yuta tidak cukup bodoh untuk tidak menyadari apa yang di dengar oleh Jungwoo, memangnya apa lagi hukuman yang akan diberikan seorang kekasih pada pasangannya selain yang nikmat – nikmat tentu saja. Yuta hanya bisa menggeleng mengusir pikirannya.