–; it's gyucheol
–; warning typo(s)
–; enjoy
–; lowercase
–; mpreg, semi angst
mingyu terbangun dari tidur lelapnya kala sinar sang fajar menelasak masuk lewat celah jendela kamar aprtement miliknya. di samping mingyu, terdapat pria manis yang lebih tua dua tahun diatasnya. itu kekasihnya.
mingyu menghadap kekasihnya yang tengah tertidur dengan tenang, mengelus surai hitam legam itu dengan sayang. menghalau anak rambut yang menutupi wajah manis kekasihnya.
manis pikir mingyu, setelahnya didalam relung jiwa nya seperti ada benda tajam yang menyayat, seakan ia tahu bahwa kata manis yang mingyu keluarkan hanya bualan semata.
tapi memang benar, perasaan didalam hatinya makin menyayat dirinya. ia melukai perasaan pria manis disampingnya ini, ia merusak kepercayaan pria kesayangannya, anggaplah mingyu main belakang dengan sekertaris di kantornya. bisa dibilang mingyu selingkuh.
“heungg.” lenguhan keluar dari bibir pria manis disamping mingyu, ia merasa tidur nya terganggu karena usakan lembut di rambutnya.
“eh gyuie udah bangun? kenapa ga bangunin aku?.” pertanyaan pertama itu lolos kala manik indah nya betemu manik penuh wibawa milik mingyu.
mingyu terkekeh, lalu mengusak rambut hitam legam itu pelan. “it's okay baby.”
seungcheol langsung mengusak masuk kedalam dada bidang mingyu, iya pria manis itu seungcheol. hubungan mereka telah terjalin lima tahun lamanya, dan hari ini hari jadi yang keenam.
“baby i want to talk about something, serious.”
“why? serius banget kayak nya? silakan kamu mau ngomong apa.”
mingyu memperbaiki letak duduknya, sembari melepaskan seungcheol yang masih bersandar di dada bidang miliknya.
“let's break.”
“hah? you mean? gila kamu gyu, dikit lagi kita tunangan gyu. gyu plis jangan bercanda, ga lucu tau ga?!”
“aku ga bercanda by, ayo break. aku gamau nyakitin kamu lagi.”
“apasih maksud kamu? kamu kenapa?”
“aku selingkuh sama sekertaris aku, aku ngaku karena aku gamau nyakitin kamu lebih dalam lagi, by.”
hiks
butiran liquid itu jatuh membasahi pipi gembil seungcheol, ia meremat kuat sprai putih itu. tangan nya berusaha untuk tidak memukul pria dihadapan nya.
“aku mau tanggung jawab, dia hamil. aku gamau anak yang dia kandung ga punya ayah.”
“brengsek.”
brak
seungcheol menonjok mingyu tepat di rahang nya, ia tak tahan lagi dengan pengakuan mingyu.
“brengsek kamu gyu, bajingan. kamu gila, padahal minggu depan kita tunangan. hiks.”
mingyu diam, dia tak menjawab ataupun membalas perlakuan seungcheol. dirinya tau, kalau dialah yang salah dan dia berhak menerimanya.
seungcheol merapikan pakaian nya asal lalu mengambil tas ia gantung dipintu, setelahnya ia pergi meninggalkan apartement mingyu dengan berderai air mata.
“oke kita break, sorry and thank you for everything gyu aku pergi ya, semoga kamu bahagia.”
ujar seungcheol sebelum ia pergi, mingyu tertunduk menangis, ia merasa amat sangat menyesal mengkhianati pria sebaik mantan kekasihnya itu.
ponsel mingyu berdering, mingyu buru-buru mengambilnya, dilayar itu tertera nama sekertarisnya (r:selingkuhannya)
“hallo by?”
“iya kenapa sayang?
“kapan kamu ke kantor iih?”
“cie kangen, iya sebentar lagi ya.”
bajingan
umpat seungcheol, siapa bilang seungcheol akan pergi dengan cepat? buktinya, sekarang ia masih berdiri tegak di depan pintu apart mingyu dan mendengar semua percakapan mingyu dengan sekertarisnya.
“bangshit.”
“it's okay cheol, you can gue yakin diri lo bisa ngelupain si bajingan itu.” semangat seungcheol pada diri nya sendiri.
entah telah terhitung berapa bulan putusnya hubungan mereka. seungcheol makin menjadi pribadi yang agak cuek terhadap sekitarnya.
“cheol ngelamun aja.”
seungcheol yang tadinya terfokus pada dinding di depannya langsung kembali sadar kala rekan kerja nya menjentikkan jari di hadapannya.
“ahh gapapa han, oiya berkas lo udah lo kasih ke bokap gue kan?” tanya seungcheol ke jeonghan (r:rekan kerja seungcheol)
“ou tentu itumah, btw lo kenapa si ngelamun mulu?”
“gapapa si elah, udah ah ayo makan siang.”
seungcheol menarik jeonghan keluar dari ruangan menuju kantin di basement
“eh iya cheol, kata bokap lo nanti ada meeting saham lagi dan lo harus ikut nemenin bokap lo.”
cheol menatap jeonghan heran, seungcheol memang bekerja di kantor ayahnya sendiri sebagai devisi keuangan, jadi agak heran kenapa diri nya yang harus menemani.
“lah kok gue si, han? kan papa ada sekertaris nya, kenapa gue coba?”
“mana gue tau.” acuh jeonghan.
“han, gue tau pasti papa bilang sesuatu kan ke elo, ngaku gak?! soalnya papa paling mercayain lo.”
“gak, gue gamau kasih tau.”
“yaudah ga gue traktir makan.”
“eh jangan gitu dong.”
“makannya cepet kasih tau.”
jeonghan menghela nafas, lalu memberhentikan langkahnya disamping seungcheol, seungcheol pun ikut berhenti.
“selain meeting, katanya lo sekalian dijodohin.”
seungcheol masih memproses perkataan jeonghan.
“HAH? APAAN BANGET DIH BABI?! GUE GAMAU DIJODOHIN ANJ?!” teriak seungcheol.
“ssst, tenang cheol.”
“gimana mau tenang anjg? gue mending dijodohin sama lo dibanding sama rekan kerja nya papa.”
seungcheol meringsut ke bahu jeonghan, jeonghan hanya menghela nafasnya kasar.
“cheol terima aja dulu perjodohan nya, siapa tau lo dapet jodoh ganteng kan gitu.” ujar jeonghan semakin membuat seungcheol ngambek.
“gamau, gue tau pasti papa jodohin gue sama mingyu kan.”
sontak perkataan seungcheol membuat jeonghan terperangah.
“lo tau darimana, cheol? tapi seharusnya lo seneng lah, kan dia mantan pacar lo.”
“gue denger pas bokap gue ngomong sama sekertarisnya. gue ga seneng sama sekali kalo dijodohin sama bajingan kayak dia, han.”
“oke gue paham maksud lo—”
“tau gak kenapa gue putus sama itu bajingan?” seru seungcheol tiba-tiba.
jeonghan hanya menggeleng sebagai jawaban, ia ingin seungcheol menceritakan putusnya hubungan mereka yang bisa dibilang sangat amat romantis itu.
“bolos aja yuk kerja nya, nanti gue bioang bokap gue. gue mau cerita semua nya ke lo, han.”
“gila lo cheol, abis makan kan ada meeting.” sanggah jeonghan.
“udah si biar aja.”
seungcheol dan sifat keras kepalanya. karakteristik yang paling melekat dengan dirinya. serta jeonghan dengan kemampuan otak yang licik pun bekerja sama, dan hasilnya? yup, mereka berhasil membolos dengan alasan seungcheol sakit dan seungcheol kekeuh jeonghan harus menemaninya.
di apartemen seungcheol
2 pemuda seumuran ini tengah tergeletak di atas kasur.
“cheol cepet cerita.” paksa jeonghan.
“iya iya.”
seungcheol mendengus, lalu bangkit mengambil sesuatu di laci lalu memberinya ke jeonghan.
“cincin itu, cincin itu adalah tanda bukti hubungan gue sama mingyu. cincin itu ngikat janji antara gue dan mingyu.”
seungcheol menahan nafas nya lalu menghembuskannya kasar.
“tapi akhir tahun yang lalu, mingyu ngingkarin janji nya. dia selingkuh, selingkuh sama sekertaris nya sendiri—”
bahkan, jeonghan yang mendengar cerita seungcheol tentang mingyu yang selingkuh sudah mengepalkan tangan kesal, ingin memukul pria bajingan itu.
“bukan itu aja, han. gue kira dia cuman selingkuh, ternyata dia juga ngehamilin sekertarisnya juga, coba gimana rasanya, hiks hiks.”
jeonghan benar benar kesal sekarang, tapi tak mungkin ia meluapkan emosi nya. jeonghan membawa seungcheol kedalan pelukannya. mengelus surai legam itu sayang, mengelus menenangkan punggung seungcheol. seungcheol menangis, ia makin memeluk pinggang jeonghan.
“gapapa nangis aja cheol, gue selalu disini sama lo, gue bakal jagain lo. jangan nangis lagi ya?”
berbeda dengan oknum di depan pintu kamar, ia meremat kasar barang yang ia bawa. lalu meninggalkan tempat itu dengan perasaan cemburu. itu mingyu, orang di depan pintu itu mingyu. orang yang kini seungcheol benci.
“oh ternyata seungcheol udah bahagia ya? haha, semoga bahagia deh.” batin mingyu, padahal tujuan awalnya ingin meminta maaf karena pernah menyakiti orang sebaik seungcheol.