–; main pair: yungi au, yunho × mingi
–; genre: family life, fluff
–; cw // mpreg, san as yungi child
–; slight seongjoong and wooyoung as sj child
–; 2018 words
hari ini hari pernikahan yunho dan mingi, hari bahagia untuk kedua insan ini. mingi menatap tulus dengan senyum manis mengembang kala yunho, yang sekarang resmi menjadi suami nya selesai mengucap janji suci diatas altar.
“aku ga nyangka kita bakal dihubungan serius kayak gini.” gumam yunho menatap mingi sambil tersenyum, mingi ikut tersenyum.
yunho menautkan tangan mereka berdua, “semoga aku jadi kepala rumah tangga yang baik buat kamu dan keluarga kecil kita.”
“amin.” balas mingi, “semoga aku juga jadi pendamping hidup yang baik buat kamu.”
senyum tersemat di bibir mereka, bukan hanya mereka, semua orang yang menghadiri ikut tersenyum bahagia.
tes
air mata kebahagian jatuh membasahi pelipis mingi, yunho memeluk nya erat lalu mengecup mingi penuh kasih sayang.
“makasih banyak sayang udah percaya sama aku buat jadi pendamping hidup kamu sampai akhir hayat kita.” ucap yunho tulus.
6 years later
kini pasangan yungi sudah memiliki putra kecil berumur 5 tahun. satu tahun setelah pernikahan mereka, tuhan menganugerahi mereka dengan bayi yang hidup di perut mingi.
yunho yang kala itu sedang bekerja dan mendapat kabar bahwa pasangan hidup nya mengandung langsung kegirangan.
“papa, where is daddy? daddy pulang telat lagi?”
pertanyaan anak kecil berusia lima tahun itu membuat mingi tersadar dari lamunan nya.
mingi tersenyum lalu menggendong anak kecil itu, itu san, anak berusia lima tahun itu anak mingi dan yunho. “maybe? papa juga gak tau, mungkin daddy memiliki banyak tugas dikantor makannya daddy sering pulang telat.”
san mengangguk mendengar pernyataan dari papa nya. san sedikit kecewa mendengarnya, jujur ia merindukan daddy nya yang dulu, yang selalu punya banyak waktu bermain bersamanya.
“apa sanie lapar? sanie mau makan sesuatu, sini kita buat bareng-bareng!” bujuk mingi, melihat wajah kecewa putra nya membuat dirinya ikut sedih.
“beneran pa?!”
mingi mengangguk sambil memperhatikan senyum merekah san yang menampilkan lubang cacat yang membuat nya terlihat sangat manis.
“abis masak-masak, sanie boleh bagi masakan nya ke wuyo gak pa?”
“boleh sangat boleh malah, sekarang cuci tangan sanie ya. papa ke kamar dulu sebentar.”
“siap papa!” pekik bocah itu kegirangan.
mingi berjalan kearah kamar nya dan yunho di lantai dua. setelah menikah yunho, mingi dan yunho memutuskan untuk membeli rumah sendiri dan lumayan jauh jaraknya dari kedua orang tua mereka.
di kamar ia segera mengambil ponsel nya yang tergeletak sedang di charging. membuka ponsel nya dan banyak bubble chat masuk dari yunho.
mas yunho
| mas pulang telat lagi ya
| jangan nungguin mas kayak kemarin
| kamu tidur duluan aja
mingi menghela nafas nya lelah lalu mendial nomor yunho. “ayo please angkat telpon aku.”
“kenapa sayang?” -yunho.
“kamu pulang telat mulu, san kangen main sama daddy nya tuh.” -mingi.
“maaf ya sayang, di kantor lagi sibuk sibuk nya buat big project jadi aku juga yang harus turun tangan.” -yunho.
“iya-iya aku ngerti, kamu kan bapak ceo yang super sibuk. pulang agak cepet bisa gak yang? aku sama san mau masak-masak spesial buat kita.” -mingi.
“aku usahain yaa, ngomongnya gausah pake ngambek gitu dong. nanti mas usahain deh buat pulang lebih cepet, kangen juga sama jagoan nya aku.” -yunho.
“mas aku mau izin sesuatu.” -mingi.
“kenapa? mau izin apalagi? uang bulanan kurang kah?” -yunho.
“ih enggak! aku mau izin jadi model lagi boleh gak? kemarin ka Joong minta aku buat jadi model majalah nya edisi baru nya yang baru rilis.” -mingi.
“nanti ngomong lagi ya sama mas dirumah, mas mau meeting lagi. hati-hati dirumah ya sayang.” yunho.
tut
panggilan mati. mingi menghela nafasnya kasar, selalu begini ketika ia izin untuk menjadi model lagi. jawaban yunho pasti selalu dingin kala mingi meminta izin untuk kembali ke pekerjaan yang dulu sebelum menikah, menjadi model fashion.
mingi berjalan turun ke bawah menuju dapur, sedikit terkejut melihat sang putra dengan wajah penuh noda tepung dan lantai dapur menjadi kotor.
“astaga sanie.”
san menunduk takut, “papa maafin sanie, tadi sanie gasabar karena papa lama jadi sanie nyoba buat sendiri, tapi sanie malah buat dapur berantakan.”
mingi yang gemas dengan san langsung menjawil hidung putranya, “gapapa, maafin papa juga ya karena lama. sekarang ayo buat, sanie mau buat apa?”
“sanie mau cupcake pa! sanie suka cupcake.” pekik san senang.
“baik, sekarang sanie bereskan kekacauan yang sani buat otte? papa mau nyiapin bahan-bahan nya dulu.”
“siap papa!”
hampir dua jam ayah dan anak ini membuat cupcake. dimulai dengan cupcake gosong karena sanie yang men-setting timer terlalu lama, lalu cupcake yang sudah jadi tinggal hias yang sanie makan.
“sanie! cupcake nya jangan dimakanin, ayo hias dulu. katanya sanie mau kasih ke wuyo.”
san yang sedari tadi memotek cupcake menjadi bagian kecil-kecil hanya tertawa, “oiya kan sanie mau bagi wuyo, papa ayo hias cupcake ini biar bagus!” pekik san.
“papa! papa! cupcake nya kasih krim warna pink ajaa, sama dikasih sprinkel bintang-bintang.”
“sanie mau hias sendiri?” tawar mingi.
san menggeleng, “enggak nanti sanie malah buat kacau lagi.”
“gapapa, nanti papa bantu sanie. sini sanie hias sendiri.” senyum maklum mingi merekah membuat san langsung semangat dan mengambil satu cupcake untuk dihias.
“papa, sanie mau bikin yang spesial buat papa sama daddy.”
“wah papa akan menerima hadiah spesial dari sanie, apa sanie ga bikin spesial buat wuyo?”
“sanie akan bikin juga! karena wuyo ganteng sanie bakal bikin yang lebih spesial.”
“astaga anak papa!”
“bukan, sanie anak daddy!” rengut san.
mingi pura-pura merajuk, “oh berarti sanie ga sayang papa?”
“sanie sayang papa, tapi lebih sayang daddy karena daddy selalu kasih sanie uang jajan.” jawab san polos.
mingi tertawa lalu memeluk san gemas, “gemes banget sih anak nya papa sama daddy.”
san terkikik geli karena sang ayah yang memeluknya sambil meggelitiki pinggang nya. tak sadar dengan yunho yang berdiri menatap suami dan anaknya.
“seru banget ya, daddy ga diajak nih?”
“mas!/daddy!” pekik mereka bersamaan.
“sanie hias sendiri dulu ya, papa mau mengurus daddy yang baru pulang.”
san mengangguk, “daddy! nanti kita main yaa!”
“oke pangeran, daddy mandi dulu ya.”
“otte daddy.”
“mas, mau makan apa? nanti aku bikinin.”
“gausah dek, tadi mas baru makan di kantor. kamu sama sanie udah makan?”
mingi mengambil jas sang suami, “udah mas, tadi sanie minta dibuatin omelet.”
“bentar aku siapin air nya dulu, mas tunggu disini aja.”
baru mingi mau bangkit dari duduknya langsung kembali jatuh karena pinggang mingi ditarik yunho membuat mingi jatuh kepangkuan yunho.
“masss! untung kita di kamar, kalo ada sanie gimana coba.”
“bawel kamu ah! mas capek tau, biarin gini aja dulu ya.”
mingi pasrah, pinggang nya dipeluk yunho erat. yunho mulai menghirup aroma leher jenjang mingi. “massh, gelii-hh.”
seolah tuli, yunho malah mengabaikan mingi dan terus melanjutkan aksi nya.
“mas udah! aku mau nyiapin air buat mandi nya mas, sanie juga sendiri dibawah, aku takut kenapa-kenapa!” kesal mingi, yunho tertawa. “iya- iya maaf ya.”
“hm.” jawab mingi ketus.
“sebentar air nya aku siapin, aku mau turun dulu kebawah mau liat sanie.”
yunho keluar dari kamar nya dan berjalan kearah mingi dan san yang sedang duduk menonton tv. mingi yang duduk di sofa serta san duduk dibawah beralas karpet bulu serta mainan dinosaurus ditangan nya tapi matanya terfokus dengan tayangan pinguin biru di tv.
“sanie, sini.” panggil yunho, san yang duduk langsung bangkit lalu berlari kearah yunho sekaligus meminta gendong.
yunho membawa tubuh sang putra kedalam gendongannya, lalu berjalan kearah mingi yang masih serius memperhatikan tayangan pinguin biru.
“dek.”
“iya mas, kenapa?”
“mas mau ngomongin perizinan kamu jadi model.”
raut mingi berubah cerah, san yang berada dipangkuan sang daddy diam dan fokus kembali memperhatikan tv.
“mas izinin kamu jadi model, tapi mas bakal nemenin kamu pas lagi pemotretan.”
“massss! tapi kan aku pemotretan tuh lama, ga sejam dua jam. kan mas juga harus kerja.”
“kan, giliran dikasih izin malah gamau. mas gamau kepunyaan mas diliat banyak orang, makannya mas mau nemenin kamu.” balas yunho sembari mengelus rambut san.
“mas! iya yaudah deh.” pasrah mingi.
“sanie dibawa ya? jangan dititipin ke ibu, kasian ibu. disana juga ada anaknya ka joong si wooyoung.”
yunho mengangguk, “terserah kamu, dek. kamu mulai pemotretan kapan?”
“dua hari lagi hehe.”
“bener-bener kamu mah.” jawab yunho sambil menjawil hidung mingi.
“papa! daddy! iih jangan diemin sanie, daddy ayo main sama sanie.” rengek sanie. sepertinya kedua insan ini lupa kalau ada putra mereka sedari tadi.
“astaga, maafin daddy ya. sanie mau main apa?”
“eum—monster jahat dan superhero! nanti sanie jadi superhero dan daddy jadi monster jahat.” pekik san senang.
san langsung berdiri dan mengambil pedang-pedangan balon di kotak mainan miliknya.
“oke, daddy akan menjadi monster jahat. sanie ayo cepat selamatkan papa yang ditangkap monster jahat.” balas yunho sambil memeluk mingi, mingi tertawa.
“sanie cepat tolong! papa mau dimakan monster jahat ini.” teriak mingi, membuat san langsung menyerang yunho.
san mengangkat pedang-pedangan nya, “monster jahat lepasin papa sanie! ayo sini lawan sanie.”
yunho melepas pelukan nya di mingi lalu berjalan kearah san dan menggelitik anak mungil itu.
“hihi daddy geli.” pekik san.
hari ini hari pemotretan mingi. benar yunho benar-benar menemani nya juga san yang ikut dengan mereka.
di tempat pemotretan mingi langsung berlari kearah hongjoong, tetangga nya sekaligus teman lama nya.
“ka Joong!”
“mingi! aku kira kamu gabakal di izinin sama yunho, kamu sendiri kesini?”
“diizinin ka, cuman ya gitu. yunho mah bucin dia maksa buat ikut aku pemotretan.”
“ahaha takut kamu digaet orang, gi.” goda hongjoong.
“oiya kak, wooyoung ikut?”
“tuh, lagi sama bapak nya.” tunjuk hongjoong kearah seonghwa yang sedang memangku wooyoung.
“san juga ikut?” tanya hongjoong, mingi mengangguk.
sementara hongjoong dan mingi yang masih membicarakan pemotretan, berbeda dengan san yang mengajak yunho berkeliling berusaha menemukan wooyoung.
“daddy ayok, sanie mau main sama wooyoung.”
“sabar sanie, jangan jalan-jalan begini kasian staff nya.”
san tak mendengarkan apa yang yunho ucapkan.
“WUYOO!” pekik san saat melihat wooyoung duduk tenang dipangkuan ayahnya. wooyoung yang merasa namanya dipanggil langsung berdiri dari pangkuan seonghwa.
“SANIEE!” wooyoung menghampiri san yang kini masih menggandeng yunho.
“sanie ngapain disini?”
“nemenin papa photo. wuyo! wuyo! sanie buat cupcake loh buat wuyo.”
binar wooyoung langsung senang, “wah makasih banyak sanie.” san mengangguk.
“harusnya kemarin kmarin sanie kasih ke wuyo nya. cuman yang pas itu sanie kerumah wuyo, wuyo nya lagi pergi ke rumah nenek kata bibi yang jaga. akhirnya kemarin sanie manggang cupcake lagi sama papa, terus sanie hias sendiri loh kuenya!”
wooyoung tertawa, “makasih banyak ya sanie!”
selagi dua anak kecil ini bermain, kedua pria dewasa ini ikut mengobrol.
“apa kabar, yun.”
“sehat pak bos, lo sendiri gimana?”
“sehat juga. tumben bener kesini bro.” balas seonghwa sambil memerhatikan hongjoong yang sibuk memilih baju yang cocok untuk mingi.
“nemenin mingi.” jawab yunho, netra nya juag menatap mingi yang sedang berkaca di cermin dengan baju yang dipilih hongjoong tadi.
“mingi kenapa cantik, manis dan ganteng banget ya? pantes gue dulu buru-buru mau nikahin dia. beruntung banget gue dapet pasangan hidup kayak dia.” gumam yunho.
seonghwa terkekeh, “pantes lo bucin ya. tapi iya juga sih, gue juga ngerasa beruntung banget dapetin hongjoong.”
san yang masih berdiri disamping yunho karena lelah bermain kejar-kejaran dengan wooyoung hanya memerhatikan sang daddy heran. “dad, pasangan hidup itu apa?” tanya san sambil menarik jas yunho.
“sanie? main nya udah selesai?”
san menggeleng, “wuyo dan sanie lelah habis main kejar-kejaran. dad! jawab sanie ihhh, pasangan hidup itu apa?”
yunho bingung harus menjawab bagaimana, “eum, pasangan hidup itu orang yang kita sayang dan bakal jadi keluarga.” asal yunho.
“WAH! sanie mau jadi pasangan hidup wuyo, karena sanie sayang wuyo.” pekik san polos.
seonghwa yang mendengar jawaban san tertawa, “kayaknya kita bakal jadi besan, bro.”
“yunho sini deh! aku mau buat konsep poto pra wedding kamu sama mingi.”
“lah kak?”
yunho yang masih heran hanya berdiri menghampiri mingi dan hongjoong. mingi dengan jas kasual serta hongjoong yang memegang kameranya.
“yunho sini, diri dibelakang nya mingi. biar mingi di depan kamu.” atur hongjoong, yunho berdiri dibelakang mingi. jujur mingi jadi gugup, entah kenapa saat yunho berdiri dibelakang nya membuatnya malu sendiri.
saat kamera mulai menyala ingin memotret dua insan manusia ini, yunho mendekat kearah mingi, “aku, bersyukur banget dapet manusia seindah kamu, gi.” bisik yunho tepaat ditelinganya membuat dirinya malu hingga pipi nya memerah.
“diem, mas! ini lagi pemotretan. kalo kamu mau, tunggu dirumah aja!” balas mingi berbisik.