Nnonuwu

Turning

#Turning 17

Mingyu’s pov

Langit hari ini ga secerah hari-hari sebelumnya, sejak matahari mulai terbit, perlahan mulai turun tetes demi tetes air dari gumpalan awan hitam yang menyelimuti pagi ini.

Ga ada pilihan lain, tancap gas solusinya, kita —gue sama Wonwoo di jok belakang— yang sudah hampir sampai ke sekolah mulai ngerasain bulir air hujan makin gede jatuh tepat di seragam kita, jaket sekolah yang melekat di badan kita ga bakal bertahan lama melakukan tugasnya menghalau air hujan.

Begitu sampai di parkiran sekolah, setelah bantu Wonwoo lepasin helm di kepalanya, gue lepas jaket yang gue pake buat dijadiin penutup kepala si kucing takut air ini, gue minta dia duluan ke kelasnya tapi dia ga beranjak sejengkal pun dari tempatnya. Gue sama dia akhirnya jalan berdampingan di bawah jaket yang dijadikan payung sama dia buat kita berdua.

“Hihi kita romantis sekali, kayak di film” Katanya sambil ketawa kecil, gue cuma bisa ikut senyum lihat si lucu.

Di lobi utama sekolah seperti biasa ada beberapa anak OSIS yang berjaga di sana, termasuk ada Sana yang siap siaga ngeluarin handphone begitu pandangannya tertuju ke kami berdua, dilihat dari senyum jahilnya bisa dipastikan 5 menit kemudian foto gue sama Wonwoo bakal muncul di akun twitter-nya, OSIS duty berkedok paparazzi.

Gue sama Wonwoo berpisah di persimpangan koridor sekolah, karena ujian, letak kelas yang sementara kita tempati beda dari biasanya. Si centil melambaikan tangannya sambil lari menuju kelasnya, gue balas lambaikan tangan dengan senyum yang otomatis tercetak kapanpun gue dihadapkan dengan tingkah lucunya.

Dalam perjalanan ke kelas, gue lihat lapangan sekolah yang basah dengan genangan air di beberapa sudut, hujannya awet. Gue teringat sesuatu, katanya hujan turun ke bumi untuk membawa berkah dari langit, dan gue berharap sebanyak mungkin berkah dari langit itu diberikan ke Wonwoo yang hari ini tepat hari bertambah umurnya.

***

Akhirnya selesai, mata pelajaran terakhir di hari terakhir ujian akhir semester ini. Riuh ricuh siswa di kelas mulai memenuhi ruangan begitu guru pengawas ujian meninggalkan kelas kami. Segera gue kemasi barang-barang ke dalam tas gue, ada agenda penting yang harus dilaksanakan setelah ini. Sempat gue kirim chat ke Han buat mastiin posisi mereka masih di kelas.

Rasanya baru kemarin, dia yang begitu suka acara ulang tahun dengan pesta penuh tamu undangan, kue manis, dan dekorasi ramai. Bisa dikatakan berkebalikan dengan ulang tahunnya kali ini, dia ga minta apapun atau mau ngadain pesta apapun. Lucunya dia cuma minta doain semoga ujiannya lancar, yang tanpa diminta dan tanpa dia tahu, dia sudah jadi bagian dalam tiap ucap yang gue panjatkan ke Tuhan.

Tepat di depan pintu kelasnya, dengan kue dan lilin yang menyala di tangan gue (yang sudah gue ambil dari kurir pesan antar sebelumnya di depan sekolah). Gue masuk ke dalam kelas itu tanpa suara. Menjumpai dia yang dari lagaknya sedang mengoreksi kembali jawaban ujian yang dilalui hari ini.

Wajahnya sangat serius dan terlampau fokus sampai ga menyadari kehadiran gue yang udah tepat di depannya. Sampai Han yang berada di sebelahnya menyenggol lengannya, barulah ia mendongak dan bertemu tatap dengan gue.

“Happy birthday!” Ucap gue dan semua yang ada di kelas serentak.

Matanya berbinar dengan senyum yang merekah, begitu semangat ia beranjak dari duduknya buru-buru ingin langsung meniup lilinnya, gue sengaja membekap mulutnya dengan sebelah tangan gue.

“Doa dulu!” Ucap gue yang ditanggapi pasrah olehnya, dia memejamkan matanya sepersekian detik lalu lilin di atas kue itu padam.

Lalu setelahnya gue cuma memperhatikan dia yang membagikan kue ke teman-teman kelasnya, mulai berdatangan juga teman tak terpisahkannya itu siapa lagi kalau bukan Eunchae, juga garda depan- Somi dan Ryujin dengan bingkisan di tangan masing-masing, tak lupa teman lain yang lewat di depan kelas dan sengaja mampir sebentar untuk mengucapkan selamat ulang tahun yang tentu disambutnya dengan ceria. You are so loved, Wonwoo.

Senyumnya yang saat ini melekat di bibirnya mengingatkan gue ke hari di mana senyum yang sama ini tak luntur saat dia menceritakan akhirnya dia sudah tahu akan ke mana ia lanjutkan arah hidupnya. Beberapa hari setelah dia mengungkapkan kebingungannya tempo hari, dengan antusias dia mengatakan, dia pengen menjadi dokter hewan. Gue yang pertama kali mendengarnya tentu senang tapi juga sangat penasaran dari mana asal ide ini.

*“Aku semalem mimpi pas aku masih SD! Aku dulu pernah nemu kucing yang ditabrak lari sama mobil, aku gendong kucing itu buat aku bawa pulang sambil nangis, soalnya napas kucingnya udah tersendat begitu. Sampe di rumah Mama kaget lihat aku berdarah sambil gendong kucing, tapi Mama langsung ngerti, dia mau bawa kita ke dokter hewan, tapi sayangnya sebelum sempat kita bawa ke sana kucingnya udah ga bernapas lagi di pelukan aku. Aku baru inget saat itu aku pernah janji sama Mama, kalo aku mau jadi dokter hewan karena kejadian itu. Tapi namanya omongan anak kecil, aku lupa pernah bilang itu. Kayaknya Mama sengaja dateng ke mimpi aku buat nagih janji itu kan?”

Gue cuma bisa ngangguk pelan menjawab pertanyaannya, karena jujur aja gue udah bersusah payah buat nahan air mata gue jatuh sebelum dia selesai cerita.

“Iya kan! Mama tau aku lagi bingung, mungkin kelihatan ya dari langit. Makanya dia ingetin aku lewat mimpi”

Tanpa berkata apapun lagi gue langsung tarik dia ke pelukan gue, wajah sumringahnya saat menceritakan mimpinya itu bikin air mata yang gue tahan sedari tadi tumpah. Gue bisa denger dia yang bertanya kebingungan kenapa gue nangis. Di sela kebingungannya dia tetap mencoba menenangkan gue dengan mengeratkan pelukannya dan kasih usapan halus di punggung gue.

Dan dengan ajaib setelahnya dia ga susah lagi diajak belajar, malah dia yang berinisiatif sendiri, hari-harinya sibuk diisi dengan belajar.*

Lamunan gue buyar saat gue merasa sesuatu yang lembut menyentuh ujung hidung gue, cream dari kue, siapa lagi pelakunya kalau bukan si kucing nakal di hadapan gue dengan senyum jahilnya ini.

“Ngelamun apa?” Tanyanya kemudian

Gue cuma menggeleng pelan sambil tersenyum tipis.

“Mingyu”

“Hm?”

“Terima kasih kuenya!” Dia kasih kecupan singkat di pipi kanan gue sebelum berlari kembali bergabung dengan teman-temannya.

Terima kasih juga sudah lahir ke dunia Wonwoo, sudah tumbuh dengan baik, sudah hadir di hidupku, menjadi bagian dari keseharianku yang tanpa kamu akan ada kurangnya. Tanpa kamu sadari, kamu telah menjadi alasan kebahagiaan banyak orang di sisimu, semoga kamu juga berbahagia selalu. Selamat ulang tahun yang ke 17.