Sore

Kamu lahir jam 6 sore. Tepat saat matahari terbenam. Hari ini kamu ajak aku buat lihat matahari terbenam di pantai dekat rumah. Aku tanya 'kenapa?' kamu jawab 'ya emang kenapa?' Lalu tertawa. Pantai dekat rumah yang kamu maksud ialah perjalanan dua jam naik mobil. Untung umur 17 sudah lewat, jadi kita ga perlu mengulangi tragedi kena tilang 2016 silam.

Toh, selama jalan bareng kamu selalu ada tragedi. Kali ini ban kempes di tengah jalan tol. Aku udah panik dan kamu cuma ketawa. Untung ada keluarga baik yang lihat kita bengong di pinggir jalan.

'Mau ke mana, mas?'

'Ke pantai pak, biasa.'

'Biasa apa, mas?'

'Nemenin mbanya.' Dan mata kamu mengarah padaku. Aku cuma senyum santun ke bapaknya. Dalam hati bingung antara mau senyum salah tingkah atau nginjek kamu karena geli.

Setelah bertukar terima kasih ke keluarga baik itu, kami lanjut lagi. Aku terus-terus berdoa semoga ga ada kejutan seperti tadi, dan tahun-tahun sebelumnya, kamu masih ceria dan otak-atik playlist. Dari playlist kondangan, playlist gramedia, playlist konser, kamu puter semua.

Tapi mulut kamu lebih variatif daripada playlist manapun. Ga berhenti ngomong, selalu ada cerita. Kamu cerita kemarin anjing kamu makan rambutan, mamah kamu panik langsung bawa anjing kamu ke rumah sakit. Kemarinnya lagi kamu jatuh di kamar mandi karena nyoba bersihin kamar mandi pakai sabun muka. Aku ketawa. Setengah ketawa setengah sebel.

Tiba-tiba kamu cerita kamu seneng banget masih dikasih umur lagi. Buat bikin seneng mamah sama kakak kamu. Buat main sama temen-temen geng kamu yang ada 10 orang itu. Buat berbuat baik sama banyak orang. Kamu bilang mau bikin panti asuhan nanti di ulang tahun yang ke 21. Ada keraguan di suara kamu, tapi aku aminkan. Eksekusinya gatau, tapi coba dulu, tanggapku. Kamu senyum kecil sebelum mulai parkir.

Target kamu kita sampai jam 5 sore, tapi karena tragedi ban kempes barulah kita sampai tepat jam 5 lebih 50 menit. Matahari mulai turun. Kamu keluar dari mobil dan mulai mejamkan mata. Aku tebak kamu sedang berdoa untuk orang di sekitar kamu dulu, baru kamu. Aku diam-diam ikut mejamkan mata dan ikut berdoa. Semoga kamu dapat kasih sayang yang kamu kasih ke orang lain. Semoga keraguan kamu tentang kemampuan kamu, diri kamu, hilang. Semoga cuma hal-hal baik yang menghampiri kamu. Semoga kamu bisa lihat diri kamu dari mataku.

Tepat jam 6 sore kamu buka mata dan langit sore menyapa. Warna oren cantik dengan sedikit ungu. Ombak berdebur lembut seakan turut mengucapkan selamat ulang tahun. Ilalang kanan kiri disapu angin sore, yang ikut menggerakan rambut kamu. Dan kamu tersenyum. Doaku paling kencang, semoga kamu bisa lihat diri kamu dari mataku.

Tepat saat matahari terbenam, matahari baru terbit dengan wujud kamu.