21.00 WIB
Lorong rumah sakit menjadi saksi bisu dari ribuan air mata yang membasahi pipi uti hari ini. Sudah 3 blok tisu yang dia habiskan hanya untuk menyeka air mata kesedihannya yang mendalam.
“mas....jere selamat kan? iya kan?,” tanya uti memecah kehenigan yang tercipta di antara mereka. “pasti! kita doain yang terbaik aja ya”
“gw dimana?, ko aneh tempatnya?” “eh....ko ada kelinci?” “ARGH...GELO SIA KO GW DIGIGIT SIH CI? GW KAN GANTENG KO DIGIGIT? AWAS AJA “
Jere masih berada di alam bawah sadarnya,masih melayang mengikuti segala fantasi yang terbentuk disana. Menyusuri sungai yang membuatnya merasa tenang,walau tangannya nyaris terluka karna digigit kelinci tadi.
“Jere,kamu mau kembali? atau ikut sama oma sayang?,” suara seorang perempuan tua tersebut membuyarkan konsentrasi jere. Sosok itu, sosok yang sangat dia rindukan. Sosok yang selalu menjadi penolong di keadaan apapun.
“OMA?!,” tanpa pikir panjang jere berlari menghampiri sosok perempuan tua tersebut dan memeluknya. Dia sangat merindukan perempuan tua yang baik itu hingga tanpa sadar air matanya jatuh dari kelopak matanya.
“cucu oma udah gede ya,gimana enak jadi orang besar hahaha,” tawa perempuan tua itu sambil membelai lembut rambut cucu kesayangannya. “jere kangen oma,tapi Jere lebih kangen papa mama omaa,” jawabya lesu.
“Jere sayang,kamu boleh kembali tapi janji sama oma kamu harus jadi orang yang kuat okee?” “oke oma Jere janji!”
michelle