Jay menatap Heeseung—muridnya dengan galak, “Tugas ini udah hampir dua minggu! Kenapa nggak dikerjain?” Jay membanting buku tugas milik Heeseung dengan lumayan keras.
Saat ini hanya tinggal mereka berdua yang berada di kelas, suasananya sangat mencekam. Heeseung merasa dirinya adalah mangsa.
“M-mister..” Jay menangkup rahang Heeseung dengan tangan besarnya yang terasa dingin.
“I ask you once again, why didn't you finish your homework?” Jay berbicara dengan nada rendah membuat Heeseung merinding seketika. Jay melepaskan cengkramannya, ia kembali ke kursinya.
“S-saya nggak ngerti bahasa Inggris, mister.” Cicit Heeseung, ia meremas tangannya yang berkeringat di bawah meja. “Sini, Heeseung.”
Bagai omega yang diberi command oleh sang alpha, Heeseung langsung berdiri dan berjalan mendekati Jay.
Jay menarik Heeseung ke pangkuannya, ia menyeringai. “Nggak ngerti? Terus yang kamu mendesah sambil meracau faster – deeper tempo hari itu apa?”
Shit, Jay malah mengungkit kembali kejadian beberapa hari lalu di mana Heeseung yang berniat mengambil kelas bahasa Inggris tambahan tapi malah berakhir menjadi pergumulan panas.
Heeseung membuang tatapannya, merasa kesal sekaligus malu. “Jangan alihkan pandangan kamu.” Jay menyingkap baju Heeseung sebatas dadanya, menyeringai ketika mendapati kissmark yang hampir memudar.
Heeseung bergerak tak nyaman di pangkuannya ketika tangan Jay dengan kurang ajar memainkan nipplenya.
“Anak nakal harus diberi hukuman.”
Heeseung terlihat sangat berantakan. Kaosnya terlempar entah ke mana, celananya merosot sebatas mata kaki. Lehernya dipenuhi bercak merah karya sang guru bahasa Inggris.
Tak henti-hentinya Jay menggumamkan kata pretty dan gorgeous.Heeseung look so breedable right now.
Heeseung sebisa mungkin menahan bobot tubuhnya, Jay dengan kurang ajar menghempas tubuhnya ke meja. Kakinya dipaksa terbuka lebar oleh yang lebih tua. “Nghh mister J-jay..”
Jay melesakan kedua jarinya masuk, membentuk gestur menggunting guna memperlebar lubang senggama Heeseung.
“Akh.. FUCK!“
plaak
“Language, pretty.” Heeseung menangis, bekas tamparan Jay pada pantatnya terasa perih dan panas.
“Mister Jay..” Heeseung mendesah kecewa saat Jay mengeluarkan jarinya, “Hold on, pretty.” Heeseung dapat melihat Jay yang mengocok penisnya dengan tempo pelan.
He's big as fuck.
“I'm in.” Heeseung gasped, how the fuck that big dick fit inside his hole. Jay langsung menggerakan pinggulnya, masa bodo dengan Heeseung yang menangis kesakitan.
Tangan Jay bergerak memainkan nipple yang lebih muda, Heeseung telah gila dengan semua sentuhan yang Jay berikan padanya.
“P-pelanhh..” Jay tak mengindahkannya, ia terus menghujam tiada henti dengan tempo yang kasar. Membuat Heeseung tak mampu mengeluarkan kata-kata lagi. Hanya desahan yang keluar.
Air mata mengalir membasahi pipinya disertai erangan kesakitan, “Mister Jayhh, i c-can't.” Jay menahan tubuh Heeseung yang menggeliat di bawahnya.
Heeseung mencapai puncaknya, menyeburkan cairan putih dari penisnya yang kini melemas. “Siapa yang suruh keluar?” Jay menarik tubuh Heeseung—kini punggung sempit Heeseung menempel pada dadanya.
Tangisan yang bercampur dengan desahan Heeseung terdengar semakin keras, ini terasa sangat menyakitkan dan juga nikmat at the same time.
Jay mengulum cupingnya, membisikan kalimat-kalimat kotor tepat di telinganya. Hujamannya semakin tak terkendali ketika Heeseung dengan sengaja mengetatkan lubangnya.
“Anghh.. Fuck. Jangan diketatin.”
“Mister, please stophh.. anghh.” Heeseung benar-benar tidak kuat mengimbangi gerakan Jay, ia menangis semakin keras.
Sementara Jay mencoba menahan gejolak dalam perutnya—ingin keluar bersama Heeseung, tangannya meraih penis Heeseung yang mulai kembali menegang dan mengocoknya dengan cepat.
“Anghhhh!” Heeseung menggelengkan kepalanya ribut, ingin melawan tetapi tidak bisa. Orang yang menggagahinya saat ini adalah jelmaan iblis.
Jay membawa Heeseung ke dalam lumatannya, kasar dan menuntut. Dengan sengaja ia menggigit bibir yang lebih muda hingga mengeluarkan sedikit darah.
“Janji setelah ini kami akan kerjakan tugas?” Heeseung mengangguk. “J-janji mister.. H-Heeseung janji..” Jay tersenyum puas.
Ia makin mempercepat temponya demi mengejar pelepasan, beberapa hujaman terakhir hingga akhirnya ia menyemburkan semuanya tanpa sisa di dalam.
Heeseung mengerang, ia pelepasan untuk kedua kalinya ditambah rasa hangat yang ia rasakan pada lubang senggamanya.
Jay kembali melumat bibir yang lebih muda, mengecupi pipinya dan tersenyum. “Cantik, milik Jay seorang.”