onscent

tw// blood, fight, violence, mention of death


nanon sudah mengira orang seperti pawat itu omongannya tidak bisa dipegang. hari kamis baru galau dan curhat dengan muka melas kalau dia merasa gak berhak buat merasakan cinta. hari minggunya sudah kembali bermain dengan yang namanya cinta.

kadang dia ingin sekali memukul kepala pawat agar orang itu waras dan kembali pada jalan yang benar.

didominasi oleh cemburu, senin pagi yang harusnya menjadi hari dimana dia dapat konsultasi dengan tenang bersama dosen pembimbingnya malah mendapat info kalau kemarin pawat punya pacar baru.

buyar sudah apa apa yang dia rencanakan. berakhir nanon diparkiran kampus, dengan sengaja menyenggol motor pawat sampai jatuh menggunakan mobilnya. dia pikir kriminalitasnya tidak terlihat seorangpun, namun salah. ternyata pemilik motornya langsung melihat apa yang nanon lakukan.

dan kini duel antara nanon dan pawat masih berlangsung. darah sudah menetes dimana-mana. nanon berkali kali memukul pipi pawat dan menendang dada dan perut sampai yang dia tendang muntah darah.

tidak jauh beda dengan pawat, pergerakan tangan nanon sering kali dikunci oleh pawat membuat tulangnya serasa mau putus. hidungnya sudah mengeluarkan darah. sudut bibirnya robek, dalam. dan beberapa kali pawat mencoba untuk mencekiknya.

bangsat gue bisa mati njing

dengan memusatkan tenaganya ke tangan, nanon menarik tangan pawat, menguncinya ke belakang dan membanting tubuh pawat ke paving parkiran.

nanon mendudukkan dirinya di perut pawat. kunci tangannya mulai melemas. membuat pawat dengan mudah menekan rahang nanon setelah tangannya terbebas. ringisan nanon bukannya membuat pawat menyerah malah semakin menjadi. lehernya dicekik brutal. nanon memejamkan mata sambil meringis tertahan. kalau saja pawat kehilangan kontrol diri dia pasti sudah bisa masuk penjara kapan saja polisi menagkap.

tangan pawat jatuh disebelah tubuhnya. nafasnya naik turun tak beraturan. menatap nanon yang ada diatasnya perlahan membuka mata. dia lihat kristal bening itu. dan dia berharap penglihatannya salah. karena ini kali pertama mereka hilang kendali seperti ini.

keduanya saling berpandangan dalam diam. netra nanon lalu turun dan terkunci pada bibir pawat yang sedikit terbuka dan menyisakan darah bekas muntahnya tadi. diusap pelan area mulut pawat, bekas darahnya dihilangkan.

pawat masih terdiam menatap nanon dari bawah. dia sudah lemas dan sekujur tubuhnya sakit. jadi dia memilih diam saja ketika nanon menyentuhnya. asal jangan kembali mengibarkan bendera perang.

dering telepon nanon membuat pergerakan tangan nanon di bibir pawat terhenti. nanon segera bangkit dan menuju tasnya yang tergeletak di kursi kemudi. jendela mobilnya terbuka membuat dia dengan mudah meraihnya.

sebelum mengangkatnya, nanon berdeham beberapa kali. tenggorokannya perih jujur. apalagi dengan bengkak yang kian membesar di rahangnya.

“ekhem.. h-halo mon, ada apa?”

pawat sudah duduk dari posisinya. dia mengamati gerak-gerik nanon yang membelakangi dirinya. tangan nanon gemetar, pawat bisa melihatnya. dan suara nanon berbeda, seperti ada yang tertahan disana.

“hari ini gue gabisa. nanti gue chat lagi ya mon, gue ada perlu.”

“iyaa gapapa gue bisa sendiri. oh tenang, beliau baik ke gue, hehehe. see u”

setelahnya nanon membuka pintu mobil dan menyalakan mobilnya. sebelum benar-benar melaju, pandangannya beradu dengan obsidian gelap milik pawat.

nanon menghembuskan nafas pelan. dia tahu dia sudah kelewatan kali ini. maka sebelum benar benar meninggalkan parkiran nanon bergumam maaf. dan pawat mengerjap beberapa kali melihat gerak bibir nanon.


setelah diberi plester dan obat pereda nyeri, nanon mendudukkan dirinya perlahan di brankar klinik. badanya terasa remuk setelah bergulat dengan pawat.

dokter keluarga yang menangani nanon hanya menggeleng pelan. tidak memaklumi kegiatan nanon karena ini betul membahayakan nyawa. leher nanon sangat merah dan bengkaknya semakin besar. memang jika dilihat sekilas itu tidak terlihat. namun jika diperhatikan lagi, wajah nanon mulai tidak simetris dan rahang kiri bawahnya terlihat lebih besar.

“udah dua minggu lebih kamu minum obat dan gak ada perubahan. besok ke dokter bedah ya? saya langsung rujuk ke rumah sakit biar besok langsung ditangani.”

nanon meringis kala dokternya mengetikkan sesuatu di layar komputer. surat rujukan, mungkin.

“tapi ini bukan kanker gitu kan, dok?” tanya nanon was-was. pasalnya bengkak ini sudah ada sejak dua bulan lalu dan nanon baru berobat dua mingguan ini. terlalu menyepelekan karena di awal bengkaknya tidak sakit dan untuk menelan masih bisa. namun semakin kesini tenggorokannya terasa sangat perih.

“kalau menurut saya bukan, kanker atau semacamnya itu biasanya gak sakit ketika disentuh.” jelas sang dokter sambil memberi nanon surat rujukan dan obat pereda nyeri.

“anti biotik yang kemarin habisin ya? sama ini buat ngurangin nyeri tenggorokan kamu.”

“makasih dok. tapi emm, bisa aja ada variabel lain yang ternyata ini kanker dan ngebuat benjolannya rasanya sakit banget, iya kan dok?” sang dokter hanya menghela nafas pendek.

“iya non, tapi kamu jangan pesimis dan berpikir negatif. semua baik-baik aja kok.”

“yaudah kalo gitu saya permisi dok.”

“hati-hati di jalan non, perbannya diganti besok pagi.”

“siap.”



saking gabutnya berada di apartment nanon memilih keluar dari persembunyiannya menuju street food yang tidak jauh dari gedung tempatnya tinggal.

hari ini kamis sore dan mendung sejak pagi. berdoa saja hujan tidak tiba-tiba mengguyur karena dia hanya memakai sandal jepit, celana pendek, dan kaos oblong.

nanon berjalan santai sambil memakan corndog ditangan kanannya. sesekali dia berhenti ke beberapa stand untuk membeli jajanan lain.

setelah menghabiskan corndog, baru ingin dia ambil bakso bakarnya, nanon terdistraksi dengan jasuke didepan. dengan semangat nanon berlari kecil. bertepatan dengan sampainya dia di stand jasuke, seseorang tidak sengaja menabrak pelan bahunya membuat bakso bakar yang nanon pegang jatuh. kepalanya otomatis menoleh, keduanya seketika memutar bola mata menyadari situasi yang terjadi

“yaelah elo. lo tau gak—”

“bisa gak gausah cari ribut dulu? gue males. iya gue bakal ganti jajan lu nanti.”

kemudian nanon mengunci bibirnya rapat. dia kembali memesan jajannya yang sempat tertunda.

setelah mendapat pesanannya nanon menunggu laki-laki disampingnya. membuat pawat—orang tersebut melirik heran

“ngapain lo nunggu gue?”

“bakso bakar.” pawat mendengus pelan. setelah menerima jasukenya dia berjalan terlebih dahulu meninggalkan nanon dibelakang.

“cepet gue mau balik.” katanya setelah sampai di booth bakso bakar.

“oke. pak saya pesan 20ribu.”

“the fuck? perasaan tadi yang jatoh 5 biji doang.” nanon terkekeh mendengar umpatan pawat.

“gue cuma manfaatin keadaan, ohm pawat.”

nanon menerima bakso bakarnya kemudian pawat mengulurkan selembar uang berwarna hijau kepada penjual. dia heran padahal bisa saja sejak awal pawat memberinya uang ganti rugi yang terserah dia mau diberi berapa. namun pawat justru menemaninya dan pasrah saja ketika uang duapuluh ribunya melayang.

keduanya kini berjalan beriringan keluar dari area street food. langkahnya seirama. pelan dan hati-hati. nanon merutuki dirinya yang malah menikmati momen seperti ini dengan jantung berdebar tidak karuan.

memang harusnya jangan berekspektasi lebih. buktinya nanon langsung disambar kenyataan dengan hujan deras yang tiba-tiba turun. membuatnya mendesah kecewa. mungkin ini akhir sore harinya dengan seorang ohm pawat,

tangan nanon refleks menyembunyikan bakso bakar dan jasukenya kedalam kaos yang ia kenakan. hal itu tidak luput dari pandangan pawat. dia hanya menggeleng pelan tak percaya.

“harusnya lo ngelindungin diri lo bukan makanannya.” ujar pawat pelan. tentu tidak terdengar oleh nanon karena dia sibuk melihat sekitar. orang-orang berhamburan mencari tempat berteduh. apartmentnya tidak jauh disana. berlari satu menitpun sampai langsung pada lobby. tapi orang yang disebelahnya akan bagaimana. dia mana tega meninggalkan pawat sendirian ditengah hujan seperti ini. nanon menatap pawat yang ternyata sedang menatapnya.

atau mungkin tidak?

“mau ke apartment gue?”

“HAH??”

karena tidak mendapat jawaban yang diharapkan dan hujan semakin deras. nanon secara paksa menarik tangan rivalnya. yang ditarik membelalak. beberapa kali ingin melepas namun cengkraman nanon begitu kuat. bisa saja dia melancarkan aksi smackdownnya. tapi dia tidak gila. disini ramai orang dan dia tidak mau dikeroyok warga sekitar akibat membanting orang didepannya ini.

“bangsat lo bawa gue kemana sih?!!” tanya pawat kemudian setelah nanon memelankan langkahnya dan berjalan menuju lift. ditekannya tombol entah mau menuju lantai berapa.

“ngapain lo bawa gue ke apartment lo?” setelah menyadari dimana dirinya berada dia langsung memutar pergelangan tangannya sehingga cengkraman nanon terlepas.

matanya menatap laki-laki berlesung pipi tajam. seolah dia bisa memakannya kapan saja.

“kenapa? gue justru nyelamatin lo. lo bisa ganti baju pake punya gue, lo bisa minjem payung atau mobil gue, lo juga bisa makan jasuke berair lo itu dulu sambil nunggu hujan reda—” nanon melirik jasuke yang pawat pegang. penuh air hujan. bahkan mungkin beberapa ada yang jatuh akibat meluap.

“—atau lo emang mau galau nangis nangis dipinggir jalan pas hujan biar gada yang tau kalo lo lagi nangis.”

'brakk'

tubuh nanon terbanting ke dinding lift. punggungnya tiba-tiba nyeri mendapat serangan mendadak seperti ini.

“maksud lo apa?” tanya pawat dingin. auranya menggelap. benar-benar gelap. sampai nanon dapat merasakan oksigen disekitarnya menipis.

“maksudnya gue pengen liat orang kaya lo kalo patah hati gimana, hm? ini nih kemaren kemaren bilangnya bakal langgeng eh taunya diputusin juga.” nanon memberanikan diri balik menatap pawat, alisnya dia angkat sebelah dengan bibie menyungging tipis—meremehkan.

“sial. tau darimana lo gue putus?”

pertanyaan sederhana dengan jawaban sederhana pula. bertepatan dengan lift terbuka, nanon mendorong pawat kemudian berjalan santai menuju rumahnya. dia ketik pin apartment tanpa rasa takut dibelakangnya pawat bisa saja menghafalnya.

“santai banget ngetiknya. ga takut gue maling apart lo?”

laki-laki aries ini menghentikan langkahnya di samping sofa ruang tv. gini-gini dia masih punya sopan santun ketika masuk dalam kediaman orang lain.

“lo tau? muka lo tuh melas banget. keliatan banget lagi galau. lo gasuka makanan manis, tapi kalo putus selalu pesen makanan manis.”

pemilik apart menyerahkan handuk, baju, celana, serta beberapa alat mandi pada pawat.

“lo stalking apa gimana?”

“keliatan paw. lo tuh bisa dibaca jelas. btw gue mandi dulu, lo duduk dulu disofa atau kalo mau jasukenya bisa dimasukin microwave biar anget.”

setelahnya nanon meninggalkannya sendiri disana. dia mau duduk juga tidak enak walaupun empunya sudah mengizinkan. rasanya tidak sopan mengingat hubungan keduanya juga tidak sedekat itu.

tetesan air dari baju pawat membuatnya mendesah pelan. harusnya dia langsung pulang saja. persetan hujan hujanan dia sudah kepalang basah juga. ngapain malah justru terjebak di apartment milik orang yang paling dia hindari.

tidak sampai lima menit pintu kamar mandi terbuka. matanya tidak lepas dari pemandangan didepannya. nanon dengan rambut basah dan handuk tersampir dibahunya yang polos. nanon shirtless.

orang gila.

“mandi sana paw. gue buatin cokelat anget ya?” lalu tubuh pawat didorong menuju kamar mandi yang letaknya berada di dalam kamar nanon.

sementara pawat mandi, nanon segera menghangatkan bakso bakar dan jasuke yang tadi mereka beli.

setelahnya, tangannya dengan riang meracik cokelat hangat. dari dulu dia ingin sekali membuatkan pawat minuman kesukaannya ini. dan beruntung hari ini bisa terealisasikan.

semoga pawat suka.

nanon membawa dua gelas cokelat hangat tersebut menuju meja ruang tengah. dia nyalakan tv lalu disambungkan pada youtube. memilih playlist yang sudah dia buat khusus ketika dia sedang memikirkan pawat.

“bucin banget gue najis.”

decitan pintu membuat nanon menoleh, menatap pawat yang baru keluar dari kamar mandi dan berjalan menghampirinya.

tatapan intens pawat membuat nanon merinding seketika.

“non..”

“hah?”

“lo gamau pake baju?”

setelahnya dia baru menyadari kebodohannya.

“anjing. bangsat bangsat gue lupa.”

dan pawat hanya tertawa sambil menyerukan bego berulang kali.


selama hampir empat tahun memang beberapa kali pawat dan nanon pernah meluangkan waktu berdua entah untuk membahas tugas ospek atau hanya tak sengaja bertemu yang berakhir keduanya memilih pergi bersama daripada sendiri. dan itu didominasi oleh pawat yang mengajak, karena nanon kepalang gugup setengah mati.

tapi kali ini berbeda. biasanya mereka bertemu di ruang terbuka seperti cafe atau mall. bukan didalam apartment seperti ini. intimasinya bisa nanon rasakan. atau karena dia sadar dia menyimpan rasa pada pawat makanya suasananya terasa berbeda?

“enak paw?” tanya nanon melirik pawat yang beberapa kali menyeruput minumannya.

“hmm.” dehamnya sambil memainkan hp.

nanon hanya mengangguk pelan. jujur dia ingin untum berbicara atau bertukar pikiran dengan laki-laki disampingnya. namun daripada kena tonjokan karena moodnya yang sedang buruk, lebih baik nanon diam sambil memakan bakso bakar yang sudah habis setengah.

“buset udah mau abis aja.” pawat menaruh hpnya lalu mengunyah jasuke yang baru saja keluar dari microwave.

“lo sering jajan disana?” tanya pawat membuka obrolan. sudah lama tidak merasakan ketenangan seperti ini. dulu nanon tidak sebarbar sekarang yang kalau ketemu saja harus melayangkan pukulan.

“gak. kalo gabut atau pengen keluar aja. lo sendiri ngapain tiap galau kesana?” cukup kaget dibuatnya kala nanon mengetahui seluruh gerak-geriknya.

“sumpah lo stalkers atau apa sih?”

“gue cuma selalu ga sengaja liat lo beli jajan disitu tiap putus.”

“gue kalo putus selalu di taman seberang apart lo, tau kan? nah makanya gue sekalian aja dah beli yang manis disitu.”

mendengarnya nanon hanya mengangguk. iya, nanon tahu kalau pawat beberapa kali putus di taman itu, namun dia baru tahu kalau pawat selalu putus di tempat itu.

“paw, kalo lo galau gitu lo ngapain?”

mendapat pertanyaan yang menurut pawat cukup serius—walau sebenarnya agak jijik juga mendengar kata galau—pawat membenarkan duduknya dari menghadap tv kini menghadap nanon sepenuhnya.

“gue jarang galau yang begitu sih. abis makan manis kaya gini mood gue langsung oke.”

“lo tuh serius ga sih pacarin mereka? lo ga pernah sakit hati gitu?”

nanon menatap pawat dalam. berharap mendapat jawaban yang diharapkan. entah juga nanon berharap apa.

“iya, gue sayang kok sama mereka. but i don't feel the 'click' with them. gue kira pelan-pelan bakal ada 'click' itu tapi nyatanya enggak. mereka selalu mutusin gue karena tau gue gak cemburu ketika mereka pergi sama—ya bisa dibilang orang sewaan buat manasin gue. atau mereka macarin gue cuma buat pamer dan morotin gue. i deal with them, asal one of them bisa bikin gue ngerasain sparks di dada gue. tapi sampe sekarang no one, sampe gue mikir mungkin emang gue ga pantes dapet rasa itu?”

mendengar penjelasan panjang lebar pawat membuat hati nanon perih. pawat hanya ingin merasakan cinta tapi dia belum diberi rasa itu. rasanya dia ingin berteriak didepan wajahnya saat ini kalau dia mau dan boleh mencobanya dengan nanon. tapi nanon tau itu tidan akan berhasil. pawat itu sulit ditembus.

“lo... belum ketemu aja paw sama orangnya.”

“hm, gue gak hopeless romantic banget sih sebenernya. cuma it feels nice when you have someone to lay on, isn't it, non?”

nanon tersenyum. menunjukkan lesung pipi manisnya.

“yes, is it paw. feels so freaking nice.”

selanjutnya keduanya diam tenggelam pada pikiran masing-masing sambil memakan jajan yang tadi sempat dibeli.

“paw.”

“hah?”

“it feels nice too, when i have a good conversation with you.”

“alay.”

“bajingan, lo mau gue pukul?”

lalu pawat hanya tertawa mendapati reaksi nanon yang memukulnya berkali-kali.

karena sejujurnya kata yang keluar dari mulut pawat benar hanya untuk distraksi atas apa yang tiba-tiba membuat dada dan perutnya bergejolak tidak nyaman namun menenangkan.


setelah menemui dosen pembimbing untuk berdiskusi tentang kelanjutan skripsinya langkahnya dibawa menuju taman. niatnya untuk menenangkan diri malah membawanya pada pemandangan menjengkelkan. dimana lagi-lagi nanon harus melihat orang yang dia suka bermesraan dengan orang lain.

akhirnya dengan berat hati dia mengurungkan niatnya. malas juga mengganggu pasangan kasmaran.

“nanon,”

suara familiar menyapa indranya. sudah sangat jelas dia chimon, satu-satunya sahabat yang dia punya di lingkungan perkuliahan. fuck social life

“kenapa mon?”

“kenapa kenapa, lo tuh yang kenapa nyet muka ditekuk mulu. mana jelek banget penuh plester. berantem ngapain lagi lu?” chimon menjitak kepala nanon sambil merangkulnya. yang dijitak hanya meringis sambil melirik tajam

“ya biasa lah, caper doang. lagian gue kesel banget anjing bisa-bisanya suap-suapan di kantin.” mendengar alasan absurd nanon membuat chimon hanya bisa menggelengkan kepala.

“lagian sadar kek nyet. mana bisa dia ngelirik lu orang lu barbar begini. mana kerjaannya nyari ribut mulu lagi.”

“seenggaknya gue mau dia tau kalo gue ada disekitar dia. ya, untuk saat ini.”

terdengar cukup menyedihkan namun nanon mengatakannya sambil tertawa. hatinya baik-baik saja. karena hal seperti ini merupakan inside jokes keduanya selama beberapa tahun kebelakang.

“goblok. bucinnya nih anak. eh btw, lo besok jadi kontrol?”

“ehh denger, kalo gue bucin mana mungkin gue tega bikin dia bonyok. emm iya, besok gue kontrol sorean sih kayaknya. soalnya paginya gue harus nemuin dospem dulu.”

“dia emang bonyok tapi enggak pernah sampe geser sih tulangnya.”

“bangsat. nyindir depan gue banget”

“biar lu sadar. besok mau gue temenin gak nih?”

“gue sober kok nih seratus persen!! gausah, gue bentar doang minta obat.”

“oke deh.”

lalu hening menyapa. keduanya berjalan berirama sesekali kaki nanon menendang kerikil yang ada didepan. bertemu chimon adalah jackpot. dia bisa menjadi teman, sahabat, keluarga, bahkan pacar disaat bersamaan. chimon itu 24/7 bagi nanon. selalu ada dan selalu bisa diandalkan. bodoh untuk siapa saja yang tidak cinta dengannya. termasuk nanon. kenapa juga hatinya tidak jatuh pada orang yang sedang merangkulnya melainkan pada sosok playboy brengsek itu.

kadang rasa bersalah masih menyelimuti. chimon sudah tertolak dan masih mau berteman dengan nanon. i don't deserve him, at all

marah sudah jelas ketika kata itu terlontar dari mulut nanon. namun itu lah yang nanon rasakan tiap harinya. chimon terlalu baik untuk dia yang menyedihkan. beruntung sekarang laki-laki itu sudah menemukan rumah barunya. dan nanon turut bahagia karenanya.

nanon tersentak ketika chimon menghentikan langkahnya dan menarik tangan nanon. mereka saling berpandangan satu sama lain.

“non, tapi gue serius. lo harus move on. gak sekarang gapapa, tapi harus lo niatin. pelan-pelan ambil langkah. jangan kaya gini terus. lo nyakitin diri sendiri tau gak? fisik lo, mental lo. lo juga nyakitin pawat, non. lo mau dia bahagia kan? dia bahagia non, dengan lo gak ganggu hidupnya. lo juga, harus cari bahagia lain. mungkin bukan di pawat. tapi orang lain. jangan stuck disatu tempat non, gue tau move on berat tapi pasti bisa karena buktinya gue bisa kok buat move on. gue bahagia sekarang dan itu rasanya ada yang kurang ketika sahabat gue justru masih sibuk buat nyakitin dirinya sendiri. bahagia ya non?”

“bahagia itu dibuat mon. percuma kalo gue nyari bahagia tapi gue ga ngebuat bahagia itu jadi bahagianya gue. lagian, untuk saat ini gue bahagia kok. you don't need to worry about me. lama-lama gue juga pasti bakal move on kok. gue sekarang cuma mau nikmatin masa-masa ini dulu sebelum bener lepasin dia. sekarang gue mau fokus buat skripsi sama nyembuhin penyakit gue dulu. so, ajarin gue cara move on ya mon, nanti? “

“pasti non, buat lo. buat bahagia lo. gue bakal bantuin lo!”


orang bilang salah satu cara dekat dengan orang yang kamu suka itu dengan sering cari gara gara alias berantem.

awalnya nanon kira itu hanya bualan tak masuk akal, namun pernyataan itu ada benarnya, karena dia sudah membuktikannya.

setelah melakukan tendangan terakhir pada abdomen laki laki dihadapannya nanon meludah tepat di samping tubuhnya dan berburu membereskan barangnya untuk kembali ke apartment. ada rasa senang dan bangga karena satu satunya yang mengerti titik lemah dari orang dambaan satu fakultas hanya dirinya.

sempat berpikir untuk menyudahi ini semua, namun rasa kesal ketika dia diejek dan harus dengan rela melihat pujaan hatinya nempel sana-sini dengan banyak orang membuat rencananya diurungkan. mungkin belum saatnya.

setelah mencuci wajah, langkahnya dibawa menuju nakas untuk mengambil betadin, alkohol, dan kasa yang baru dipakai semalam dan belum sempat dikembalikan ke kotak p3k.

apartment milik nanon itu berukuran tidak terlalu besar, cocok dihuni satu orang. apalagi dengan biaya yang terjangkau dan cukup dekat dengan kampusnya membuat nanon betah tinggal disini hampir selama empat tahun. ya, ini memang tahun terakhirnya.

dan empat tahun sungguh tidak terasa selama itu apalagi saat sadar dia untuk pertama kalinya membiarkan hatinya dibawa laki laki fakultas seberang. tidak apa jika tidak disuka balik, toh selama ini hidupnya enjoy enjoy saja walau sesekali harus makan hati melihat pemilik hatinya bersinggungan dengan orang lain.

nanon sadar dia tidak punya kesempatan. makanya yang dia lakukan hanya mencari gara gara agar eksistensinya tetap tertangkap dalam radar seorang ohm pawat. sang pangeran kampus.

dengan perlahan nanon membubuhkan area disekitar lukanya dengan alkohol dan betadine. bulan lalu bibirnya robek, untung hari ini hal itu tidak terulang. nanon meringis pelan sambil menatap pantulan dirinya lewat cermin. agak menyedihkan karena bahkan untuk berbicara dengan pangeran kampus harus menggunakan kekerasan seperti ini.

tidak sekali duakali cibiran, sindiran, cacian, dan makian nanon dapatkan dari fans ohm. tapi dia tidak peduli, urusannya hanya dengan idola mereka.

empat tahun, dan setelahnya nanon akan mengakhiri ini semua. tiba-tiba ingatannya terlempar ke masa lalu. dimana awal pertemuan merupakan impresi buruk.

pawat adalah tipikal orang yang mudah meminta maaf sedang nanon berkebalikannya. akan dia kejar sampai ujung dunia orang yang berurusan dengannya.

seperti halnya beberapa tahun lalu ketika ketidaksengajaan pawat menumpahkan kopinya di laptop nanon membuat pemilik laptop kesal setengah mampus. akhirnya setelah cek cok dan saling memaki mereka sepakat untuk biaya ganti rugi dibagi menjadi dua.

namun sial tetap sial karena beberapa bulan setelah insiden kopi tumpah nanon dan pawat berada di satu kelompok ospek yang sama.

walau masalah mereka sebenarnya sudah selesai namun nanon tetap menyimpan rasa benci yang berakhir mereka berdua selalu ribut hingga detik ini.

kissing, mention of lightning, remake from my old work !!


jumat sore memang waktu yang pas untuk berolahraga. selain karena besoknya adalah weekend, alun-alun jadi tidak terlalu ramai.

selepas pulang kerja pukul empat tadi, ohm langsung mengganti kemejanya dimobil dengan kaos putih polos dan celana training pendek berwarna hitam.

sudah hampir pukul enam namun ohm masih asik menidurkan dirinya diatas rerumputan. setelah putaran kesepuluh ohm lebih memilih beristirahat disini daripada masuk ke mobil.

getaran disaku celananya membuat ohm duduk lalu membaca pesan masuk dari bundanya.

kadiv keuangan☺️: ohm, kamu pulang jam berapa? bunda nitip pembalut yang charm warna biru muda ya, katanya pembalut yang itu ada rasa dingin-dinginnya, jangan lupa!👋🏻

ohm terkekeh. mana ada pembalut seperti itu? ada-ada saja.

setelah membalas ya, nanti ohm belikan, laki-laki ini segera beranjak dan menuju mobilnya yang tidak jauh dari tempat dia beristirahat. beruntungnya saat mau memasuki mobil matanya tak sengaja menangkap sebuah minimarket—yang sepertinya baru—diseberang mobilnya.

ohm memegang kaos bagian dadanya sambil digerakakan kedepan-kebelakang guna mengusir rasa panas. padahal sudah sore, tapi rasanya matahari seperti ada diatas kepalanya. atau mungkin karena sekarang adalah musim panas.

dia melangkahkan kakinya menuju 'chrysan market'. pintunya didorong. kemudian dingin ac langsung menyapa kulit telanjangnya. matanya mengedar, menelisik. tokonya cukup luas dan sepi, itu kesan pertamanya. hanya ada lima orang—dengan dirinya dan dua penjaga kasir—didalam.

sambil berjalan kepalanya dia gerakkan kekanan-kiri mencari pesanan sang ibunda.

bukannya menuju deretan kebutuhan sehari-hari (seperti sabun dan lainnya), ohm malah menghentikan tubuhnya didepan showcase cooler. dia mengambil sebotol pocari sweat dan menegaknya setengah.

ohm menghembuskan nafas pelan. kemudian dia kembali melangkah menuju deretan pembalut yang ada didepannya. ohm memasang wajah sendu karena dia buta tentang hal ini.

tangannya mengambil hp yang ada disaku. baru ingin memfotonya untuk dikirimkan pada bunda, sekelebat bayangan putih membuat ohm segera menolehkan kepalanya. dahinya mengernyit saat mendapatkan sebuah pintu setengah terbuka bertuliskan 'staff only'. karena penasaran akhirnya ohm mengendap pelan-pelan dan masuk kedalam. matanya mengerjap saat melihat sesosok laki-laki mungil sedang memainkan hpnya, digoyang kekanan-kiri.

ohm berdeham. membuat hp milik sosok didepannya terjatuh. pocari sweat yang ohm pegang ikut terjatuh. namun dibiarkan oleh empunya. dengan cepat ohm menutup pintu ketika laki-laki didepannya berniat kabur. dia mengambil hpnya lalu mendongak, menatap ohm. membuat keduanya membelalak bersama.

“nanon?”

“p-pak o—ohm...” ucapan nanon tertahan sejenak saat melihat penampilan ohm dalam samar. untung lampu ruangan ini mati. namun selanjutnya nanon mengumpat dalam diam karena ohm menekan saklar lampu.

“kamu ngapain disini?” tanya ohm penuh selidik. matanya seakan memindai nanon dari atas sampai bawah. celana kain panjang dipadu dengan sweater putih polos dengan gambar anjing kecil didada kirinya.

nanon menundukkan kepalanya memberi hormat, lalu kembali menatap ohm.

“saya lagi main aja, bapak ngapain disini? ini kan ruangan staff.” kata nanon meremas hpnya. dia sungguh tidak tahan melihat atasannya yang biasanya rapi menggunakan kemeja kini hanya memakai kaos putih ditambah celana pendek!

selamat, untung bukan singlet hitam, bisa mati berdiri gue.

belum sempat menjawab, hp ohm bergetar. terdapat dua misscall dari bundanya, ohm mengernyit karena dia tidak tahu kapan bundanya menelepon. padahal nada deringnya aktif.

“eh anjir, nggak ada sinyal ternyata.” perkataan ohm membuat nanon menganga.

dia cursing kok gue suka ya dengernya, nanon sinting.

“ohh, nggak ada sinyal. iya, sepertinya begitu pak.”

ohm kembali memasukkan hpnya kesaku dan menatap nanon.

“keluar yuk? atau kamu masih mau disini?” nanon menggeleng

“iya pak. ayo keluar, hehe.”

keduanya keluar dengan keadaan toko sudah gelap dan ac mati. hal ini membuat nanon panik seketika. dia langsung berlari bahkan menabrak kasar bahu ohm yang berjalan didepannya.

“hah, gila what the fuck. kok gelap? kok nggak ada orang?!!!” teriak nanon sambil berkeliling di toko.

“nanon korapat, language.” ohm menyandarkan punggungnya di tembok sebelah tempat es krim. menatap nanon yang heboh berlalu lalang. raut wajahnya menunjukan bahwa dia takut dan sangat panik. nanon kemudian menuju pintu depan toko, mendorong serta menariknya berkali-kali. namun tidak bisa. pintunya terkunci dan digembok dari luar.

didalam gelap, hanya ada pencahayaan dari ujung ruangan yang mengarahkan ke ruang staff.

ohm berjalan mendekati nanon yang sudah lemas memegang pintu sambil terisak.

tangannya dibawa melingkar ke pundak yang lebih kecil. nanon dirangkul posesif.

“shhh, tenang yaa, saya carikan saklar lampu dulu.” baru akan melepas rangkulannya, nanon malah memperkecil jarak mereka.

“ikut..” kata nanon pelan.

mereka berjalan menuju belakang meja kasir. ohm menyalakan senter hpnya, kemudian diarahkan secara perlahan menuju dinding yang ada didepannya. ketemu. disamping etalase gantung.

'cklek'

lampu menyala.

tangan ohm bergerak menuju laci lalu mengambil remot ac dan menyalakannya.

“dua puluh dua derajat, kamu kedinginan?” nanon menggeleng pelan, ohm mengangguk.

lalu dia membawa nanon ke tempat minuman dingin. dia mengambil dua kotak susu pisang lalu mengajak nanon untuk duduk lesehan di lantai.

“nih, minum.” nanon mengambil alih susu pisangnya dengan bibir bawah yang dia gigit, jujur dia malu mengingat hal yang baru beberapa menit lalu terjadi. didepan atasannya pula. namun untuk berbicara dia belum sanggup, maka nanon hanya mengangguk.

ohm diam meminum susu pisang yang dia ambil. tiba-tiba teringat kalau setiap harinya nanon selalu membawa susu pisang ke kantor dan kadang membaginya dengan teman lainnya atau dengan ohm. dia tersenyum tipis. tidak menyangka akan mengalami hal absurd seperti ini dengan nanon. orang yang dia suka.

jujur saja ketimbang panik dikunci, ohm lebih panik karena harus berduaan dengan nanon entah untuk berapa lama.

nanon terlihat mengerjap kala hpnya berbunyi tanda baterai habis. lalu dia menghela nafas kasar. dia kemudian mendongak. netranya beradu dengan milik ohm. perlahan dia menundukkan pandangan. ohm mengusak rambut nanon pelan. refleks. dengan cepat dia menguasai dirinya dan menarik tangannya dari kepala nanon. sementara nanon hanya terdiam dengan pipi yang memerah.

“tenang, saya masih ada baterai kok. cuma sepertinya sinyalnya jelek.” kata ohm sambil kembali meminum susu pisangnya.

setelah habis, ohm menaruhnya disamping tempat dia duduk. diikuti oleh nanon yang juga menaruh miliknya disebelah dia duduk.

keduanya diam. hanyut dalam pikiran masing-masing. sesekali ohm melirik nanon yang memainkan mata kesana kemari hingga netra keduanya bertemu lalu nanon dengan cepat memutuskan pandangannya. begitu terus sampai nanon gelisah karena dia sadar kalau atasannya terus melirik kepadanya.

nanon berdeham pelan kemudian memberanikan diri menatap ohm.

“b-bapak kok bisa sampai sini?” tanya nanon sambil meremas sweaternya. padahal biasanya dia tidak segugup ini jika berurusan dengan ohm. apa mungkin penampilan memengaruhi? oke, sepertinya iya karena rambut ohm yang biasanya rapi dan klimis kini dibiarkan acak-acakan dan berponi disana.

“lagi cari titipan bunda. kamu sendiri?”

nanon mengangguk, “iya aku sendiri.” kemudian dia terdiam dengan mulut terbuka, sadar ada sesuatu yang salah. lalu laki-laki yang tingginya hampir sama dengan tiang kini tertawa. menertawakan kebodohan nanon.

“tau kok kalau kamu sendiri alias jomblo. maksud saya, kamu sendiri ngapain kesini?” perjelas ohm masih dengan kekehan ringan. seketika nanon terpaku. dia tau bosnya cakep. tapi haruskah dia pamer?! “jomblonya gausah diperjelas kali.” ujar nanon sambil memanyunkan bibirnya.

kepalang gemas, ohm menyubit pipi nanon.

“maaf ya, kamu gemas.” nanon diam memandang ohm yang juga sedang memandangnya dengan mata yang menyipit akibat senyum yang terlalu lebar.

kemudian nanon menunduk, menyembunyikan rona merah dipipinya.

“oke oke sekarang serius ya, kamu ngapain kesini? kayaknya nggak mungkin jajan karena kamu masuk ruang staff dan mainin hp disana. kamu mau steal something?” mendengar ucapan ohm membuat nanon reflek memukul lengan ohm. lalu dia menutup mulutnya.

“e-ehh m-maaf pak huhu, nggak sengaja, tadi reflek,” nanon menyatukan kedua telapak tangannya sambil memasang wajah memelas.

ohm terkekeh.

“iya santai aja. lagian kita lagi nggak kerja.”

“hmm, jadi tadi aku lagi main pokemon go. terus tiba-tiba ngarahin ke ruang staff. yaudah aku masuk. eh tiba-tiba pak ohm ngagetin aku!” ohm menaikkan alis saat ditatap sinis oleh nanon.

“sejak kapan kamu main permainan yang kata kamu 'jadul'? lagian kalau aku nggak mergokin kamu, kamu bakal kekunci disini sendirian lho,” nanon diam. benar juga.

“iya juga, hehe. makasih pak ohm.” dia lalu tersenyum manis kearah ohm.

“pertanyaan yang pertama belum kamu jawab, nanon. sejak kapan kamu main pokemon go?”

nanon memiringkan kepalanya seolah sedang mengingat kapan dia mulai menginstall game kesayangan bosnya.

“pokoknya sejak pak ohm main di kantor, aku jadi penasaran, terus install deh.” kata nanon sambil memamerkan giginya.

ohm terdiam menatap nanon intens. dia bersyukur diberi kesempatan untuk bisa sedekat ini dengan nanon.

mungkin kedepannya ohm tidak akan mempunyai kesempatan lain. karena dia tahu banyak teman kantornya yang sedang melancarkan aksi pedekate dengan sosok mungil didepannya.

dia tersenyum tipis. badannya ditegakkan lalu disenderkan pada showcase cooler dibelakangnya.

“nanon, kamu...” ohm menghentikan ucapannya. ragu untuk mengatakannya.

nanon menaikkan sebelah alisnya, menunggu lanjutan perkataan ohm yang sampai tiga menit masih menggantung.

“k-kenapa?” entah untuk alasan apa, dia tiba-tiba gugup.

ohm menggelengkan kepalanya. dia tersenyum, tubuhnya dimajukan ke arah nanon. tangannya terulur mengambil chitato yang ada di rak belakang tubuh nanon.

nanon bergeming. aroma parfum bercampur keringat milik ohm masuk dalam olfaktorinya. tubuhnya mendadak panas dan susah bergerak.

setelah mengambil chitato yang diinginkan, ohm menjauhkan tubuhnya. alisnya bertaut melihat wajah nanon yang sudah sangat merah. tangannya terangkat untuk ditempelkan dikening nanon.

“nggak panas. kamu kenapa? kok mukanya merah?” nanon melengos mendapat pertanyaan yang menurut nanon 'kocak'. lahh kan situ yang buat gue begini.

“tau ah.”

ohm menggaruk tengkuknya yang tak gatal. dia bingung kenapa nanon tiba-tiba menjadi ngambek manja seperti ini.

“kok kamu ngambek? aku ada salah ya?” tangan nanon yang ada dipaha ditarik ohm. digenggam.

nanon panik. dia segera melepaskan tangannya. membuat ohm tersentak. kemudian tersenyum kecil.

“maaf ya, kalau saya kurang sopan.” dia membenarkan duduknya. chitato yang dia pegang dibuka. lalu disodorkan pada nanon.

“kamu mau?” gelengan nanon membuat ohm memakan sendiri jajan yang dia buka.

pikirannya berkelana pada kejadian beberapa detik lalu. ah, nanon. tandanya dia sangat berhati-hati terhadap siapapun bahkan orang yang sudah dikenalnya. ohm jadi lega. lagipula dia juga yang sudah tidak sopan memegang tangannya. harus jaga batasan ohm, jangan kebawa suasana.

“pak ohm.” panggilan nanon membuat ohm mengangkat kepalanya, dia menaikkan alis dan menyodorkan chitato yang dipegang. namun nanon menolak.

“maaf.”

mau tidak mau ohm meletakkan chitatonya dan beringsut kesamping nanon.

“hey, kenapa minta maaf?”

“nggak papa sih. pengen aja. sejak kita kekunci disini kan aku belum minta maaf ke bapak.”

ohm mengangguk pelan.

“non,”

“iya?”

“kamu lagi deket sama siapa sekarang?” ohm bertanya dengan pelan. mungkin kalaupun nanti ditolak atau berujung canggung, setidaknya ohm pernah mencoba.

“kenapa? bapak mau deketin saya?” pertanyaan asal ceplos dari laki-laki disampingnya membuat dia menganga lebar.

ohm mengatupkan mulutnya kala dia ditatap penuh tanda tanya.

“ehh—jawab aja pertanyaanku.” ohm mengulum bibirnya. baru sadar dia menggunakan aku-kamu sebagai kata ganti.

“aku jawab kalau pertanyaanku dijawab. pak ohm mau pedekate sama aku?”

ohm menepuk dahinya. anak ini, santai banget.

“kamu kok santai banget ngomongnya kayak nggak ada beban?” “kata siapa santai? aku lagi degdegan tau...” cicit nanon diakhir kalimat. dia menggulirkan mata sejenak.

ohm menatap berjejer minuman dingin yang ada didepannya. lemari pendingin yang memuat berbagai macam minuman memantulkan cerminannya dengan nanon walaupun samar. ohm menghela nafas sebelum akhirnya memutuskan untuk berbicara.

“huft. iya, saya rencananya mau deketin kamu. tapi selalu keduluan sama yang lain. makanya saya mikir mungkin kamu memang ditakdirkan bukan buat saya.”

nanon terdiam menatap ohm yang langsung mendistraksi dirinya dengan memakan chitato.

“kenapa pak ohm nggak gas pol aja? maksudku kalau pak ohm err—bener suka sama aku... kenapa nggak merjuangin aku? maaf kalau kesannya kepedean. tapi udah banyak dari mereka yang terus terang mau deketin aku kaya apa yang pak ohm lakuin sekarang jadi aku udah emm-mungkin udah terbiasa kali ya?”

ohm menoleh menatap nanon.

“karena kamu selalu jaga jarak aman sama saya. kalau sama pegawai lain atau teman saya yang bahkan jabatannya setara sama saya, kalau jam kerja selesai kamu pasti bisa dengan mudah bergaul sama mereka dan enjoy. kalau sama saya, kamu membatasi diri. makanya saya ngga berani ambil langkah maju.” kata ohm panjang lebar. chitatonya sudah habis. dia lalu menjejerkan sampahnya.

“maaf kalau kesannya seperti itu. tapi karena bapak dulu pernah jadi crush saya, makanya saya begitu.” ohm menganga mendengar perkataan nanon.

“hah? crush? kamu pernah suka sama saya?” nanon mengangguk.

“kapan?”

“waktu interview. tapi pak ohm selalu galak ke saya makannya saya udahin aja perasaan saya ke bapak. dipikir pikir nggak bakal mungkin juga bapak mau sama saya.”

“dipikir pikir lagi, kita berdua like a clown baget.” nanon tertawa mendengar penuturan ohm.

“emang apa yang bikin pak ohm suka sama nanon?” ohm tersenyum geli mendengar nanon memanggil dirinya dengan namanya alih-alih aku.

“karena kamu nanon korapat.” ucapan ohm disambut oleh tawa mengejek dari nanon.

nanon beranjak dari duduknya. dia menepuk celananya, menghilangkan debu yang menempel.

“pak ohm, aku pengen deh first date bareng pasangan tuh masak berdua gitu. pasti asik dan romantis.”

ohm mengerjap. dia langsung bangkit dan memiringkan wajahnya. menatap nanon dalam.

yang ditatap diam menahan nafas sambil menggigit bibir bawahnya. telunjuk ohm menekan dagu nanon lalu ditariknya kebawah sampai gigitan bibirnya terlepas.

“oke, jadi kita dating sekarang?”

“kalau kamu mau?”

“tapi kamu emang pengen date yang kaya begitu atau sekarang laper?”

“ihhhh, pak ohm!!!” nanon memukul pelan pundak ohm karena ohm seolah membuka kartunya. ㅤ

keduanya berjalan menuju dispenser yang terletak disamping freezer (berisi es krim dan berbagai macam frozen food) untuk menyeduh pop mie.

setelah diisi air panas, mereka kembali menuju tempat persembunyian selama berada di minimarket ini.

“pak, ini bayarnya gimana ya?” tanya nanon setelah keduanya duduk. ohm menyandarkan punggungnya pada showcase cooler.

“ya tinggal serahin aja bungkusnya.”

nanon tertawa kemudian megangguk setuju.

“tapi non, katanya kamu udah move on?”

“hmm, tapi susah. karena tiap hari ketemu. jadi aku masih suka degdegan kalo liat bapak, hehe.” ohm mendengus geli. dia mengambil pop mienya lalu diaduk. nanon juga mengikuti apa yang ohm lakukan.

“non, kalau lagi berdua santai aja ya. kita punya hubungan spesial sekarang, kamu boleh paggil aku ohm.”

ucapan ohm membuat mata nanon membulat. pipinya memerah mendengar kata hubungan spesial. untung dia belum memakan mienya, kalau sudah, keselek kali.

“i-iya pak—ohm,” ohm tersenyum tipis.

“selamat makan, nanon.”

“selamat makan juga, ohm.”

“nanon, date kita gini dulu ya? kapan kapan aku siapin yang lebih proper.” kata ohm sambil menyeruput mienya.

nanon tersenyum senang. tangannya terangkat membentuk simbol 'ok'.

“nggak papa, aku suka kok berduaan sama kamu.”

lalu makan malam mereka berlangsung dengan tenang diselingi guyonan dari ohm maupun nanon. ㅤ

ohm kini sedang menghubungi nomor bundanya. namun susah. sinyalnya sangat lemah bahkan kadang menghilang. akhirnya dia meyerah dengan pesan terakhir yang berstatus jam kotak.

you: bunda, ohm kejebak di chrysan market. kekunci dari luar. berdua kok, bareng pacar ohm. bunda jangan khawatir. ohm nggak papa dan baik-baik aja. love u<3

“masih belum bisa?” ohm menoleh mendapati nanon yang sedang memakan es krim cone. dia mengambil tempat disamping ohm.

“belum. sinyalnya hilang malah.”

“alamat kita semaleman disini.”

“hahaha, nggak papa. kan ada aku.” ohm mengusak rambut nanon.

“kalau boleh tau, kenapa kamu takut gelap?” nanon menghentikan kegiatan makan es krimnya dan menoleh pada ohm.

“sebenernya bukan gelapnya. tapi petir. aku ada trauma dulu. petir ngingetin aku sama gelap dan mengerikan. makanya aku jadi ke trigger dikit.”

ohm mengangguk mengerti.

“sekarang ada aku. jangan takut lagi ya, sayang.” kata ohm membuat nanon tersenyum manis.

“boleh kan aku manggil kamu sayang?” nanon mengangguk cepat sambil mengembungkan pipinya. ohm terkekeh.

“mau coba es krimnya?” tanya nanon sambil mendekatkan es krim vanilla ke bibir ohm.

“sejujurnya aku nggak terlalu suka manis.” ujar ohm.

nanon menggigit es krimnya lalu mendekatkan wajahnya ke bibir ohm. “kalau gini pasti suka.”

perlakuan nanon selanjutnya membuat tubuh ohm menegang. otaknya tiba-tiba malfungsi. nanon menempelkan belah bibirnya dengan milik ohm. lalu dilumat secara perlahan. lidah nanon mendorong, memaksa masuk kedalam hingga rasa dingin dan manis mulai memenuhi rongga mulut ohm.

nanon bermain dengan lidah milih ohm. sementara ohm hanya diam menikmati apa yang nanon lakukan sesekali membalas lumatan nanon. jujur dia pusing. terlalu banyak serangan bertubi dari nanon.

kesimpulannya satu, nanon jago berciuman dan dia suka.

beberapa menit setelahnya nanon menjauhkan badannya dengan wajah yang sudah seperti kepiting rebus. dia merutuki dirinya yang impulsif menyerang atasannya. walaupun kini dia mejabat sebaai pacarnya, tetap saja nanon malu.

“that was good. kamu pintar ciuman.” pujian dari ohm membuat nanon menunduk malu. dia kembali melumat es krim yang sudah mulai mencair.

“habisin ya es krimnya, habis itu kita istirahat.”

benar saja, tidak sampai lima menit setelah es krim nanon habis, dia langsung tertidur lemas dibahu ohm. membuat ohm tertawa gemas. tangan ohm melingkar dipundak nanon. erat. sesekali dia mendaratkan kecupan dikepala nanon.

“sweet dream, sayang.” kata ohm dengan tangan yang mulai mengelus pelan surai nanon.

matanya terpejam perlahan. mengikuti nanon yang sudah lebih dulu bermimpi.

mungkin keesokan paginya saat toko dibuka akan menimbulkan kehebohan penjaga toko dan orang disekitarnya. kemudian keduanya menjadi headline berita sebagai orang yang terkunci di minimarket selama hampir dua puluh empat jam.

tapi biarlah, kalau bersama orang tersayang, semua akan baik-baik saja.

inilah definisi jumat berkah yang sesungguhnya.


finished.

sorry for typo(s), hope u enjoy it !!!

nanon benci banget sama yang namanya ohm pawat. kalau bisa itu orang musnah aja deh dari bumi.

soalnya dari sekian ratus siswa kenapa juga dia harus sekelas sama bocah tengil itu.

nanon nggak pernah tau apa salahnya sampai dirinya jadi korban kejahilan pawat. udah dua tahun diisengin, rasanya nanon pengen pindah planet.

karena sekelas, tentu ini bukan hal bagus. pasti akan lebih banyak keisengan menyebalkan yang nanon terima. jadi setahun ini dia harus kuatin iman biar nggak meledak.

tapi namanya sabar juga ada batasnya kan.

berakhirlah mereka berdua di toilet. dihukum membersihkan seluruh toilet yang ada di sekolah.

pelaku yang habis nyiram air ke nanon senyam-senyum seolah nggak ada hal yang perlu disesali. sementara korbannya udah misuh daritadi.

katanya sih, pawat nggak sengaja, tapi mana ada nggak sengaja sampai nyiram air head to heels ke nanon. yang disiram marah tentu saja. akhirnya mereka malah main air di koridor kelas dua belas.

setelah menyelesaikan hukumannya, nanon kabur ke taman belakang, nyari tempat adem buat istirahat. ini jam dua siang. masih ada dua jam untuk pulang sekolah. dan rasanya dia malas ikut pelajaran karena terlanjur capek. capek pikiran, capek tenaga, capek hati juga.

lagi enak menikmati semilir angin, pipinya ditempel sama botol minuman dingin. nanon noleh. disitu udah ada pawat duduk sambil senyum, tangannya nyodorin botol, nyuruh nanon buat ngambil.

“thanks.” kata nanon. dia buka botolnya dan langsung ditengak habis. jujur haus.

“itu air toilet.” nanon batuk. hidungnya perih waktu sadar ada air yang masuk ke hidung.

pawat ketawa liatnya.

“emang ya, gue harusnya nggak pernah percaya sama lo.” nanon balikin minumannya ke pawat terus berdiri. belum sempat melangkah tangannya ditarik pawat.

“enggak. bercanda kok, non. sini duduk dulu.”

“bagus. lo kan emang nggak pernah serius. tapi sorry, gue nggak bisa berduaan sama lo. nggak tahan.” nanon pergi ke masjid. ngadem disana. luamayan ada ac.

pawat cuma senyum tipis ngeliat nanon yang mulai menjauh.


jadi anak kelas dua belas tuh repot banget. tahun terakhir prakteknya banyak banget. bukannya memperdalam materi malah disuruh melakukan sesuatu yang out of materi. contohnya guru prakarya ini.

kelas nanon disuruh subscribe, like, comment, dan ntah lah nanon males dengerin. soalnya nggak penting. ini mah untuk kepentingan pribadi gurunya.

terus ada lagi yang aneh. guru pjoknya jarang masuk kelas. masuk cuma absen terus disuruh ngerangkum. nggak diterangin atau praktek ke lapangan.

tapi untungnya empat mapel utama gurunya masih waras. masih mau kasih materi dan menjawab kalau murid bertanya. walaupun ada aja yang nyebelin, seenggaknya kalo nanon paham, okay lahh nggak masalah.

nanon duduk dipojok perpustakaan sambil nyalin materi biologi punya temannya. tadi dia lupa nggak bawa kacamata. alhasil harus duduk di lantai depan merhatiin gurunya, terus dia nggak nulis karna susah. minjem catetan adalah jalan ninjanya.

lagi asik ngulang materi, dia langsung noleh pas ada seseorang yang mencetin pipinya.

orangnya senyum. creepy banget. nanon merinding.

dia balik fokus nulis.

“gue cariin lo ternyata di perpus.” bisiknya lirih. iya di perpus kan nggak boleh berisik.

“mau apa lo?” tanya nanon. suaranya nggak kalah pelan. nulisnya makin dicepetin. kurang separagraf lagi udah selesai. dia mau cepet-cepet keluar. nggak mau berduaan sama orang yang tiba-tiba ada disebelah kirinya.

“nggak papa. udah makan belum?”

“udah,”

“masa? gue nggak lihat lo di kantin. lo bawa bekal?”

pertanyaan pawat menggantung beberapa menit. nanon diam dan pawat tidak kembali berbicara. makanya setelah menit berikutnya nanon selesai menyalin, nanon segera berkemas dan beranjak.

“urusan gue mau udah makan apa belum bukan urusan lo kan? bye.” nanon meninggalkan pawat dengan cepat.

selama setengah tahun jadi anak kelas dua belas ternyata nggak buruk-buruk amat. walaupun banyak tugas dan tetek bengek lainnya tapi nanon enjoy aja. mungkin karena akhirnya pawat juga udah nggak sejail dulu. walaupun kadang masih suka ngumpetin tempat pensilnya, tapi pawat udah nggak menyebalkan kaya dulu.

kuncinya cuma satu, nanon sering mengabaikan pawat. mungkin tuh orang capek sendiri. soalnya dulu waktu kelas sepuluh sama sebelas mau dijailin kaya apa juga nanon ladenin, terus malah jadi mereka berdua yang dihukum.

mungkin pilihan nanon buat nggak nganggep pawat ini tepat.

setelah mendapat rapor semester lima nanon belajar buat masuk perguruan tinggi. nggak ada yang namanya liburan, dia juga males sih buat keluar rumah.

sore ini nanon lagi siap-siap buat ke mini market deket kompleksnya. dia mau beli samyang. mulutnya rasanya aneh nggak makan yang pedes-pedes.

habis pake celana panjang, nanon ambil dompet sama kacamatanya. terus dia jalan buat ke mini market. sore gini sebenarnya paling enak buat olahraga, tapi nanon males.

nanon langsung ngambil samyang yang warna pink, carbonara. dia juga ngambil keju mozarela, sosis, sama lays. pas mau ke kasir, kepalanya nggak sengaja noleh, terus dia kaget pas liat pawat juga kaget ngeliat nanon. pawat cuma senyum habis itu lanjut milih kebutuhannya.

setelah pertemuan pertama dan terakhir mereka di liburan semester, mereka ketemu lagi pas masuk ke semester dua.

sama seperti beberapa bulan lalu, pawat juga kalau ketemu atau nggak sengaja tatapan sama nanon cuma senyum.

awalnya nanon terima sama perubahan dadakan ohm pawat yang tiba-tiba jadi kalem banget. tapi lama-lama kok nanon ngerasa ada yang hilang.

nanon nggak mau denial, tapi kayanya pawat udah beneran capek sama dia dan mau menjauh beneran.

nggak tau kenapa, nanon sedih. padahal kan kalau pawat ngajak temenan, nanon mau-mau aja. atau mungkin pawat yang nggak mau temenan sama dia.

kegiatan nanon di semester akhir sekolahnya biasa aja. dia bangun pagi terus berangkat, tambahan kelas pagi, habis itu sarapan di sekolah, terus masuk ke pembelajaran utama, habis selesai ada kelas sore sampai jam lima, pulang sekolah, mandi, makan, ngerjain tugas (dan belajar kalau nanon mau) habis itu tidur. terus bangun pagi dan rutinitasnya keulang sampai akhirnya ujian sekolah berlangsung.

nggak ada yang spesial di tahun akhirnya. isinya cuma belajar sampai otaknya panas.

setelah mendapat surat lulus yang baru ia terima hari ini, anak angkatan langsung bahas foto yearbook. buku kenangan. nanon mah ngikut aja.

tema, kostum, dan segala macem udah disiapin. tinggal fotonya aja terus nanti tunggu jadwal cetak, jadi deh.

“okee, nanti panitia yang bakal ngarahin sistemnya gimana. pertama, besok yang bakal foto anak kelasan dulu, baru kalau anak perkelas udah foto semua nanti yang bagian ekstrakulikuler. udah dari lama ya tema kelasnya diumumin. udah dikasih waktu juga buat cari kostum, terserah mau minjem atau gimana yang penting masuk ke tema. nggak ada kendala lagi harusnya. yaudah itu info sementara, besok disiapin masing-masing kostumnya.”

besoknya kelas nanon foto pertama. kebetulan karena nanon kelas mipa 1 jadi dapet yang pertama.

ada beberapa kali jepretan, yang pertama foto sekelas, terus foto yang perkelas dibagi beberapa kelompok, sama foto yang sendirian.

difoto pertama nanon dapet jejeran sama pawat. bukannya apa, dia ngerasa pendek banget jadinya. terus difoto yang perkelompok ternyata dia juga sekelompok sama pawat. nanon curiga kenapa waktu mereka berdua udah kaya orang nggak kenal tiba-tiba dideketin lagi, apa ini campur tangan semesta?

“non,” pawat manggil nanon yang lagi duduk ngeliat kelompok lain foto.

karena nggak dapet sahutan, pawat duduk disamping nanon. nanon dirangkul. yang dirangkul diem. kaget.

badan nanon diputer sama pawat.

mau nggak mau nanon jadi ngeliatin cowok yang lebih tinggi sepuluh sentimeter dihadapannya.

pawat senyum.

“gue mau minta maaf sama lo. kita udah lulus jadi intensitas lo ketemu gue udah makin jarang atau bahkan nggak ketemu lagi. lo pasti seneng udah nggak gue ganggu lagi. lo mau maafin gue? maaf selama tiga tahun gue rese banget ke lo. habis lo lucu kalo marah. pipi lo ngembung kaya bapao minta digigit banget. bibir lo kalo cemberut lucu, gue gemes liatnya. maafin gue ya?” kata pawat sambil remes pelan bahu nanon.

selama beberapa menit nggak ada respon dari nanon, akhirnya pawat ngomong lagi,

“terserah sih mau lo maafin apa nggak. tapi ya, gue sayang sama lo.” pawat ngomong kaya gitu sambil meluk nanon erat. pelukannya dibales, tapi nanon masih nggak ngomong apa-apa.


interaksi mereka berdua bener-bener putus. kalau aja hari perpisahan yang diadakan sama angkatannya ini nggak ada, kayanya mereka udah jadi orang asing beneran.

habis pawat bingung, obrolan terakhir aja pawat dicuekin, pas pesta perpisahan mau nyamper nanon jadi ragu. ehh, malah disamper duluan.

nanon sama pawat berdiri sebelahan di pojok sambil ngeliatin temen-temen lainnya tampil di panggung.

“gila. salut banget gue sama anak angkatan, mereka keren banget ngadain pesta tanpa pake nama sekolah.”

“iya lah kalo ada embel-embel sekolah pasti boring banget.” pawat ketawa dengernya.

nanon tiba-tiba meluk tangan pawat. ngebuat pawat langsung diem. dia agak kaget. deg degan juga.

“kenapa non?” nanon geleng pelan.

dia akhirnya lepas pelukannya. mereka saling tatap satu sama lain

“gue akhirnya lulus dan bebas dari orang nyebelin kaya lo.”

pawat ketawa pelan

“iyaa, selamat ya non. semoga sukses.” nanon berdehem matanya muter ke kanan kiri, gelisah.

“kenapa non?”

“hmm, lo kenapa pas itu ngejauhin gue?

“ohh? gue kira lo udah beneran muak sama gue. makanya gue jauhin lo duluan sebelum lo bener-bener benci sama gue. gue gamau lo benci ke gue.”

“ohh, gitu.”

“lo ngga benci gue kan?”

“nggak.”

terus mereka diem lagi.

“ohh, soal yang waktu lo bilang sayang ke gue...”

“ohh iya, gue beneran kok sayang sama lo. cinta sama lo.”

“gue nggak percaya. lo kan suka bercanda, pasti abis ini lo bilang 'bercanda non,' lagian, sejak kapan? lo kan selalu rusuhin gue, mana ada sayang, lo nggak bisa ngibulin gue, ohm.”

“haduhh non hahaha. perasaan gue ke lo mana pernah bercanda. coba aja lo tanya tentang ini pas gue kelas sepuluh, jawaban gue sama. gue sayang sama lo. dengerin ya, gue tuh suka sama lo dari kelas sepuluh. itu lah kenapa gue suka jailin lo, biar gue bisa deket sama lo. lo lucu banget kalo lagi kesel, gue gemes.”

nanon diem denger penjelasan pawat. sebenernya dia masih pengen tau tentang perasaannya pawat buat dia, tapi suara microfon di atas panggung buat nanon mau nggak mau ngalihin pandangannya.

“oke, buat penampilan penutup malam hari ini, kita sambut dj sultan!!!!!”

pawat senyum lebar dengernya. terus narik nanon ke tengah.

“non, gue selalu nunggu buat bisa joget bareng lo. tiga tahun gue ngelewatin timing pas hut sekolah, sekarang mau kan sama gue?” ngeliat pawat yang kelewat excited mau nggak mau nanon ngangguk.

mereka berdua joget bareng, ketawa-ketawa nggak ada beban. nikmatin masa terakhir jadi anak sma (padahal secara sistematis emang udah bukan anak sma).

rangkulan pawat juga nggak pernah lepas dari nanon. secara pawat yang ngajak, dia nggak mau nanon kegencet sana-sini.

malam itu nanon pulang dianter sama pawat. nggak sampai depan gang, tapi sampai depan rumah. udah ganteng, tambah ganteng jadinya.

bisa disebut kalau pesta perpisahan ternyata bawa berkah buat pawat dan juga nanon, kayaknya. setelah kejadian pawat yang mengutarakan perasaan, mereka berdua jadi deket dan kata 'menyebalkan adalah ohm pawat' udah nggak cocok menurut nanon. adanya pawat gemini bau tapi disaat yang bersamaan dia juga wangi bunga setaman.

ucapan pawat waktu habis foto yearbook tentang mereka yang bakal jarang ketemu setelah lulus ternyata bohong. mereka justru suka janjian ketemu. mungkin karena awal mula dari pertemuan ini adalah karena nanon korapat yang ngirim chat ke pawat minta ditemenin ke perpusda buat numpang wifi.

dari situ pawat mulai nggak takut lagi buat ngajak nanon. tadinya dia takut nanon tuh keganggu atau sebel sama presensi dia, ternyata nanon bilang enggak,

“cuma asumsi lo aja kali,” kata nanon waktu itu.

yaudah mana mau pawat buang kesempatan buat deketin nanon. kali ini nggak mau secara implisit nyerempet bego kaya pas masih sma. dia terang-terangan bilang kalau mau deketin dan bikin nanon suka ke pawat. nanon mah iyain aja, lagian dia juga udah punya sedikit rasa ke pawat.

sayangnya kalau semesta belum ngizinin, yaudah mau gimana lagi. agenda pdkt mereka kena hambatan. nanon keterima di perguruan tinggi yang ada di yogyakarta sementara pawat di bandung.

tadinya pawat masih optimis sama hubungan keduanya. tapi ngeliat nanon yang kaya udah males sama hubungan jarak jauh, akhirnya pawat berusaha buat nggak nuntut nanon banyak hal. lagian ya, mereka belum jadian, jadi pawat sama sekali nggak punya hak.

yang tadinya ketemu hampir tiap hari jadi udah nggak pernah ketemu. jaraknya jauh. chatting sampai malem pun nggak ada. tugas ospeknya banyak. mereka bener-bener putus kontak. tapi perasaan pawat masih sama. dan dia bersyukur pernah dikasih deket sama sosok yang paling dia sayang dan paling dia kangenin.

kalau nanon, dia suka di jogja. temen-temennya juga asik. makanannya enak, dia jadi lumayan berisi disini. dia kadang kepikiran pawat, tapi inget omongan dia beberapa bulan lalu bikin nanon senyum sedih, pawat udah nggak mau merjuangin mereka. itu yang ada dipikiran nanon.

“non, nggak papa kalo lo mau cari yang lebih dari gue. anak jogja cakep-cakep. tapi kenalin ke gue ya, jangan lupa? gue juga harus tau orang yang mau lo pacarin. jangan putus kontak juga ke gue, oke?”

nanon kesel. siapa juga yang mau cari pacar? dia kan mau belajar di sini. tapi mungkin pawat capek, udah hampir empat tahun pawat suka sama nanon dan ngerasa nggak ada perkembangan, pawat milih mundur. nanon benci. padahal dia udah mulai mantep sama pawat, eh dijatuhin.

makanya pas pawat chat nanon, dibalesnya jutek parah. keterusan sampai sekarang mereka nggak kontakan lagi.

nanon noleh pas ada yang nyubit pipinya. keinget pawat.

pelakunya nyengir, anjrit persis bener.

emang, disini ada satu orang yang suka jailin nanon. semua perlakuan yang dilakuin sama temen nanon ini emang nggak sebanding sama apa yang dulu pawat pernah lakuin alias pawat lebih barbar, kalau temen barunya ini paling cuma ganggu dan cubit manja pipinya. tapi intinya sih tetep sama, bikin kesel.

setiap temennya ini ngejailin dia yang dia inget cuma pawat. selalu. lama-lama kangen juga sama orang yang tiga tahun lalu suka jailin dia.

makanya waktu temennya ngajak jalan-jalan biasa (katanya) padahal mah nanon yakin ada niat terselubung, pede abis, nanon langsung nelfon pawat, tapi abis itu dia tekan tombol merah. malu banget. mana ada abis nggak ngobrol beberapa bulan langsung nelpon. alasannya apa coba?

nanon liatin layar hpnya yang nampilin chat terakhirnya sama pawat beberapa bulan lalu. disitu pawat bilang kalau jangan kecapekan, jangan sering begadang. dibaris terakhir nanya, udah makan? nanon cuma bales iya, udah. jahat? iya dia ngerasa gitu. dia juga nggak tau kenapa dia bisa sejahat itu.

tapi dari pertanyaan pawat itu bikin nanon sadar. pawat selalu nanyain nanon udah makan apa belum, dari kelas sepuluh. kenapa juga nanon bego sampai nggak sadar hal sekecil ini.

“lo bawa bekal?”

“makan apa lo tadi?”

“traktir gue bakso, besok gue nggak ganggu lagi.”

“lo udah nyoba ayam gepreknya tante belum? coba deh yang level 10, gue traktir.”

“non, tukeran bekal dong, gue masa pake sayur doang. minta dagingnya plis.”

“temenin gue makan.”

nanon ngusap mukanya. iya, banyak modus pawat yang minta temenin makan di kantin tuh karena biar nanon juga ikutan makan.

“kenapa ya, gue bego banget. jelas dia sok akrab sama gue dari dulu.”

nanon ngeliat hpnya yang getar. dia bengong bentar. pawat nelpon balik. tapi sampai dering terakhir nggak diangkat. dia masih bengong, sampai pawat ngirim pesan, nanya kenapa nelpon dan dengan jiwanya yang masih setengah sadar bayangin masa lalu, nanon ngetik jawabannya, kangen.

terima kasih buat ke-spontanan nanon waktu itu. kalau nggak, mana mungkin sekarang pawat lagi makan gudeg di rumah makan deket kosan nanon.

tangan kirinya pawat daritadi dimainin sama nanon. empat bulan lalu, setelah ngomong kangen, mereka akhirnya saling jujur. terus masalah mereka selesai. simpel banget, emang manusia aja yang kadang suka bikin ribet.

pawat naruh sendoknya terus nyereput es teh yang tinggal setengah.

atensinya dialihkan ke nanon yang daritadi mainin tangannya.

“kenapa, hm?” tangan pawat satunya ngacak rambut nanon gemas. bangga sama dirinya sendiri bisa sedekat ini lagi sama nanon.

“kangen, hehe.” terus nanonnya dipeluk erat. nggak bakal dia lolosin lagi kali ini.

selama pawat di jogja, nanon ngajak pawat jalan-jalan keliling kota pelajar sebelum keduanya balik ke kampung halaman. semua tempat yang pawat datangi berkesan semua, apalagi karena dia bisa liat nanon senyum tiap harinya. tapi ada sih satu tempat yang paling berkesan. kosan nanon. karena tiap malem pawat tidur sambil meluk nanon. tidur beneran, nggak yang aneh-aneh. belum

hubungan jarak jauh emang susah-susah gampang. itu yang dirasain pawat sama nanon. mereka harus pinter-pinter bagi waktu kalau nggak mau bikin hubungan mereka renggang. tapi ngomong-ngomong soal hubungan, mereka belum jadian.

“ohm, kamu jadinya wisuda bulan apa? aku november, kamu dateng?”

pawat ngelus kepala nanon sesekali dia kecup.

“aku agustus, kan udah bilang kemarin. iya aku pasti dateng kok ke kamu.” nanon ngangguk,

“maaf ya, aku nggak tau bisa dateng ke tempat kamu apa enggak.”

pawat senyum dengernya, gemes sama manusi kecil disebelahnya,

“iya sayang, nggak papa.”

iya, belum jadian tapi manggil sayang.

nanon ngirim pesan banyak banget ke pawat. dia juga ngasih paket ke alamat pawat di bandung. ucapan selamat buat wisudanya.

setelah acara wisuda, pawat langsung balik ke kosan, video call sama nanon sampai nanon ketiduran. karena dia pawat, maka muka nanon pas tidur di screenshot terus dikirim di chat. bikin nanon misuh ke pawat paginya.

namanya hidup kan nggak melulu tentang senang, semua juga butuh usaha. kaya pawat sekarang yang masih usaha nyari kerja. kadang suka nangis ke nanon kenapa nggak ada yang mau nerima, dia kurang apa.

nanon selalu ada, nenangin pawat walaupun secara nggak langsung. pawat bersyukur banget bisa punya nanon. kalau dipikir-pikir agak malu-maluin sih, soalnya dia kan baru banget graduate, yakali bisa langsung dapet kerja. bisa sih, kalau punya orang dalam.

akhirnya di bulan november awal, pawat mutusin buat pulang ke rumah. nanon yang dapet kabar pawat pulang langsung nangis, katanya dia juga kangen rumah.

hari yang ditunggu tiba tapi nanon daritadi nahan marahnya. nahan nangis juga. besok hari wisudanya tapi pawat bilang dia nggak tau bakal dateng apa nggak.

“maaf non,”

“kamu..hiks udah janji lho,” yah, nggak ketahan tumpah juga air matanya.

“orang tua aku ngajak aku pergi mana bisa aku tolak, nanon korapat.”

“emang nggak bisa ditunda? demi aku...” nanon gigit bibir bawahnya keras, banget. sampai berdarah.

“maaf non. kamu jangan nangis dong, besok pasti sembab.”

“kamu yang buat aku nangis,”

pawat meringis diseberang,

“maaf ya sayang. yaudah aku matiin ya, biar kamu bisa tenang dikit?”

“pawat...”

telponnya dimatiin beneran. nanon makin kejer.

hari ini harusnya jadi hari paling bahagia buat nanon. tapi pawat malah nggak dateng. kenapa juga dia semaleman dia nangisin pawat, mereka kan bukan siapa-siapa.

setelah berfoto dengan teman dan keluarganya, nanon minta izin buat ke toilet. di toilet dia ngecek hp, liat ada chat dari pawat apa enggak. kosong. nggak ada notif.

terus dia sadar kalau hpnya lagi mode pesawat. pas mode pesawatnya udah off dan datanya udah nyala, ternyata tetep aja kosong. banyak sih notif yang masuk, tapi nggak ada yang dari pawat.

“tega banget ih,” nanon kembali memasukkan hp dan keluar dari toilet.

dia noleh ke kanan-kiri nyari orang tuanya yang tiba-tiba menghilang. agak pusing ngeliat banyak orang yang mondar-mandir kesana-kemari.

tiba-tiba bahunya ditepuk, nanon ngangkat dagunya, males ngomong sama orang dihadapannya. soalnya bikin keinget pawat. iya, dia orang yang dulu suka jailin nanon.

tentang temen nanon yang ini, dia udah berhenti iseng waktu tau nanon suka senyum terus pamer ke temen lainnya kalo dia punya support system yang keren, tentu sambil nunjukkin foto pawat. bikin orang-orang paham, nanon lagi kasmaran. terus nggak ada yang berani deketin nanon.

“lo dicariin, katanya ditunggu di taman,”

“hah? dicari siapa?”

“temen lo lah, sana cepet!” lahh maksa? akhirnya nanon dengan cemberut pergi ninggalin ruangan.

“jangan lupa pajak!”

pajak apa pula, nggak jelas nih orang.

di taman rame. panas. karena nggak liat orang yang nanon kenal, akhirnya nanon jalan nyari tempat yang adem.

isengnya nyari tempat adem ternyata nemu seseorang, lagi duduk nunduk dibawah pohon sambil megang bunga. nanon tau siapa orangnya.

dengan cepat dia langsung nabok bahunya keras tapi habis itu dipeluk erat.

nanon nangis. keras banget. tapi keredam dipelukan pawat. iya, orang didepannya pawat, yang kemarin bikin nanon nangis semaleman.

nanon terus gumamin kata jahat, bikin pawat ngerasa bersalah. dia bilang nggak mau dateng tuh buat surprise, ternyata nanonnya sedih banget.

“sshhh, sayang, udah nangisnya. ini aku minta maaf ya, udah bikin kamu nangis.” pawat ngelus punggung nanon lembut.

“hiks...hhh,” nanon ngelap air matanya kasar, pawat meringis sambil megangin tangan nanon.

“ak-ku jelek banget ya?” pawat geleng. enggak. emang nggak jelek. sejak kapan nanon korapat jelek?

“nggak pernah, sayang.” pawat ngelap bekas nangisnya nanon hati-hati, terus mata nanon dikecup satu-satu.

yang lebih tinggi berdiri, terus ngambil tangan nanon, dikecup.

“sayang, nanon korapat, happy graduate. maaf ya, aku bikin kamu nangis h-1. aku mau pengakuan dosa. sebenernya aku udah disini dari kemarin, berangkat bareng ortu kamu. cuma aku sekongkol sama mereka. maaf ya sayang,” nanon cemberut mendengar penuturan pawat.

“biar kaya yang lain, ini bunga formalitas aja sih,” nanon ketawa terus nerima bunga yang pawat kasih

“sumpah aneh? daripada bunga mending kamu kasih sushi aja nggak sih?” sekarang gantian pawat yang ketawa.

“susah dibuat bucket non,”

terus mereka diem, lirik-lirik satu sama lain sambil senyum malu khas orang jatuh cinta

“ekhem, non, kamu tau kan aku sayang banget sama kamu, aku pengen status kita diperjelas. bukannya aku demanding, tapi kamu tau kan aku pengen bilang ke orang-orang kalau kamu pacar aku. bukannya gimana sih, tapi.. eumm, kalau orang nanya hubungan aku sama kamu, aku selalu jawab kita temen, tapi orang-orang nggak percaya soalnya aku selalu manggil kamu sayang, kita juga udah tidur bareng—maksud aku tidur sekasur bareng, bukan tidur yang.. aduhh, non, paham kan? maaf nggak jelas, aku deg-degan. tapi intinya kamu mau nggak sama aku?”

nanon senyum denger ucapan pawat. dia mau jawab mau, tapi ini pawat beneran nembaknya gini? nggak ada kata lain apa? soalnya kalau ditanya mau apa nggak, jawabannya udah jelas dari empat tahun lalu, mau, banget.

ngeliat pawat yang masih gugup dan agak pucet, nanon tau kalau sosok dihadapannya masih nunggu jawabannya.

“kalau ditanya mau apa enggak, ya mau lah,” pawat mengembuskan napasnya, dia ngambil tangan kanan nanon, digenggam erat secara romantis.

“nanon korapat, di hari wisuda ini, hari bahagia kamu, mau nggak nambah satu kebahagiaan lagi? contohnya jadi pacarku, mau nggak bahagia sama aku selalu? mau nggak terima aku jadi pacar kamu?” pawat ngomong kaya gitu sambil natap mata nanon.

nanon juga nggak ragu buat balik natap pawat. ngeliat ketulusan yang pawat ucapkan.

nggak lama nanon ngangguk, senyum manis.

“mau pawat. aku mau jadi pacar kamu.”

selanjutnya mereka pelukan. pawat sesekali nyium dahi nanon sambil ngucap 'sayang banget sama kamu'

nanon nggak bisa nyembunyiin rona merah dipipinya. apalagi waktu pawat nangkup wajahnya. ditatap lamat dari dekat sama ohm pawat ternyata bikin jantung nanon berdebar lebih kencang dari biasanya.

“sayang...” lirih pawat.

nanon nggak kuat dengernya. perutnya kaya mau meledak. dia akhirnya narik tengkuk pawat. bibirnya tabrakan sama punya pawat. cuma sentuhan, tapi lama.

mereka saling berpandangan selama beberapa saat sebelum pawat mengakhiri dengan kecupan singkat dan menjauhkan tubuhnya.

“my first kiss...”

“you stole my first kiss.”

“i didn't regret it tho,” pawat ketawa pelan denger ucapan nanon. dia mendekatkan wajahnya lagi. kali ini pawat yang memulai.

ia melumat lembut bibir nanon. tangannya turun ke pinggang yang lebih kecil, diremas pelan. pipinya dielus sayang.

merasa butuh oksigen, pawat menyudahinya. nanon terengah, wajahnya merah total. dia bingung kenapa pawat jago ciuman.

“it was amazing. kamu bohon soal first kiss? kamu jago banget.”

pawat ketawa,

“nggak, pornhub jalan ninjaku.” kepala pawat dijitak.

nanon melingkarkan tangannya dipinggang pawat, perutnya tiba-tiba meminta jatah.

“sayang, aku laper.” rengek nanon sambil menenggelamkan kepala di dada yang lebih tinggi.

“iya, yuk makan. kayanya kita kelamaan disini. ortu kita kasian udah nunggu lama.”

nanon menegakkan badannya sambil melotot,

“kamu mau lamar aku?!!” pawat ketawa, nggak habis pikir sama pikiran aneh nanon.

“sayang, kita baru wisuda, mana ada lamaran nikah, yang ada lamaran kerja. udah yuk, halunya dipending sampai aku sukses ya, sayang.”


FIN.


ternyata selasa menuju jumat tidak selama yang dikira. atau mungkin karena saking tidak minatnya—sebenarnya—dengan acara ini, nanon tidak menyadari waktu berjalan begitu cepat. sudah beberapa hari ini intensitas 3 serangkai dengan ohm—si anak baru—makin dekat. kecuali nanon yang masih memasang dinding setinggu burj khalifa (mungkin). dia enggan berbasa-basi layaknya dua sahabatnya yang lain. karena jujur nanon tidak ada masalah apapun dengan ohm, tapi perasaannya janggal. seperti ada sesuatu yang memaksa nanon untuk menutup mulutnya rapat dan memalingkan wajahnya begitu ohm ingin memulai pembicaraan. nanon sendiripun bingung, hatinya tidak nyaman, namun toh ini belum ada seminggu dengan hadirnya ohm diantara mereka. semoga saja acara yang chimon sebut 'welcoming party' ini dapat membuat hatinya melunak. ya, semoga.

dengan backpack berisi tiga setel baju dan alat mandi lengkap disertai dompet yang isinya setipis iman chimon—bercanda—, nanon melemparnya asal ke sofa ruang tengah seseorang yang dengan sukarela mau rumahnya disinggahi bocah-bocah dengan pemikiran diluar nalar. namun apalah arti baju tersebut jika besok dia sudah harus pulang. kembali pada realita hidupnya.

rumah drake tampak sepi dan empunya mengonfirmasi bahwa orang tuanya sedang berbulan madu keliling dunia yang kesekian kalinya. nanon paham mengapa drake mengusulkan rumahnya, dia tidak suka sendiri.

“asik kita beneran sleepover.” chimon yang paling berisik, dia lah yang dengan random suka melontarkan ide-ide seperti ini. katanya mempererat persahabatan.

“sebelum uas,” dengan santai kata keramat itu keluar dari bilah nanon. membuat manusia lain disekitarnya menatap kesal.

“masih lama bego, jangan diingetin.”

“oh ya ohm, lo minggu depan ikut study tour?”

“ikut, gue udah bilang ke kesiswaan.”

“yes, gue ada temennya.”

“dasar friendless.”

“anjing.”

lalu percakapan absurd drake, chimon, dan ohm berlanjut, tawa menggelegar ke seluruh penjuru ruang. nanon hanya diam, memejamkan mata, sesekali bergumam jika salah satu dari dua manusia yang sudah dia kenal beberapa tahun ke belakang bertanya tentang pendapatnya. dia sedang tidak mood, jadi biarlah otaknya istirahat untuk memikirkan segala hal buruk yang semoga saja tidak pernah terealisasikan. dalam diampun ada netra yang sesekali mencuri pandang dengan sudut bibir terangkat tipis. prinsipnya masih sama, 'pelan-pelan lalu sentuh hatinya, buat dia menerimamu apa adanya'.

jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam ketika cacing-cacing berteriak minta diberi asupan. alhasil pesan makan online menjadi pilihan mengingat penyakit malas gerak yang tiba-tiba menyerang.

tidak sampai 30 menit untuk menghabiskan sate ayam khas madura yang rasanya tiada dua itu. keempatnya lalu duduk berjejer sambil memandang film yang terputar pada layar 32 inch.

“oh ya gue mau ngasih tau tadi tapi kelupaan. gue gabis ikut main, besok ada acara disuruh papa pulang, sorry guys.”

interupsi nanon membuat tiga manusia lain menoleh otomatis. entah mau diberi reaksi seperti apa, kesal ada namun kalau sudah bersangkutan dengan keluarga mau bagaimana?

“sumpah dadakan banget sukanya kaya tahu bulat.”

“terus besok lo balik jam berapa?”

“jam 10 atau 12 deh, acaranya jam 2.”

“emang acara apaan, non?”

bingung untuk menjawab karena dia memang tidak menyiapkan amunisi untuk berbohong. namun buat apa juga berbohong?

“gue disuruh les soalnya final osk bentar lagi.”

“ye anjir les, gue kira penting.”

“makanya, gue males banget sebenernya tapi ini perintah paduka ya mau gimana lagi.”

“lah terus kita gak jadi ngegame dong? ah gak seru anying.”

“game sekarang aja?”

“mager njir mending tidur, lo pada capek gak sih?”

“sumpah non gue pukul pala lo ya, udah direncanain masa gajadi, lo ga inget misi kita?”

ceplosan drake membuat ohm mengernyit, dia harusnya sadar ada yang ganjal disini sejak rencana sleepover dadakan.

“misi? kalian mau jebak gue?”

panik sedikit wajah chimon dan drake dibuat oleh pertanyaan ohm. tidak ada unsur ingin menjebak atau semacamnya. sudah dibilang ini hanya untuk mengetahui karakter satu dengan lainnya.

“enggak!!!! bukan gitu ohm, dengerin gue ya,”

lalu chimon menjelaskan sedetail-detailnya tentang apa yang sedang mereka rencanakan. dan penjelasan ini bermuara pada satu sumber, seseorang yang banyak diamnya dan dalam lubuk hati terdalam menentang masuknya ohm dalam sirkel kecil ini.

dan ohm terlalu bingung untuk bereaksi.