RECOVERY KISS

“Jay!”

Suara teriakan yang memekakan telinga membuat kesadaran Jay yang telah menguap kini kembali. Kondisi laki-laki tersebut sungguh menyedihkan. Tergeletak diatas tanah dengan noda darah yang mewarnai seragam, juga luka memar yang menghiasi seluruh wajahnya. Jay berusaha membuka matanya dengan berat untuk mencari tahu keberadaan sang pemilik suara nyaring yang sudah tidak asing lagi bagi indera pendengarannya itu.

“Kamu disini?”

Suara itu milik Jungwon. Raut khawatir terlukis jelas diwajah pemuda manis dengan lesung pipi itu. Dengan perlahan Jungwon membantu Jay untuk bangun dari tidurnya. Jika dilihat secara sekilas, ukuran tubuh Jay memang lebih besar daripada milik Jungwon, namun hal itu tidak membuat Jungwon kesulitan untuk membopong tubuh Jay hingga membuat pemuda tersebut duduk diatas tumpukan batako sisa pembangunan gedung sekolah.

Jay mengernyit saat merasakan perih dan rasa asin darah yang berasal dari luka sobek pada bibirnya. “Argh,”

Jungwon menyeka keringat yang membasahi dahi dengan telapak tangannya. Laki-laki tersebut masih berusaha untuk menormalkan detak jantungnya. Berlari menghampiri setiap sudut sekolah untuk mencari Jay cukup membuat energinya terkuras. Sebenarnya pagi ini Jay berjanji untuk menjemputnya, kata Jay ingin datang lebih awal agar bisa menghabiskan waktu bersama diperpustakaan sekolah sebelum bel masuk kelas berbunyi. Sejenis Library Date. Namun hingga jam yang melingkar dipergelangan tangannya menunjukkan pukul delapan Jay tak kunjung tiba. Ditambah lagi dengan keributan berita miring mengenai orang tua Jay diTimeline Twitter membuat Jungwon semakin tidak tenang.

“Are you crying?” Tanya Jungwon mendekati Jay lalu berdiri tepat dihadapan pemuda tersebut, mengusap mata Jay yang memerah.

“I'm sorry, aku berantem lagi. Aku langgar janji aku lagi. Maaf.” Suara Jay terdengar lemah dan bergetar. Pemuda tersebut menundukan kepalanya, enggan untuk menatap manik mata yang selalu menjadi favoritnya. Hampir satu tahun bersama, ini adalah kali pertama bagi Jungwon melihat air mata milik Jay. Melihat sisi lain dari sang ketua Kastara yang selalu tampak gagah.

“Kamu kalau mau marahin aku atau bahkan minta putus, nanti ya? Sekarang aku lagi cape banget, maaf.”

“Jay, lihat sini,” Pinta Jungwon lembut, namun Jay masih tetap pada posisinya. Menunduk dan lebih memilih untuk memperhatikan sepatunya yang telah kotor berselimut debu daripada menatap wajah yang selalu ia puji dengan kata cantik itu.

“Jay,” Tangan Jungwon menggamit dagu Jay, membuat mata kedua pasangan tersebut saling berhadapan. Jungwon ikut merasakan sesak dalam hatinya saat menatap mata yang selalu bersinar dan menyipit saat kekasihnya tersenyum itu kini terlihat berbeda. Binar mata tersebut hilang, tergantikan dengan sorot penuh luka dan lelah.

“Maaf, maaf aku kecewain kamu lagi. Kamu boleh tinggalin aku se-”

Kalimat Jay terhenti begitu merasakan benda kenyal yang menempel pada bibirnya secara tiba-tiba. Kedua bilah bibir yang semula hanya menempel kini perlahan mulai menghisap satu sama lain. Hanya hisapan lembut tanpa tuntutan pula nafsu.

Tangan kanan Jay merengkuh pinggang milik Jungwon, membawa lelaki mungil tersebut duduk dipangkuannya. Keduanya memejamkan mata, menikmati sentuhan yang memabukkan itu. Rasa manis strawberi dari lip balm Jungwon bercampur dengan rasa asin darah yang berasal dari luka sobek bibir Jay, membuat keduanya semakin terlena.

Tangan Jay yang semula melingkar pada pinggang Jungwon kini telah berpindah, mengusap lembut tengkuk leher kekasihnya. Membuat lengguhan tertahan milik Jungwon mengalun indah. Menyapa indera pendengaran Jay, memicu pemuda tersebut untuk memperdalam ciumannya, lebih agresif dan menuntut. Jungwon yang belum memiliki pengalaman dalam hal berciuman merasa sedikit kewalahan dalam mengimbangi kemampuan Jay.

Satu tangan Jay menarik pinggang Jungwon, mempersempit jarak diantara mereka. Rasa perih dibibirnya dan sesak didadanya seolah menguap begitu saja. Digantikan dengan perasaan yang menggelitik perutnya geli. Memang Jungwon adalah obat penawar sakit terbaiknya.

Dengan sengaja Jay menggigit bibir bawah Jungwon, membuat yang lebih muda membuka mulutnya. Memberi celah Jay untuk memasukkan lidahnya, mengabsen barisan gigi milik Jungwon dan bermain didalam sana dengan apik. Menggoda lidah milik kekasihnya lalu menghisapnya pelan. Sungguh memabukkan.

Saat ini hati dan pikiran milik Jay sedang berjalan menuju arah yang berbeda. Otaknya berkata untuk berhenti, sedangkan hatinya seperti berteriak nikmati. Ia tahu ini salah, namun ia tidak bisa berhenti. Lebih tepatnya, tidak ingin untuk berhenti. Bibir manis milik Jungwon sungguh memabukkannya, membuatnya ingin lagi dan lagi. Janjinya untuk menjaga Jungwon dan tidak akan mencium kekasihnya sebelum berusia dua puluh tahun telah ia patahkan dihari itu, bertepat di halaman belakang sekolah. Sudut usang milik The Land.

Jungwon menarik dirinya. Mencoba untuk mengambil nafas. Jarak diantara keduanya sangatlah dekat, bahkan mereka dapat merasakan deru nafas satu sama lain. Jay mengusap bibir merah milik Jungwon yang terbuka kecil, bibir mungil tersebut terlihat sedikit membengkak akibat aktivitas mereka. “As sweet as candy, i love it.”. Bisik Jay yang anehnya terdengar sangat sensual ditelinga Jungwon. Membuat pipi pemuda tersebut memerah.

“Pagi ini kamu dapat merokok?” Tanya Jungwon, mengalungkan tangannya pada leher Jay.

“Hum ya, 1 batang. Kenapa?”

“I can taste ciggarate and blood from your lips.”

“You like it?”

“Sure, but i prefer ciggarate without blood taste.”

“Lets do it again, We can get rif of the blood taste with your lips.”

Jay kembali menarik tengkuk Jungwon. Menautkan bibir keduanya dan menghisap bibir bawah dan bibir atas Jungwon secara bergantian. Ciuman kali ini lebih menuntut namun masih terasa lembut. Karena Jay tidak akan pernah memperlakukan Jungwon dengan kasar.

Jungwon pintar, dan selalu cepat dalam belajar suatu hal. Termasuk dalam berciuman. Kali ini Jungwon mencoba menggoda Jay dengan menjilat bagian permukaan bibir kekasihnya tersebut dengan cukup seduktif. Membuat Jay tersenyum miring dalam ciuman mereka. Tidak puas disana, Jungwon juga menggigit-gigit kecil bibir bawah Jay lalu menelusupkan lidahnya kedalam mulut Jay. Percis seperti apa yang dilakukan oleh sang kekasih terdahulu.

Ciuman kali ini didominasi oleh Jungwon. Jay sengaja membiarkan pacar kecilnya itu memimpin permainan, meski beberapa kali lidahnya tidak sengaja tergigit oleh gigi Jungwon. Bibir Jungwon yang belum terlalu handal membuat Jay beberapa kali tersenyum, namun tetap menikmati ciuman pertama mereka itu.

Rasa sakit dan bebannya seakan terangkat begitu merasakan bibir Jungwon yang bermain diatas bibirnya. Laki-laki yang kini berada dalam peluknya memang tidak pernah gagal untuk mengobati laranya. Meskipun kini Jay telah mematahkan janji dan kepercayaan orang tua Jungwon yang telah ia jaga dengan susah payah.

__________________________________________________________________

“Kalo aku yang mau cium?” “Aku tolak walaupun mau.” “Kenapa?” “I man my words.” “Aku udah janji sama papa kamu dan diri sendiri buat jaga kamu. Walaupun setengah hati demi tuhan pengen cium.”

(Rekat, part 06)

But today, he breaks his promise.