Tay menarik nafasnya kasar sebari mematikan ponselnya, ia kemudian bangkit dari tidurnya untuk segera bergegas bersiap-siap menuju kos kekasihnya, sejujurnya hatinya sangat tak tenang dan khawatir mengenai keadaan New.
Setelah hampir lima belas menit Tay mandi dan bersiap-siap ia langsung mengambil kunci mobilnya lalu meninggalkan unit apartmentnya. Sebelum Tay menuju kos-kosan kekasihnya Tay tak lupa mampir menuju sebuah apotik yang beroperasi 24 jam untuk membeli beberapa obat,vitamin dan juga susu dan ia pun sempat memesan seporsi bubur yang berjualan di depan apotik tersebut.
Setelah selesai ia pun langsung bergegas kembali mengendarai mobilnya memecah jalanan pagi jakarta yang masih sepi karena jam baru saja menunjukkan pukul enam pagi kurang sepuluh menit.
Dengan perlahan Tay mulai memasuki komplek perumahan kos-kosan New, setelah sampai di depan kosan New ia kemudian memarkirkan mobilnya di ujung depan pagar kos-kosan tersebut agar tak menghalangi jalan masuk-keluar kendaraan lain.
“Pagi Mas Tay.. Tumben banget pagi-pagi udah kesini?” Sapa Udin—penjaga kos New yang tengah menyapu, Tay yang baru saja turun dari mobilnya sebari membawa beberapa kantung yang berisi makanan dan obat-obatan kekasihnya mengangguk sebari tersenyum “pagi, New lagi gak enak badan makanya saya pagi kesininya, saya parkir disini gak ngalangin kan?” Udin menggeleng kemudian mengangkat kedua jari jempolnya “aman Mas Tay.” Tay kemudian menepuk bahu udin “saya naik ya?” Udin mempersilahkan Tay masuk “monggo mas.”
Setelah dipersilahkan Tay pun mulai memasuki bangunan kos-kosan tersebut kemudian langsung naik ke lantai dua dimana kamar kekasihnya berada, di depan kamar New ia sempat mengetuk pelan kamar tersebut namun nihil tak ada jawaban. “Poom??”
Dengan perlahan ia pun mendorong pintu kamar tersebut dan beruntungnya kamar kekasihnya tersebut tak terkunci “Poom saya masuk ya?” Izin Tay walaupun masih tak mendapat jawaban. Setelah memasuki kamar tersebut ia bisa melihat kekasihnya tengah meringkuk dibawah selimut tebalnya, Tay bisa melihat wajah New yang begitu pucat dan peluh keringat membasahi dahi dan wajah New, ia pun dengan cepat bergegas mendekat “sayang?” Tay menempatkan punggung tangannya di dahi New, ia bisa merasakan suhu tubuh kekasihnya yang tinggi.
“Sayang? Poom? Sayang?” Tay mencoba membangunkan New, dengan perlahan New membuka matanya yang berat. Begitu matanya terbuka dan melihat kekasihnya berada di hadapannya Newa langsung tak kuasa menahan tangisnya “Tana…” ucapnya dengan suara serak.
Tay mengangguk lalu mengelus pucuk kepala New “iya saya disini, udah jangan nangis.” Jika Tay sakit ia akan berubah menjadi sosok yang clingy, berbeda dengan New. Jika New sakit, ia akan berubah menjadi sosok yang sensitif dan akan lebih sering menangis.
“Kepalanya masih pusing?” Tanya Tay lembut, New mengangguk lemah. “Sebentar saya cek suhu kamu dulu.” Tay menoleh ke nakas samping ranjang New lalu menemukan sebuah thermometer, dengan perlahan Tay menempatkan thermometer tersebut ke dekat telinga kekasihnya, setelah berbunyi angka di thermometer tersebut menunjukkan angka 38,5 “masih tinggi.” Ucap Tay lemah.
“Semalam sudah minum obat apa?” Tanya Tay kembali, New menggeleng lemah “belum minum obat apa-apa.” Ucapnya lemah. Tay memijat pelipisnya sebari menarik nafasnya kasar “saya kan semalam bilang untuk minum tolak angin Poom, kamu kan habis kehujanan.” Wajah New kembali menunjukkan ekspresi sedih “jangan marah-marah, kepala aku pusing.” Jawab New, Tay langsung menggelengkan kepalanya “saya gak marah sayang, maaf ya..”
“Bangun dulu yah? Makan bubur dulu, terus minum obat. Oke?” New menggeleng “gamau, mau tidur aja.”
Tay kembali menarik nafasnya kasar “gak cukup dengan tidur Poom, sebentar saja ya? Biar cepat sembuh, oke?” New kembali menggeleng “pusing.”
“Iya saya tau, makanya kamu makan dulu terus minum obat biar pusingnya ilang terus demamnya turun. Ya? Nurut ya sayang ya?” Ucap Tay selembut mungkin. “Sekalian ganti baju, ini baju kamu basah sama keringat.
Biar nanti tidurnya lebih enak, Oke?” New kemudian melihat sekelilingnya dan benar juga yang di ucapkan oleh kekasihnya, New pun dengan perlahan menganggukan kepalanya “suapin tapi.” Tay tersenyum kemudian mengusak kepala New “iya, saya suapin.”
Tay pun dengan perlahan membantu New untuk bangun dari tidurnya lalu membantu New untuk duduk di ranjangnya “saya ambil minum dulu ya?” New mengangguk.
Setelah menyiapkan minum dan mengeluarkan beberapa bawaan dari kantung belanjanya Tay pun kemudian mengambil posisi duduk di ujung ranjang New lalu mulai menyuapkan bubur untuk kekasihnya. Sejujurnya New benar-benar berada di posisi yang tak ingin memasukan apapun kedalam mulutnya karena rasa pahit dari lidahnya membuat makanan apapun menjadi hambar di lidahnya akan tetapi ia tetap harus mengisi perutnya agar ia bisa minum obat dan virus-virus jahat tersebut segera pergi dari tubuhnya.
“Udah..” Ucap New setelah berhasil menelan bubur dari sendok kelima yang kekasihnya berikan. “Tiga sendok lagi.” Ucap Tay, New menggeleng “kenyang.” Tay kembali berucap sebari kembali menyuapkan satu sendok berisi bubur ke hadapan New “sesuap terakhir ya sayang?” New pun mau tak mau kembali membuka mulutnya dan kembali menerima suapan bubur yang diberikan oleh kekasihnya.
Tay tersenyum setelah New mengunyah makanan dari suapan terakhirnya “pinter..” Tay kemudian mengambil gelas berisi air dan membantu kekasihnya untuk minum “abis ini mau minum obat dulu apa ganti baju dulu?”
“Ganti baju, aku pengen pipis juga.” Jawab New lemah, Tay mengangguk sebari kembali menyimpan gelas yang baru saja diminum oleh New ke meja nakas yang berada disampingnya. “Badannya saya elap dulu ya? Kamu punya handuk kecil kan?” New mengangguk lalu menunjuk lemari pakaiannya “ada di tahap kedua, di kumpulan celana pendek.”
“Yauda kamu mau pipis dulu? Sebentar coba ya, saya siapin baju kamu dan ambil handuk kecil dulu. Baru kita ke toilet sama-sama ya?” Ucap Tay kemudian berdiri dari duduknya lalu berjalan menuju lemari pakaian milik New. Dengan cepat ia mengambil pakaian,celana dan juga handuk kecil untuk tubuh New lalu kembali mendekati New “yuk? Saya bantu ya?”
Keduanya pun langsung menuju kamar mandi yang berada di kamar New, dengan telaten Tay memapah tubuh New yang lemah. Pertama Tay mempersilahkan New untuk buang air kecil lalu setelah selesai ia masuk ke kamar mandi tersebut membantu New menganti pakaiannya yang sudah basah karena keringat namun sebelum mengganti baju New, Tay dengan perlahan mengelap tubuh New dengan handuk yang sudah ia basahi dengan air hangat “saya elap badan kamu ya? Biar gak lengket, jadi tidurnya lebih enak.” Izin Tay sebelum mulai membersihkan tubuh New, New yang tubuhnya masih sangat lemah hanya bisa pasrah dan menuruti apapun yang dilakukan oleh kekasihnya.
“Nah sudah, nanti kamu tunggu sebentar ya di kursi meja belajar. Saya beresin kasur kamu dulu, oke?” New kembali mengangguk lemah. Keduanya pun keluar dari kamar mandi tersebut dan Tay kemudian membantu New duduk di kursi sedangkan ia dengan cepat membersihkan kasur New agar New lebih nyaman setelah selesai, ia berjalan menuju kantung obat yang tadi ia beli di apotik. Ia mengeluarkan dua jenis obat lalu memberikan kepada New yang masih terduduk di posisinya “ini minum dulu obatnya ya?” New mengambil obat tersebut dari tangan Tay lalu kemudian memasukan kedua obat tersebut masuk ke mulutnya, Tay dengan cepat mengambil gelas berisi air lalu memberikannya kepada New.
“Pinter, yauda sekarang kamu tidur lagi ya?” Ucap Tay kemudian ia membantu New bangkit dari duduknya lalu memapah tubuh New untuk kembali berbaring di kasur miliknya. “Tana jangan kemana-mana.” Ucap New lemah. Tay tersenyum hangat “iya, saya disini sama kamu. Kamu istirahat ya? Biar cepet sembuh.” Kemudian mengangkat selimut tebal untuk menutupi tubuh New. “Tidur ya? Saya duduk disini nungguin kamu.” Ucapnya lagi sebari menunjuk spot sebelah New. New yang masih lemas hanya bisa mengangguk lalu mulai kembali mencoba menutup matanya dan mengistirahatkan tubuhnya.
Saat dirasa New telah kembali masuk kedalam alam mimpinya, Tay dengan perlahan turun dari ranjang tersebut kemudian membereskan bekas sarapan New, setelah selesai ia kembali duduk di samping New lalu mengecup dahi New yang masih hangat karena suhu tubuhnya “cepet sembuh sayang, tolong jangan sakit.” lirihnya kemudian ia mengambil laptop yang memang ia sengaja bawa dari apartmentnya untuk kembali mengerjakan skripsinya.
—
New kembali membuka matanya secara perlahan, kepalanya sudah tak seberat tadi pagi namun masih sedikit berdenyut sakit. Setelah membuka matanya hal pertama ia lihat adalah kekasihnya yang tengah fokus menatap layar laptop miliknya dan jari-jarinya yang sedang berkeliaran menekan beberapa tombol keyboard secara bergantian. Tay menoleh karena sadar kekasihnya terbangun “saya berisik ya? Kamu jadi kebangun.” New menggelengkan kepalanya “gak, ini jam berapa?” Tay menatap layar laptopnya untuk melihat jam “jam satu siang. Masih sakit kepalanya? Eh ini badan kamu sudah gak terlalu panas.” Ucapnya setelah memeriksa suhu tubuh New lewat dahinya.
“Tinggal pusingnya secuil lagi, Tana udah makan? Ini udah siang.” Tay menggeleng “nanti saja, kamu juga makan ya? Mau saya pesankan bubur ya?” New menggelengkan kepalanya “gamau, mau sop yang kayak kemarin.” Ucapnya manja. Tay mengangguk “saya pesankan ya? Nanti minum obat sekali lagi ya?” New kemudian mendekatkan tubuhnya lalu melingkarkan tangannya memeluk tubuh Tay “simpen laptopnya, aku pengen di peluk dulu.. Baru mau makan.” Tay terkekeh lalu mulai mematikan laptopnya “iya boleh sebentar ya? Lepas dulu pelukan kamunya, saya beresin laptop dulu sebentar.”
New pun dengan tak rela melepas pelukan di tubuh kekasihya “cepetan.” perintahnya, Tay pun dengan cepat membereskan laptopnya dan kemudian kembali naik ke ranjang milik New “sini saya peluk bayi saya.” Godanya sebari melebarkan tangannya dan kemudian menarik tubuh New untuk masuk ke dalam pelukannya.
“Tana maafin aku nyusahin Tana ya?” Lirih New di pelukan Tay, Tay menggeleng sebaru mengelus lembut pucuk kepala New “gak nyusahin sayang, tapi saya gak suka kalau kamu sakit. Jadi kamu harus nurut kalau saya bawel sama kamu, saya gak mau kamu sakit.” New kembali mengeratkan pelukannya “maafin..” Tay masih saja mengelus pucuk kepala New dengan lembut “iya saya maafin, makanya cepet sembuh ya?“ New mengangguk “makasih ya? Makasih udah ngurusin aku.”
Tay mengecup pucuk kepala New “sama-sama sayang, kamu juga kalau saya sakit ngurusin saya kok.” New kemudian menyusupkan wajahnya ke dada bidang milik Tay, ia begitu merasa bersyukur memiliki Tay di hidupnya. “Peluknya udah dulu ya? Saya mau pesan makan dulu, biar kamu bisa cepet minum obat lagi.” New menolak dan malah semakin mengeratkan pelukannya “bentarrrrrrrr, masih mau peluk.” Tay terkekeh “nanti setelah saya pesan makan peluk lagi.” New menggeleng keras “lima menit lagi, aku masih mau peluk.” pinta New manja.
“Yauda, lima menit ya?” Ucapnya kemudian kembali menghujani pucuk kepala New dengan kecupan. New kemudian mengangguk lalu tersenyum “iya, lima menit.”
Keduanya pun saling memeluk sebelum akhirnya Tay dengan sangat terpaksa harus melepas pelukan diantara keduanya untuk memesankan makanan karena hampir sepuluh menit lamanya New masih saja tak mau melepas pelukannya.
pandaloura