pandaloura

Suasana malam di ruang keluarga Vihokratana seperti biasanya selalu ramai, entah oleh perdebatan kecil antara Frank dan juga Nanon atau suara Pluem yang mencoba menengahi perdebatan antara dua adiknya atau bahkan ramai oleh suara tawa dari sang kepala keluarga yang melontarkan jokes-jokes receh andalannya.

Seperti saat ini, ketika Frank dan juga Nanon tengah berdebat mengenai tomat. “Tomat itu buah Kak, soalnya kan ada bijinya terus bisa di buat jus lagi. Berarti buah.” Frank menggeleng dengan kencang “salah, tomat itu sayur dek. Kan bisa di bikin sambel.”

“Orang buah!” Nanon tak terima, Frank yang masih fokus menatap ponselnya kembali menggeleng “sayur!”

“Buah!” “Sayur!”

“Udah-udah daripada ributin tomat, mending jawab pertanyaan Ayah. Yang bisa Ayah kasih duit cepe.” Tay yang duduk diantara keduanya bersuara.

Nanon memberikan tatapan curiga terhadap Ayahnya “gamau ah, Ayah mah suka gak jelas. Jokes receh.”

New dan Pluem yang berada di ruangan tersebut ikut terkekeh mendengar ucapan Nanon “kamu sih Mas, nyekokin anak-anak jokes bapak-bapak di facebook jadi udah pada males duluan.”

Tay pun langsung berdiri dari duduknya “gak, ini mah gak receh. Beneran susah, kalian gak akan ada yang bisa jawab deh.”

Ketiga anak Vihokratana dan juga New akhirnya mulai memperhatikan Tay yang kini tengah berdiri diruangan tersebut “yauda, coba apa?” Pluem yang bersuara.

Tay berdehem menyiapkan pertanyaan untuk keluarganya “nih, siap-siap yaa?”

“Hewan, hewan apa yang paling hening?” Tay melontarkan pertanyaan.

“Burung hantu.” Jawab Nanon, Tay menggeleng.

“Ikan?” Frank mulai tertarik, Tay lagi-lagi menggeleng.

“Abang? Hin? Ayook-ayok tebak?” Tay mencoba menahan tawanya.

“Emang apa? Udah kasih tau aja Ayah.” Nanon tak sabar.

Tay mengangguk “oke-oke, jawabannya adalah semute hahahahahahahahahaha” Tay memegang perutnya menahan tawanya yang menggema diruangan tersebut. Keempat anggota keluarga lainnya hanya bisa saling menukar pandang, tak ada tawa selain tawa yang keluar dari sang kepala keluarga.

“Hahhaha, ada satu lagi satu lagi.. Dau, daun apa yang enaaak banget?” Tay mencoba menahan tawanya sebari kembali melempar leluconnya.

Frank kembali fokus ke ponselnya, Pluem mulai meraih remote televisi di depannya, Nanon hanya bisa memutar bola matanya malas.

“Jawab dong, gak asyik ahhh. Hin, hin jawab..” Tay mencoba meraih kembali perhatian dari anggota keluarganya.

“Males ah, Ayah garing banget. Adek sampe merinding.” Jawab si bungsu. New mengangguk setuju dengan ungkapan anaknya.

“Yauda Ayah jawab ya, padahal gampang banget tau. Penasaran? Penasaran?” Yang lainnya tidak menghiraukan Tay.

“Oke deh, ayah kasih tau aja. Jawabannya adalah daun aat hahahaahahahahahahahahahahha lucu kan lucu kan?” Tay kembali tertawa terpingkal-pingkal sedangkan yang lainnya hanya bisa menggelengkan kepalanya dan juga memberikan tatapan bingung melihat kelakuan Tay.

New yang sudah semakin tak tahan dengan lelucon absurd suaminya pun mengambil alih “udah-udah kamu daripada ngejokes gajelas, mending tidur yu ah.” Lalu menarik suaminya untuk menuju kamar milik keduanya, tetapi sebelum New meninggalkan ruangan tersebut ia sempat berpamitan kepada ketiga anaknya “Abang,Kakak,Adek tinggal sepuluh menit lagi ya ke jam sepuluh malem. Nanti langsung masuk kamar masing-masing ya? Istirahat.” Ketiga anak Vihokratana itupun mengangguk kompak.

“Hin ih, orang aku lagi bikin ketawa anak-anak. Main tarik aja.” Protes Tay begitu sampai di kamar, “anak-anak segitu malesnya sama lelucon bapak-bapak kamu Mas.” Balas New yang langsung membaringkan tubuhnya di kasur. “Sini tiduran.” Ucapnya lagi sebari menepuk spot kosong di sampingnya, Tay tersenyum sumringah kemudian menyusul suami manisnya untuk berbaring “bilang aja kamu pengen berduaan sama aku.” New kemudian mendekatkan tubuhnya lalu menempatkan kepalanya untuk berlabuh di dada bidang milik Tay “hehehe, iya juga sih.”

Tay kembali tersenyum lalu mengecup pucuk kepala New “dasar, yauda malem ini bobonya di peluk ya semaleman.” Lalu mulai mengeratkan tangannya meraih tubuh suami manisnya. “Peluk aja? Gamau nambah yang lain?” New mulai menggerakkan jarinya diatas perut suaminya.

“Tangannya jangan nakal, udah istirahat ya.” Ucap Tay sebari menarik tangan New turun dari perutnya. “Kita udah lama gak gitu loh mas..” Lirih New. Tay mulai mematikan lampu melalui stop kontak di sampingnya “nanti, kamu biar sehat dulu. Sekarang tidur ya?” Lalu kemudian mengecup lembut kembali pucuk kepala New, New hanya bisa menarik nafasnya kasar lalu mulai ikut memejamkan kedua matanya.

— 02.06 AM

New terbangun dari tidurnya karena merasakan haus yang teramat di tenggorokannya, dengan perlahan ia mulai membuka matanya lalu mengambil gelas yang selalu ia siapkan di nakas samping ranjangnya, setelah melepas dahaganya ia menatap sekelilingnya dan ia tak menemukan keberadaan suaminya. Ia kemudian mendudukan tubuhnya lalu mulai beranjak dari kasurnya mengambil mantel piyamanya dan mulai mencari keberadaan suaminya.

New mulai mencari ke dapur namun hasilnya nihil, baru saja ia akan menaiki anak tangga namun kegiatan tersebut ia urungkan saat melihat pintu yang tersambung dengan taman belakang rumahnya sedikit terbuka, dengan perlahan ia pun berjalan menuju taman belakang tersebut.

“Mas??” Tay yang tengah menikmati satu batang rokok menoleh ke sumber suara “dek? Kebangun?”

New kemudian mengambil posisi untuk duduk di samping suaminya yang kini sudah mematikan rokoknya “mas? Ada yang ganggu fikiran kamu?” Tay tersenyum lalu menggeleng “gak ada sayang, yuk balik tidur lagi.” Kini giliran New yang menggeleng lalu menahan lengan suaminya yang kini akan beranjak dari duduknya “sini ngobrol dulu.”

“Mas kenapa?” New dengan lemah lembut bertanya, Tay tersenyum kembali “Mas gapapa sayang.” New mengubah posisi duduknya kini menghadap suaminya, ia menggengam dan mengelus tangan Tay “kamu lagi gak baik-baik aja mas, aku tau. Sini bagi ke aku.” Tay menggeleng kembali lalu tersenyum, bibirnya memang memancarkan senyum tapi New bisa melihat rasa sedih yang begitu dalam di mata suaminya. Dengan perlahan New pun mendekatkan tubuhnya lalu membuka lebar kedua tangannya dan menarik tubuh suaminya untuk masuk kedalam pelukannya.

Dengan perlahan ia mengelus punggung kokoh Tay “kalau kamu mau nangis, nangis aja mas.. Gapapa..” Tay menggeleng sebari menyusupkan wajahnya masuk kedalam leher New, New bisa merasakan lehernya sedikit basah “gapapa, nangis aja.” Ucapnya lagi.

Tak lama terdengar isakan kecil yang berasal dari mulut Tay “Adik Hin, aku bahkan gak bisa kasih dia ciuman perpisahan, aku gak bisa kasih dia pelukan, aku..Aku gak bisa bahagiain dia.. Kenapa Tuhan ambil adik Hin? Kenapa?” Ucap Tay bersamaan dengan tangisnya yang pecah, New hanya bisa menggigit bibirnya menahan air mata nya agar tak ikut tumpah bersama suaminya. New tahu Tay pun merasakan kehilangan akan adik, akan tetapi Tay begitu baik menutupi kesedihannya tersebut sehingga New lupa bahwa luka yang Tay rasakan juga sama dengan luka yang ia miliki.

“Maafin aku, harusnya aku gak nangis. Maafin, aku gagal jadi kepala rumah tangga, maafin aku.” Ucap Tay kembali, New menggeleneng lalu melepas pelukannya. Menatap teman hidupnya, malam ini bukan sosok Tawan Vihokratana yang merupakan seorang CEO perusahaan besar yang berwibawa dan juga sosok Ayah Tay yang hangat yang berada di hadapan New, sosok yang berada di hadapan New hanyalah sosok Ayah yang memiliki kesedihan mendalam karena kehilangan malaikat kecilnya. New dengan perlahan menghapus airmata di wajah suaminya.

“Kamu boleh nangis Mas, kamu boleh menyampaikan rasa luka kamu.. Kamu bukan hanya sosok kepala keluarga yang bertanggung jawab membahagiakan keluarga kamu saja mas, di diri kamu ada juga sosok ayah yang kehilangan anaknya, dan sangat wajar kamu nangis. Menangis adalah salah satu bentuk emosi, menangis juga tidak selalu menjadi bagian dari emosi negarif mas. Menangis sehat kok, jadi kalau memang ada perasaan yang membuat kamu menangis jangan di tahan sayang, gak ada undang-undangnya seorang kepala keluarga gak boleh menangis.” New kemudian tersenyum “kamu hanya manusia biasa mas, kamu punya perasaan. Sesekali kamu luapkan emosi di hati kamu gapapa mas..”

Tay mengecup tangan New “makasih Hin, maafin mas..” Lirihnya kembali. New menggeleng “jangan minta maaf, kamu orang tua adik.. Wajar kamu merasakan kehilangan sampai sedih mendalam seperti ini mas.. Gapapa.. Yang gak boleh itu adalah, kamu mendem semua kesedihan kamu sendiri. Sampai-sampai kamu begadang, ngerokok hampir tiap malem buat ngelepasin penat kamu. Itu bukan sebuah solusi sayang.”

“Mas selalu punya aku, mas masih inget kan janji suci kita puluhan tahun lalu? Kita akan selalu bersama di saat suka maupun duka, mas selalu ada buat aku di saat duniaku hancur.. Mas selalu di samping aku, dan akupun mau ketika mas di keadaan terpuruk aku juga berada di samping mas jangan hanya libatkan aku di keadaan suka mas. Kita harus sama-sama.” Jelas New dengan lemah lembut.

Tay mengangguk kemudian menunduk “mas cuman gak mau, kesedihan kamu bertambah karena aku Hin, mas juga gak mau anak-anak melihat sosok mas yang lemah seperti ini. Gimana mas bisa lindungin keluarga ini kalau mas nya aja masih cengeng begini?”

“Sayang, liat mata aku.” New meminta, Tay pun dengan perlahan menatap mata suami manisnya. “Kaya yang tadi aku bilang, kamu cuman manusia biasa. Dan kamu berhak merasakan sedih, merasakan sakit hingga menangis. Dan aku yakin, kalaupun anak-anak tahu anak-anak pasti mengerti. Minimal, kamu sharing ke aku apa aja yang menganggu fikiran kamu.. Jangan di pendem sendiri ya mas?”

Tay kembali menatap wajah suami manisnya, ia begitu merasa bersyukur memiliki teman hidup seperti New. Lalu kemudian ia tersenyum dan meraih tubuh New untuk masuk kedalam pelukannya “makasih ya sayang. Lain kali kalau ada yang menganggu fikiran aku, aku janji sharing sama kamu.” New mengangguk “harus dong.”

“Jangan malah lari ke rokok sama begadang! Kamu udah hebat banget bisa lepas dari rokok, masa mau balik lagi?” Tanya New setelah melepas pelukannya. “Iya-iya engga lagi-lagi. Mata aku keliatan abis nangisnya gak? Malu dong kalau entar anak-anak tau.” New terkekeh “dasarrrr. Sekarang udah enakan?” Tay mengangguk “nafas aku lebih enak sekarang, kemaren-kemaren kaya berat banget.”

“Syukurlah, lebih ringan kan kalau di bagi sedihnya?” Tay mengangguk kembali “makasih ya?”

“Iya sama-sama, adik udah tenang diatas sana mas. Kita gak perlu khawatirin dia, karena dia udah di tempat yang paling terbaik.” Tay kembali mengecup pucuk kepala New “iya dek, mas tau. Adik sudah di tempat yang seharusnya.”

“Sekarang kita lebih baik fokus sama abang,kakak,adek yang masih butuh perhatian dan kasih sayang yang penuh dari kita.” Ucap New kembali, “iya. Mas janji akan berusaha sebaik mungkin untuk bahagiain kalian semua. Sekarang udahan sedihnya. Makasih ya sayang.” New tersenyum “sama-sama, balik kamar yuk? Dingin.” Tay kemudian meraih tangan New untuk ia genggam lalu mulai beranjak dari duduknya dan kemudian meninggalkan taman tersebut.

Sesampainya di kamar keduanya pun langsung naik kembali ke ranjangnya dan kembali saling memeluk “kamu tau gak? Kakak tuh kayaknya emang beneran duplikat kamu banget tau mas. Muka, perawakan, nyebelinnya sampe pengekspresian emosinya tuh mirip kamu banget.” Ujar New yang saat ini berada di pelukan Tay.

Tay terkekeh “masa sih?” New mengangguk “iya, abang sama kakak tuh mirip banget kaya kamu. Cuman kalau abang tuh ya karena dia ada tanggung jawab sebagai anak sulung jadi dia lebih milih buat nahan emosinya sedangkan Kakak tuh ya emang begitu sifatnya. Duplikat bapak Tawan.”

Tay memperdalam dekapanya terhadap New “nah berarti pas lagi bikin Kakak, kamu tuh bucin banget sama akuuuu.” New langsung memutar bola matanya malas “dih males, udah cepet tidur lagi.” Lalu memilih untuk menutup kedua matanya.

@pandaloura

New kembali mengecek penampilannya malam ini, ia mencoba kembali membenarkan posisi kemejanya agar terlihat rapih. “Oke lah ya...” Ucapnya sesaat memandang pantulan dirinya di cermin. Ia kemudian mengambil ponselnya yang tengah berdering menampilkan kontak kekasihnya “Halooo Tana, oh udah di bawah? Oke sebentar ya.” Kemudian New pun bergegas keluar dari kamarnya menghampiri kekasihnya yang sudah menunggunya.

“Haiiii.” Sapa New begitu masuk di mobil Tay.

Tay tersenyum “Haii..” “Indah banget kamu malam ini.” New memutar bola matanya “gombal, males ah.” Sebari memakai sabuk pengaman.

Tay terkekeh “saya gak gombal kok, emang kamu indah.” New menggigit bibirnya agar tak tersenyum terlalu lebar “dah cepet jalanin mobilnya, nanti keburu macet Tanaaaaa...” Ucap New mengalihkan, Tay terkekeh kembali lalu mulai menjalankan mobilnya.

Setelah berkendara hampir tiga puluh menit, mobil Tay pun kini mulai memasuki pekarang megah rumah miliknya. Setelah selesai memarkirkan mobilnya keduanya pun turun dan mulai berjalan beriringan memasuki rumahnya.

“Aku deg-degan..” Bisik New.

“Kalau kamu gak deg-degan kamu mati Poom.” New pun dengan segera memukul lengan Tay “nyebelin!” Tay terkekeh sebari mengelus lengannya yang di jadikan sasaran pukulan New “sakit tau.”

New pun dengan segera ikut mengelus lengan tersebut “maaf-maaf, sakit banget ya?” Tay menggeleng “bercanda, udah kamu tenang.. Ini makan malam biasa kok, ada saya juga di samping kamu.” New kemudian tersenyum lalu mengangguk “makasih Tana sayang” Tay membalas senyuman kekasihnya lalu menggengam tangan New “yuk masuk.”

Keduanya pun mulai memasuki rumah megah tersebut lalu langsung berjalan menuju ruang makan, karena jam sudah menunjukan waktu untuk makan malam.

“Bun.. Nek..” Tay bersuara begitu memasuki ruang makan tersebut.

Tay begitu terkejut saat memasuki ruang makan karena bukan hanya ada Nenek dan Bunda nya saja, ia bisa melihat Namtan tengah membantu Bunda merapikan beberapa piring di meja makan tersebut. “Eh Mas udah datang? Sama New kan?” Tanya Nenek Tay.

New yang baru saja memasuki ruang makan tersebut ikut terkejut melihat Namtan tengah berdiri diantara Bunda dan juga Nenek Tay, namun New hanya bisa tersenyum lalu menyapa “malem Nek, Bun.. Malem juga Namtan..”

Nenek Tay mendekati New lalu membawa tubuh New untuk segera duduk di kursi makan tersebut “sini,siniiii.. Macet ya?” New hanya bisa mengikuti lalu menggeleng “gak terlalu kok Nek.” “Mas kamu duduk juga Mas, Namtan juga yuk.”

Setelah kelima nya sudah duduk di kursi masing-masing, Nenek Tay pun mulai berbicara “nah udah kumpul semua ya? Kita makan malam aja dulu gimana? Ngobrolnya nanti setelah makan ya?”

“Iya Nek.” Jawab Tay di ikuti oleh yang lainnya.

“Eh Mas, ini menu Namtan loh yang milih kata Namtan kamu kan paling suka makan udang asam manis.” Ucap Nenek sebari mengisi piring miliknya.

Namtan kemudian menggeleng sebari menggerakan tangannya “gak milih semua kok, Namtan cuman kasih saran aja Nek.”

“Tetep aja, masih inget aja ya kamu makanan kesukaan Tawan. Emang paling cocok ya jadi istri Tawan.” Tay langsung menatap Neneknya dengan tajam “Nek..”

“Loh emang bener kan? Mas namanya keluarga sempurna itu, isinya ya suami, istri dan anak-anak. Itu yang paling benar, Nenek benar gak nak New?” Tanya Nenek sebari menoleh New, New yang sedari tadi hanya bisa menundukkan wajahnya akhirnya mengangkat wajahnya lalu mengangguk dan tersenyum “iya Nek.”

“Tuh.. New aja setuju..” “New juga pasti suatu saat pengen punya keluarga yang utuh kan? Ingin punya anak dari darah daging sendiri, dan itu semua bisa terwujud hanya dengan pernikahan antara lelaki dan perempuan.” Tay membanting sendok dan garpunya ke piring miliknya sampai sedikit mengeluarkan suara berdenting. “Nek!”

New yang duduk di samping Tay hanya bisa menahan lengan kekasihnya tersebut, lalu mengelusnya dengan lembut dan bibirnya bergerak mengucap “Tana tenang”

“Apa yang Nenek ucapkan salah Mas?” Nenek tak mau kalah.

Bunda Tay mengelus lengan ibu mertuanya “Buk, tenang. Kita makan malam dulu ya?” “Udah lebih baik langsung pada makan malam terlebih dahulu ya?” Ucap Bunda Tay kepada yang lainnya.

New masih mengelus tangan Tay, mencoba menenangkan kekasihnya yang kini sepertinya sudah terbalut emosi karena ucapan Neneknya, karena sejatinya Tay bersedia mengajak New untuk makan malam karena ia berfikir Neneknya sudah sedikit membuka hatinya untuk mendukung hubungannya dengan New tapi sepertinya Tay salah.

@pandaloura

Siang itu, New tengah sibuk menghabiskan waktunya di dapur sederhana miliknya. Menyiapkan makan siang untuk ketiga buah hatinya, yang tengah bermain di ruang keluarga yang terhubung langsung dengan dapur, rumah yang di huni New hanyalah sebuah rumah sederhana dengan dua kamar tidur akan tetapi kesederhanaan tersebut tak membuat keluarga kecilnya tak bahagia, walaupun usaha suaminya belum terlalu sukses dan belum terlalu banyak menghasilkan akan tetapi Tay sebagai keluarga selalu berusaha memenuhi seluruh kebutuhan New dan juga ketiga malaikat kecilnya dan hal tersebut membuat New selalu bersyukur akan keluarga kecilnya.

“Papaaaah.. Bukaaaaaa.. Abang mau kesituuuu..” Terdengar suara si sulung menggerak-gerakan sebuah pagar pembatas yang menjadi penyekat antara ruang keluarga dan juga dapur. New memang sengaja meminta suaminya membuatkan sekat pagar penghalang tersebut karena ia khawatir ketiga anaknya lepas dari pandangannya dan memasuki dapur yang terdapat hal-hal yang berbahaya yang bisa mengancam diri ketiga anaknya.

New yang baru saja mematikan kompor karena sayur yang di masaknya sudah matang langsung menjawab “sebentar, gak ada yang boleh masuk dapur kecuali saat makan.”

Pluem yang masih berusia empat tahun masih belum begitu mengerti bagaimana bahayanya hal tersebut dan hanya ingin permintaannya dikabulkan oleh Papahnya sehingga ia tetap berusaha menggoyang-goyangkan pagar pembatas tersebut tanpa henti-henti nya merengek meminta kepada New “bukaaaaa…Paaah… Bukaaaa..”

Suara rengekan Pluem sedikit mendistract kedua adiknya yang tengah bermain, Frank yang berusia tiga tahun kemudian ikut membantu rencana sang Abang “Paaah.. Bukaain buat Abang Pah..”

Nanon yang tengah sibuk bermain dengan mobil-mobilan ditangannya hanya menoleh lalu kembali fokus bermain dengan mainannya.

New hanya bisa menarik nafasnya kasar ”still no. Pluem main aja sama Frank sama Nanon, sebentar lagi Papah selesai baru Papah buka pembatasnya ya?” New mencoba menegosiasi kepada anak sulungnya.

Pluem semakin mengencangkan rengekannya bahkan dengan keras ia mulai menggoyangkan pagar pembatas tersebut “pokoknya buka!!! Pluem mau masuk!!!” Pluem berteriak.

Mendengar Abangnya berteriak, Frank kemudian ikut membantu dengan melemparkan mainan truknya ke lantai agar mendapat perhatian dari Papahnya. Brugggghhhhh Brugggghhh suara lemparan dua truk berukuran sedikit besar yang menabrak lantai. “Bukaa Pah… Buka..”Ucap Frank sebari terus melempar mainan yang berada di sekitarnya.

New menghentikan segala kegiatannya di dapur lalu menarik nafasnya dengan perlahan, kemudian mengelus dadanya “sabar…” lirihnya pda diri sendiri.

Lalu ia mendekat ke arah kedua anaknya “siapa yang teriak?”

Pluem kembali mendorong pagar pembatas tersebut dengan suara sedikit bergetar “bukaaaa Pah.. Bukaaaa..”

Frank kembali melemparkan mainan miliknya sehingga menimbulkan suara bising.

New menarik nafasnya kembali “kalian bikin keributan yaa.. Sini ikut Papah.” New membuka pagar pembatas tersebut lalu berjalan sebari menarik pelan Pluem yang kini sudah menangis “sini Abang..” sebelum ia membuka pintu kamar milik anak-anaknya “Abang, ambil kursi punya Abang. Sekarang.” Pluem yang kini tengah menangis berjalan menuju ruang keluarga mengambil sebuah kursi plastik miliknya dan membawa kursi tersebut masuk ke kamar miliknya.

“Kakak juga, ambil kursi punya Kakak. Sekarang.” New kembali memerintahkan anak tengahnya, Frank hanya bisa menunjukkan ekspresi sedih dan menahan tangisnya lalu mengikuti jejak Abangnya yakni mengambil kursi plastik miliknya dan membawa kursi tersebut masuk ke kamar miliknya.

“Bawa kursinya kedalam, terus duduk menghadap tembok. Kakak juga lakukan hal yang sama.” Ucap New tegas.

Pluem masih dalam tangisnya sedangkan Frank masih berusaha menahan tangisnya. Nanon yang bingung mendekati sang Papah kemudian bertanya “Papah, Abang sama Kakak diapain?”

“Karena Abang sama Kakak melakukan hal yang gak seharusnya, jadi Papah lagi minta mereka buat merenungkan kesalahannya. Nanon main aja.” Jawab New kepada anak bungsunya. Nanon mengintip kedua kakaknya yang kini tengah terduduk sebari menatap tembok sebari menunjukan ekspresi khawatir.

“Duduk disini selama lima menit.” Ucap New kembali.

Pluem bersuara “Pahhh.. Abang gamau disini, Abang takutttt.. Huahhhh..”

“Gak. Duduk disini lima menit.” New mendekati kedua anaknya kembali. “Pluem Purim, jangan berteriak.” “Frank Thanatsaran, jangan melempar barang-barang sembarangan.” “Dua-duanya duduk disini selama lima menit.” Kemudian New membalikan tubuhnya meninggalkan kedua anaknya yang kini tengah ‘dihukum’ oleh dirinya, lalu ia kembali menuju dapur untuk menyiapkan kembali makan siang untuk anak-anaknya.

New memang punya cara tersendiri dalam mendidik anak-anaknya, ketika anak-anaknya melakukan hal-hal yang tak seharusnya New akan membuat anaknya untuk duduk sebari menatap tembok kamar lalu memikirkan kembali kesalahan-kesalahan yang mereka perbuat. Karena New yakin anak-anaknya sudah memiliki pemikiran apa yang seharusnya dilakukan dan jangan dilakukan. Terkadang orang dewasa pun butuh waktu untuk memikirkan kesalahan-kesalahan yang telah di perbuat dan New hanya ingin anak-anaknya memiliki tanggung jawab akan apa yang telah mereka perbuat.

New memilih hal tersebut karena ia lebih memilih memberi anak-anaknya ‘pelajaran’ dibandingkan ia harus marah-marah dan berteriak kepada anak-anaknya.

Memiliki tiga anak yang memiliki jarak berdekatan memang sangat menguras tenaga dan emosi miliknya maka dari itu, New harus pintar-pintar menyesiasati emosinya di depan anak-anaknya.

Setelah selesai menyiapkan makan ketiga anaknya iapun kembali menuju kamar anaknya untuk mengecek ‘hukuman’ untuk Abang dan Kakak. New tersenyum puas saat keduanya dengan taat duduk dan menatap tembok tanpa melakukan hal lainnya.

New kemudian mendekat lalu tubuhnya ia bawa duduk mensejajarakan tinggi tubuhnya dengan tinggi kursi kedua anaknya “kalian sadar kan bikin salah?” tanyanya.

“Iyaa Pah..” Jawab Pluem dan Frank bersamaan.

“Kakak..” Panggil New, Frank langsung menolehkan kepalanya menghadap New yang berada di belakangnya “yaa?”

New mendekatkan tubuhnya ke anak tengahnya, lalu mengelus bahu anaknya “coba Papah tanya, alasan Kakak tadi lempar-lempar mainan apa?” Frank menatap takut ke mata New “hmm, abisnya Papah gak bukain pintu buat Abang.”

“Emang dengan Kakak melempar barang itu bisa membuat Papah buka pintu buat Abang?” Frank menggeleng lemah. New kembali mengelus bahu Frank “dengerin Papah, mainan itu di beli untuk dimainkan.. Coba kalau Kakak lempar-lempar begitu, nanti kalau rusak yang sedih siapa? Papah?” Frank kembali menggeleng “Kakak.”

New kemudian tersenyum “melempar mainan itu adalah tindakan yang kurang baik ya sayang dan juga berbahaya, coba kalau mainan itu jatuh ke kaki Kakak atau Adek.. Pasti sakit kan? Jadi jangan diulangi lagi ya nak?” Frank mengangguk “maafin Kakak.”

“Sini peluk Papah dulu..”Pinta New kepada anak tengahnya, dengan cepat Frank turun dari kursinya lalu langsung menghamburkan tubuhnya memeluk Papahnya.

“Papah udah maafin kakak ya, sini kiss juga sini..” New kemudian mengecup pipi dan juga bibir anak tengahnya tersebut. “Sekarang Kakak temani Adek ya?” Frank mengangguk lalu berjalan meninggalkan New dan Abangnya.

Setelah kepergian Frank, New kembali menggeserkan tubuhnya mendekati anak sulungnya yang masih duduk terdiam menatap tembok “Abang..” Panggilnya dengan lembut.

Pluem masih terdiam dan kemudian menghapus airmatanya kembali. New semakin mendekati anaknya lalu mengubah posisi kursi yang di duduki anak sulungnya menjadi menghadap ke dirinya “maafin ya tadi Papah narik Abang. Sakit gak tangannya?” Pluem yang masih tertunduk menggeleng lemah.

New kemudian menarik tubuh mungil Pluem untuk masuk kepelukannya “maafin yaaa.. Abang kan tau, dapur itu banyak hal-hal berbahaya. Jadi, Papah gak bisa ngebiarin Abang untuk masuk kesitu.. Karena Papah gak mau Abang kenapa-kenapa..” Jelas New sebari terus mengelus punggung anak sulungnya.

“Abang..Hiks..Cuman mau bantu Papah..” Lirih Pluem di balik pelukannya. New tersenyum “makasih ya, Abang udah mau bantuin Papah.” New kemudian melepas pelukannya lalu mencoba menghapus air mata di wajah Pluem “kalau Abang mau bantuin Papah, Abang cukup main dan pantau adik-adik saat main. Itu jauh lebih ngebantu Papah.”

Pluem mengangkat wajahnya lalu menatap papahnya “maafin ya Pluem tadi teriak-teriak.” New mengangguk sebari tersenyum “Papah maafin, lain kali.. Kalau Papah gak kasih Pluem gak perlu teriak seperti itu ya nak? Pasti ada alasan Papah gak ngasih hal tersebut ke Pluem. Pluem ngerti?” Pluem kemudian menganggukan kepalanya.

“Pinternya, sini Papah pengen kiss..” Pluem pun mendekatkan wajahnya sehingga New bisa dengan leluasa mencium pipi dan juga bibirnya.

“Sekarang, Pluem masih mau bantuin Papah kan?” Pluem mengangguk antusias. “Abang tolong jagain Kakak Frank sama Adek Nanon ya? Liatin aja, Papah mau siapin makan siang sebentar. Nanti setelah Papah selesai, kita sama-sama makan ya di dapur. Oke?”

“Oke Papah.” Pluem kemudian membalikan tubuhnya lalu berjalan keluar dari kamar tersebut. New kemudian ikut bangun dari duduknya lalu mulai kembali menuju dapur untuk menyiapkan makan siang untuk ketiga anaknya.

pandaloura

New menampilkan senyum sumringahnya saat melihat kekasihnya tengah menunggu dirinya di balik gerbang kos-kosan tempatnya tinggal. “Kenapa kamu senyum-senyum?” Tay bertanya.

“Ya aku seneng dong ketemu kamu makannya senyum-senyum.” Jawab New sebari membuka gerbang besi kosannya, “siniii masuk.” Tay pun melangkahkan kakinya lalu membantu kekasihnya untuk kembali menutup gerbang besi tersebut.

Setelah berhasil menutup gerbangnya keduanya pun mulai berjalan memasuki bangunan kosan tersebut. “Tadi Kak Off langsung pulang?” Tay mengangguk sebari mulai menaiki anak tangga “iya, tadi dia kebelet katanya makanya langsung pulang. Dia juga titip salam buat kamu.” Kini keduanya sudah sampai di depan kamar milik New, New pun mulai memutar gagang pintu kamarnya lalu membuka kamar tersebut “pantes, hehehe.”

Tay dan juga New kini sudah berada di dalam kamar New, Tay pun langsung menarik New kedalam pelukannya lalu mengecup pucuk kepala New “miss you, kittypoom.” New ikut mengeratkan pelukannya di tubuh sang kekasih “miss you too, Tanakuuu.”

Hampir lima menit keduanya dalam posisi saling memeluk lalu Tay lah yang pertama kali melepaskan pelukannya. “Gimana magangnya?” New kemudian mendudukan tubuhnya di atas kasur miliknya “mayan capek, sekarang tuh di divisi aku anak magangnya tinggal aku tau Tana.”

“Yang lain?” Tay ikut duduk di samping kekasihnya.

“Kan dia udah duluan dari aku,jadi udah selesai masa magangnya. Terus anak magang lain banyaknya di divisi keuangan sih.” Jelas New. “Awalnya aku kira kalau magang motocopy doang kerjaannya, eh ternyata aku juga mulai bantuin atasan aku sih. Kadang nemenin dia ketemu client juga, capek sih tapi aku happy aku jadi banyak belajar.” Tay mengangguk lalu mengecup dahi sang kekasih. “Pinter, tapi tetep hati-hati dan jaga kesehatan ya?” New mengangguk sebari tersenyum.

“Mau disini di kiss nya” Ucap New sebari menunjuk bibirnya yang kini ia majukan beberapa centi, Tay terkekeh melihat kelakuan kekasihnya.

Lalu dengan perlahan tangan Tay ia tempatkan di perpotongan leher New, Tay pun memajukan wajahnya semakin mendekat mengikis jarak antara wajah miliknya dan juga kekasihnya, New dengan otomatis menutup kedua matanya. Jarak pun menghilang dari keduanya kini bibir keduanya saling bersentuhan, Tay melumat bibir New dengan lembut dan disambut dengan baik oleh New. Keduanya saling menyalurkan rasa sayang di ciuman tersebut.

Kini selain saling melumat, keduanya pun mulai menyertakan kedua lidahnya untuk saling bertaut. Tay menaikan jari tangannya untuk mengelus lembut ke wajah putih kekasihnya. Udara dingin dari air conditioner seolah tak berarti yang ada hanya kehangatan di dalam kamar tersebut.

Setelah puas saling menyesap, pagutan keduanya pun terlepas dengan perlahan. Tay dan New saling melempar senyum lalu keduanya kembali saling mendekap. “Saya sayang kamu Poom. Sangat.” New mengangguk “apalagi akuu, sayaaaaang banget aku sama kamu tau.” Tay terkekeh lalu kembali melepas pelukan keduanya.

“Saya belum sikat gigi, udah cium kamu saja.” New ikut terkekeh “gapapa, ciumannya agak-agak gurih ada rasa nasi gorengnya.” Tay mengusak pucuk kepala kekasihnya “dasar.. Saya izin ikut ke kamar mandi kamu ya? Saya sikat gigi sambil cuci muka dulu.”

New mengangguk “iya sayang, itu sikat gigi yang biru punya kamu. Bajunya ganti ya? Nanti aku siapin dulu.” Tay mengangguk lalu bangkit dari duduknya kemudian berjalan menuju kamar mandi milik kekasihnya. “Sebentar ya, saya bersih-bersih dulu.” Kini giliran New yang mengangguk “iyaaaaa, cepetaaaan. Aku pengen cepet-cepet peluuuuuk.”

Kurang lebih lima menit Tay menyelesaikan urusannya di kamar mandi, setelah selesai ia menyusul New yang sudah berbaring dikasurnya sebari memainkan ponselnya. “Chat sama siapa?” Tanya Tay, New kemudian menyimpan ponselnya di nakas samping kasurnya “atasan aku, ngasih info besok siang aku anter dia lagi ketemu client” Lalu New segera mendekatkan tubuhnya ke tubuh Tay, membuka kedua tangannya lalu menyelusup memeluk tubuh Tay.

“Memang kasih info harus malam-malam ya? Seperti tidak ada hari esok saja” Jawab Tay ketus. “Udah jangan marah-marah, atasan aku nginfo gitu doang kok, Tana peluk aku baliiiiik dong ishhhhhh.” Tay pun dengan perlahan membalas pelukan New.

“Tana gimana skripsinya?” Tanya New.

“Begitu saja, saya sudah acc bab dua. Ini sedang berjalan bab tiga.” Jawab Tay. “Ih pinternyaaaaa, cepet banget sayangnya aku.” New menggeleng-gelengkan kepalanya di dada bidang Tay. “Geli Poom.”

“Hehhehehe, semangat terus yaaaa skripsinya. Kalau capek istirahat aja ya sayang yaaa? Tana pasti bisa kok.” New mencoba memberi semangat kekasihnya, Tay kemudian mengelus belakang kepala New “iya, kamupun yaa. Semangat magangnya, kalau lelah jangan sampai memaksakan.” New mengangguk. “Kayanya kita bakal saling sibuk deh bentar lagi, tapi tetep harus saling ngabarin yaaaa? Tana awas jangan macem-macem.”

Tay kembali mengecup pucuk kepala New “iya Poom, kamu juga jangan aneh-aneh ya? Apalagi dengan atasan kamu itu.” New tertawa “iyaaa, gak akan lahhhh. Hati aku kan penuhnya sama Tana.. Tana dimana-mana tauuuuuuuuuu.”

“Gombal.” Tay mendengus.

New kembali tertawa “beneran tau, kayanya sel tertarik di tubuh aku tuh udah error soalnya aku tertariknya cuman sama Tana aja.” Tay tersenyum lalu kembali mengecup dahi kekasihnya “sama saya juga.” New kemudian menutup mulutnya menahan mulutnya berteriak karena ucapan kekasihnya.

“Sudah, cepat tidur.. Besok kamu harus bangun pagi.” New mengangguk. “Good night, Poom. Sweet dream..”

“Love you nya manaa?” New melayangkan protes, Tay kemudian mengeratkan kembali pelukannya lalu mengecup bahu kekasihnya “I love you Thitipoom..” New melayangkan senyuman bangganya “Love youuu.. Tanakuuu sayang. Mimpi indaah yaaa.” Lalu keduanya mulai menutup kedua matanya, sepertinya tidur keduanya akan sangat nyenyak malam ini.

@pandaloura

“Hey udah lama nunggu?” New menoleh ke sumber suara lalu menggeleng “baru kok ka.”

Lelaki tersebut kemudian berjalan di ikuti oleh New “sorry ya, tadi gue di panggil Bu Dian HRD dulu.” New mengangguk “santai kak Joss.”

Lelaki yang di panggil oleh New dengan sebutan 'Kak Joss' itu pun akhirnya berhenti di sebuah mobil BMW berwarna hitam yang berada di parkiran kantor tersebut “masuk New, perlu gue bukain gak?” godanya, New menggeleng dengan cepat lalu dengan mandiri membuka pintu mobil tersebut.

“Ini nyambung ke spotify gue gapapa yak? Bentar gue pilih lagu dulu” Tanya Joss begitu keduanya duduk di kursi masing-masing. New kembali mengangguk “iya kak boleh.”

Joss pun menjatuhkan pilihan lagu nya ke lagu Celline Dion yang berjudul It's All Coming Back to Me Now lagu yang di rillis tahun 1996 yang tengah kembali viral. “Lagu inian gapapa yak? Gue lagi suka nih, gara-gara viral di tiktok.” Kekeh Joss sebari mulai menjalankan mesin mobilnya.

New terkekeh “santai aja kak, lagu apa aja masuk kok gue.. Eh maksudnya aku..”

“Elah, lo gue juga gapapa New.. Dari awal kan gue udah bilang lo gue aja santuy ma gue mah..”

New tersenyum “beneran kak?”

“Iya elaaah, lagian kita beda umur dikit doang. Santai santai.. Lagian kalau aku-kamu malah aneh gak sih?” Joss bertanya.

New mengangguk setuju “lumayan sih kak, hahahaha.”

“Nah kan, dari awa gue udah ngijinin gue lo kan sama lo..” Joss kembali bersuara.

“Hehehe, iya kak..”

“Heheh hehehe mulu ya lo, gue jadi keinget seminggu pertama lo magang manggil gue bapak.. Berasa tua banget gue hahahha.”

New menggaruk lehernya yang tak gatal “kan formal kak.”

“Udah santai-santai yaaa..” “Btw gue boleh nanya gak?” Joss melirik New yang duduk disampingnya. New mengangguk “tanya aja kak, kalau bisa ya gue jawab deh.”

“Hmm, gue cuman kepo aja tapi kalau lo gamau jawab gapapa.” “Itu pp lo, pacar lo?” Tanya Joss, New menggigit bibirnya sedikit bingung, Joss yang sadar langsung berkata “kalau gamau jawab gapapa, jangan di jawab. Emang ni mulut kadang kepo nya keterlaluan..” Ujar Joss sebari memukul mulutnya, New terkekeh “hahaha gapapa kak, iya pacar gue.”

Joss kemudian mengangguk “ohiya iyaa hehehe, biasa kan kalo ada anak magang terus pasang foto sama siapa gitu suka jadi bahan kepoan orang-orang kantor.” “Tapi ya gapapa sih, udah-udah skip ya. Sorry ya nanya nya gak jelas gini wkwkw.”

New tersenyum “iya kak gapapa, santaiii.” ia langsung menatap jalanan dari jendela mobil yang berada di sampingnya, fikirannya melayang lalu dengan bergegas mengambil ponselnya.

@pandaloura

Setelah selesai menghubungi suaminya, New segera berlari ke depan rumahnya menghampiri taxi yang sudah di pesannya beberapa waktu lalu, ia tak lupa mengunci pintu rumahnya lalu bergegas naik.

“Pak tolong agak cepet ya.” Pinta New kepada sopir taxi tersebut. Sopir tersebut mengangguk lalu mulai menjalankan taxi nya “Polsek Setiabudi ya Tuan.”

“Iya betul.” Ucap New kembali, di dalam perjalan New kembali membaca pesan dari salah satu guru sekolah anak bungsunya yang menyatakan bahwa ketiga anaknya di bawa tertangkap polisi saat melakukan perkelahian di area sepi yang jauh dibelakang sekolah. “Yaampun, mudah-mudahan anak-anak gapapa ya Tuhan.” Lirihnya sebari terus menggerakkan kedua kakinya tanda khawatir.

Setelah berkendara hampir lima belas menit New pun sampai di polsek setiabudi “pak, ini yaa.. Kembaliannya simpan aja ya pak. Terimakasih.” New bergegas turun setelah menyerahkan dua pecahan uang seratus ribuan kepada sopir tersebut.

Dengan fikiran khawatir New melangkahkan kaki masuk ke dalam kantor polisi tersebut lalu di sambut oleh salah satu polisi yang tengah berpiket “siang Pak, ada yang bisa saya bantu?”

“Eh ini Pak, saya barusan di telfon anak-anak saya katanya di bawa kesini karena berkelahi. Anak saya ada tiga Pluem Purim, Frank Thanatsaran sama Nanon Korapat pak.” Ucap New tergesa-gesa.

Polisi yang berpiket tersebut mengangguk mengerti lalu mulai mengantarkan New untuk lebih masuk dan menunjuk salah satu ruangan “ruangan di sebelah kanan ya Pak, masuk disitu ya..” New mengangguk dan tak lupa mengucapkan terimakasih lalu mulai berjalan mendekati ruangan tersebut. Sebelum ia membuka pintu ruangan tersebut New bisa mendengar keributan dari dalam ruangan tersebut.

“Apa lo liat-liat? Lo nyentuh adek gue sekali lagi gue patahin leher lo ya?!” Terdengar suara Frank berteriak dari dalam ruangan tersebut.

“Heh, gak cukup lo bikin temen-temen gue masuk rumah sakit?! Awas aja lo, gue bales!” Terdengar lagi suara anak lelaki lain yang membalas ucapan Frank.

“Heh lo ngancem adek gue?! Sebelum lo bales adek gue, gue bakal pastiin buat bangun aja lo gak akan bisa!” New bisa mendengar dengan jelas suara anak sulungnya berteriak.

“Heh!!! Kalian sadar gak ini kalian di kantor polisi?! Masih bisa-bisanya adu mulut!! Mau saya masukin sel semua hahh??! Bukannya tadi kalian sudah sepakat untuk berdamai?!” Suara lelaki dewasa menengahi perdebatan.

“Tenang semua tenang, tadi kan sudah saling berdamai kenapa jadi bertengkar lagi?!” Kini suara salah satu wanita yang melerai perdebatan tersebut.

New dengan cepat membuka pintu ruangan tersebut lalu matanya begitu terbelak saat melihat ketiga anaknya tengah terduduk di salah satu sudut ruangan. Pluem dengan wajah amarahnya Frank pun begitu di tambah ada beberapa luka lebam di wajahnya dan New pun bisa melihat anak bungsunya tengah menangis ketakutan di belakang kedua kakaknya. “Astagaaaaa… Abang! Kakak! Adek!!” New langsung berteriak dan berlari mendekati ketiga anaknya. “Astagfirullah, Kakak kok bisa memar-memar begini? Adek tenang ya sayang, udah ceup jangan nangis. Abang tenang abang tenang..”

New langsung berdiri menatap tajam ke sudut sebrang anak-anaknya “kalian siapa hah? Berani-beraninya bikin anak saya babak belur begini?! Siapa yang bikin wajah anak saya lebam? Jawab! Maju kamu!” New bercak pinggang sebari menunjukan wajah marah.

Sebelum ia mengeluarkan kata-kata lainnya ada salah satu polisi dengan tag nama Suryo mendekati New, mencoba menenangkannya “tenang ya Pak, tenang.”

New langsung membalikan tubuhnya “gimana saya bisa tenang?! Bapak gak liat anak-anak saya pada luka begitu?! Liat Pak!”

“Papah Nanon, mohon tenang dulu ya? Biar Pak Suryo menjelaskan.” ucap wanita yang New perkirakan merupakan guru Nanon yang beberapa waktu lalu menghubunginya.

“Iya-iya saya mengerti pak.. Tapi luka anak-anak bapak tidak seberapa dengan luka anak-anak yang di hajar oleh anak-anak bapak, ada empat anak yang di bawa kerumah sakit karena beberapa luka yang parah.” Jelas pak Suryo. New membelakkan matanya tak percaya “jadi anak-anak saya di keroyok sama lima orang anak?!” Pak Suryo mengangguk “tapi empat anak masuk rumah sakit pak, cuman satu yang tidak.”

New langsung mendudukan tubuhnya dikursi yang berada di dekatnya, kepalanya begitu pening mendengar penjelasan polisi tersebut “Papah.. Papah kenapa?” Pluem mendekat, New langsung menoleh tajam ke arah anak sulungnya “kalian bener-bener ya?!” Pluem yang mengetahui bahwa Papahnya tengah marah besar hanya bisa menundukkan wajahnya.

Tak berselang lama pintu ruangan tersebut kembali dibuka oleh seseorang “anak-anak Vihokratana menang gak?” Ucap lelaki yang baru saja memasuki ruangan tersebut, ya dia adalah Ayah dari ketiga anak Vihokratana yaitu Tay Tawan Vihokrtana. New semakin memijat pelipisnya, benar-benar di buat pusing oleh keempat lelakinya.

“Ayaaaaaahhhh..” Nanon langsung berlari memeluk ayahnya, Tay langsung memeriksakan seluruh tubuh anak bungsunya “Adek ada yang luka gak?” Nanon menggeleng “Adek gak luka, yang banyak luka Kakak.” Ucap Nanon sebari menunjuk Frank yang tengah terduduk di kursi sudut ruangan tersebut.

Tay pun berjalan menghampiri anak tengahnya “siapa yang mukulin kamu begini hah? Kurang ajar!” Frank menatap Ayahnya “Frank gapapa, tapi empat anak masuk rumah sakit gara-gara di hajar Kakak sama Abang.”

“Hah masuk rumah sakit? Berarti Kakak menang dong? Bagus-bagus, nah itu baru anak Ayah.” Tay mengacungkan jempolnya tepat dihadapan Frank, membuat Frank tersenyum bangga walaupun wajahnya setengah babak belur.

“Mas!” New mendekati suaminya “kamu gimana sih? Masa anaknya bikin anak orang masuk rumah sakit kamu selametin?!”

Tay terkekeh “yang penting anak-anak aku menang. Itu baru titisan Vihokratana.” Tay mengedipkan salah satu matanya kepada anak sulungnya. New hanya bisa menarik nafasnya dalam-dalam menghadapi suaminya.

“Maaf mengganggu.. Karena pihak keluarga sudah tiba, saya mau menjelaskan duduk perkaranya.” Suara Pak Suryo menginterupsi.

Tay menoleh dan langsung mengajak polisi tersebut berjabat tangan “oh iya Pak, perkenalkan saya Tawan Vihokrtana. Orang tua dari ketiga anak saya. Jadi ada apa ini sebenarnya? Soalnya anak-anak saya tidak mungkin semata-mata langsung melakukan hal-hal yang tidak seharusnya kalau tidak ada penyebabnya.”

“Siang Pak Tawan, saya Suryo..” “Jadi begini pak, setelah saya melakukan pemeriksaan dan penyelidikan jadi pada awalnya lima anak tersebut menganggu anak bungsu bapak, dengan melakukan tindakan pemalakan dan sedikit candaan yang mungkin berlebihan, lalu kedua kakaknya merasa tak terima maka tadi siang Pluem dan juga Frank berniat menjemput adiknya lalu melihat Nanon kembali di bawa oleh kelima anak tadi, lalu mungkin karena tersulut emosi kedua anak bapak mencoba menyelamatkan adiknya tapi kelima anak tadi memulai menantang maka perkelahian tak dapat terhindarkan.” Jelas Pak Suryo kepada Tawan.

Tawan mendengarkan dengan seksama lalu mengangguk “nah berarti yang memulai memang dari kubu sebelah dong pak? Anak-anak saya kan hanya mencoba melindungi saudaranya, bahkan yang memulai menantang juga kubu sebelah. Bagaimana ini?”

“Betul pak, kelima anak tersebut pun sudah mengakui akan tetapi disini kan, mereka sampai harus masuk rumah sakit..” Belum selesai Pak Suryo menjelaskan ia sudah di interupsi oleh Tay “udah deh Pak, gini aja. Saya akan bertanggung jawab penuh atas pengobatan anak-anak tersebut, terus apabila dari pihak kelima anak itu mau di perkarakan mari, saya akan hubungi pengacara saya untuk mengurus ini semua.”

“Kelima anak tersebut malah ingin menyelesaikan ini dengan cara kekeluargaan pak, mereka tidak ingin ini di perkarakan lebih lanjut dan tadi juga antara dua kubu sudah sepakat untuk berdamai. Saya disini memanggil orang tua karena agar ada wali saat penjemputan.” Jelas Pak Suryo kembali. “Nah ini agar diisi dulu ya pak, surat jaminannya untuk ketiga anak bapak.” Menyerahkan beberapa lembar surat mengenai jaminan dan perjanjian bahwa ketiga anaknya tidak akan mengulangi kesalahan tersebut kembali.

Tay dengan cepat membaca dan menanda tangani isi surat tersebut “setelah ini anak-anak saya bisa saya bawa pulang kan pak?”

Pak Suryo mengangguk “bisa pak.”

“Untuk masalah biaya rumah sakit dan lain-lain nanti saya akan tunjuk orang untuk menyelesaikannya ya, saya juga harus bawa anak-anak saya. Bapak gak lihat anak saya terluka juga?” ucap Tay kemudian ia mencoba menghubungi salah satu pegawainya untuk menyelesaikan masalah administrasi disini.

“Baik Pak..”

“Permisi perkenalkan, saya Winda.. Saya guru Nanon, yang tadi menghubungi Papah Nanon.” Ucap wanita yang sedari tadi berada di sudut sebrang New. “Sebelumnya saya mau mengucapkan maaf, karena kelakuan beberapa anak murid saya. Saya minta maaf ya..”

New menatap guru tersebut “tolong lebih diperhatikan ya bu, ini sampai kakak-kakaknya loh yang turun tangan buat ngelindungin adiknya. Pihak sekolah bagaimana sih?” Bu Winda hanya bisa menunduk menyesal “sekali lagi saya mohon maaf ya Pak, saya pastikan hal seperti ini tidak akan pernah terjadi lagi.”

“Harus! Awas saja kalau saya sampai dengar ada hal yang tak seharusnya menyentuh anak saya, saya bisa tuntut sekolah ibu. Saya gak main-main ya dengan apa yang saya ucapkan.” New masih penuh dengan emosi.

Tay mendekat lalu mengelus bahu suami manisnya “tenang sayang tenang, Bu Winda kan tadi udah bilang akan memastikan hal seperti ini gak akan terjadi lagi.”

“Tapi Mas tetep aja, kalau sampe anak-anak kenapa-kenapa gimna?” New mendengus, “anak-anak gapapa, tuh malah yang macem-macem sama mereka masuk rumah sakit semua. Udah tenang-tenang, kita pulang aja. Nanti Pak Dio yang urus segalanya disini, dia lagi jalan kesini.”

“Mohon maaf ya Bu Winda, suami saya kalau menyangkut anak-anak emang agak keras. Mohon ke depannya lebih di perhatikan ya Bu? Untuk hari ini, nanti ada pegawai saya yang akan urus segalanya. Saya pamit dulu mau bawa anak-anak saya pulang.” Ucap Tay dengan lembut kepada guru tersebut. Bu Winda pun mengangguk tanda mengerti dan mempersilahkan untuk Tay beserta keluarganya pergi.

Sebelum Tay keluar dari ruangan tersebut Tay kembali menghampiri ketiga anaknya lalu mengajak ketiganya berpamitan terlebih dahulu kepada Pak Suryo yang telah membantu ketiganya “pamit dulu sama Pak Suryo.” Titah Tay.

“Pak, saya sama adik-adik saya pulang ya.. Makasih tadi kita udah gak di masukin ke sel.” Ucap Pluem yang pertama berkata. Pak Suryo tersenyum lalu menyentuh bahu Pluem “baik Pluem.. Lain kali, jangan tersulut emosi ya?” Pluem mengangguk, lalu Frank berjalan mendekat “Pak makasih.”

Pak Suryo terkekeh “oke Frank, jagoan kita nih. Kamu kalau besar bisa nih jadi pasukan khusus kalau teknik berantem kamu udah jago begini.” Frank hanya bisa tersenyum menanggapi ucapan Pak Suryo, lalu Pak Suryo menatap Nanon yang berada di samping Kakaknya “nih adek yang beruntung punya kakak yang sebegitu perhatiannya, lain kali hati-hati ya? Kalau ada yang berlaku menganggu jangan takut untuk dilaporkan ya Nanon ya?” Nanon mengangguk lalu berujar “makasih Pak Polisi, makasih udah gak masukin kakak Nanon ke sel penjara padahal dia ngehajar orang-orang.”

“Yasudah, Pak Suryo saya mengucapkan banyak-banyak terimakasih ya.. Saya izin bawa anak-anak saya dulu, apabila ada yang dibutuhkan nanti bisa hubungi orang saya ya? Namanya Dio, mungkin sebentar lagi sampai.” Tay kini berpamitan, Pak Suryo mengangguk “baik Pak Tawan. Hati-hati di jalan ya pak.”

“Saya permisi ya Pak.” Ucap New terakhir sebelum akhirnya keluarga Vihokratana tersebut pergi dari ruangan tersebut menuju parkiran mobil.

“Papah mau bicara serius sama kalian bertiga.” Ucap New tepat setelah ketiga anaknya sudah terduduk di belakang kursi kemudi.

Ketiga anak Vihokratan tersebut kompak menjawab “iya..” sebari menundukkan wajahnya.

Tay mengelus tangan New “sabar..”

New menarik nafasnya dalam-dalam lalu mengelus dadanya “sekarang kita ke ugd dulu, obatin luka Abang sama Kakak.”

“Di obatin dirumaha aja Pah, orang lebam dikit doang.” Sanggah Frank.

“UGD, sekarang.” ucap New mutlak. Tay pun tak bisa membantah permintaan suami manisnya, ia menatap ketiga anaknya dari balik spion lalu mengedipkan salah satu matanya. Berusaha mengucapkan tenang, semuanya akan baik-baik saja kemudian mobil Tay mulai berjalan meninggalkan polsek setiabudi untuk menuju salah satu rumah sakit terdekat.

— Kediaman Vihokratana

Setelah selesai mengobati luka-luka ketiga anaknya, kini kelimanya sudah sampai di rumah. Dan New langsung duduk di ruang keluarga, dengan tangan yang terlipat di dadanya, Tay mengikuti duduk disampingnya “Duduk.” Ucapnya tegas.

Ketiga anaknya duduk berjajar tepat di hadapannya dengan wajah menunduk.

“Kalian tau kesalahan kalian apa?” Ucapnya pertama.

“Papah jangan marah, Kakak sama Abang kan cuman belain Adek.” Frank berusaha mengutarakan pendapatnya.

New menatap anak tengahnya “itu sepertinya gak menjawab pertanyaan Papah ya Frank Thanatsaran Vihokratana?”

Pluem mengelus lengan adik pertamanya lalu berucap “kita tau pah kesalahan kita, terpancing emosi sehingga membahayakan diri kita dan juga orang lain.”

“Oke..” Jawab New. “Sudah puas? Papah tanya, apa dengan emosi seperti itu menyelesaikan masalah?”

Ketiganya kompak menggeleng.

“Baik.” “Papah akan memberikan toleransi kali ini, karena satu, alasan kalian adalah membela adik kalian. Dua, karena bukan kalian yang memulai pertengkaran tapi.. Tapi Papah tidak membenarkan tindakan sembrono kalian sehingga menyebabkan diri kalian terluka dan orang lain masuk rumah sakit. Ketiga, karena usia kalian memang masih sangat labil dan sangat mudah terpancing emosi tapi.. Di fikirkan kembali, semudah apapun emosi kalian terpancing kalian harus memikirkan apa yang akan terjadi di depan dengan apapun tindakan yang kalian ambil. Mengerti?” New bertanya. “Pluem Purim, Frank Thanatsaran, Nanon Korapat mengerti?” New sekali lagi bertanya.

“Mengerti Pah..” Jawab ketiganya kompak.

New pun berdiri dari duduknya lalu menghampiri ketiga anaknya, ia pun kemudian memeluk dan mencium pucuk kepala anaknya secara bergantian “jangan sampai terluka kaya gini lagi, Papah adalah orang pertama yang akan sedih kalau kalian sampe luka lagi seperti ini.”

“Maafin ya Pah..” Lirih Nanon.

“Iya, yauda Papah mau siapin makan malam kalian dulu.” “Ayah mungkin mau menyampaikan sesuatu dulu, nanti setelah bicara sama Ayah, masuk ke kamar masing-masing.. Mandi, terus siap-siap makan malam.” Ucap New Kemudian meninggalkan ketiga anak dan suaminya menuju dapur untuk menyiapkan makan malam untuk keluarganya.

“Dikasih pengertian anak-anaknya.” Bisik New ke telinga suaminya, Tay yang sedari tadi memasang wajah serius bahkan nampak marah hanya bisa mengangguk.

Setelah peninggalan New, Tay mulai berdehem yang membuat ketiga anaknya mengangkat wajahnya menatap Ayahnya yang memasang wajah tegas.

Tay pun dengan perlahan menatap anak-anaknya secara bergantian lalu mulai menunjukkan senyuman bangga di wajahnya “nah ini baru anak-anak Ayah.. Kalo berantem itu harus menang! itu baru mantap.” Sebari mengacungkan kedua jempolnya.

Ketiga anaknya Vihokratana pun hanya bisa saling menukar pandang tanda tak percaya, karena sebelumnya mereka berfikir Ayahnya akan memarahi ketiganya.

“Ayah kali ini gak akan marah, karena udah cukup Papah kalian aja yang marah.”

“Tapi.. benar apa yang Papah kalian bilang kalian harus mulai memikirkan akibat dari tindakan yang kalian ambil. Tapi Ayah bangga, karena kalian sebegitu saling melindunginya antar saudara! Harus seperti itu terus ya! Ity baru Vihokratana’s!” Ucapnya lagi.

“Maaf ya Yah, gara-gara kita Ayah harus ngeluarin banyak uang buat ngobatin orang-orang yang kita hajar.” Ucap Pluem menyesal.

Tay menggeleng “gakpapa, asal kalian sehat semua.. Gak ada yang luka serius gapapa. Uang mah bisa dicari. Udah gih, pada ke kamar.. Mandi terus siap-siap makan malem, nanti Papah marah lagi kalau pada telat.”

Ketiga anak Vihokratana pun mengangguk lalu berdiri dari duduknya dan kompak berkata “makasih Ayah.”

Tay mengangguk lalu tersenyum “sama-sama”

@pandaloura

“Iya sebentar, ini aku turun.” Ucap New kepada ponsel yang kini tengah berada di antara telinga dan bahunya, setelah ia selesai mengunci kamar kosnya ia pun dengan cepat menuruni anak tangga untuk segera menghampiri kekasihnya yang sudah menunggu nya.

New tersenyum begitu melihat mobil bermerk Mazda berwarna hitam yang tengah parkir tepat di depan gerbang kosnya, dengan senyum sumringah New membuka pintu mobil tersebut “pagi Tanaaa..” New menyapa lelaki yang duduk di kursi kemudi lalu kemudian ia langsung mengambil posisi duduk di kursi samping pengemudi.

“Pagi..” Jawab lelaki yang duduk di balik kursi kemudi. “Sarapan bubur senopati aja ya? Biar kamu dekat ke kantornya.” Ucap lelaki tersebut, lelaki tersebut adalah Tay Tawan Vihokratana atau yang sering New panggil dengan panggilan sayang yakni 'Tana'. Lelaki yang sudah hampir dua tahun menjalin hubungan dengan New.

“Iya, bebas aja aku.” Jawab New kembali.

Tay mengangguk lalu kemudian membantu New memasangkan sabuk pengaman sebari memberi kecupan singkat di dahi kekasihnya “kamu lupa sabuk pengaman.”

“Ishhh Tanaaaaaa... Ini masih pagi, jangan bikin aku mleyot duluuuuu.” Ucap New sebari salah tingkah, Tay pun hanya menyunggingkan senyumnya lalu mulai menyalakan mesin mobilnya.

“Nanti kamu pulang jam berapa?” Tanya Tay.

New yang awalnya menatap jalan didepanya kemudian beralih menoleh menatap Tay “ya biasa aja sore kayaknya, Tana hari ini bimbingan pagi kan ya? Sampe siang?”

“Nanti kalau sempat saya jemput kamu lagi, dan ya saya bimbingan pagi dan mungkin sampe siang tapi saya berencana setelah bimbingan mau mencari refernsi jurnal di perpustakaan kota.”

New mengangguk tanda mengerti “jangan sampe kecapean ya? Tana gak usah jemput deh, mending istirahat. Semalem kamu begadang loh nyelesein bab dua. Tuh mata Tana aja sampe berkantung gitu.”

“Nanti kamu sama siapa? Ada yang jemput?” New terkekeh mendengar pertanyaan dari kekasihnya “gak ada sayangnya Thipooooom, kan grab banyak sayang. Sensi aja nihhh kaya masker.”

“Masker? Maksudnya?” Tay bertanya karena tak mengerti.

New kembali terkekeh “engga sayang engga, aku nanti baliknya bisa pake grab gituuuu. Kamu fokus aja sama skripsi kamu ya?”

“Hmm yasudah, kamu kalau di kantor ada yang aneh-aneh jangan di respon.”

New kembali menoleh kearah kekasihnya “aneh-aneh gimana?”

“Ya aneh saja pokoknya, pokoknya bilang saja kamu sudah punya pacar.”

New kemudian tertawa “ahahhaaha, kamu tau yang aneh Tana..” “Uhh Tana lagi khawatir yaa? Takut aku di godain yaaa? Uuuuu emessssh bangett sayangnya aku.”

“Gak. Saya engga gitu..”

“Terus apa cobaaaa? Oh yauda kalo gak takut, kemaren udah ada sih yang minta no aku.. Kasih aja gitu?” New semakin tertarik menggoda kekasihnya.

Beruntung kini mobil yang di tumpangi keduanya tengah berhenti karena lampu merah dan Tay pun langsung melayangkan tatapan tajam ke kekasihnya “siapa yang minta? Laki-laki atau perempuan? Atasan kamu? Atau teman sesama magang? Poom?”

“Kasih tau gak yaaa?” New menggoda kembali.

“Thitipoom.”

Tawa New pecah kembali “hahahahahaa, becanda sayang becandaaaa. Gak ada yang minta kok gak ada. Lagian kamu, susah banget sih bilang iya Poom sayang, aku tuh takut kamu di rebut orang, dasar elsa.”

Tay langsung memalingkan wajahnya kembali menatap jalanan yang ada di depannya, ia tak mengeluarkan sepatah katapun dan hanya kembali fokus menjalankan mobilnya.

“Ih masa ngambeeeeekkkk, orang becanda akuuu.” “Tanaaaaa.. Tanaa ish..” New mencolek-colek tangan kekasihnya tersebut. “Masih pagi Tanaaa, jangan bete-betean ah.” “Tana ishhhhh, masa kamu udah elsa sekarang di tambah budek juga.”

“Tawan ih.” Tay langsung menoleh “apa New?”

“Ihh apa-apaan New?! Gak suka ah gak suka.”

“Ya kamu duluan.”

“Ya Tana gak jawab aku panggil-panggil juga. Orang aku bercanda.” “Emang Tana gak percaya sama aku?”

“Percaya, tapi saya gak percaya sama orang lain. Pasti diluar sana banyak yang tertarik sama kamu. Ah gataulah! Mendengar candaan seperti itu saja, saya sudah tak suka. Apalagi kalau ada yang benar-benar mendekati kamu.” Jawab Tay ketus.

New mengigit bibirnya menahan agar senyumannya tak terlalu sumringah “kan yang penting aku tertariknya cuman sama kamu sayang.”

Mobil yang dikemudikan Tay akhirnya berhenti, lalu Tay menatap kekasihnya “saya aneh ya malah marah sama kamu, padahal ya kalau banyak yang tertarik sama kamu itukan bukan salah kamu.”

New dengan cepat menggelengkan kepalanya “gak aneh kok, dulu juga pas Tana magang aku lebih-lebih rewelnya ke Tana. Tana inget gak? Aku galau gak jelas, padahal harusnya akutuh cuman percaya aja gitu sama kamu, soalnya Tana pasti gak akan mungkin macem-macem. Nah akupun sama, Tana cukup percaya aja sama aku. Aku juga janji gak akan macem-macem.”

“Iya saya percaya.”

“Jadi beneran ya Tana takut aku diambil orang?” New kembali menggoda.

Tanpa menjawab pertanyaan New, Tay hanya melepas sabuk pengamannya lalu membuka pintu mobilnya “Ayok turun, nanti keburu siang.”

“Ishhh dasar manusia setengah elsa.” Keluh New sebari ikut melepas sabuk pengaman miliknya.

@pandaloura

Setelah menghabiskan waktunya dengan Gun, kini New berada di apartment milik kekasihnya. Setelah berhasil menekan beberapa digit angka sebagai akses masuk kedalam apartment tersebut New pun melangkahkan kakinya masuk. “Tanaa belum balik ya? Udah jam sepuluh padahal.” New pun mengambil ponsel yang berada ditasnya mencoba untuk menghubungi kekasihnya tersebut, namun hal tersebut ia urungkan karena kekasihnya terlebih dahulu menghubungi dirinya.

“Halooo, Tana dimana?”

“Saya baru saja selesai, kamu sudah di tempat saya?”

“Udaaah.”

“Yasudah, kamu bawa baju ganti? Kalau tidak, pake saja pakaian saya ya? Saya baru mau jalan. Kamu sudah makan?”

“Iyaaaa. Udaaah, Tana dah makan? Tana kok suaranya lemes gituu? Capek banget yaa?”

“Saya sudah makan kok.” “Hmm, revisiannya lumayan menguras tenaga si Poom tapi kalai ketemu kamu juga capek saya ilang.”

“Prettt, bisa bangeeet dehhhh.” “Yauda kamu nyetir dulu yaa? Aku izin ganti mandi sama pinjem baju ya?”

“Iya pakai saja, saya jalan dulu yaa?”

“Iya,hati-hatiiiii yang.”

“Iya sayang, saya matiin yaa..”

“Iya..” Dan panggilan keduanya pun terputus, setelah itu New memilih langsung menuju kamar Tay untuk segera mandi dan berganti pakaian.

Setelah kurang lebih lima belas menit menyelesaikan urusannya di kamar mandi, New pun keluar dengan mengenakan pakaian tidur kekasihnya. New sedikit terkejut saat tangannya ditarik seseorang begitu membuka pintu kamar mandi, tubuhnya di tarik masuk kedalam sebuah pelukan oleh seseorang yang tak lain adalah kekasihnya yaitu Tay Tawan. “Tanaaa ih ngagetiiiin ajaaa.” Protes New kepada kekasihnya, bukannya menjawab Tay malam mempererat pelukannya “kangen.”

New terkekeh lalu ikut membalas pelukan kekasihnya “sama.. Tapi sana kamu mandi dulu deh, suara kamu udah lemes banget ituuu ayok biar cepet istirahat.” Tay menggeleng “bentar, lima menit.” Tay menyesap aroma tubuh kekasihnya dari perpotongan lehernya, ia benar-benar begitu merindukan kekasihnya.

Kesibukan dari kegiatan keduanya membuat waktu berdua mereka sedikit terganggu sehingga Tay benar-benar merasakan kerinduan yang begitu dalam kepada kekasihnya.

“Tanaaa heyy, ke air duluuuu nanti kalau udah mandi aku peluk lagi.. Semaleman malah.” New mencoba melepas pelukan kekasihnya, Tay pun menunjukan ekspresi tak suka saat New berhasil melepas tubuhnya dari dekapan Tay. New tersenyum lalu mencuri kecupan dari bibir Tay “aku juga kangen, tapi ini udah malem banget kamu mending bersih-bersih duluuu.”

Tay kemudian mengelus wajah New dengan ibu jarinya menarik dagu kekasihnya tersebut untuk mendekat mengikis jarak antara wajah miliknya dan juga milik New, dengan cepat bibir keduanya saling menyatu saling melepas rindu. Tay mengecup penuh cinta bagian favorite dari Kittypoom nya yaitu bibir bagian bawahnya, ia sedikit menyesap bibir ranum tersebut lidahnya ikut bergerilya mencari pasangannya. Tangannya tak henti-henti mengelus wajah mulus kekasihnya.

Pergulatan panas antara kedua bibir anak adam tersebut terjadi hampir beberapa menit sampai keduanya merasakan desakan dari paru-parunya untuk mendapatkan oksigen untuk bernafas. Saat pagutan keduanya terlepas Tay tersenyum menatap New lalu mengecup lembut dahi kekasihnya “i miss you Thitipoom.” New tak kuasa menahan senyumnya perutnya kini seolah di penuhi oleh jutaan kupu-kupu yang sedang menari bahagia, matanya kemudian memandang lurus iris mata hitam milik Tay “miss you too Tanaku..”

Kemudian Tay kembali memeluk tubuh kekasihnya sebentar lalu kembali mencuri kecupan di bibir New, setelah berhasil mencuri kecupan tersebut ia pun mengacak lembut surai milik Thitipoomnya “saya mandi dulu yaa? Siap-siap semaleman kamu saya peluk.” Lalu berbalik menuju kamar mandi miliknya.

“Mandinya cepet, gak sabar di peluk semaleman sama Tana aku.” Balas New dengan senyum hangat di wajahnya.

@pandaloura

“Papaaaaaaaaaahhhh...” Suara Nanon memenuhi ruangan rawat inap milik New, New yang kini tengah terduduk di ranjangnya hanya bisa menyunggingkan senyumannya lalu membuka kedua tangannya lebar-lebar, Nanon langsung berlari dan masuk kedalam pelukan Papahnya.

“Adeeek kangeeeenn.” Ucapnya, New mengelus sayang pucuk kepala anaknya lalu kembali menyunggingkan senyumannya kepada dua anaknya yang lain yang baru saja memasuki kamar miliknya “sama Papah juga kangen, Kakak sama Abang sini dong hug Papah juga.” Pluem mengangguk sedangkan Frank sedikit ragu-ragu akan tetapi tubuhnya di tarik oleh Pluem sehingga ketiganya pun memeluk tubuh New.

“Udah-udah jangan lama-lama pelukannya, nanti Papahnya pengap.” Tay menginterupsi kegiatan anak-anak dan juga pasangannya. Nanon langsung mendelik tajam “apasihhhh Ayah ihhhhhh.”

New pun tertawa lalu bertanya “udah-udah, kalian udah pada makan semua?”

“Udah Pah, Papah gimana sekarang?” Jawaban dan sekaligus pertanyaan dari Abang. New tersenyum “udah gapapa, tapi masih harus istirahat dulu disini.”

“Yakin gapapa? Kemaren Papah kenapa gak langsung telfon Kakak? Kenapa Papah sendirian ke rumah sakitnya?”

“Ih kok lu malah marah-marah sama Papah sihhhhh!” Nanon tak terima saat Kakak keduanya memberi rentetan pertanyaan dengan suara yang sedikit tinggi. “Gak marah, orang cuman nanya.” Kilah Frank “nanya tapi ngegas gimana sihhhh?”

“Udah-udaaaah, jangan berantem inget ini dirumah sakit bukan di rumah sendiri.” Pluem menengahi kedua adiknya. Tay maupun New terkekeh bersamaan melihat kelakuan ketiga anaknya.

“Papah gapapa, kemaren Papah gak langsung nelfon kalian itu karena takut ganggu kalian lagi kuliah toh Papah gak sendiri kok ditemenin Bi Ida sama Pak Amin juga lagian gak lama Ayah langsung nyamperin Papah jadi yauda deh.” New mencoba menjelaskan kepad anak-anaknya.

“Padahal gak akan ganggu Pah.” Frank kembali bersuara, Tay pun meraih bahu anak tengahnya “yang penting sekarang Papah sama adiknya sehat Kak, kita doain aja yaaa biar Papah sama adik bisa cepet pulang.” Frank pun mengangguk.

“Heh jelek cepet sehat lagi! Jangan lama-lama nginep di RSnya.” Nanon menusuk-nusuk perut New yang kini sudah terlihat sedikit lebih besar dari biasanya. New pun tersenyum “iya Aa, adiknya bakal cepet sehat lagi. Tungguin ya A..” New membalas ucapan Nanon seolah-olah anak didalam perutnya lah yang berbicara.

Begitu melihat kesempatan Frank langsung menggoda Nanon “tuh Aanya cepet belajar masangin popok, jadi nanti kalau adiknya ngompol Aa yang gantiin.” Nanon langsung mendelik lalu menghentakkan kakinya ke lantai “gamau di panggil Aa!!!!!! Cuman si jelek yang boleh manggil Aa!!”

“Apa? Aa? Aa Nanooon? Aa... Aa...” Frank kembali menggoda adiknya dengan sengaja sehingga kini kamar tersebut pun sedikit gaduh karena Nanon yang mengejar Frank yang tak henti-hentinya memangil dirinya Aa.

“Bener-bener ya! Di bilangin bukan dirumah. Ampun elah, gimana ntar nambah satu lagi.” Pluem secara tak sadar memijat pelipisnya karena pusing melihat keributan yang disebabkan oleh kedua adiknya, sedangkan Tay maupun New hanya bisa terkekeh melihat kegaduhan yang disebabkan oleh ketiga anaknya.

@pandaloura

New dengan perlahan membuka kedua matanya. Melihat sekitarnya ruangan rawat inap yang di tempati olehnya begitu tenang dan hening hanya suara detik jam dan hembusan nafas teratur yang berasal dari suaminya yang terdengar. New mengelus kepala Tay dengan lembutnya, ia tersenyum dan hatinya menghangat mengingat bagaimana Mas Tay yang hari ini berubah menjadi suami siaga untuk dirinya, tak sedikitpun Tay pergi meninggalkan New bahkan makan pun kalau saja bukan New yang memaksa Tay tidak akan mau meninggalkan tempat duduknya dan melepas genggamannya pada tangan milik New.

“Hin..Kamu bangun? Ada yang sakit? Sesek lagi?” Tay langsung duduk dengan sigap, New hanya menggeleng “gapapa, aku cuman kebangun aja kok. Kamu pindah gih, tidurnya di sofa sana jangan sambil duduk Mas nanti bangun tidur kamu sakit badan semua.”

Tay kini yang menggeleng “gapapa aku disini aja sama kamu, kamu mau minum?” New mengangguk dan Tay pun menyodorkan sebuah gelas berisi air putih tak lupa dengan sedotannya agar lebih memudahkan New untuk meminum air tersebut.

“Ada yang kerasa sakit gak?” Tanya Tay begitu New selesai meminum airnya. “Gak Mas, anak-anak udah dikabarin kan?” “Udah, semalem video call tapi kamunya udah tidur jadi gak aku bangunin.” New mengangguk.

Tay kemudian mengelus kepala milik New “tidur lagi ya? Masih jam dua malem sayang.” New menggeser sedikit tubuhnya “sini Mas naik, kamu tidur sebelah aku aja.” Tay menggeleng “nanti kamu gak nyaman sayang, udah aku duduk aja disini yaa?” wajah New kini menunjukan raut sedih “eh kok sedih gitu?”

“Mas nya gamau deket-deket aku.” Lirihnya lalu memalingkan wajahnya ke arah berlawanan dengan wajah Tay. Tay menahan kekehannya lalu mulai bangkit dari duduknya dan naik ke ranjang milik suami manisnya dan untungnya ranjang pasien untuk kamar VVIP sedikit lebih besar daripada ranjang pada umumnya.

“Sini-sini aku peluk, nih Mas udah disebelah kamu.” Tay mulai memeluk tubuh suami manisnya, New pun tersenyum puas lalu mulai menyusupkan tubuhnya ke dada bidang milik suaminya.

“Mas..” New membuka suaranya, Tay membalas dengan menggumam. “Mas...” “Iya sayang kenapa?” Tay menatap wajah New yang berada di bawah wajahnya.

“Mas.. Kalau aku gak ada umur, aku titip anak-anak yaa?” New berucap dengan pelan, Tay langsung menunjukkan ekspresi wajah tak sukanya “jangan ngomong aneh-aneh, udah kamu tidur.”

New menarik nafasnya dengan perlahan “aku serius Mas, umur kan gak ada yang tau.. Aku percaya sih kamu pasti bakal jagain anak-anak dengan baik kalau aku gak ada, tapi kamu harus janji satu hal lagi sama aku..Kalau aku gak ada, kamu boleh sedih tapi jangan berlarut-larut dan kamu harus cepet cari pengganti aku..Orang yang bisa gantiin posisi aku buat ngurus kamu sama anak-anak..” Tay tak menggubris ucapan pasangannya.

“Mas ihhhh..” “Aku serius...”

Tay melepas pelukannya “apasih? Aku gak suka ya kamu bahas-bahas hal-hal yang gak jelas gitu! Kamu bakal sehat sampai ratusan tahun kedepan, dan aku bakal berusaha sekuat tenaga buat wujudin hal itu! Dan satu lagi, gak akan ada yang bisa buat gantiin posisi kamu! Aku cuman mau kamu di hidup aku, aku cuman mau kamu yang ngurus aku dan anak-anak! Gak ada yang lain.”

New menunduk sedih bukan tanpa alasan mengapa ia bisa berfikir untuk membicarakan hal ini kepada suaminya karena semenjak kehamilan anak keempatnya New bisa merasakan tubuhnya tak sekuat dahulu, ia jauh lebih cepat merasakan sakit dan lelah maka dari itu mau tak mau fikiran-fikiran negatif pada dirinya muncul begitu saja.

Tay menarik nafasnya kasar kemudian kedua tangannya menangkup wajah suami manisnya yang melukiskan wajah sendu “maaf aku teriak.. Dengerin aku.. Dengerin aku ya New Thitipoom Vihokratana..” “Janji aku dari dulu sampai sekarang akan selalu sama, aku hanya mau menghabiskan sisa hidupku sama kamu.. Dalam keadaan senang maupun susah.. Dalam keadaan sehat maupun sakit, aku hanya mau sama kamu.”

“Aku gak pernah kefikiran kalau gak ada kamu di hidup aku, jangankan untuk memikirkan hal itu, terbersit pun aku gak pernah mau Hin.. Kamu teman sehidup sematiku Hin”

Tanpa sadar Tay pun meneteskan air matanya “aku emang hanya manusia biasa aku hanya bisa berdoa sama Tuhan tapi doaku sama Tuhan selalu sama apapun yang akan terjadi di depan nanti, aku selalu berdoa agar kita selalu sama-sama. Aku mau hidup dan mati bersama kamu. “Karena aku gak akan pernah bisa kalau hidup tanpa kamu Hin.”

New pun mengigit bibirnya sekuat tenaga agar tangisnya tak pecah ia dengan perlahan menghapus airmata di wajah suaminya, suaminya adalah tipe lelaki yang sangat kuat bahkan ketika banyaknya cobaan menghampiri hidupnya sangat jarang sekali ia meneteskan air mata miliknya “maafin aku malah bikin Mas sedih.”

Tay menggeleng lalu kembali memeluk tubuh New dengan erat “jangan pernah berfikiran lagi buat ninggalin aku, aku janji apapun akan aku lakukan agar kamu hidup Hin. Kamu cuman kecapean jadi jangan banyak fikiran ya? Masih banyak hal-hal yang harus kita lewatin sama-sama, mulai dari wisuda anak-anak belum lagi kita harus liat gimana anak-anak pergi kerja ditambah kita juga harus sama-sama liat anak-anak kita menikah, jangan lupa kita juga harus siap-siap momong cucu Hin.. Masih banyak hal yang harus kita jalanin sama-sama.. Oke? Jadi sekarang buang fikiran-fikiran negatif yang ada di otak kamu, karena everything's gonna be oke ya sayang yaa?” New mengangguk diatas dada bidang milik Tay dan benar kata suaminya ia mulai harus membuang fikiran-fikiran negatif yang malah bisa menjadi boomerang untuk kesehatan dirinya.”

“Makasih ya Mas.. Maafin aku malah ngomong gak jelas kaya gitu.” Lirihnya, Tay mengecup pucuk kepala New dengan penuh cinta “sama-sama sayang, udah sekarang kamu tidur lagi yaa? Besok biar segeran, anak-anak udah pada khawatir banget sama kamu soalnya.” New mengangguk lalu mulai menutup kembali matanya, tak perlu lagi ada yang harus ia khawatirkan karena benar dengan apa yang suaminya katakan everything's gonna be oke

@pandaloura