Ancaman
Tay dan Thi akhirnya sampai di sebuah cafe yang bernama Heavenly Treats setelah menempuh perjalanan kurang lebih tujuh menit dengan motor milik Tay. Keduanya pun memilih duduk di meja dekat jendela dan langsung memilih beberapa macam dessert untuk mereka santap.
“Eh Tay, adek gue jadi join kayanya.. Gapapa ya?” Tanya Thi yang duduk di sebrang Tay. Tay tersenyum lalu mengangguk “gapapa dong, sekalian kenalan.. Udah jalan kesini? Eh, sekalian pesenin aja kalau gitu.” Jawab Tay.
Thi mengangguk “tadi pas kita jalan, dia juga jalan sih.. Paling bentar lagi sampe, udah gue pesenin juga. Kesukaan kita sama soalnya.” Kekeh Thi.
“Oke,oke.. Dia anak UG juga kan ya?” Tanya Tay.
Thi mengangguk “iya..” “Eh, itu anaknya.. Dek.. Di sini..” Thi mengangkat tangannya saat melihat sang adik memasuki cafe tersebut.
Perth, adik Thi pun langsung berjalan menuju meja tersebut lalu tersenyum kecil. “Ternyata deket banget Kak.” Lalu memilih duduk di samping Kakaknya.
“Ehiya Perth, ini kenalin.. Tay..” Thi mencoba memperkenalkan teman barunya kepada sang adik. Perth tersenyum manis lalu mengangkat tangannya mencoba mengajak berjabat tangan Tay “hai, Perth Rai..”
Tay membalas jabatan tangan tersebut lalu tersenyum “hai Perth, gue Tay.. Salam kenal yaa.”
Perth mengangguk lalu menoleh menatap sang Kakak “kamu udah pesen? Aku di pesenin gak?”
“Udah lah, aman aman.” Jawab Thi.
Perth masih menatap wajah Kakaknya sebari sedikit membereskan rambut Thi yang sedikit berantakan “rambut kamu kusut depannya, tadi pagi kamu sarapan roti doang loh, kok makan siangnya makan bakso doang sih? Nanti perut kamu sakit gimana? Tadi tempat makannya bersih gak?”
“Dek.” Thi mencoba memberi kode kepada adiknya, karena tak enak dengan Tay.
“Tenang Perth, tadi tempat makan baksonya higienis kok. Kalau di daftarin dia bisa tuh dapet penghargaan Michelin, tadi juga Thi gak makan pedes kok.” Tay menanggapi.
Perth kemudian beralih menoleh menatap Tay sebari tersenyum “aah, oke.”
“Dek, aku permisi dong. Aku ke toilet sebentar..” Izin Thi.
Perth mempersilahkan “kamu sakit perut?”
“Aku mau pipis, sambil beresin rambut.. Gausah bawel deh.” Ucap Thi sebari keluar dari kursinya. “Tay gue ke toilet bentar ya? Titip adek gue bentar, kalay bawel sumpel aja mulutnya.” Ujar Thi kemudian berjalan menuju toilet yang agak jauh berada di belakang meja tersebut.
Setelah peninggalan Thi, Perth merubah posisi duduknya menjadi lurus menatap tajam Tay dan tangannya sengaja ia lipat di dadanya. Tay yang sadar akan perubahan itu sedikit tersenyum canggung “tadi naik apa kesini Perth?” Tanyanya mencoba mencairkan suasana.
“Gue anaknya gasuka basa-basi.” Ucap Perth tegas. “Lu deketin Kakak gue buat bertemen doang? Atau ada niat lain?” Perth masih menatap tajam Tay.
Tay sedikit terbelak dengan pertanyaan yang baru saja ia dapatkan “hah?”
“Kakak gue tuh anaknya polos banget, cara dia komunikasi, bertemen itu jelek banget.. Jadi, gue cuman pengen kasih tau lo.. Kalau misalnya lo ada niat aneh-aneh, atau main-main sama dia mending gausah! Oke?” Ia kemudian menarik nafasnya “tapi kalau emang mau bertemen doang yaudah gapapa, tapi harus tau batasan ya?”
Tanpa sadar Tay mengangguk, lalu tersadar “eh gak.. Gue gak mau bertemen doang sama Kakak lo.”
“Ini lo boleh percaya atau engga, tapi gue serius. Dari pertama gue ketemu Kakak lo, gue udah tertarik sama dia dan gue dengan sadar gak ada niat main-main sama dia, apalagi gue tau track recordnya dia pernah di kecewain sama temennya.” Jawab Tay tak kalah mantap.
Perth memicingkan matanya “Kakak gue cerita tentang masalah itu ke lo?”
“Iya.” Jawab Tay sedikit bangga. “Tapi serius Perth, gue pengen deketin Kakak lo.. Bukan sebagai temen.” Jawab Tay kembali.
Perth menyunggingkan senyumnya sedikit sinis “ya deketin aja kalau dianya mau.. Tapi awas ya, kalo gue denger lo mainin dia atau nyakitin dia! Urusan lo sama gue! Ngerti?!”
Belum sempat Tay menjawab ucapan Perth, Thi sudah kembali bergabung ke meja tersebut “kok tegang amat sih muka kalian? Ini pesenannya belum ada yang dateng ya? Dek, geser dong.. Aku duduk sebelah sini aja.” Ucap Thi meminta.
Perth langsung merubah mimik wajahnya dengan cepat menjadi tersenyum hangat “ah engga, aku lagi ngobrol tentang hukum aja sama Kak Tay, makanya tegang mukanya.. Ya kan, Kak Tay?” Perth memberikan senyuman manisnya kepada Tay.
Tay hanya bisa mengangguk setuju “iya bener, iya ngomongin hukum gitu.. Tentang ancaman gitu.”
“Ohh, serem juga ya yang suka ngancem-ngancem gitu.” Komentar Thi.
Perth mengangguk setuju “parah sih emang, eh tuh pesenan kita gaksih?” Saat melihat salah satu waiters membawa nampan berisi beberapa macam dessert ke arah meja mereka.
—oura,