pandaloura

Tana-ku💙 “VVIP A kamar no 4”

Tadi pagi saat mendapat pesan tersebut dari kekasihnya New langsung berencana mengunjungi nenek dari Tay setelah kelasnya selesai, dan kini New sudah berada di lobby rumah sakit tersebut sebari membawa parsel berisi buah-buahan sebagai buah tangan saat menjenguk nenek kekasihnya tersebut.

Sebelumnya Tay sudah menawarkan diri untuk menjemput New, akan tetapi New memilih untuk naik go-car saja, karena ia tak mau kekasihnya malah berputar-putar hanya untuk menjemput dirinya.

Ia pun masuk ke lift untuk naik ke lantai lima dimana ruangan nenek Tay di rawat. Saat berada di lantai tersebut New memberikan senyuman ramah kepada perawat yang berjaga, ia pun berjalan menyusuri lorong untuk ruangan VVIP tersebut. “Kamar satu, dua, tiga.. Nah empat.” Ia pun berhenti tepat di depan ruangan bernomor empat, pintunya sedikit terbuka sehingga New bisa mendengar beberapa suara yang berasal dari kamar tersebut, ia pun berniat mengetuk terlebih dahulu, akan tetapi niatnya tersebut ia urungkan saat mendengar suara yang sepertinya ia kenal.

“Nah udah saya ganti ya Nek untuk selang infusnya, Nenek butuh apa lagi?”

“Gak usah Namtan, makasih ya.. Aduh kamu udah cantik, pinter, cekatan.. Benar-benar calon mantu idaman buat setiap keluarga.” Suara Nenek Tay.

“Hehe, makasih Nek. Ini kan emang tugas saya.” Jawab wanita yang di berikan pujian oleh Nenek Tay.

“Kamu nanti pulang jam berapa? Biar di antar sama Mas Tawan deh, sebagai ucapan terimakasih kamu udah ngurusin Nenek dengan baik.” Suara yang paling New kenal, Bunda Tay.

“Ih gak usah tante, kan aku bilang ini emang tugas aku. Jangan repot-repot.” Tolak Namtan.

“Apa ada yang marah kalau di antar Tawan?” Suara Nenek Tay kembali terdengar.

“Hahaha, gak ada kok Nek. Cuman kosan aku deket banget kok dari RS terus aku biasa pulang sama temenku yang satu shift jadi gausah repot-repot. Lagian takutnya malah ada yang marah ke Teta kalau dia anterin aku.” Jawab Namtan sedikit canggung.

“Gak, gak ada yang marah kok. Ya kan Mas?” Nenek Tay bertanya.

Saat mendengar pertanyaan dari Nenek Tay, jujur hati New ikut menantikan jawaban yang akan keluar dari mulut kekasihnya, apakah ia akan mengakui dirinya di hadapan Namtan dan juga Neneknya? Tapi waktu berlalu New masih tak mendengar juga jawaban dari Tay, ia malah hanya mendengar ucapan pamit dari Namtan karena sepertinya Namtan merasa canggung di dalam.

“Kalau sudah gak ada yang di bantu, Namtan pamit ya Nek, Tante kalau ada yang di perluin tinggal di pencet bel samping kasur saja ya. Mari..”

Seusai mendengar ucapan pamit Namtan, entah mengapa New memilih untuk memutar tubuhnya lalu berjalan menuju toilet yang berada di ujung lantai tersebut.

Sesampainya di toilet ia menatap dirinya di depan kaca, menarik nafasnya dengan kasar. Hatinya sedikit berdenyit ketika mengetahui fakta bahwa Tay kembali tak mau repot-repot membahas dirinya yang notabene akan tak suka bila Tay mengantarkan orang lain tanpa persetujuan dari dirinya. Apakah sesulit itu mengakui bahwa dirinya telah memiliki kekasih?

“Apasih yang lo harepin dari laki lo sih New.” Dirinya bermonolog sebari menatap bayangan nya di cermin. Ia sempat ragu apakah ia harus tetap datang mengunjungi Nenek kekasihnya atau tidak, saat dirinya bimbang tiba-tiba ponsel pintarnya berdering. New mengambil ponsel tersebut dan menatap layarnya sejenak.

Tana-ku💙 is calling

Ia sempat ragu sejenak dan akhirnya ia memilih untuk menggeser ponselnya ke kanan untuk mengangkat panggilan tersebut.

”Haloo, Pom?”

”y-yaa..”

”Kamu dimana? Belum sampai?”

”E-eu bentar, bentar lagi sampe, tadi aku mampir di toilet lobby.”

”Saya jemput di lobby?”

”Gak, gak usah. Aku naik sendiri aja, sebentar kok. Tana tunggu di ruangan aja.”

”Yaudah,hati-hati Poom.”

”Iya Tana.” Kemudian New terlebih dahulu memutus panggilan tersebut, ia sempat menarik nafas panjangnya lagi, lalu kembali bermonolog “Udah yuk, gak usah banyak drama yaaaah..” Lalu ia keluar dari toliet tersebut dan berjalan kembali menuju ruangan dimana Nenek Tay di rawat.

tok tok New mengetuk pintu ruangan tersebut.

Tak berselang lama pintu tersebut terdorong kesamping dan menampilkan sosok kekasihnya “gak nyasar?” New menggeleng “gak.” Tay pun langsung mempersilahkan New masuk keruangan tersebut.

Diruangan tersebut New bisa melihat Bunda Tay sedang terduduk di sofa, lalu di sebrangnya terdapat sesosok wanita yang sudah berumur sedang merebahkan tubunya dan tangan nya di pasangi selang infusan, yang New yakini itu adalah Nenek dari kekasihnya.

“Sore, tante.. Nenek..” New menyapa begitu memasuki ruangan tersebut.

Bunda Tay bangun dari duduknya menghampiri diri New “eh nak New..”

New hanya tersenyum lalu memberikan parsel buah yang telah ia beli sebelum ia sampai kesini “buat Nenek hehehe.”

“Waduh repot-repot sekali nak..” Ucap Bunda Tay mengambil parsel tersebut. “Makasih ya New.” New mengangguk sebari tersenyum.

“Aduh makasih yaaa, sampai bawain beginian segala.” Nenek Tay ikut tersenyum, lalu menatap Tay meminta penjelasan siapakah lelaki manis yang datang tersebut.

New yang paham dengan tatapan dari mata Nenek Tay kemudian mengambil inisiatif untuk memperkenalkan dirinya “haloo Nek, saya New.” Ucapnya sebari mengulurkan tangannya.

Uluran tangan tersebut di sambut hangat oleh Nenek Tay “owalaaaah, haloo. Kirain Tawan temenan nya cuman sama Jumpol, Arm dan Alice doang ternyata ada yang lain.”

New hanya membalas dengan senyuman “Nenek udah baikan?” Nenek Tay mengangguk “udah, biasa penyakit udah tua namanya juga.” Kemudian terkekeh, setelah itu obrolan antara Nenek dan New mengalir begitu saja. Nenek mulai menanyakan kendaraan apa yang New gunakan untuk sampai di rumah sakit, dan obrolan-obrolan kecil lain nya. Hal tersebut sampai membuat New lupa bahwa beberapa menit yang lalu hatinya gusar dan sedikit berdenyit mengenai fakta Tay tak berusaha memberi tahu status keduanya di depan Nenek dan juga Namtan.

Tak terasa waktu berlalu begitu saja, sampai mereka tak sadar saat Namtan mengetuk dan masuk keruangan tersebut.

“Eh nak Namtan.” Nenek yang pertama kali melihat karena posisi Nenek yang bisa langsung melihat pintu masuk.

Namtan tersenyum “maaf menganggu waktunya, saya cuman mau info shift saya hari ini selesai. Nanti kalau ada yang perlu dibantu di tangani oleh teman saya ya Nek yang berjaga.”

“Ohiya, terimakasih ya cantik. Pulangnya gak mau di antar Tawan saja?” Nenek kembali meyakinkan Namtan.

Namtan menggeleng “terimakasih Nek, tapi saya bareng temen saya kok. Saya pamit ya Nek, Tante, Teta eh New juga.” Kemudian Namtan benar-benar keluar dari ruangan tersebut.

“New kenal Namtan juga?” Tanya Nenek kepada New, New tersenyum canggung “cuman pernah ketemu sekali Nek.”

Nenek mengangguk “oh, Namtan itu anaknya baik sekali. Nenek berharap sekali kalau nanti calon istri Tay bisa secantik dan sepintar Namtan, dia anaknya mandiri juga loh New.”

New mengigit bibirnya keras dan tangan nya meremas celana yang ia pakai setelah mendengar harapan dari Nenek Tay, ia pun berusaha menanggapi ucapan Nenek Tay senormal mungkin.

Tay yang semakin merasa tak enak dengan kepada New akhirnya buka suara “Nek, udahlah jangan bahas-bahas Namtan terus.”

“Loh kenapa? Namtan cantik kan ya New?”

New mengangkat wajahnya lalu tersenyum “cantik kok Nek.” New lalu melihat jam yang melingkar di tangan kanan nya “New pamit ya Nek? Udah jam tujuh juga, takutnya Nenek mau istirahat.”

“Yah, padahal Nenek seneng ngobrol sama nak New. Nanti kalau Nenek udah sehat, nak New harus main kerumah Nenek ya?” Tangan Nenek membelai punggung tangan New, New mengangguk lalu tersenyum.

“Tawan juga izin ya Nek, besok Tawan ada kuis di kelas pagi.” Tay ikut pamit.

“Oh yasudah, kan kemarin kamu nginap disini. Lebih baik malem ini kamu istirahat di rumah Mas.” Nenek menyetujui permintaan Tay.

Tay bangkit dari duduknya lalu mengemas tas yang ia bawa kemarin. “Hati-hati Mas bawa mobilnya, New di antar kan?” Tanya Bunda, Tay hanya bisa mengangguk.

“Nenek cepet sehat lagi yaaa, Bunda juga jaga kesehatan. New pamit pulang yaa..” New kemudian menyalami Nenek dan juga Bunda, lalu berjalan keluar ruangan di ikuti oleh Tay.

Keduanya pun berjalan dalam diam menuju parkiran.

Sesampainya di parkiran, keduanya langsung masuk ke mobil milik Tay. Sesungguhnya Tay masih tak enak hati kepada New mengenai ucapan Neneknya mengenai dirinya dan juga Namtan akan tetapi Tay sedikit bingung harus memulai dari mana.

“Poom..” Tay memulai pembicaraan sebari mulai memanaskan mobilnya.

New menoleh “hmm?”

“Maaf tentang ucapan Nenek, maaf juga saya belum sempat memberi tahu Nenek tentang kita..” Tay menarik nafasnya panjang. “Setelah Nenek sehat, saya akan beritahu Nenek tentang kita. Oke?”

New menatap mata Tay kemudian tangan New mengusap punggung tangan Tay yang berada di atas paha nya “Tana, malem ini aku tidur di tempat Tana yaa?”

@pandaloura

** Tana-ku💙 ** ** “VVIP A kamar no 4” **

Tadi pagi saat mendapat pesan tersebut dari kekasihnya New langsung berencana mengunjungi nenek dari Tay setelah kelasnya selesai, dan kini New sudah berada di lobby rumah sakit tersebut sebari membawa parsel berisi buah-buahan sebagai buah tangan saat menjenguk nenek kekasihnya tersebut.

Sebelumnya Tay sudah menawarkan diri untuk menjemput New, akan tetapi New memilih untuk naik go-car saja, karena ia tak mau kekasihnya malah berputar-putar hanya untuk menjemput dirinya.

Ia pun masuk ke lift untuk naik ke lantai lima dimana ruangan nenek Tay di rawat. Saat berada di lantai tersebut New memberikan senyuman ramah kepada perawat yang berjaga, ia pun berjalan menyusuri lorong untuk ruangan VVIP tersebut. “Kamar satu, dua, tiga.. Nah empat.” Ia pun berhenti tepat di depan ruangan bernomor empat, pintunya sedikit terbuka sehingga New bisa mendengar beberapa suara yang berasal dari kamar tersebut, ia pun berniat mengetuk terlebih dahulu, akan tetapi niatnya tersebut ia urungkan saat mendengar suara yang sepertinya ia kenal.

“Nah udah saya ganti ya Nek untuk selang infusnya, Nenek butuh apa lagi?”

“Gak usah Namtan, makasih ya.. Aduh kamu udah cantik, pinter, cekatan.. Benar-benar calon mantu idaman buat setiap keluarga.” Suara Nenek Tay.

“Hehe, makasih Nek. Ini kan emang tugas saya.” Jawab wanita yang di berikan pujian oleh Nenek Tay.

“Kamu nanti pulang jam berapa? Biar di antar sama Mas Tawan deh, sebagai ucapan terimakasih kamu udah ngurusin Nenek dengan baik.” Suara yang paling New kenal, Bunda Tay.

“Ih gak usah tante, kan aku bilang ini emang tugas aku. Jangan repot-repot.” Tolak Namtan.

“Apa ada yang marah kalau di antar Tawan?” Suara Nenek Tay kembali terdengar.

“Hahaha, gak ada kok Nek. Cuman kosan aku deket banget kok dari RS terus aku biasa pulang sama temenku yang satu shift jadi gausah repot-repot. Lagian takutnya malah ada yang marah ke Teta kalau dia anterin aku.” Jawab Namtan sedikit canggung.

“Gak, gak ada yang marah kok. Ya kan Mas?” Nenek Tay bertanya.

Saat mendengar pertanyaan dari Nenek Tay, jujur hati New ikut menantikan jawaban yang akan keluar dari mulut kekasihnya, apakah ia akan mengakui dirinya di hadapan Namtan dan juga Neneknya? Tapi waktu berlalu New masih tak mendengar juga jawaban dari Tay, ia malah hanya mendengar ucapan pamit dari Namtan karena sepertinya Namtan merasa canggung di dalam.

“Kalau sudah gak ada yang di bantu, Namtan pamit ya Nek, Tante kalau ada yang di perluin tinggal di pencet bel samping kasur saja ya. Mari..”

Seusai mendengar ucapan pamit Namtan, entah mengapa New memilih untuk memutar tubuhnya lalu berjalan menuju toilet yang berada di ujung lantai tersebut.

Sesampainya di toilet ia menatap dirinya di depan kaca, menarik nafasnya dengan kasar. Hatinya sedikit berdenyit ketika mengetahui fakta bahwa Tay kembali tak mau repot-repot membahas dirinya yang notabene akan tak suka bila Tay mengantarkan orang lain tanpa persetujuan dari dirinya. Apakah sesulit itu mengakui bahwa dirinya telah memiliki kekasih?

“Apasih yang lo harepin dari laki lo sih New.” Dirinya bermonolog sebari menatap bayangan nya di cermin. Ia sempat ragu apakah ia harus tetap datang mengunjungi Nenek kekasihnya atau tidak, saat dirinya bimbang tiba-tiba ponsel pintarnya berdering. New mengambil ponsel tersebut dan menatap layarnya sejenak.

Tana-ku💙 is calling

Ia sempat ragu sejenak dan akhirnya ia memilih untuk menggeser ponselnya ke kanan untuk mengangkat panggilan tersebut.

”Haloo, Pom?”

”y-yaa..”

”Kamu dimana? Belum sampai?”

”E-eu bentar, bentar lagi sampe, tadi aku mampir di toilet lobby.”

”Saya jemput di lobby?”

”Gak, gak usah. Aku naik sendiri aja, sebentar kok. Tana tunggu di ruangan aja.”

”Yaudah,hati-hati Poom.”

”Iya Tana.” Kemudian New terlebih dahulu memutus panggilan tersebut, ia sempat menarik nafas panjangnya lagi, lalu kembali bermonolog “Udah yuk, gak usah banyak drama yaaaah..” Lalu ia keluar dari toliet tersebut dan berjalan kembali menuju ruangan dimana Nenek Tay di rawat.

tok tok New mengetuk pintu ruangan tersebut.

Tak berselang lama pintu tersebut terdorong kesamping dan menampilkan sosok kekasihnya “gak nyasar?” New menggeleng “gak.” Tay pun langsung mempersilahkan New masuk keruangan tersebut.

Diruangan tersebut New bisa melihat Bunda Tay sedang terduduk di sofa, lalu di sebrangnya terdapat sesosok wanita yang sudah berumur sedang merebahkan tubunya dan tangan nya di pasangi selang infusan, yang New yakini itu adalah Nenek dari kekasihnya.

“Sore, tante.. Nenek..” New menyapa begitu memasuki ruangan tersebut.

Bunda Tay bangun dari duduknya menghampiri diri New “eh nak New..”

New hanya tersenyum lalu memberikan parsel buah yang telah ia beli sebelum ia sampai kesini “buat Nenek hehehe.”

“Waduh repot-repot sekali nak..” Ucap Bunda Tay mengambil parsel tersebut. “Makasih ya New.” New mengangguk sebari tersenyum.

“Aduh makasih yaaa, sampai bawain beginian segala.” Nenek Tay ikut tersenyum, lalu menatap Tay meminta penjelasan siapakah lelaki manis yang datang tersebut.

New yang paham dengan tatapan dari mata Nenek Tay kemudian mengambil inisiatif untuk memperkenalkan dirinya “haloo Nek, saya New.” Ucapnya sebari mengulurkan tangannya.

Uluran tangan tersebut di sambut hangat oleh Nenek Tay “owalaaaah, haloo. Kirain Tawan temenan nya cuman sama Jumpol, Arm dan Alice doang ternyata ada yang lain.”

New hanya membalas dengan senyuman “Nenek udah baikan?” Nenek Tay mengangguk “udah, biasa penyakit udah tua namanya juga.” Kemudian terkekeh, setelah itu obrolan antara Nenek dan New mengalir begitu saja. Nenek mulai menanyakan kendaraan apa yang New gunakan untuk sampai di rumah sakit, dan obrolan-obrolan kecil lain nya. Hal tersebut sampai membuat New lupa bahwa beberapa menit yang lalu hatinya gusar dan sedikit berdenyit mengenai fakta Tay tak berusaha memberi tahu status keduanya di depan Nenek dan juga Namtan.

Tak terasa waktu berlalu begitu saja, sampai mereka tak sadar saat Namtan mengetuk dan masuk keruangan tersebut.

“Eh nak Namtan.” Nenek yang pertama kali melihat karena posisi Nenek yang bisa langsung melihat pintu masuk.

Namtan tersenyum “maaf menganggu waktunya, saya cuman mau info shift saya hari ini selesai. Nanti kalau ada yang perlu dibantu di tangani oleh teman saya ya Nek yang berjaga.”

“Ohiya, terimakasih ya cantik. Pulangnya gak mau di antar Tawan saja?” Nenek kembali meyakinkan Namtan.

Namtan menggeleng “terimakasih Nek, tapi saya bareng temen saya kok. Saya pamit ya Nek, Tante, Teta eh New juga.” Kemudian Namtan benar-benar keluar dari ruangan tersebut.

“New kenal Namtan juga?” Tanya Nenek kepada New, New tersenyum canggung “cuman pernah ketemu sekali Nek.”

Nenek mengangguk “oh, Namtan itu anaknya baik sekali. Nenek berharap sekali kalau nanti calon istri Tay bisa secantik dan sepintar Namtan, dia anaknya mandiri juga loh New.”

New mengigit bibirnya keras dan tangan nya meremas celana yang ia pakai setelah mendengar harapan dari Nenek Tay, ia pun berusaha menanggapi ucapan Nenek Tay senormal mungkin.

Tay yang semakin merasa tak enak dengan kepada New akhirnya buka suara “Nek, udahlah jangan bahas-bahas Namtan terus.”

“Loh kenapa? Namtan cantik kan ya New?”

New mengangkat wajahnya lalu tersenyum “cantik kok Nek.” New lalu melihat jam yang melingkar di tangan kanan nya “New pamit ya Nek? Udah jam tujuh juga, takutnya Nenek mau istirahat.”

“Yah, padahal Nenek seneng ngobrol sama nak New. Nanti kalau Nenek udah sehat, nak New harus main kerumah Nenek ya?” Tangan Nenek membelai punggung tangan New, New mengangguk lalu tersenyum.

“Tawan juga izin ya Nek, besok Tawan ada kuis di kelas pagi.” Tay ikut pamit.

“Oh yasudah, kan kemarin kamu nginap disini. Lebih baik malem ini kamu istirahat di rumah Mas.” Nenek menyetujui permintaan Tay.

Tay bangkit dari duduknya lalu mengemas tas yang ia bawa kemarin. “Hati-hati Mas bawa mobilnya, New di antar kan?” Tanya Bunda, Tay hanya bisa mengangguk.

“Nenek cepet sehat lagi yaaa, Bunda juga jaga kesehatan. New pamit pulang yaa..” New kemudian menyalami Nenek dan juga Bunda, lalu berjalan keluar ruangan di ikuti oleh Tay.

Keduanya pun berjalan dalam diam menuju parkiran.

Sesampainya di parkiran, keduanya langsung masuk ke mobil milik Tay. Sesungguhnya Tay masih tak enak hati kepada New mengenai ucapan Neneknya mengenai dirinya dan juga Namtan akan tetapi Tay sedikit bingung harus memulai dari mana.

“Poom..” Tay memulai pembicaraan sebari mulai memanaskan mobilnya.

New menoleh “hmm?”

“Maaf tentang ucapan Nenek, maaf juga saya belum sempat memberi tahu Nenek tentang kita..” Tay menarik nafasnya panjang. “Setelah Nenek sehat, saya akan beritahu Nenek tentang kita. Oke?”

New menatap mata Tay kemudian tangan New mengusap punggung tangan Tay yang berada di atas paha nya “Tana, malem ini aku tidur di tempat Tana yaa?”

@pandaloura

New, Kit dan Gun baru saja menyelesaikan kelas nya kini mereka bertiga sedang berjalan menuju kantin untuk makan siang.

“Eh nanti Off gabung yaaa” ucap Gun sebari berjalan bersama kedua sahabatnya. Kit hanya merespon dengan anggukan sedangkan New seketika langsung menghentikan langkah kakinya “sama Tana gak?”

Gun mengangkat bahunya “gatau, mau gue tanyain?” New dengan cepat mengoyangkan tangan nya di depan wajah Gun “jangan-jangan, udah diemin aja. Males juga ketemu ewh, seharian ini beneran gak ngechat gue dong sumpah kesel bangeeeet. Awas aja kalo ketemu gue cuekin.”

“Iwis iji kili kitimi gui ciikin.” Ledek Kit mendengar kelakar New.

New menghentakkan kakinya sebal “beneraaaaan ihhhh.” Kit dan Gun tak banyak merespon keduanya malah mulai berjalan kembali meninggalkan New yang masih sebal karena kekasihnya tak menghubungi dirinya sejak pagi tadi. “Ih malah di tinggalin, hey gue beneraaaan.” New kemudian mulai berlari menyusul kedua sahabatnya.

— Kantin Grammy

“Nih pesenan ayam lu, minumnya entar Gun yang bawa.” Kit menyodorkan piring berisi paket ayam bakar ke atas meja di hadapan New.

Tak berselang lama Gun pun datang membawa beberapa botol mineral dan langsung menyimpan nya di meja yang mereka duduki.

“Ih baiknya, makasihhh ayangiie Kit makasihh ayangiie Gun.” ucap New dengan menunjukkan muka imutnya yang langsung di berikan balasan tatapan jijik oleh Kit dan juga Gun.

“Gak usah sok imut gitu plis..” Kit kini duduk disamping New, sedangkan Gun duduk bersebrangan dengan New.

“Gue dari lahir udah imut gimana dong..” Kekeh New lalu memutar tutup botol air mineralnya dan meneguk air tersebut.

Gun melempar kerupuk yang berada diatas piringnya “bacot.”

“Dih, eh btw Gun.. Laki lo manaa?”

Gun menatap New dengan tajam “lo nanyain laki gue apa nanyain laki lo?”

“Laki lo laaaah.” New memutar matanya malas dan mulai mengaduk-aduk nasi di hadapan nya.

“Bacot, tau tuh tadi sih katanya lagi jalan kesini. Paling bentar lagi.” Jawab Gun yang ikut mengaduk ketoprak di hadapan nya.

New menganguk dan bibirnya ber oh ria tanpa mengeluarkan suara.

“Panjang umur, tuh laki lo Gun.” Kit menunjuk dengan dagu nya kearah datangnya kekasih Gun tersebut. New yang mendengar ucapan Kit tak sanggup untuk mengangkat wajahnya, jantungnya langsung berdegub dengan kencang karena fikirnya ia akan bertemu dengan kekasihnya yaitu Tay, ia pun mulai mengontrol wajahnya sedatar mungkin karena ia memang sedang mode ‘ngambek’ kepada Tay.

“Sayang..” Ucap Off sesampainya di meja mereka, ia pun langsung mengambil duduk disamping Gun. “Eh ada New sama Krist.” Ucapnya lagi, New pun dengan perlahan mengangkat wajahnya, wajahnya langsung menunjukkan kebingungan karena Off datang sendiri tanpa Arm, Alice maupun Tay.

“Eh kak Off.” Jawab New canggung, Kit hanya membalas dengan senyuman dan anggukan karena mulutnya tengah mengunyah nasi goreng gila pesanan nya.

“Kamu kok sendiri yang?” Tanya Gun kepada Off, Gun sebenarnya tahu dari ekspresi New, New sangat ingin tahu dimana keberadaan kekasihnya.

Off menyomot kerupuk diatas piring milik Gun “Alice sama Arm pergi ngedate gitu, terus kalau Tay dia gak masuk. Neneknya masuk rumah sakit. Kayanya dia bantuin ngurusin.” Mata New terbelak mendengar jawaban dari Off.

“New juga tahu kali.” Off kembali menyomot kerupuk milik Gun. “Kamu udah aku pesenin makan, ambil gih. Tadi masih di bikin, bilangnya mau dianter tapi belum di anter aja. Dan New juga gak tau, lagi kemusuhan dia.” Jelas Gun pada Off.

Off ikut terkejut “hah? kemusuhan kenapa?”

“Biasa cemburu buta kak.” Kit kini ikut bergabung karena makanan yang tadi ia kunyah telah berpindah masuk ke perutnya.

“Cepu anjir.” New ketus.

Off terkekeh “hah cemburu kenapa lo?” Tak lama pesanan makanan Off datang ke meja tersebut “eh Bang makasihhh.” Jawab Off sebari mengambil piring dan mangkuk yang berisi nasi dan juga soto ayam pesanan nya.

“Gak, becanda mereka mah kak.” Jawab New seadaanya, kini fikiran nya sedikit berkecamuk mengetahui fakta bahwa nenek sang kekasih kini sedang sakit dan bahkan memerlukan perawatan dari rumah sakit.

“Bilang aja sama Kak Off, sekalian cek fakta kemaren yang di ketemuin sama Kak Tay tuh beneran temen mereka atau bukan.” Kit menyenggol lengan New dengan bahunya.

Off mulai menyeruput kuah sotonya “Tay ketemu siape?” tanya Off usai menyeruput kuah soto nya.

“Katanya sih temen SMA nya yang, siape namanya Nyu? Nam? Siapa deh lupa gue.” Gun mencoba menjawab pertanyaan dari Off.

“Namtan.” Jawab New dengan nada ketus.

“Nah iya Namtan.”

Off tersedak “uhuk.. uhuk.” Gun dengan cepat menyodorkan air putih miliknya ke hadapan wajah Off “pelan-pelan kenapa sih?”

Kit dan juga New saling bertukar pandang, keduanya sedikit kebingungan karena Off begitu terkejutnya ketika mendengar nama wanita tersebut. “Kenapa kak?”

Off menggeleng sebari meminum airnya “gak, gak papa. Btw Tay beneran ketemu Namtan?”

New mengangguk “Kak Off kenal juga kan? Kakak satu SMA kan sama Tana?”

“Kenal kok kenal.” Jawab Off.

“Kok tadi sampe keselek gitu Kak pas denger nama Namtan?” Kit menampilkan ekspresi curiga.

Off dengan cepat menggeleng “gak, kaget aja. Soalnya udah lama banget gak denger kabar tu anak. Abis lulus SMA kayanya dia keterima kuliah di Jogja kalau gak salah, ngambil jurusan apa ya? Lupa deh gue, tapi dia cuman ngambil D3 kayanya.”

“Oh.” “Kak Off gue mau tanya dong.” New kembali bersuara.

Off mengangguk sebari mengunyah makanan nya.

“Emang Tana, di SMA di panggil Tee?” Selesai New mengucapkan pertanyaan nya, Off kembali tersedak makanan nya, bahkan kali ini beberapa nasi keluar dari mulutnya.

Gun dengan cepat mengusap punggung kekasihnya dan menyeka mulut Off dengan tissue “kamu kenapa sih?”

“Duh sorry-sorry” Tangan Off terangkat meminta maaf.

“Kalem Kak, tenang-tenang awas keselek lagi.” Jawab Kit wajahnya menunjukkan kekhwatiran.

“Oke Kit wkwk, duh bentar deh gue minum dulu.” Off kembali mengarahkan botol air mineral ke mulutnya. “Nah, jadi pas SMA ada beberapa yang manggil Tee sih tapi gak banyak juga, bahkan jarang tapi ada aja sih satu dua orang yang manggil begitu. Kenapa?”

New menggeleng “gapapa kak.”

“Diatuh overthinking gitu soalnya kemaren Namtan manggil Kak Tay tuh Tee gitu, dikira si Nyu itutuh ya nama panggilan kesayangan gitu dari tuh cewe ke lakinya” Jelas Gun, ia menunjuk dengan dagunya ke arah New.

Off mengangguk “Panggilan sayang dari Namtan ke Tay tuh Teta kalau gak salah bukan Tee.” Entah Off sadar atau tidak saat mengucapkan hal tersebut, tetapi sesaat setelah Off menyelesaikan kalimatnya terdengar Kit yang ikut-ikutan tersedak dan juga suara denting dari garpu dan sendok yang sedikit terbanting berasal dari piring New. Dan juga suara bug dari tangan Gun yang memukul lengan Off.

“Jadi Namtan mantan nya Tay?” New memandang lurus ke mata Off.

Off yang tersadar ia baru saja melakukan kesalahan besar hanya bisa mengutuk dirinya sendiri dan memukul-mukul bibirnya “Jumpol bego.” Ucapnya pada diri sendiri. Gun hanya bisa memutar bola matanya dengan malas, kekasihnya benar-benar bodoh fikirnya.

“Kak?” New kembali meminta jawaban.

Off kemudian menggaruk lehernya yang tak gatal “duh sorry-sorry.”

“Gapapa, kenapa harus minta maaf. Lo kan cuman menyampaikan fakta.” Jawab New. “Jadi mereka mantanan? Jadiannya berapa lama?”

Off menoleh kearah Gun meminta bantuan, Gun hanya membalas dengan tatapan malas. “Gapapa Kak, gue cuman pengen kepo doang kok.” New menyela.

“Duh gue jadi gak enak gini dah, duh ni mulut emang lemes.” Jawab Off kembali memukul bibirnya.

“Lama pacaran nya?” Tanya New kembali.

“Hmm, dua setengah taun New.” Jawab Off.

New hanya mengangguk “dia yang pertama sama Tana kan?” Off yang mengerti arah pertanyaan New hanya bisa menjawab “gue gak ada kuasa buat kasih tahu sedetail itu New, sorry” New kembali mengangguk.

Kini suasana di meja tersebut sangat canggung dan sedikit dingin?

“Namtan kan masa lalu New, sekarang Tay cuman sayang sama lo kok, tenang aja. Lo masa sekarang dan masa depan nya Tay.” Off mencoba mencairkan suasana yang hanya di balas anggukan oleh New.

“Udah-udaah mending lanjut makan.” Kit ikut berbicara.

Semua nya kini kembali fokus ke makanan nya kecuali New, nafsu makan nya tiba-tiba hilang entah menguar kemana. Hati dan fikiran nya berkecamuk, banyak fikiran-fikiran negatif di otak dan hatinya. Ia mencoba meyakini bahwa Namtan hanya bagian dari masa lalu milik Tay, tetapi cemburu memang buta walaupun meyakini Namtan hanya masa lalu Tay, New merasa yakin ada sesuatu yang terlalu membekas di antara Tay dan juga Namtan, bukan kah yang ‘pertama’ selalu memberikan efek yang mendalam bukan? Entahlah.

@pandaloura

“huweeekkkk.. huweeek..” Suara dari arah kamar mandi menginterupsi tidur nyenyak Tay, tangan nya meraba kasur disebelahnya, kosong. Mata nya langsung terbelak menyadari suara tersebut berasal dari suaminya, ia pun langsung tegak bangun dan berlari menuju kamar mandi kamar hotelnya.

Saat membuka pintu kamar mandi nya Tay begitu terkejut melihat New sudah terduduk lemas sebari tangan kanan nya memeluk closet duduk di sampingnya “astaga Hin..” Tay langsung beringsut berlari membantu suaminya untuk bangun dari duduknya, saat keduanya berhasil bangun, New kembali merasakan mualnya dan dengan cepat ia memutar tubuhnya mengarahkan wajahnya ke arah closet untuk memuntahkan semua yang ada di perutnya. Tay dengan wajah khawatir hanya bisa mengelus punggung New dengan lembut sebari tangan sebelahnya memijat tengkuk leher milik suaminya.

Setelah hampir lima menit kegiatan morning sickness New akhirnya selesai juga, mual nya sudah sedikit mereda karena sudah tidak ada lagi yang bisa ia keluarkan dari mulutnya. Ia pun berjalan dengan perlahan menuju wastafel untuk mencuci mulutnya kegiatan itu tetap di temani Tay yang selalu berada di sampingnya.

“Masih mual sayang?” Suara Tay kentara khawatir, New menggeleng lemah. “Yauda boboan lagi ya? Aku bawa madu, aku bikinin madu anget ya?” New mengangguk lalu berjalan di papah keluar oleh Tay.

Tay membantu New merebahkan tubuhnya di kasur, ia pun berniat langsung membuat air madu hangat untuk New akan tetapi sesaat sebelum Tay beranjak dari kasurnya ujung bajunya di tarik oleh New “disini aja.” Ucap New lemah.

Tay tersenyum lalu mendekatkan kembali tubuhnya ke tubuh New, mendekap suami manisnya yang kini terkulai lemas akibat morning sicknessnya. “Uuu cayangg, sini sini. Lemes yaaa?” New mengangguk.

“Peluk dulu sebentar terus aku bikin madu anget dulu yaa? Ini masih jam enam kurang, perut kamu sepagi ini udah kosong nanti malah masuk angin.” Tay masih mendekap tubuh New. “Jangan lamaaa.” Lirih New.

Tay terkekeh “aku berdiri paling lima menit sayang, sambil manasin air sambil aku ambil madu nya di tas. Udah gitu doang kok, gak akan lama.”

“Yauda cepeeeet.” New melepas pelukan nya, membiarkan Tay melakukan kegiatan membuat madu nya.

Kurang lebih tiga menit, kini Tay sudah mengenggam madu hangat yang baru saja ia buat lalu menyodorkan ke hadapan New. “Duduk dulu kamu nya, bisa duduk gak?” New mengangguk kemudian mengangkat tubuhnya yang sebelumnya meringkuk di kasur untuk duduk menyandarkan punggungnya ke headboard kasur.

“Pelan-pelan minum nya, gak terlalu panas kan?” New mengangguk sebari menyeruput dengan perlahan.

“Udah.”

Tay melihat air madunya masih tersisa setengah gelas “dikit lagi Hin, ini sayang.” New menggeleng lalu dengan cepat mengalungkan tangan melingkar ke perut milik Tay. “Gamauuu, abisin sama kamu aja.”

“Ini sebentar mbul, lepas dulu. Aku susaah ini nyimpen gelasnya nanti basah ke kasur.” Tay mencoba melepas pelukan New dengan perlahan.

“Te mah!!!” New langsung mempoutkan bibirnya saat Tay melepas seluruh pelukan nya di tubuh Tay, New pun langsung beringsut memunggungi Tay.

Tay hanya bisa menarik nafasnya kasar lalu mengangkat tubuhnya beranjak sebari meminum sisa air madu hangatnya lalu menyimpan gelas kosong bekasnya di atas nakas yang bersebelahan dengan lemari, kemudian ia kembali beringsut ke kasur untuk memberi pelukan ke suami manis nya yang kini sedang dalam mode ‘ngambek’ kepada dirinya.

“Duh masa ngambek gitu aja, kan sebentar doang.. Sini sini aku peluk lagi.” Tay memposisikan tubuhnya dibelakang punggung New, lalu tangan nya menarik tubuh New untuk masuk kembali ke dekapan nya.

“Maafin yaaaa? Sini bobo lagi, semalem kan kamu capek.” Ucap Tay sebari memberi kecupan-kecupan ringan di bahu milik suaminya. New pun kembali luluh lalu mengubah arah tubuhnya, kini wajahnya ia benamkan di dada milik Tay, tangan nya ia lingkarkan di tubuh suaminya tersebut.

“Gamau bobo, mau peluk aja.” Lirih New. Tay hanya mengangguk lalu semakin mengeratkan pelukan nya, mengecup pucuk kepala milik Hin nya. “Perutnya sakit gak?” New menggeleng. “Tee semalem main nya pelan, jadi gapapa.”

“Masih mual?” New menggeleng.

“Itutuh tiap pagi kaya gitu Hin?” Tanya Tay.

“Kadang sih yang, tapi ajaibnya kemaren seharian beneran gak mual sama sekali, lemes pun engga.” Jawab New masih mendekap tubuh Tay.

“Pinter banget anak Ayah.”

“Anak aku jugaaaa.”

“Iya anak kita sayang.” Tay menghujani kepala New dengan kecupan, New hanya bisa menyunggingkan senyuman nya di balik dekapan nya.

“Te..” New sedikit melonggarkan pelukan nya.

Tay yang kini sudah mulai memejamkan matanya hanya berdeham menjawab New. “Hmm.”

“Teeeeeee…” New mendongakkan wajahnya menatap Tay yang sedikit berada di atasnya.

Mau tak mau Tay pun membuka kedua matanya lalu menundukkan wajahnya menatap New “apa sayang?”

“Kemaren keluarga besar kamu gimana?” tangan New mulai melukis abstrak di dada Tay. Tay yang tak mengerti arah pertanyaan New hanya bisa mengernyitkan dahinya “gimana apa nya Hin?”

“Respon pas tau kamu nikah.. sama aku..” lirih New dengan pelan.

“Ooh, seneng kok. Kan aku bilang malah mereka semua tadinya mau nyusulin kesini Hin, tapi aku tahan dengan sekuat tenaga. Bisa-bisa kemaren kamu gak istirahat.” New diam tak merespon jawaban suaminya.

“Serius, mereka seneng dan ikut bahagia karena aku udah nemuin kebahagiaan aku di kamu, nanti kalau kamu udah bisa pergi perjalanan jauh kita samperin Pakde,Bude sama seluruh keluarga besar aku di Semarang ya sayang. Udah jangan overthinking.” Kembali mendekap tubuh New.

“Emang kamu bahagia nikah sama aku?” Tanya New sembari wajahnya terbenam di dada milik Tay.

Tay mendorong New dengan perlahan keluar dari dekapan nya “kamu masih nanya? Ya bahagia banget lah, kamu inget gak janji aku sama kamu? Tay Tawan cuman mau nikah sama New Thitipoom.”

“makasiiih Tee, aku cuman punya kamu di hidup aku. Makasiiiiih.”

Tay mengecup dahi New “sekarang selain kita saling milikin satu sama lain, kamu juga juga punya Ayah sama Bunda dan yang paling penting kamu eh kita punya adik sayang.” “Maaf yaa, awal-awal aku malah ngilang dan ngomong jahat banget sama kamu sama adik, aku nyesel.”

“gapapa, yang penting sekarang kamu udah sama aku dan selamanya harus sama aku sama adik juga, pokoknya gak boleh sama yang lain.” New kembali mendekap tubuh Tay dengan kencangnya.

“Iya sayang, orang mau nya sama kamu doang.” Balas Tay.

“Te tau gak? Kalau Te kemaren gak datang ke condo, gak ngehubungin aku lagi. Aku udah niat pergi tau, bahkan aku udah masukin iklan mau jual condo aku.”

Tay berbelak kaget “kamu mau kemana? Yaampun maafin aku ya? Aku lama ya? Maaafin aku Hin.”

“Jakarta.” “Aku gak tau bakal gimana di Jakarta, tapi kalau malem itu kamu gak chat aku, mungkin lusa atau besoknya aku udah ninggalin Bandung, ninggalin kamu.”

“Kalau aku tetap sama pendirian aku di awal, kayaknya aku bakal nyesel seumur hidup aku deh Hin, aku bakal jadi orang terbodoh didunia kalau sampe nyia-nyiain kamu sama adik.” Lirih Tay “maaf ya, awal-awal pasti berat banget buat kamu.”

New mengeleng “gapapa, emang itu proses yang harus kita jalanin. Toh sekarang kita udah bareng kan?”

Tay mengangguk “pokoknya kita harus sama-sama ya? Apapun yang bakal terjadi di masa depan, kita harus lewati sama-sama ya Hin? aku kamu adik, pokonya harus barengan selama nya.”

“Iya te, sama-sama.. selamanya” Kemudian mengecup lembut bibir Tay. “I love you Tawan.”

Tay tersenyum “Love you too, Thitipoom Vihokratana.”

Keduanya pun kembali saling mendekap dan mulai kembali mengistirahatkan tubuhnya, sepertinya kegiatan hari ini akan mereka habiskan hanya dengan saling mendekap.

@pandaloura

Tay Tawan kini sedang berjalan di lobby hotel bintang lima yang ada di kawasan Gatot Subroto Bandung. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul delapan lewat tiga belas menit, ia pun kembali mengecek ponselnya sebari menunggu pintu lift terbuka, masih belum ada balasan dari suami nya. “Hin tidur kali ya?” gumam nya pada diri sendiri.

Tak berselang lama pintu lift pun terbuka dan Tay pun segera masuk lalu menempelkan acces card nya dan menekan angka sembilan dimana kamar milik diri nya dan New berada.

“Sayang?” Ucap Tay begitu memasuki kamarnya, ia tak mendapati jawaban. Lalu ia pun kembali berjalan menuju ranjang, Tay pun tersenyum mendapati Hin nya tengah tertidur pulas. “Capek ya? Yauda met tidur ya sayang.” Ucapnya sebari mengelus pucuk kepala milik New, lalu beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi karena ia belum membersihkan tubuhnya seharian ini, setelah acara selesai ia hanya berganti pakaian saja.

Kurang lebih sepuluh menit Tay kembali dari agenda mandi nya, kini ia sudah mengenakan pakaian tidurnya yang ternyata memang sudah di siapkan oleh Bunda nya. Kemudian ia perlahan duduk di ranjang, menatap dengan lembut suami manisnya yang masih saja tertidur pulas dengan nafas yang teratur, Tay pun mengelus wajah putihnya “capek banget ya sayang?” lalu mendekatkan wajahnya dan mencuri kecupan di bibir ranum milik New.

“Nggghhhh.” New mengerang, tidurnya merasa terganggu, kemudian dengan perlahan membuka matanya “Teee???” Tay mengangguk “iya sayang, udah bobo lagi ya..”

New mengangkat tubuhnya untuk mendekat ke arah tubuh suaminya lalu mengeratkan tangannya melingkari perut Tay “lama.”

“Maaf sayang, tadi Pakde sama Bude ngajak banyak ngobrol aku gak enak mau ngecut obrolan nya.” “Maaf ya?”

New mengangguk “maafin ya tadi aku malah gak ikut ketemu sama Pakde, Bude terus sama keluarga besar kamu.”

“Gapapa, mereka ngerti kok. Mereka malah titip salam sama kamu, tadinya mau pada nyusulin kesini tapi aku bilang jangan, nanti kalau pada kesini kamu malah gak bisa istirahat.” Jelas Tay. “Kamu udah makan kan?”

New mengangguk “kamu?”

“Udah juga kok, yauda kamu bobo lagi gih.” New menggeleng “gamau bobo, mau nya.. Mm..” New mendongakkan wajahnya lalu tangan nya bergerak turun mengelus pusat tubuh Tay dengan lembut.

“Hin..” Tay berusaha menahan nafsunya, sesungguhnya ia sangat ingin menerkam diri New saat ini juga, ia rindu menghujam lubang kenikmatan milik New tapi ia sadar hari ini keduanya memiliki kegiatan yang cukup menguras tenaga terutama untuk New, ia tidak mau terjadi hal-hal yang tak menyenangkan menimpa suami dan juga adik yang ada di tubuh New.

New masih saja menggoda Tay dengan mengelus lembut gundukan milik Tay yang sepertinya sudah sangat mengembung dan butuh pelepasan “apa? Emang Tee gak kangen? Tee gak mau gitu kita malem pertama kaya orang-orang? Ya walaupun ini bukan yang pertama sih buat kita, tapi kan harusnya setelah sah wajar dong kita gituan.” Wajah New langsung berubah drastis, menunjukan ekspresi sedih.

Tay menarik tangan New “aku kangen kamu. Banget malah, tapi kan hari ini kamu pasti capek banget seharian ini bulak-balik, belum lagi nyapa tamu ini itu. Mending istirahat ya?”

New semakin mempoutkan bibirnya, kemudian ia dengan cepat dan kasar mengubah posisi tidurnya menjadi memunggungi tubuh Tay “bilang aja kamu gak mau, yauda sana aja gak usah deket-deket aku!”

“Sayang hey?” Tay mencoba mengelus punggung New dengan pelan tapi langsung di tepis oleh New “gak usah pegang-pegang! Sana udah jangan deket-deket.”

“Yauda aku pergi nih ya..” Goda Tay kepada New, ia langsung berpura-pura berdiri dari duduknya. New kembali memutar tubuhnya dengan secepat kilat, air matanya kini sudah turun membasahi wajahnya “Teee mah….”

Tay yang panik melihat New menangis langsung kembali duduk dan langsung menarik tubuh New ke pelukan nya “hey hey, jangan nangis becanda aku sayang.”

“Tee maaaaaah.. Harusnya Tee bujuk aku bukan nya malah peeegiii hikss..” Tangis New semakin pecah dipelukan Tay.

Tay semakin mengeratkan pelukan nya “sayang..Sayang maafin ya, aku kan becanda.. Aku ga kemana-mana sayang.” Tay yang mencoba mengerti dengan mood New yang akan cepat berubah dengan secepat kilat, terkadang ia akan senang dan tersenyum karena hal-hal kecil sekalipun tapi senyum dan tawa tersebut bisa berubah dengan cepat menjadi isak tangis hanya karena kesalahan kecil sekalipun, maka dari itu kini Tay jauh lebih sering mengalah dan mencoba memahami lelaki yang kini telah menjadi suami nya tersebut.

“Jangan kemana-mana, aku kangen Tee..” Tangis New sedikit mereda, Tay pun tak berhenti memeluk dan mengusap punggung New dengan lembut. Menenangkan suaminya.

“Iya gak kemana-mana sayang.” “Yauda sekarang kamu nya mau apa biar gak sedih lagi?” Tanya Tay.

New melepaskan pelukan nya di tubuh Tay lalu dengan cepat duduk diatas pangkuan Tay, mengalungkan kedua tangan nya di perpotongan leher Tay lalu melumat bibir Tay dengan sedikit tergesa-gesa. Tay yang awalnya terkejut hanya bisa pasrah mendapati perlakuan suaminya tersebut, ia pun dengan perlahan mengelus punggung New seolah memberi tanda agar ciuman New sedikit lebih tenang dan tidak tergesa-gesa.

“Pelan-pelang sayang, aku gak kemana-mana.” Ucap Tay sesaat setelah ciuman keduanya terlepas dan Tay dengan lembutnya membersihkan saliva yang tersisa di ujung bibir kanan milik New.

“Tee, cium leher aku.” Ucap New sebari mulai melepas kancing baju nya. “Sayang-sayang tenang hey, pelan-pelan yaaa?”

New kini sudah bertelanjang dada, bajunya ia lempar ke sembarang arah “kamu mah lama ih.”

“Sayang, inget kamu lagi hamil muda sayang. Pelan-pelan ya? Tenang, waktu kita berduaan masih banyak ya?” Ucap Tay sebari mulai ikut melepas kancing baju nya satu persatu.

“Kamu gak mau gituan sama aku ya?” Tanya New, ia yang masih duduk di atas pangkuan Tay kini membenamkan wajahnya menyusup ke perpotongan leher Tay.

Tay mulai memberi kecupan pelan di bahu New “gak gitu, kan Kak Arm udah kasih tau kalo mau berhubungan harus pelan-pelan, harus meminimalisir guncangan, kasian adik kan?” New diam tak bersua.

“Tapi kan boleh.” Lirih New.

“Iya emang boleh, kan aku gak bilang gak boleh. Aku cuman bilang pelan-pelan sayang bukan nya gak boleh.” Jelas Tay dengan lembut.

New mengangkat wajahnya menatap wajah Tay “akukan kangen makanya pengen cepet-cepet.”

“Sama aku juga kangen, tapi jangan buru-buru kaya tadi ya?” New mengangguk. Lalu Tay dengan perlahan memajukkan wajahnya mendekat ke arah wajah New dengan perlahan Tay menyatukan kembali bibir keduanya, ia melumat bibir New dengan begitu lembut tangan nya ia turunkan mengelus perut New yang masih rata dengan lembut, sedangkan tangan New kembali mengalung di perpotongan leher Tay, New mengikuti permainan bibir Tay yang begitu lembut seolah mengalirkan ribuan kasih sayang dalam pertukaran saliva diantara keduanya.

Tay dengan perlahan merubah posisi keduanya, ia mengangkat tubuh New lalu membuat New terlentang di kasurnya dengan gerakan yang begitu lembut tanpa melepas cumbuan bibir keduanya.

Setelah melakukan foreplay Tay dan New mulai melakukan persatuan di tubuh keduanya, Tay bergerak begitu lembut seolah New merupakan barang mudah pecah yang memang harus diberikan perlakuan khusus olehnya, suara erangan dan desahan seolah menjadi melodi indah di dalam kamar hotel berbintang lima tersebut. New tak lelah menyuarakan nama Tay di dalam desahan nya begitu pun dengan Tay yang mengerang, matanya terbuka dan tertutup menahan kenikmatan yang yang hanya bisa ia rasakan dari Hin nya.

Malam itu memang bukan malam pertama bagi keduanya tapi sensasi yang mereka rasakan begitu indah dan memabukkan seolah itu adalah merupakan kali pertama bagi keduanya melakukan persatuan tubuh.

Setelah hampir bergelut hampir semalaman penuh, keduanya pun memilih mengistirahatkan tubuhnya. “Perutnya sakit gak?” Tanya Tay sebari menarik sebuah selimut untuk menutupi tubuh suaminya yang tak tertutup sehelai benangpun. New menggeleng sebari mengeratkan pelukan nya di pinggang Tay dan mengistirahatkan kepalanya di dada bidang milik suaminya tersebut. “Gak, makasih Tee. Aku seberuntung itu punya suami kaya kamu.”

Tay mengecup pucuk kepala New dengan lembut “sama-sama, akupun beruntung punya kamu di hidupku Hin. Kita selalu sama-sama ya?”

New mengangguk ”love you Tay Tawan.”

”Love you too New Thitipoom Vihokratana.”

Sisa-sisa malam itu di habiskan oleh Tay maupun New dengan saling memeluk dan saling mengucap syukur karena kini keduanya telah di persatukan dalam ikatan pernikahan.

@pandaloura

Saat mengetahui dirinya di blokir oleh calon suaminya, Tay bergegas keluar dari kamarnya lalu sedikit berlari menuju kamar tamu yang di tempati oleh New.

tok tok “Sayang?” New tak memberi jawaban, Tay pun dengan perlahan memutar knop pintu tersebut lalu sedikit mendorong pintunya dengan bahu kanan nya “aku masuk ya?”

Saat memasuki kamar tersebut begitu terkejutnya Tay mendapati calon suaminya tengah mengeluarkan baju-baju yang sepertinya baru saja ia rapihkan di dalam lemari. “Hey.. hey, sayang.. Mau kemana kamu?” Tay dengan lembut mengelus bahu sang kekasih.

“Aku.. Mau hhng pergii hhkss, kamu nya juga hhkks mau cari yang lain hhhks..” Ucap New dengan penuh air mata, Tay langsung memijit dahinya lalu menarik nafasnya dengan berat.

“Tuhkan.. Kamu nya juga hhkss narik nafasnya gitukan.. hhkss kaya yang capek sama aku hkkss, udah aku pergi aja.” New kemudian kembali menarik bajunya dengan kasar dan ia masukan kedalam koper yang tadi siang diambil oleh Tay dari condo nya.

Tay langsung menarik tubuh New untuk masuk ke pelukan nya “sayang, sayang hey hey.. Tenang dulu, tenang yaaa.” mengelus punggung New dengan lembut.

“Aku bercanda sayang, aku bercanda.” “Aku gak akan cari yang lain, kan aku sayangnya sama kamu aja. Udah yaa udah jangan nangis, oke?” Tay melepas pelukan nya lalu mengusap wajah New yang kini memerah penuh dengan airmata dan juga ingus yang keluar dari hidungnya. “Tuhkan jadi merah gini mukanya, udah udah. Aku minta maaf ya bercanda nya keterlaluan, maafin ya?”

New mengangguk dengan cepat “jangan becanda gitu hkks lagi.” Tay tersenyum lalu mengecup dahi New “iya gak akan.”

Tay menarik tubuh New untuk duduk di ranjang, membersihkan air mata dan ingus New dengan tissue yang berada di atas nakas samping ranjang tersebut “udah ya? Nanti kalau nangis gini, Ayah Bunda nanya kamu kenapa, nanti kalau tau aku yang bikin nangis kamu, aku pasti di omelin. Kamu mau liat aku di omelin gak?” New menggeleng. “Nah makanya udah jangan nangis ya?” New kini mengangguk.

“Tapi baju aku jadi berantakan.” Lirih New menengok perbuatan nya.

“Udah gak papa, nanti biar aku minta tolong mbak buat rapihin lagi ya sayang?”

New menunjukan ekspresi sedihnya lagi “aku nyusahin ya?” Tay langsung buru-buru menggelengkan kepalanya “engga sayang engga. Udah yuk, kita siap-siap makan malem ke bawah. Biar nanti aku minta tolong mbak rapihin lagi kamar kamu ya sayang?” Tay kemudian mengajak New untuk berdiri dan menuju ruang makan di lantai satu rumahnya.

— Ruang makan Vihokratana’s

Kini Tay, New dan kedua orang tua Tay sudah duduk di kursi makan dan bersiap menyantap santapan makan malam.

“Nih udah Bunda banyakin sayur sawi nya khusus buat Thi kesayangan Bundaa.” Ucap Bunda sebari menyodorkan piring yang sudah terisi penuh dengan berbagai makanan bergizi untuk New.

New mengambil dengan malu-malu “makasih Bunda.”

“Belum apa-apa sekarang udah New, New yang paling utama.” Keluh Tay sebari mengambil lauk untuk dirinya sendiri.

“Heh! New kan bawa anak kamu! Dan otomatis calon cucu nya Ayah. Nih nak ayamnya tambah ya?” Ayah Tay kembali menaruh sepotong ayam diatas piring milik New. New kembali mengangguk malu-malu. “Makasih Ayah.”

New pun memberikan potongan ayam yang sebelumnya ada di piringnya untuk Tay “nih, kamu kan paling suka bagian paha atas.”

“Udah-udah, sekarang pada mulai makan dulu deh. Kasian Thi kayanya udah laper banget. Dimakan sayang, sok dimakan ya?” Ucap Bunda lembut.

Kemudian keempatnya pun langsung fokus menyantap makan malamnya tersebut.

Kurang lebih dua puluh menit berlalu kini keempatnya pun selesai menyantap makan malamnya. New pun yang sudah terbiasa langsung bangun untuk membereskan meja makan tersebut, baru saja New akan menumpuk piring-piring kotor Bunda langsung memutar menarik tubuhnya “udah, biarin Mbak Siti aja. Kita keruang keluarga aja ya? Ada yang mau di omongin sama Ayah sama Bunda.”

New mau tak mau pasrah, ia pun sempat melirik kearah Tay agar Tay bergegas menyusul dirinya dan ibu mertuanya menuju ruang keluarga.

Diruang keluarga, New duduk bersebelahan dengan Tay. Ayah dan Bunda nya duduk di sofa sebrang keduanya. Ayah Tay mulai berdeham mungkin pembicaraan akan segera di mulai.

“Hm, tadi Ayah udah dapet laporan dari Bunda mengenai kandungan Thi, apa saja yang harus di hindari agar tetap sehat dan tadi juga Tay sudah menebus beberapa obat dan vitamin buat Thi dan calon cucu Ayah.” Tay dan New mengangguk.

“Dan Ayah juga sudah dengar, mengenai kegelisahan Thi mengenai perkuliahan..” New menunduk, rasa sedihnya kembali hadir merambat di hatinya.

“Hm, Ayah mengerti Thi pasti sedih dengan permintaan kami untuk menunda perkuliahan tersebut, tapi ini kan demi kebaikan semuanya dan ini hanya menunda kok nanti setelah cucu kami lahir, Thi selesai pemulihan pasca melahirkan Ayah janji Thi boleh langsung daftar kembali kuliah, dan untuk biaya nya biar Ayah yang tanggung, Thi jangan khawatir ya? Jadi sekarang lebih baik Thi fokus ke masa kehamilan Thi, banyak-banyak istirahat. Oke?”

New mengangkat wajahnya lalu mengangguk dengan lemah “iya Ayah.”

“Nah untuk Tay, kamu akan tetap berkuliah tapi.. Ayah juga mau kamu tetap membantu Ayah di kantor, mungkin untuk awal-awal masa perkuliahan Ayah akan kasih toleransi terlebih dahulu karena kamu pasti harus melaksanakan ospek dll. Tapi nanti setelah ada perkuliahan Ayah mau kamu membantu Ayah, dan Ayah juga akan menggaji kamu. Mungkin kamu tidak bekerja full time tapi tetap Ayah mau kamu dapat sedikit-sedikit belajar tentang perusahaan, bagaimana?”

Tay mengangguk “iya Ayah, siap.”

Ayah Tay ikut mengangguk lalu menoleh kearah Bunda Tay, “nah, sekarang giliran Bunda.” “Mengenai pernikahan kalian berdua.” Tay dan juga New serempak menatap wajah Bunda.

“Pokoknya kalian tenang saja, semuanya sudah di atur sama Ayah sama Bunda dan WO. Nanti Bunda minta list aja tamu undangan kalian, biar cepet dikerjakan. Lalu apa dari kalian ada yang mau request atau apa? Karena bagaimanapun kan ini tetap pernikahan kalian berdua.” Tanya Bunda.

Tay menggeleng, New pun sedikit ragu jujur ia ingin sedikit meminta sesuatu tapi ia takut, dengan lemah pun ia ikut menggeleng.

“Thi.. Bunda tau ada yang pengen kamu sampaikan, sampaikan saja nak.”

Mata New menatap Ayah dan Bunda Tay secara bergantian, Tay pun mengelus punggung tangan nya “kalo ada yang mau kamu sampein, sampein aja sayang.”

New pun menarik nafasnya “hm, kalau boleh hmm New pengen resepsi nya ada outdoor Bunda, tapi kalau venue nya udah Bunda pilih yaudah gak usah, gapapa kok.”

“Oke sayang, tenang aja. Pokonya tenang nanti Bunda atur supaya ada outdoor nya, adalagi?” New menggeleng. “Makasih Bunda.”

“Sama-sama sayang, paling nanti Bunda minta kalian buat ngukur cincin ya? Hmm, mungkin lusa kayanya. Oke?”

Tay dan New mengangguk serempak. “Ada lagi gak? Kalo gak ada aku sama New mau naik ke atas.” Tanya Tay.

“Ohya, selama kalian belum nikah gak boleh ada yang tidur sekamar.” Ucap Ayah Tay tegas.

“Ayah ih.” Tentu saja Tay menolak, New sebenarnya juga ingin menolak karena beberapa hari ini ia mau nya berdekatan dengan Tay akan tetapi ia masih sungkan menolak perintah dari Ayah mertuanya.

Ayah Tay menggelengkan kepalanya “gak, gak ada penolakan! Kalian di biarin berduaan aja sekarang jadi hamil begini, walaupun Ayah seneng bakal dapat cucu.”

Tay memutar bolanya malas lalu menatap Bunda nya berharap mendapat bantuan.

“Maaf sayang, buat sekarang bener kata Ayah kalian mending pisah kamar dulu. Bukan nya kita gak percaya tapi tetep aja namanya udah berduaan kan? Terus kamu inget kan kata Kak Arm buat sekarang Thi gak boleh capek dan kalian juga di sarankan gak berhubungan badan dulu.” Bunda menuturkan penuturan nya.

Setelah mendengar penjelasan Bunda, New pun sedikit mengerti walaupun sebenarnya ia sangat sedih karena tak bisa memeluk Tay selama tidur tapi mau bagaimana lagi. “Iya Tee, kita misah dulu aja.”

Tay membalikan wajahnya menatap New tak percaya. “Hin????”

“Udah-udah, pokoknya sebelum nikah gak ada namanya tidur bareng! Kamu sabar dulu dong, 2minggu lagi baru boleh berdua-duaan.” Ucap Bunda Tay.

Ayah Tay bangkit dari duduknya “udah sana istirahat, besok kamu harus temani Ayah pagi-pagi Tay. Ayah ada jadwal golf sama rekan bisnis Ayah, kamu harus temani.”

“Iya bener, Thi juga segera tidur ya? Besok temenin Bunda test food.” Bunda mengikuti Ayah Tay berdiri dari duduknya.

Tay dan New pun mengangguk lalu ikut berdiri dan mulai berjalan menuju kamar yang berada di lantai dua.

Tay terlebih dahulu mengantar New ke kamarnya, wajahnya masih terlihat sebal karena perintah Ayah dan juga Bunda nya. “Muka nya jangan bete gitu dong.” Ucap New.

“Gimana gak bete, aku mau nya tidur sama kamu Hin. Lagian, aku gak akan ngapa-ngapain kamu kali.” Jawab Tay.

New sedikit terkekeh “takutnya aku yang mau kamu apa-apain tau.”

“Hin!” Tay membelakkan matanya.

“Hahahahaha, udah sana tidur. Kamu besok mesti bangun pagi.” New berkata lembut sebari merapihkan rambut Tay yang menutupi dahi lelakinya tersebut.

“Kamu juga ya? Besok pasti abis test food Bunda ngajak kamu belanja deh, siapin tenaga kamu dari sekarang. Kalo misalnya capek, jangan ragu buat bilang Bunda” New mengangguk paham.

“Mau peluk dulu.” Ujar New lalu membentangkan tangan nya agar Tay masuk ke pelukan nya. Tay pun dengan sigap langsung masuk kepelukan New tak lupa ia mengecup pucuk kepala New dan juga pipinya.

“Bobo yang nyenyak ya sayang.” New mengangguk “kamu juga.” Tay pun melepas pelukan nya, lalu mengecup bibir New dengan cepat kemudian iapun menurunkan tubuhnya sehingga kini wajahnya tepat berada di hadapan perut New “adik juga bobo ya? Jangan nakal ya sayang? Jangan bikin Papahnya mual ya nak.” Terakhir Tay pun mengecup perut New dengan lembut.

“Yaampun gaya nya udah kaya mau ldr lintas benua, sampe di ciumin gitu.” Goda Bunda yang tak sengaja melihat pemandangan bucin dari anak dan menantunya.

“Ih Bundaaa!” Tay berteriak dan New pun langsung bergegas masuk kedalam kamarnya.

Bunda pun terkekeh puas lalu berjalan meninggalkan anaknya yang sudah kesal karena ulahnya.

New kini diam di kamar tamu yang di siapkan oleh keluarga Vihokratana, sebenarnya tadi ia mencoba ke dapur untuk mencari pekerjaan yang bisa ia lakukan karena ia merasa tak enak hati bila hanya berdiam diri di kamar nya dan juga ia merasa sedikit bosan karena Tay juga sedang pergi bersama Ayah nya sejak beberapa jam yang lalu, akan tetapi baru saja ia menuruni tangga ia sudah di hadang oleh calon mertuanya untuk segera berbalik kembali ke kamarnya untuk kembali beristirahat.

Tayangan di televisi pun tak ada yang menarik perhatian nya, ia pun memilih untuk duduk di ujung kasurnya dan mulai menekan layar ponsel nya, fikiran New kembali melayang melihat foto dirinya yang masih berumur tiga tahun sedang di gendong oleh Ayahnya dan di peluk oleh Ibunya yang menjadi wallpaper di ponselnya “Yah..Ibu maafin New.” Lirih New sedih.

“Thi?” Lamunan New sedikit terusik karena kini ia merasakan elusan di lembut di kedua bahunya, New menoleh ke sumber suara. “Eh Bunda..”

Bunda tersenyum tulus di hadapan nya “Bunda tadi ketuk pintu nya, tapi Thi gak nyaut. Jadi, Bunda langsung masuk. Ngeganggu gak?” New menggeleng dengan cepat. “Gak kok Bun.”

“Thi kenapa? Ada yang lagi di fikirin?” New kembali menggeleng. “Gak kok Bun gak ada apa-apa.”

Bunda mengambil kedua tangan New, lalu ia mengelus punggung tangan New dengan lembut “Bunda perhatiin dari kita pulang, Thi lebih banyak diem. Thi ngerasa keberatan dengan pernikahan sama Tay?”

“Gak Bunda, New malah bersyukur banget Bunda sama Ayah mau ngurusin segala-gala nya buat aku sama Tay, dan terlebih Bunda sama Ayah mau nerima aku sama adik.” Suara New semakin mengecil di akhir kalimat.

“Kenapa harus nolak Thi sama calon cucu Bunda coba? Gak mungkin lah.” Tersenyum mendengar penuturan calon mertuanya, hatinya menghangat. “Thi sayang, dengerin Bunda.. kalau Thi lagi ngerasa ada yang gak enak di hati,jangan sungkan buat cerita sama Bunda ya? Thi gaksendiri sayang, ada Bunda ada Tay ada Ayah bahkan sekarang ada adik yang nemenin Thi. Jangan dipendem sayang.”

New sedikit mengigit bibirnya, ia takut menangis di hadapan Bunda. “New lagi kangen Ayah sama Ibu aja Bun.” Jawab New lemah. Bunda menatap calon menantu nya dengan tatapan sendu. “Bunda paham, tapi Thi harus ingat Ayah sama Ibu Thi udah tenang di surga, sesekali kangen gapapa tapi jangan berlarut-larut ya nak? Di doain aja, itu udah lebih dari cukup buat Ayah sama Ibu Thi.” New mengangguk.

“Thi?” New mengangkat wajahnya menatap wajah Bunda. “Iya Bun?”

Bunda menarik nafas sebelum berbicara “kamu kefikiran masalah kuliah ya nak?” New membelak terkejut “eng..”

“Tay udah cerita sama Bunda, kamu dapet beasiswa di Grammy (Universitas Graha Madya) Manajemen bisnis kan? Hebat banget anak Bunda.” Bunda mengelus kepala New, New masih menduduk.

“Bunda ngerti dan paham, kamu pasti pengen banget ambil kesempatan itu tapi Thi denger sendiri kan Kak Arm menyarankan Thi buat bedrest, gak boleh banyak kegiatan berat dulu, sedangkan kalau Thi kuliah Thi kan mau gak mau harus jalanin ospek, dan kegiatan-kegiatan lain nya. Bunda bukan menghalangi mimpi kamu dalam mengejar ilmu, tapi Thi paham kan? Bunda takut Thi sama adik kenapa-napa.” New masih menundukkan wajahnya, tak terasa air mata pun kini turun dari matanya rasa bersalah kepada kedua orang tuanya kini kembali hadir di fikiran nya, wajah-wajah kecewa Ayah dan Ibu kini tergambar jelas di fikiran nya.

Bunda memeluk New lalu mengelus punggung New dengan lembut “gapapa nangis aja, jangan di tahan sayang.”

“New ngecewain Ayah Ibu Bun..“Lirihnya di balik pelukan Bunda. “Ayah sama Ibu pengen liat New jadi sarjana, tapi New malah gini. Ngecewain..”

Bunda mengangkat wajah New “sayang, namanya orang tua pasti akan mencoba mengerti dengan apa yang terjadi sama anak-anaknya, mungkin benar kami awalnya merasakan kekecewaan tapi kami para orang tua pasti lambat laun akan mengerti dan menerima dengan yang terjadi pada anaknya, Bunda percaya pasti Ayah sama Ibu kamu akan mengerti sayang.”

“Sayang, kamu bukannya tidak akan mewujudkan mimpi orang tua mu, hanya mungkin akan sedikit terlambat. Bunda janji, setelah kamu melahirkan kamu bisa langsung persiapan untuk kuliah sayang, tapi Bunda mohon untuk tahun ini kamu tunda dulu ya?” New melihat keseriusan di mata Bunda, ia pun luluh lalu mengangguk dengan lemah.

Bunda langsung memeluk tubuh New “makasih ya sayang, kamu jangan mendem hal-hal yang menganggu fikiran kamu sendirian, ada Bunda disini sayang.” New mengangguk.

“Udah jangan nangis lagi ya? Mending kamu mandi, terus siap-siap makan malem nanti ya? Kamu suka banget sawi putih kan? Bunda udah siapin khusus buat Thi.” Bunda mengelus pucuk kepala New lalu tersenyum tulus kepada New.

“Iya Bun, makasih ya Bun sekali lagi.” Bunda kini mengangguk dan berdiri dari duduknya “sana mandi gih, Tay mungkin sebentar lagi bakal sampe.” Lalu Bunda berjalan menjauh menuju pintu keluar dari kamar New.

“Saya sudah di parkiran dekat lobby, kamu masih lama?” Sesampainya di RSPI Tay langsung menghubungi New yang masih berada di dalam untuk menjenguk temannya.

“Ohyasudah, janjian di lobby ya? Saya sepertinya mau cari toilet dulu.” “Oke saya tutup ya Poom.” Kemudian Tay mengakhiri panggilan nya dengan New, ia pun keluar dari mobilnya masuk menuju lobby dan mulai mencari toilet yang berada di lantai tersebut.

Kurang lebih lima menit Tay berada di toilet, ia pun segera menuju lobby untuk menunggu kekasihnya, Tay pun sempat menulis pesan kepada New bahwa sekarang ia sedang menunggu New di lobby karena mata Tay masih sibuk ke ponsel pintarnya ia tak menyadari ketika ada seseorang di depannya yang juga fokus menatap ponselnya.

dugg “Eh Astaga, maaf-maaf saya gak liat maaf.” Ucap wanita yang bertabrakan dengan Tay. “Saya juga minta maaf, saya fokus ke ponsel saya.” Tay pun mengangkat wajahnya, wajahnya langsung menunjukkan ekspresi terkejut.

“Namiii?” “Tetaaa?” ucap keduanya secara bersamaan, masing-masing dari keduanya menunjukkan wajah yang tak percaya.

“Ada yang sakit?” Tay yang pertama bertanya, wanita di hadapannya menggeleng “aku lagi magang jadi perawat disini. Kamu ngapain?”

Tay terdiam sebentar kemudian menjawab “saya nunggu.. E-e temen saya.” Wanita itu tersenyum “masih saya-saya an? Kamu gak banyak berubah ya Tee..” Tay tersenyum kikuk, akhirnya keduanya sempat mengobrol singkat saling menanyakan kabar dan tak lupa kedua nya sempat bertukar no ponsel, menyambung silaturahmi katanya.

“Tanaaaa.” Suara New sempat membuat obrolan keduanya terhenti, Tay menoleh ke sumber suara. New mendekat dan menunjukkan wajah bertanya siapa?. “Nam, ini kenalin New.” Kedua tangan Tay menunjuk tubuh New.

Wanita yang di panggil Nami itu pun tersenyum dan mengarahkan tangan nya ke hadapan New mengajak bersalaman “hai, Namtan.” New menerima jabatan tangan Namtan lalu mencoba tersenyum “New.” Setelah melepas jabatan tangan nya, Namtan kembali menatap wajah Tay “temen kamu udah datang, aku masuk ya Tee? Nanti salam ya ke Off,Arm sama Alice.” Tay mengangguk.

Temen? WTF, gue pacarnya woy! ni cewe siapa sihhh? Pake ngomong aku-kamu lagi sama Tana, paansiiiih New mendumal dalam hatinya.

“Duluan ya New?” Namtan kembali tersenyum lalu berjalan meninggalkan Tay dan juga New masuk menuju Rumah Sakit tersebut, New pun mengangguk tanda mengiyakan.

New membalikkan tubuhnya menjadi berdiri didepan kekasihnya, wajahnya seolah mengisyaratkan meminta penjelasan siapa wanita tersebut. Bukan nya menjelaskan Tay malah berbalik menuju pintu keluar lobby, New membelakkan mata nya tak percaya. Bukannya menjelaskan ia malah di tinggal begitu saja. Mau tak mau iapun mengejar Tay menuju parkiran.

Saat keduanya sudah di dalam mobil, keduanya masih memilih diam. Suasana di mobil tersebut sedikit aneh karena tak biasanya kedua nya berdiam diri tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. “Dia temen SMA saya.” Tay bersua pertama.

New mengangguk “oh, sama dong kaya aku. Aku juga kan cuman temen Tana.” Jawab New sarkas, ia masih kesal mendengar Namtan menganggap New hanya teman Tay dan Tay pun tak mau repot-repot menjelaskan status New kepada Namtan.

“Kok kamu sendiri, yang lain kemana?” Tay mencoba mengalihkan pembicaraan, ia menghindari drama tentang status yang sepertinya membuat New agak kesal.

New menatap tajam Tay dari ujung mata nya “itu dia kenapa manggil kamu Tee? Panggilan sayang? Kenapa gak manggil kamu Tay atau Tawan aja kaya yang lain?”

“Beberapa temen saya manggil saya Tee kok, agar lebih singkat. Gak usah mikir aneh-aneh.” Jawab Tay yang sudah mulai menjalankan mesin mobilnya menuju keluar parkiran Rumah sakit tersebut. “Kamu mau langsung pulang?”

New yang tak puas dengan jawaban Tay ingin sekali melempar ribuan pertanyaan kembali yang ada di otaknya, tapi ia sadar semuanya pasti akan percuma karena Tay akan bisa menjawab semua pertanyaan nya dan menjelaskan bahwa ia dan Namtan hanya sebatas teman SMA, tapi entah mengapa New bisa merasakan bahwa kedua nya sepertinya lebih dari teman biasa. New pun memilih menahan pertanyaan nya dan lebih baik mencari tahu sendiri tentang Namtan yang katanya hanya teman SMA Tay.

“Poom?” Tay membuyarkan lamunan New.

“Langsung pulang ke kost aja.” Jawab nya sebari menatap jalanan Jakarta lewat jendela disampingnya.

@pandaloura

New mengutuk dirinya sendiri, ia benar-benar harus menjauhi dapur sepertinya. Padahal sejak semalam ia sudah banyak menonton tayangan youtube untuk membuat menu sarapan simple bersama pacar, tapi tetap saja masakan nya tidak ada yang berakhir baik.

Setelah membersihkan kekacauan nya di dapur, ia pun segera naik ke kamarnya dan langsung membenamkan wajahnya di bantal miliknya “bego! bego! Sumpah, udah sombong-sombong ke Tana pake bilang siap-siap kagum sama masakan gue, taunya gagal. Maluuuuuuuuu.” Teriak New di balik bantalnya.

New membalikan tubuhnya, melihat jam yang ada di dinding kamarnya “setengah tujuh, mandi dulu lah.” Lalu berjalan menuju kamar mandi sebari menunggu kekasihnya.

Setelah kurang lebih lima belas menit membersihkan tubuhnya, ia pun segera memakai pakaian santainya. Tak berselang lama pintu kamarnya di ketuk dari arah luar.

“Bentar.” Teriak New dari dalam kamar, ia pun bergegas menuju pintu kamarnya. Saat pintu terbuka ia dapat melihat sosok kekasihnya yang menenteng sebuah kantung makan berwarna coklat dengan lambang McD.

New otomatis mempoutkan bibirnya. “Saya masuk dulu ya?”

New mengangguk “kok bisa masuk?”

“Tadi ketemu Phuwin dia mau kelas pagi, jadi langsung disuruh masuk.” Jawab Tay sebari berjalan masuk ia pun duduk di atas karpet bulu dekat kasur New. “Sini.”

New mendekat dengan masih mempoutkan bibirnya “udah jangan bete, nih makan dulu katanya laper.” Menyodorkan kantung McD kehadapan New.

“Aku malu.” Lirih New.

Tay mulai membuka kantung makanan nya dan memberikan pesanan New “malu kenapa?”

“Aku udah bangga banget ke kamu, eh tapi malah gagal.” New masih menundukkan wajahnya.

Tay mengusak surai rambut kekasihnya “gapapa, kan belajar. Udah gak usah di fikirin.”

“Aku kan pengen nyobain masakin Tana, jangan Tana aja yang masakin aku.”Kini New mulai membuka sausage mcmuffin miliknya. “Padahal goreng telor sama roti doang tetep aja gagal.” New menghempaskan nafasnya kasar.

Tay tersenyum “gapapa, yang penting udah usaha. Nanti kita belajar masak ya? Saya juga gak pinter-pinter amat tapi tau dasar-dasarnya, nanti saya ajarin kamu ya?”

New kini mulai mengangkat wajahnya menatap Tay “bener?” Tay kemudian mengangguk.

“Makasiiiiih Tana, beneran deh aku kayanya dulu pernah nolongin dunia kali ya di masa lalu makanya sekarang aku beruntung banget punya kamu.” Ucap New menggebu-gebu.

Tay terkekeh “bisa saja kamu.”

New mulai memasukan sarapan nya masuk ke mulutnya “Tana..Mmh Ta..na suka ngerasa bweerungthunggg juga ga ma akhuu..”

“Kunyah dulu, baru ngomong.” Tay mengusapkan ibu jarinya ke ujung bibir New membersihkan saus yang berada disana. Lalu bangun dari duduknya dan berjalan mengambil segelas air putih untuk New.

Tay menyodorkan gelas tersebut di hadapan New yang kini sedang mempoutkan bibirnya kembali. Tay tersenyum lalu mengecup pucuk kepala sang kekasih “saya jauh lebih beruntung punya kamu, kamu yang selalu mau coba hal baru untuk menyenangkan saya.” “Makasih ya Poom.”

Saat mendengar ucapan Tay, New merasa perutnya di penuhi dengan kupu-kupu yang sedang menari, hatinya begitu menghangat. Ia pun memberikan senyuman terbaiknya kepada Tay kekasihnya “walaupun seringnya gagal, tapi nanti ada saatnya aku pasti bisa berhasil, tunggu ya? Jangan kemana-mana sampe aku berhasil.

“Saya mau kemana? Orang saya maunya cuman sama kamu, jadi saya gak akan kemana-mana.” “Kecuali kamu yang pergi ninggalin saya.”

New menatap mata Tay “aku juga gak akan kemana-mana. Pokoknya aku mau sama Tana selama-lama-lamaaaaaaanyaaaaaa.”

Tay kembali terkekeh “iya-iya, udah sekarang makan dulu yang benar. Nanti kamu keselek.”

“Tana juga makan, kan ini judulnya sarapan bersama pacar.”

Tay mengangguk lalu mengambil breakfast wrap miliknya.

end. @pandaloura

📍Bandung

New bangun dari tidurnya, ibunya sudah terlebih dahulu bangun sepertinya. Ia pun langsung mengambil ponselnya melihat jam dan berharap ada balasan dari anak-anak ataupun suaminya. “Baru jam delapan, dan gak ada yang bales chat gue.” New menarik nafasnya “emang beneran pada gak inget kali sama gue.” ucapnya sebari mulai membereskan kasur yang ia pakai. Selesai ia membereskan kamarnya, ia pun bergegas turun untuk membantu ibunya dan juga mengecek kondisi ayahnya.

“Baru bangun?” Ayah New sedang membaca koran diruang keluarga.

New bergegas turun “Ayah gmn masih sakit gak?” New langsung memeriksa segala detail tubuh ayahnya.

“Orang ayah gak kenapa-napa, ibu mu tuh yang heboh langsung main bawa ke IGD aja. Ampundeh.” Jelas Ayah New.

“Yaa gimana gak heboh, kamu sampe meraung-raung gitulooh nahan sakitnya.” Ibu New ikut bergabung di antara obrolan New dan juga ayahnya.

“Nih pada sarapan dulu.” Ajak ibu New. New dan ayahnya pun mengangguk lalu mulai mengikuti ibu New untuk masuk ke ruang makan.

Akhirnya keluarga Techaaphaikun pun memulai sarapan nya, di tengah-tengah kegitan sarapan mereka ayah New menginterupsi. “Kamu kapan balik ke Jakarta?”

New menghentikan kegiatan menyendok makanan nya “Ayah ngusir aku?”

“Ayah nanya, bukan ngusir.”

New memutar bola matanya malas “sama aja, nanya teh kaya yang ngusir.”

“Cepet pulang, kasian suami sama anak-anakmu.” Ucap Ayah New kembali.

New terdiam sebentar lalu bergumam “merekanya aja bisa kali tanpa ada aku juga.”

“Inget wejangan yang semalem, jangn cuman masuk telinga kan keluar telinga kiri.” Ibu New ikut berkomentar.

“Iya iya, nanti aja siang atau sorean biar adem nyetirnya. Lagian aku masih kangen Ayah sama Ibu, kan jarang-jarang ini aku ke Bandung.” Jawab New.

“Jangan menghindar, hadapi. Biar ada solusi.” ucap Ayah New kembali.

New mengangguk “iya-iya, gak akan. Nanti aku sampe rumah langsung ngobrol sama anak-anak sama Mas Tay juga.”

“Bagus, itu baru anak Ayah.” Ayah New memberikan jempolnya ke hadapan anaknya.

“Ish apaan sih?! Aku bakal pulang hari ini, tapi jangan usir aku sampe nanti siang! Aku mau nemenin Ayah sama Ibu dulu.” Jawab New lancar.

Ayah dan Ibu New mengangguk dan mulai menyantap kembali sarapan paginya.

📍 Tol Pasteur 11:39 AM

Pluem duduk di kursi pengemudi dan di sebelahnya telah duduk Ayahnya, dan di belakang kedua adiknya duduk dengan manis walaupun terkadang terdengar perselisihan tak penting di antara keduanya.

Pluem mulai membelokkan mobilnya menuju arah Dago, menuju perumahan Calistha Dago Residence, karena hari ini weekend jadi mereka sempat terjebak macet sesaat sebelum keluar Tol Pasteur.

Setelah berkendara hampir dua setengah jam akhirnya mobil Mazda milik Tay memasuki kawasan perumahan milik mertuanya. Hati nya sedikit deg-deg an karena kembali merasa bersalah kepada suami manisnya. Lalu tak berselang lama mereka sampai di depan pekarangan rumah yang asri penuh dengan berbagai macam tanaman.

Frank dan Nanon langsung menghambur turun dengan cepat dari mobil tersebut, di ikuti oleh Pluem dan juga Tay, keempatnya kini sudah berada didepan pintu masuk rumah tersebut. Lalu keempatnya di sambut oleh suara Ayah New.

“Akiiii!!!!” Teriak Frank juga Nanon yang langsung memeluk lelaki berambut putih tersebut.

Aki sedikit terperanjat melihat ketiga cucu dan menantunya tiba-tiba berada di depan matanya. “Kok bisa kesini?”

“Mau jemput Papah.” Jawab Nanon. “Papah mana? Emak mana?” Tanya Frank.

Tak lama datanglah wanita yang di sebut Emak dari arah dapur “YaAllah, cucu ganteng emakk!” Teriaknya.

Pluem,Frank dan Nanon kini berlari berhambur mendekati Neneknya tersebut. “Mau pada jemput Papah ya? Gih, keatas. Tadi mah lagi mandi sambil denger lagu, makanya gak denger kayanya kalian pada dateng.” Ucap Emak, langsung di balas anggukan oleh ketiga cucu tampan nya.

“Kita ke atas ya Makk?” Izin Pluem kepada Neneknya. “Sok gih, samperin gih Papahnya.” Emak memberi izin, setelah mendapat izin ketiganya pun melesat dengan cepat menuju lantai dua untuk menemui Papahnya.

Saat ketiga cucunya telah naik kini tersisa Aki,Emak dan juga Tay di lantai bawah. Tay mendekat ke arah Emak lalu langsung mengambil tangan nya untu dikecup punggung tangan nya “Ayah Ibu sehat?”

Kedua nya mengangguk “sehat Tawan, kamu gimana? Katanya lagi sibuk banget ya? Sampe gak punya waktu buat anak saya?” Tanya Aki dengan nada sarkas, Aki langsung mendapat pukulan dari Emak! “gak boleh begitu!”

“Udah sana gih, samperin New nya.” “Udah punya buntut tiga, masa marah-marahan kaya remaja gini.” Goda Emak kepada Tay, Tay pun hanya bisa tersenyum dan menggaruk leher belakangnya yang tak gatal. “Iya Bu, Tawan naik dulu yaaa.”

— Kamar New

Setelah naik kini ketiga trio bibit unggul sudah berada di depan kamar Papahnya, dengan perlahan Pluem mengetuk pintu tersebut. “Siapa?” New menurunkan volume musik dari kamarnya, pintu nya masih terketuk New pun berjalan menghampiri pintu tersebut “siapa sih?” sesaat setelah membuka pintu ia langsung mendapat pelukan erat dari ketiga anak bujangnya “Papaaaaaah Maaaaaafin.” ucap ketiganya denga kompak. New masih memproses segalanya, apakah ini mimpi atau halusinasi dirinya.

Ketiganya pun melepas pelukan karena tak ada respon dari Papahnya.

“Papaaaaaah maafin Adek yaa? Adek nyebelin banget sama Papaah, Papah boleh marah tapi jangan pergi ninggalin Adek.” Nanon meraih tangan New lalu kembali memeluk tubuhnya.

New yang tersadar ini bukan sedekar mimpi atau halusinasi dirinya kemudian mengelus punggung anak bungsunya tersebut “iya sayang, gapapa. Papah gak marah kok, tapi boleh gak Adek luangin waktunya juga buat Papah? Papah kangen sama Adek.” Nanon mengangguk dan menumpahkan air matanya.

“Adek juga kangen Papah, maaaafin Adek.” New kembali mengelus punggung anaknya “iya sayang, udah jangan nangis, malu sama Kakak sama Abang.” Lalu Nanon melepas pelukan nya, dan menghapus airmatanya.

“Awas geser.” Frank menyenggol tubuh Nanon agar bergeser. “Papaaah ih Frankie Paaaaah.” Nanon mengadu pada New, New pun tersenyum, ah dia merindukan keributan ini.

“Kakak.. Adeknya jangan di godain aja.” ucapnya lembut.

Frank ragu-ragu untuk memeluk tubuh New tapi di dorong perlahan oleh Pluem sehingga dirinya menubruk tubu New, New pun langsung menarik anak tengahnya tersebut ke dekapannya.

“Papah, maaafin Kakak. Kakak udah kasar di depan Papah, ditambah Kakak lupa waktu main sama temen-temen dan gak punya waktu sama Papah, dan maaf juga Kakak gak sempet makan sop kaki buatan Papah, padahal papah niat banget bikin nya. Maaafin Frank.” “Pulang ya pah.”

New mengelus lembut punggung Frank “iya sayang gapapa, nanti Papah masakin lagi ya?”

“Pulang ya Pah..” lirih Frank.

New mengangguk “iya sayang.” Frank kemudian melepas pelukan nya. Kini Pluem datang mendekati New, langsung memeluk tubuh New.

“Abang terlalu fokus sama kegiatan abang, sampe gak nyadar ada yang gak beres di keluarga kita, abang minta maaf ya Pah.” “Minta maaf buat masalah pepes juga, Maaafin.” Pluem menyesal.

New mengangguk “iya Abang, gapapa.”

“Papah pulang ya sama kita?” Ucap Pluem sebari melepas pelukannya. “Iya sayang.”

“Ehem.” Suara dehaman Tay membuat seluruh mata menuju Tay.

“Cucu Emakkk, sini yuk temenin Emak beli es cendol yuuu?” Ajak Emak di tangga, Pluem dan Frank mengerti lalu mengangguk sedangkan Nanon tak mau “aku mau sama Papah.” Frank kemudian menarik tubuh Nanon agar segera ikut dengan dirinya dan juga abangnya. “Frankieee!!!!! Lepasiiiiin ih orang mau sama Papah.” teriak Nanon yang dipaksa oleh Frank. Akhirnya kini hanya tersisa Tay dan juga New di dalam kamar milik New.

“Maaaf.” Ucap Tay langsung kepada New. “Semalem kata-kata aku jahat banget sama kamu, padahal kamu udah sebegitunya sama aku sama anak-anak, tapi aku malah jahat sama kamu.” New masih diam di hadapan nya.

“Kamu pasti sedih banget ya denger ucapan aku?” New masih tak mau menjawab.

“Hin…”

“Semalem kamu manggil aku New, kenapa sekarang gak manggil gitu lagi?” ucap New dingin.

Tay langsung memeluk tubuh New “maaaf, semalem emosi aku jelek banget. Maaafin ya sayang?” “Ada masalah di pabrik Tangerang, pjadi aku bener-bener kewalahan Hin. Maaf malah ngelampiasin ke kamu, ke Frank. Maaaf” Tay bergetar, dirinya benar-benar menyesali perbuatannya semalam.

New akhirnya membalas pelukan Tay “Mas kalau ada masalah jangan sungkan bagi ke aku, aku mungkin gak bisa kasih solusi setidaknya aku bisa jadi pendengar yang baik buat kamu.” Tay mengangguk. “Maafin aku Hin.”

“Maaafin aku juga Mas, aku selalu ngambil kesimpulan sendiri. Aku gak pernah mencoba mengerti posisi kamu, kita sama-sama belajar lebih terbuka lagi ya mas? Aku juga minta maaf.”

Tay melepas pelukan nya lalu mengecup bibir New dengan perlahan. “Aku kangen kamu.”

“Sama, aku juga kangen Mas. Kangen banget malah.”

“Anak-anak kira-kira beli cendol nya jauh gak Hin?” Tanya Tay.

New berjalan menuju pintu kamarnya, menutup lalu menguncinya “aku gak peduli mau jauh apa engga, yang penting aku mau kamu sekarang.” Lalu mendorong tubuh Tay ke arah ranjang miliknya. Tanpa di beritahu, kalian tau kan apa yang terjadi selanjutnya😉

end. @pandaloura