Desire
Jam menunjukan pukul empat lebih tiga puluh lima sore, New yang sedari siang hanya menghabiskan waktunya di kamar miliknya kini bergegas menuju dapur, ia harus mempersiapkan makan malam untuk anak-anak dan juga suaminya.
“Eh Tuan, kok bangun?” Tanya Bi Ida yang melihat New memasuki dapur. New tersenyum “kan mau masak makan malem Bi.” Ucapnya sebari membuka kulkas miliknya untuk melihat bahan-bahan apa saja yang tersedia disana.
Bi Ida mendekat “biar bibi aja tuan, tadi tuan Tay juga sudah telefon bibi katanya tolong buat makan malam karena Tuan New gak enak badan katanya.”
“Udah gapapa, saya enakan kok. Bi kok saya tiba-tiba pengen kerupuk ya? Kita gak beli ya pas belanja bulanan?” Tanya New sebari membuka satu-persatu laci persediaan makanan didapur tersebut.
“Gak beli tuan, saya belikan saja ya ke warung?” Tanya Bi Ida. New pun mengangguk “boleh deh bi, tolong yaaa. Bentar saya ambil dulu uangnya.”
Sebelum New Bi Ida sudah menahan tuannya terlebih dahulu “gak usah tuan, ini masih ada sisa uang yang kemarin bekas beli minyak.”
“Eh masih ada? Yauda atuh bi pake uang itu aja dulu ya?” Bi Ida mengangguk “udah pokoknya tuan istirahat aja, urusan makan malam biar bibi yang atur ya?”
New tersenyum “iyaiya tapi saya bantu cuci sayuran dulu, biar nanti bibi tinggal ngolahin pas pulang dari warung.”
“Yauda bibi jalan atuyah, pokoknya abis nyuci itu istrahat aja ya tuan ya?” Bi Ida pun berjalan meninggalkan New yang mengangguk dan sudah mulai mengeluarkan brokoli dan wortel untuk ia bersihkan.
New pun memotong wortel yang sebelumnya sudah ia bersihkan, saking fokusnya ia tak sadar saat ada sepasang mata elang yang memperhatikan gerak-geriknya sedari tadi. Tak lama New pun sedikit terkejut karena ia merasa tubuhnya didekap dan ia merasakan nafas seseorang di lehernya.
“Mas??” New yang sudah yakin nafas tersebut adalah milik suaminya.
“Hmmm.” New merasakan bahunya dijadikan sandaran oleh dagu milik Tay. “Kok udah pulang Mas? Ini kayaknya baru jam lima kurang?” Tanya New yang heran suaminya pulang lebih cepat dari biasanya.
Tanpa menjawab pertanyaan dari New, Tay mulai mengendus dan menciumi leher milik suami manisnya. “Maas.. Kalau kamu lupa ini kita lagi di dapur loh.”
Tangan Tay mulai turun dari perut milik New, tangan kanannya mulai mengelus paha milik New yang hanya terbalut celana bahan lalu tangan kiri Tay mulai meremas bongkahan sintal yang menjadi candu untuk dirinya. “Aku kangen kamu banget, dari tadi pagi aku udah gak bisa fokus Hin. Kalau bukan meeting sama client penting aku udah pulang dari tadi pagi kayaknya.” Ucap Tay di samping telinga New.
“Nggggghh..” suara New yang sudah mulai terdistract karena ulah suaminya. “Mas aku beresin ini dulu mmhhh.. Tangan kamu..hhhah”
Tay dengan cepat memutar tubuh New agar berhadapan langsung dengan wajahnya “biar Bi Ida aja, tacil udah gak bisa nunggu.” Ucap Tay sebari mulai menggesekkan penis miliknya dan juga milik New yang keduanya masih tertutup oleh celana.
“Tacil nakal.” Ujar New sebari melingkarkan tangannya ke leher milik Tay, Tay pun dengan cepat menyambar bibir ranum milik New pagutan bibir antar keduanya pun tak dapat dihindari, Tay yang sudah semakin tak kuat dengan cepat mengangkat tubuh milik suaminya untuk naik kepangkuannya tanpa melepas pagutan keduanya.
Beruntungnya letak kamar keduanya yang berada di lantai yang sama dengan dapur dan juga ingatan Tay yang begitu tajam mengingat tata letak kamarnya sehingga Tay tak terlalu kesusahan tiba di kamar dengan waktu yang singkat walau bibirnya sibuk bertautan dan tubuhnya memangku ala koala suami manisnya.
Sesampainya di kamar Tay sempat melepas pagutannya dan langsung melempar dengan lembut tubuh New keatas kasur “Hin buka baju kamu.” Perintahnya sebari berjalan menuju pintu kamarnya untuk mengunci pintu tersebut, New mendengarkan perintah dari suaminya dengan baik.
Dengan begitu cepatnya keduanya kini sudah bertelanjang bulat, Tay berjalan menuju nakas samping miliknya untuk mengambil sebotol lube dan juga kondom.
“Mas.. Sekali aja ya? aku harus ikut makan malem, tadi pagi aku udah gak liat anak-anak soalnya.” Pinta New kepada Tay, Tay mengangguk sebari sibuk membuka kondomnya dan mulai memasangkannya ke penis miliknya yang memang sedari tadi sudah berdiri dengan tegaknya.
“Lebari kaki kamu hin.” Perintahnya lagi dan New pun kembali menuruti perintah suaminya dengan cepat, Tay langsung mengukung tubuh New yang berada dibawahmya ketiga jari tangan kirinya sudah dipenuhi oleh lube, dengan sigap Tay langsung memasukkan ketiga jari tersebut untuk masuk ke lubang milik suaminya, sedangkan tangan kanan nya saling bertautan dengan tangan milik New.
“Mmhhhh..” New mengigit bibirnya saat ketiga jari Tay memasuki lubang miliknya, sepertinya suaminya benar-benar sudah tak sabar untuk menggempur miliknya.
Bibir Tay tak mau diam, ia mulai melayangkan lidahnya untuk memberi jilatan ke pucuk dada milik New yang sudah menegang sedangkan ketiga jarinya tak berhenti bergerak dibawah sana untuk memberi ruang di lubang milik New. “Mass… Ngggggh pelan mmmh pelan..”
Tay seolah menulikan telinganya ia semakin menggencarkan gerakannya di bawah sana, bibirnya sudah menambahkan gigitan di sekitaran puting milik suaminya yang terkadang membuat New tersentak mengangkat punggungnya karena ulah suaminya tersebut.
Tay merasa kegiatan fingeringnya sudah cukup, ia pun dengan perlahan mulai menarik ketiga jarinya lalu melepas permainan lidahnya di puting milik New. New yang sudah pasrah dengan segala permainan dari suaminya hanya bisa diam memandang suaminya yang kini mulai melumuri penisnya dengan lube dengan jumlah yang tak sedikit.
“Aku masuk ya Hin..” Tay mulai mengarahkan penisnya tepat didepan lubang milik New, New pun hanya bisa mengangguk dengan pasrah.
“Nggggghhhh” Tay mengerang saat penisnya masuk ke lubang sempit milik suaminya, kepalanya mengadah keatas menikmati kenikmatan dari pijatan lubang suaminya yang masih saja sangat sempit padahal hampir setiap hari Tay menggempur lubang tersebut, ia mulai memaju-mundurkan tubuhnya dengan perlahan matanya menangkap pemandangan yang indah yaitu wajah kacau suami manisnya yang berada di bawahnya.
“Kamu makin cantik aja sayang.” Ucap Tay kepada New, tangan keduanya saling bertautan tubuhnya sudah melakukan persatuan. New mulai mengeluarkan suara-suara desahan karena penis milik Tay mulai menemukan ritme terbaiknya. Tay seolah tak memberikan kesempatan New untuk diam atau sekedar menumpahkan rasa nikmatnya bibir New kembali dibungkam oleh pagutan mesra oleh bibir Tay, lidah keduanya ikut saling bertautan.
“Hahhh..Mmhhh..Nggghhh..” suara desahan dan geraman dari mulut keduanya saling bersautan di ruangan kamar tersebut, udara dingin dari air conditioner sepertinya kalah oleh panasnya permainan keduanya.
Tay kini semakin mempercepat gerakan pinggulnya, titik nikmat lubang New yang tersentuh tak henti-hentinya membuat New merasa di langit ketujuh. New melepas pagutan antara dia dan suaminya, mendorong kepala Tay untuk kembali bermain dengan pucuk dadanya yang menegang, Tay yang paham dengan cepat langsung kembali meraup pucuk dada milik New dengan lidahnya ia secara bergantian menghisap kedua puting pink yang menegang tersebut.
“Mass… Hahhhh… Mmhhh.. Eennak..” New meracau sebari meremat rambut suaminya, mendorong kepala Tay agar lebih memperdalam hisapan terhadap pucuk dadanya.
Tay pun mengabulkan permintaan suami manisnya, ia semakin gila saat menghisap puting milik New membuat New kembali meringis kenikmatan sedangkan dibawah sana Tay semakin memperdalam gerakannya mengejar puncak kenikmatan untuknya.
“Mass aku..mau..mmhhh keluar.” New menggelengkan kepalanya karena sepertinya pelepasannya akan segera sampai, Tay semakin mempercepat gerakan pinggulnya “tahaan Hin, bareng.. sebbentar..” Kemudian dengan Tay kembali memperkuat hujamannya.
“Haaaaahhhhhhh…”
“Mmhhhhhhh…Nghhhh..Hahhhh.” Keduanya mencapai puncak kenikmatan secara bersamaan, Tay langsung merebahkan tubuhnya diatas tubuh New yang masih mencoba menetralkan nafasnya yang terengah-engah. “Beraaat.” Ucap New sebari mendorong tubuh Tay menjauh dari tubuhnya.
Tay pun dengan perlahan menggeser tubuhnya lalu melepas persatuan tubuhnya dengan tubuh suaminya dengan perlahan membuka kondom yang sudah penuh oleh cairan mani miliknya kemudian mengikat kondom tersebut dan membuangnya dengan sembarang. Ia pun kemudian menurunkann tubuhnya membuat wajahnya sejajar dengan leher putih milik New yang ia masih bisa lihat dengan jelas tanda-tanda kemerahan akibat perbuatannya tadi malam, Tay tersenyum bangga kemudian mulai kembali mengecup perpotongan leher tersebut.
“Hhh.. Mas… Itu aja masih merah..” New mencoba mendorong tubuh Tay menjauh tapi apa daya tenaganya jauh lebih rendah dibandingkan suaminya, bukannya menjauh Tay semakin mendekap tubuh New “gak akan bikin tambah merah, mas pengen cium aja.” Tay kembali fokus dengan kegiatannya mencium, menjilat tanpa menyesap karena Tay tau apabila ia menambahkan tanda merah di perpotongan leher tersebut New tidak akan suka.
Tangan kanannya ia turunkan untuk mengocok penis milik New yang sepertinya sudah kembali terlelap “mmhhh..” New kembali mendesah.
Desahan dari mulut New semakin membuat Tay ingin bermain-main, kepala penis New yang masih sedikit basah karena cairan maninya pun dijadikan sebagai pelumas agar kocokan tangan Tay lebih mudah, Tay mempercepat handjobnya lidahnya mulai naik menjilati daun telinga milik New. Nafas New yang baru saja normal kini berubah menjadi menderu kembali, tangannya kembali meremat rambut hitam milik Tay kembali mendorong Tay untuk memperdalam hisapannya.
Kegiatan itu berjalan cukup lama sampai Tay bisa merasakan penis New sedikit bergetar tanda pelepasannya akan segera tiba, kemudian Tay menghentikan kegiatan handjobnya yang membuat New menunjukan ekspresi kekecewaan “kenapa berhenti?” tanya New.
Tay tak menjawab tetapi ia mulai menggeser tubuhnya kebawah, kini wajahnya sudah berhadapan langsung dengan penis milik New yang masih menegang, tanpa menunggu lama Tay langsung mengulum penis milik New kedalam mulutnya, New sempat tersentak namun karena hangat dari mulut suaminya kembali membuat ia merasakan kenikmatan.
Dengan cepat Tay mengulum, menghisap penis tersebut. New benar-benar di buat kenikmatan ia meremas sprei dibawahnya menyalurkan rasa nikmat dari permainan mulut suaminya, penis New kembali menegang dan bergetar hebat dan Tay semakin memperdalam kulumannya dan tak lama New pun kembali memuncratkan cairan mani nya memenuhi mulut Tay, Tay tersenyum puas lalu menelan seluruh air mani milik suami manisnya, kemudian membersihkan sekitaran kepala penis New dengan lidahnya.
“Haaaah.. Hahhhhh…” New menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, ia benar-benar di buat kewalahan sekaligus kenikmatan oleh permainan suaminya.
Tay kembali menggeser tubuhnya ia kemudian mengecup dahi milik New yang sudah di penuhi oleh keringat “makasih sayang” lalu mendekap tubuh New untuk masuk ke pelukannya.
New mengangguk lemah tenaganya sudah habis terkuras “sama-sama, aku mau tidur sebentar.”
“Mau magrib loh sayang, pamali.” Ucap Tay.
New menggelengkan kepalanya di dada bidang milik suaminya “bentaaar aja, capeeek tau!” ucapnya dengan nada manja. Tay pun terkekeh “mandi aja yu? Nanti mas bantuin.”
New mencubit perut Tay “ogah! Nanti paling aku di kerjain lagi, udah sana kamu mandi duluan, kamu beres mandi baru aku.”
“Hahahahaha, yauda.. Tapi lepas dulu atuh pelukannya gimana aku mau mandi coba.” New yang sadar tangannya melingkar dengan erat di tubuh suaminya pun kemudian dengan cepat melepas pelukannya “udah sana ah.”
Tay kembali terkekeh kemudian sebelum bangun ia kembali mengecup dahi dan juga pucuk kepala suaminya “nanti mas beres kamu mandi yaaa? Anak-anak nungguin buat makan malam loh.” New pun mengangguk sebari memejamkan matanya, ia butuh mengistirahatkan tubuhnya sejenak.
📍Ruang Makan Vihokratana’s 18.45
Ketiga anak Vihokratana sudah menduduki kursinya masing-masing, obrolan mereka sempat terhenti ketika mengetahui ayah Tay yang datang dan duduk di kursinya.
“Papah mana? Masih sakit? Adek belum liat hari ini.” Nanon langsung bertanya karena melihat Tay yang berjalan sendirian dari kamarnya.
“Ada, bentar lagi juga kesini.” Jawab Tay setelah duduk dikursinya.
Tak berselang lama New pun berjalan mendekat kearah meja makan.
“Papaaaaaaaaah..” Nanon berteriak lalu memeluk tubuh New, New hanya bisa tersenyum sebari mengelus pucuk kepala anak bungsunya.
“Papah masih gaenak badan? Kok pake sweater gitu sih?” Tanya Nanon khawatir karena melihat Papahnya berbalut sweater tebal yang menutupi tubuhya sampai leherpun ikut tertutup.
Frank dan Pluem yang mengerti hanya bisa saling bertukar pandang, lalu Frank mengambil inisiatif “dah ah, paling papah dingin doang dek. Udah yuk ah makan, laper nih.”
Tay pun berdeham lalu mulai memimpin doa dan keluarga tersebut mulai memakan makan malamnya dengan tenang.
📍 Kamar Ayah&Papah 23:12
Tay baru saja selesai dari ruang kerjanya, setelah makan malam ia memilih kembali keruang kerjanya untuk membaca final report bulanan dari bawahannya yang tadi sore tak sempat ia baca karena ia memilih untuk pulang lebih awal karena ia begitu menginginkan suami manisnya.
Begitu ia memasuki kamarnya ia sudah di suguhi pemandangan suami manisnya yang tertidur dengan begitu nyenyaknya sampai New tak sadar bahwa selimut yang menutupi tubuhnya sedikit bergeser sehingga mengekspos paha putihnya.
Tay mendekat lalu mengelus paha putih tersebut dengan lembut. Entah mengapa akhir-akhir ini nafsunya benar-benar sedang gila-gilanya, dengan melihat paha putih milik New saja sudah membuat miliknya tegang mengeras. Bersenggama dengan New tak cukup sekali baginya, ia candu akan suaminya.
New yang malam ini memang menggunakan piyama pendek berbahan dasar satin silk seolah memang sengaja mengundang perhatian dari suaminya, dan Tay mulai terpancing gairahnya. Ia mulai mengelus paha dalam milik New, tangan kirinya dengan perlahan mulai melepas kancing piyama New lalu Tay tarik bajunya ke sisi kanan sehingga mengekspos bahu mulus milik New, bibirnya kemudian mulai mengecupi bahu tersebut.
“Mmhhh…” Tidur New terasa terganggu, ia pun mulai membuka kedua matanya dengan perlahan dan mendapati tangan kiri Tay yang mulai meremas-remas dadanya sedangkan tangan kanannya memberikan elusan lembut di paha miliknya. “Mass mmhhh..”
“Eh kebangun yaa?” Tay yang berada di belakang New bertanya, New pun memutar bola matanya malas “menurut kamu, gimana aku gak bangun coba tangan kamu tuh nakal banget.”
Tay terkekeh “kamu sexy banget sih, aku gak kuat.” New kemudian merubah arah tubuhnya yang semula memunggungi Tay kini menjadi menghadap sang suami.
“Masaaaa?” New menggoda Tay dengan memainkan jari tangannya di wajah suaminya.
Tay kemudian mulai mengecupi tangan New yang bermain-main diatas wajahnya “seriusan, kayaknya aku beruntung banget deh bisa nikah sama kamu.” New merespon dengan berdecih “makin bisaaaa aja gombalnya” Tay hanya terkekeh lalu ia mulai mengelus wajah New dengan jari-jarinya.
“Terserah kamu mau bilang aku gombal atau apa, tapi yang ini beneran dari hati aku yang paling dalem.” Tay menatap iris mata New seolah itu adalah pusat dunianya “Thitipoom.. Terimakasih kamu mau memilih menghabiskan waktu kamu dengan aku, terimakasih untuk waktu, tenaga dan fikiran kamu dalam mendidik anak-anak kita, kamu tau kamu adalah hal yang paling indah di hidupku, i love you my Thitipoom.” lalu Tay mulai mengikis jarak diantara keduanya, ia memagut bibir lelaki manisnya dengan manis dan mesra melimpahkan segala rasa syukurnya atas Thitipoom yang diciptakan untuk dirinya.
New melepas pagutan keduanya lalu mengelus wajah Tay “makasih juga kamu sudah menjadi suami sekaligus ayah yang selalu memberikan yang terbaik untuk aku dan anak-anak mas.” “Kamupun hal yang paling indah buat aku mas, i love you Tawanku..” lalu kembali mempertemukan bibir keduanya kembali, pagutan panaspun tak bisa terelakan.
Selama kedua bibir mereka bertautan, keduanya saling melempar pakaian yang mereka kenakan yang akhirnya membuat keduanya kini sudah bertelanjang bulat, Tay yang kali ini melepas pagutan bibir keduanya.
“Bentar.. Aku ambil kondom dulu.” Tay mencoba bangkit akan tetapi ditahan oleh New.
“Mas.. Ayok kita bikin anak keempat.” Ucap New dengan malu-malu. Tay membelakkan matanya “kamu..kamu yakin?” New mengangguk lalu bangkit dari tidurnya mendorong tubuh Tay agar kembali naik ke ranjang milik keduanya, Tay pun terduduk dan punggungnya ia sandarkan ke headboard kasur milik keduanya.
New turun menuju nakas mengambil sebotol lube lalu naik ke pangkuan tubuh Tay, tanpa basa-basi New menumpahkan cairan lube tersebut ke beberapa jarinya lalu dengan perlahan ia mulai melakukan fingering kedalam lubangnya tepat di hadapan suaminya. Tay hanya bisa menatap tak percaya, pemandangan di hadapannya benar-benar sesuatu yang indah. New dengan muka kacaunya melakukan kegiatan fingering sebari mengeluarkan alunan desahan dari mulutnya.
“Hhahhhh… Mggggghh..” New mengigit ujung bibirnya agar desahannya tak terlalu terdengar dan membuatnya semakin terlihat sexy dimata Tay.
Tay mencoba membantu akan tetapi ditolak oleh New “biar aku yang kerja, biar aku yang puasin kamu malem ini mas.” ucap New dengan nada sensual. Setelah kegiatan fingering tersebut New pun mulai memajukan tubuhnya ia sedikit mengangkat pantatnya lalu menggesekan lubangnya ke penis milik Tay yang sudah benar-benar berdiri tegak.
“Nhgggghhhh.. Hin….” Tay mengeram ingin sekali ia langsung memasukan penisnya kelubang yang membuat candu dirinya.
New tersenyum puas melihat wajah Tay yang mengeras dan tak sabar ingin dipuaskan. Tangan New kemudian meraih penis Tay yang menegang kemudian ia pun mulai mengarahkan penis tersebut masuk ke arah lubangnya, ia sempat meringis karena ukuran penis Tay yang luarbiasa begitu sulit memasuki lubang sempit miliknya. Tay yang tau suami manisnya kesulitan pun membantu dengan mengangkat sedikit pantatnya hingga kini penisnya sudah masuk dengan sempurna ke lubang milik New.
“Hahhhhh..” New menjatuhkan kepalanya dibahu lebar sang suami, tubuh bagian bawahnya masih sedikit terasa tak nyaman karena ketika posisi ia di atas penis Tay benar-benar terasa memenuhi tubuhnya. “Bentar ya mas.” lirinya.
Tay mengangguk lalu menarik wajah New untuk mempertemukan bibir keduanya kembali sebari menunggu suaminya merasakan kenyamanan dibawah sana.
New mulai menggerakan pinggulnya membuat Tay mengeram dibalik ciuman keduanya, New melingkarkan tangannya keleher Tay kepalanya mengadah keatas seolah memberikan lehernya untuk di sesap oleh Tay, Tay pun langsung mengambil kesempatan itu ia mulai menjilati dan mengecup leher New sebari penisnya menikmati goyangan dari pinggul New, penisnya benar-benar di manjakan. New tak henti-hentinya mengeluarkan desahan kenikmatan karena posisi seperti ini benar-benar membuatnya gilak, titik prostatnya benar-benar dihujam nikmat oleh penis milik Tay, ia pun kembali mempercepat gerakannya sehingga Tay kembali mengeram kenikmatan.
Tay yang sepertinya akan mencapai pelepasan nya kemudian mulai mengubah posisi keduanya, Tay mulai mendorong tubuh New agar telentang tanpa melepas persatuan tubuh antara keduanya. Hanya butuh waktu seperkian detik kini Tay sudah berada diatas tubuh New mengukung tubuh suaminya tersebut lalu ia mulai mempercepat gerakan keluar-masuk lubang New, ia mengejar pelepasan milikya.
“Hahhhhhh… Mass…. Fasterrrr…hhhhhhh” New meracau saat Tay menggempur lubangnya dengan begitu cepat, ia mau yang lebih cepat. Tay pun dengan senang hati menambah kecepatannya tangan nya mulai meraih penis milik New untuk ia berikan kocokan dari tangan nya sehingga tak butuh waktu yang lama keduanya mencapai pelepasan. Penis Tay maupun penis New hampir bersamaan mengeluarkan semburan air maninya. Tay melepaskan air maninya tersebut tepat di lubang milik New, New merasakan hangat di sekitaran perutnya.
Tanpa melepas persatuan tubuhnya Tay mendekap tubuh New “kamu yakin?”
“Yakin apanya?” New mendongakkan kepalanya menatap Tay yang ada diatasnya.
Tay memandang New “tentang anak keempat?” New tersenyum “kamu selalu menuhin semua permintaan aku, sekarang giliran aku yang menuhin permintaan kamu mas.”
Hati Tay begitu menghangat, impian dan harapannya mengenai anak keempat akhirnya menemui titik terang, ia kemudian mempererat pelukannya air matanya hampir jatuh “makasih Hin.” kemudian mengecup pucuk kepala suami manisnya “makasih”
“Sama-sama, anak-anak biar nanti aku kasih pengertian.” Jawab New lembut. Tay kembali tersenyum lalu mengecup bibir New dengan singkat. “Makasih Hin.”
New mengangguk “sama-sama.”
Tay kemudian mulai kembali menggerakan pinggulnya membuat penisnya yang sedang beristirahat bangun kembali, New membelakkan matanya tak percaya “Mas??”
“Kayaknya biar cepet jadi gak cukup sekali dek main nya, sekali lagi yaaa?” Kemudian kembali melahap bibir New, New yang tak percaya dengan betapa tinggi nafsu suaminya tersebut pun hanya bisa pasrah dan berfikir sepertinya keputusan yang ia buat sudah menjadi boomerang tersendiri untuk dirinya.
Dan malam yang panjang dan panas itu kembali terjadi.. New hanya berharap esok hari ini dapat berjalan agar bisa melakukan sarapan dengan ketiga anaknya.
@pandaloura