pandaloura

Jam menunjukan pukul empat lebih tiga puluh lima sore, New yang sedari siang hanya menghabiskan waktunya di kamar miliknya kini bergegas menuju dapur, ia harus mempersiapkan makan malam untuk anak-anak dan juga suaminya.

“Eh Tuan, kok bangun?” Tanya Bi Ida yang melihat New memasuki dapur. New tersenyum “kan mau masak makan malem Bi.” Ucapnya sebari membuka kulkas miliknya untuk melihat bahan-bahan apa saja yang tersedia disana.

Bi Ida mendekat “biar bibi aja tuan, tadi tuan Tay juga sudah telefon bibi katanya tolong buat makan malam karena Tuan New gak enak badan katanya.”

“Udah gapapa, saya enakan kok. Bi kok saya tiba-tiba pengen kerupuk ya? Kita gak beli ya pas belanja bulanan?” Tanya New sebari membuka satu-persatu laci persediaan makanan didapur tersebut.

“Gak beli tuan, saya belikan saja ya ke warung?” Tanya Bi Ida. New pun mengangguk “boleh deh bi, tolong yaaa. Bentar saya ambil dulu uangnya.”

Sebelum New Bi Ida sudah menahan tuannya terlebih dahulu “gak usah tuan, ini masih ada sisa uang yang kemarin bekas beli minyak.”

“Eh masih ada? Yauda atuh bi pake uang itu aja dulu ya?” Bi Ida mengangguk “udah pokoknya tuan istirahat aja, urusan makan malam biar bibi yang atur ya?”

New tersenyum “iyaiya tapi saya bantu cuci sayuran dulu, biar nanti bibi tinggal ngolahin pas pulang dari warung.”

“Yauda bibi jalan atuyah, pokoknya abis nyuci itu istrahat aja ya tuan ya?” Bi Ida pun berjalan meninggalkan New yang mengangguk dan sudah mulai mengeluarkan brokoli dan wortel untuk ia bersihkan.

New pun memotong wortel yang sebelumnya sudah ia bersihkan, saking fokusnya ia tak sadar saat ada sepasang mata elang yang memperhatikan gerak-geriknya sedari tadi. Tak lama New pun sedikit terkejut karena ia merasa tubuhnya didekap dan ia merasakan nafas seseorang di lehernya.

“Mas??” New yang sudah yakin nafas tersebut adalah milik suaminya.

“Hmmm.” New merasakan bahunya dijadikan sandaran oleh dagu milik Tay. “Kok udah pulang Mas? Ini kayaknya baru jam lima kurang?” Tanya New yang heran suaminya pulang lebih cepat dari biasanya.

Tanpa menjawab pertanyaan dari New, Tay mulai mengendus dan menciumi leher milik suami manisnya. “Maas.. Kalau kamu lupa ini kita lagi di dapur loh.”

Tangan Tay mulai turun dari perut milik New, tangan kanannya mulai mengelus paha milik New yang hanya terbalut celana bahan lalu tangan kiri Tay mulai meremas bongkahan sintal yang menjadi candu untuk dirinya. “Aku kangen kamu banget, dari tadi pagi aku udah gak bisa fokus Hin. Kalau bukan meeting sama client penting aku udah pulang dari tadi pagi kayaknya.” Ucap Tay di samping telinga New.

“Nggggghh..” suara New yang sudah mulai terdistract karena ulah suaminya. “Mas aku beresin ini dulu mmhhh.. Tangan kamu..hhhah”

Tay dengan cepat memutar tubuh New agar berhadapan langsung dengan wajahnya “biar Bi Ida aja, tacil udah gak bisa nunggu.” Ucap Tay sebari mulai menggesekkan penis miliknya dan juga milik New yang keduanya masih tertutup oleh celana.

“Tacil nakal.” Ujar New sebari melingkarkan tangannya ke leher milik Tay, Tay pun dengan cepat menyambar bibir ranum milik New pagutan bibir antar keduanya pun tak dapat dihindari, Tay yang sudah semakin tak kuat dengan cepat mengangkat tubuh milik suaminya untuk naik kepangkuannya tanpa melepas pagutan keduanya.

Beruntungnya letak kamar keduanya yang berada di lantai yang sama dengan dapur dan juga ingatan Tay yang begitu tajam mengingat tata letak kamarnya sehingga Tay tak terlalu kesusahan tiba di kamar dengan waktu yang singkat walau bibirnya sibuk bertautan dan tubuhnya memangku ala koala suami manisnya.

Sesampainya di kamar Tay sempat melepas pagutannya dan langsung melempar dengan lembut tubuh New keatas kasur “Hin buka baju kamu.” Perintahnya sebari berjalan menuju pintu kamarnya untuk mengunci pintu tersebut, New mendengarkan perintah dari suaminya dengan baik.

Dengan begitu cepatnya keduanya kini sudah bertelanjang bulat, Tay berjalan menuju nakas samping miliknya untuk mengambil sebotol lube dan juga kondom.

“Mas.. Sekali aja ya? aku harus ikut makan malem, tadi pagi aku udah gak liat anak-anak soalnya.” Pinta New kepada Tay, Tay mengangguk sebari sibuk membuka kondomnya dan mulai memasangkannya ke penis miliknya yang memang sedari tadi sudah berdiri dengan tegaknya.

“Lebari kaki kamu hin.” Perintahnya lagi dan New pun kembali menuruti perintah suaminya dengan cepat, Tay langsung mengukung tubuh New yang berada dibawahmya ketiga jari tangan kirinya sudah dipenuhi oleh lube, dengan sigap Tay langsung memasukkan ketiga jari tersebut untuk masuk ke lubang milik suaminya, sedangkan tangan kanan nya saling bertautan dengan tangan milik New.

“Mmhhhh..” New mengigit bibirnya saat ketiga jari Tay memasuki lubang miliknya, sepertinya suaminya benar-benar sudah tak sabar untuk menggempur miliknya.

Bibir Tay tak mau diam, ia mulai melayangkan lidahnya untuk memberi jilatan ke pucuk dada milik New yang sudah menegang sedangkan ketiga jarinya tak berhenti bergerak dibawah sana untuk memberi ruang di lubang milik New. “Mass… Ngggggh pelan mmmh pelan..”

Tay seolah menulikan telinganya ia semakin menggencarkan gerakannya di bawah sana, bibirnya sudah menambahkan gigitan di sekitaran puting milik suaminya yang terkadang membuat New tersentak mengangkat punggungnya karena ulah suaminya tersebut.

Tay merasa kegiatan fingeringnya sudah cukup, ia pun dengan perlahan mulai menarik ketiga jarinya lalu melepas permainan lidahnya di puting milik New. New yang sudah pasrah dengan segala permainan dari suaminya hanya bisa diam memandang suaminya yang kini mulai melumuri penisnya dengan lube dengan jumlah yang tak sedikit.

“Aku masuk ya Hin..” Tay mulai mengarahkan penisnya tepat didepan lubang milik New, New pun hanya bisa mengangguk dengan pasrah.

“Nggggghhhh” Tay mengerang saat penisnya masuk ke lubang sempit milik suaminya, kepalanya mengadah keatas menikmati kenikmatan dari pijatan lubang suaminya yang masih saja sangat sempit padahal hampir setiap hari Tay menggempur lubang tersebut, ia mulai memaju-mundurkan tubuhnya dengan perlahan matanya menangkap pemandangan yang indah yaitu wajah kacau suami manisnya yang berada di bawahnya.

“Kamu makin cantik aja sayang.” Ucap Tay kepada New, tangan keduanya saling bertautan tubuhnya sudah melakukan persatuan. New mulai mengeluarkan suara-suara desahan karena penis milik Tay mulai menemukan ritme terbaiknya. Tay seolah tak memberikan kesempatan New untuk diam atau sekedar menumpahkan rasa nikmatnya bibir New kembali dibungkam oleh pagutan mesra oleh bibir Tay, lidah keduanya ikut saling bertautan.

“Hahhh..Mmhhh..Nggghhh..” suara desahan dan geraman dari mulut keduanya saling bersautan di ruangan kamar tersebut, udara dingin dari air conditioner sepertinya kalah oleh panasnya permainan keduanya.

Tay kini semakin mempercepat gerakan pinggulnya, titik nikmat lubang New yang tersentuh tak henti-hentinya membuat New merasa di langit ketujuh. New melepas pagutan antara dia dan suaminya, mendorong kepala Tay untuk kembali bermain dengan pucuk dadanya yang menegang, Tay yang paham dengan cepat langsung kembali meraup pucuk dada milik New dengan lidahnya ia secara bergantian menghisap kedua puting pink yang menegang tersebut.

“Mass… Hahhhh… Mmhhh.. Eennak..” New meracau sebari meremat rambut suaminya, mendorong kepala Tay agar lebih memperdalam hisapan terhadap pucuk dadanya.

Tay pun mengabulkan permintaan suami manisnya, ia semakin gila saat menghisap puting milik New membuat New kembali meringis kenikmatan sedangkan dibawah sana Tay semakin memperdalam gerakannya mengejar puncak kenikmatan untuknya.

“Mass aku..mau..mmhhh keluar.” New menggelengkan kepalanya karena sepertinya pelepasannya akan segera sampai, Tay semakin mempercepat gerakan pinggulnya “tahaan Hin, bareng.. sebbentar..” Kemudian dengan Tay kembali memperkuat hujamannya.

“Haaaaahhhhhhh…”

“Mmhhhhhhh…Nghhhh..Hahhhh.” Keduanya mencapai puncak kenikmatan secara bersamaan, Tay langsung merebahkan tubuhnya diatas tubuh New yang masih mencoba menetralkan nafasnya yang terengah-engah. “Beraaat.” Ucap New sebari mendorong tubuh Tay menjauh dari tubuhnya.

Tay pun dengan perlahan menggeser tubuhnya lalu melepas persatuan tubuhnya dengan tubuh suaminya dengan perlahan membuka kondom yang sudah penuh oleh cairan mani miliknya kemudian mengikat kondom tersebut dan membuangnya dengan sembarang. Ia pun kemudian menurunkann tubuhnya membuat wajahnya sejajar dengan leher putih milik New yang ia masih bisa lihat dengan jelas tanda-tanda kemerahan akibat perbuatannya tadi malam, Tay tersenyum bangga kemudian mulai kembali mengecup perpotongan leher tersebut.

“Hhh.. Mas… Itu aja masih merah..” New mencoba mendorong tubuh Tay menjauh tapi apa daya tenaganya jauh lebih rendah dibandingkan suaminya, bukannya menjauh Tay semakin mendekap tubuh New “gak akan bikin tambah merah, mas pengen cium aja.” Tay kembali fokus dengan kegiatannya mencium, menjilat tanpa menyesap karena Tay tau apabila ia menambahkan tanda merah di perpotongan leher tersebut New tidak akan suka.

Tangan kanannya ia turunkan untuk mengocok penis milik New yang sepertinya sudah kembali terlelap “mmhhh..” New kembali mendesah.

Desahan dari mulut New semakin membuat Tay ingin bermain-main, kepala penis New yang masih sedikit basah karena cairan maninya pun dijadikan sebagai pelumas agar kocokan tangan Tay lebih mudah, Tay mempercepat handjobnya lidahnya mulai naik menjilati daun telinga milik New. Nafas New yang baru saja normal kini berubah menjadi menderu kembali, tangannya kembali meremat rambut hitam milik Tay kembali mendorong Tay untuk memperdalam hisapannya.

Kegiatan itu berjalan cukup lama sampai Tay bisa merasakan penis New sedikit bergetar tanda pelepasannya akan segera tiba, kemudian Tay menghentikan kegiatan handjobnya yang membuat New menunjukan ekspresi kekecewaan “kenapa berhenti?” tanya New.

Tay tak menjawab tetapi ia mulai menggeser tubuhnya kebawah, kini wajahnya sudah berhadapan langsung dengan penis milik New yang masih menegang, tanpa menunggu lama Tay langsung mengulum penis milik New kedalam mulutnya, New sempat tersentak namun karena hangat dari mulut suaminya kembali membuat ia merasakan kenikmatan.

Dengan cepat Tay mengulum, menghisap penis tersebut. New benar-benar di buat kenikmatan ia meremas sprei dibawahnya menyalurkan rasa nikmat dari permainan mulut suaminya, penis New kembali menegang dan bergetar hebat dan Tay semakin memperdalam kulumannya dan tak lama New pun kembali memuncratkan cairan mani nya memenuhi mulut Tay, Tay tersenyum puas lalu menelan seluruh air mani milik suami manisnya, kemudian membersihkan sekitaran kepala penis New dengan lidahnya.

“Haaaah.. Hahhhhh…” New menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, ia benar-benar di buat kewalahan sekaligus kenikmatan oleh permainan suaminya.

Tay kembali menggeser tubuhnya ia kemudian mengecup dahi milik New yang sudah di penuhi oleh keringat “makasih sayang” lalu mendekap tubuh New untuk masuk ke pelukannya.

New mengangguk lemah tenaganya sudah habis terkuras “sama-sama, aku mau tidur sebentar.”

“Mau magrib loh sayang, pamali.” Ucap Tay.

New menggelengkan kepalanya di dada bidang milik suaminya “bentaaar aja, capeeek tau!” ucapnya dengan nada manja. Tay pun terkekeh “mandi aja yu? Nanti mas bantuin.”

New mencubit perut Tay “ogah! Nanti paling aku di kerjain lagi, udah sana kamu mandi duluan, kamu beres mandi baru aku.”

“Hahahahaha, yauda.. Tapi lepas dulu atuh pelukannya gimana aku mau mandi coba.” New yang sadar tangannya melingkar dengan erat di tubuh suaminya pun kemudian dengan cepat melepas pelukannya “udah sana ah.”

Tay kembali terkekeh kemudian sebelum bangun ia kembali mengecup dahi dan juga pucuk kepala suaminya “nanti mas beres kamu mandi yaaa? Anak-anak nungguin buat makan malam loh.” New pun mengangguk sebari memejamkan matanya, ia butuh mengistirahatkan tubuhnya sejenak.

📍Ruang Makan Vihokratana’s 18.45

Ketiga anak Vihokratana sudah menduduki kursinya masing-masing, obrolan mereka sempat terhenti ketika mengetahui ayah Tay yang datang dan duduk di kursinya.

“Papah mana? Masih sakit? Adek belum liat hari ini.” Nanon langsung bertanya karena melihat Tay yang berjalan sendirian dari kamarnya.

“Ada, bentar lagi juga kesini.” Jawab Tay setelah duduk dikursinya.

Tak berselang lama New pun berjalan mendekat kearah meja makan.

“Papaaaaaaaaah..” Nanon berteriak lalu memeluk tubuh New, New hanya bisa tersenyum sebari mengelus pucuk kepala anak bungsunya.

“Papah masih gaenak badan? Kok pake sweater gitu sih?” Tanya Nanon khawatir karena melihat Papahnya berbalut sweater tebal yang menutupi tubuhya sampai leherpun ikut tertutup.

Frank dan Pluem yang mengerti hanya bisa saling bertukar pandang, lalu Frank mengambil inisiatif “dah ah, paling papah dingin doang dek. Udah yuk ah makan, laper nih.”

Tay pun berdeham lalu mulai memimpin doa dan keluarga tersebut mulai memakan makan malamnya dengan tenang.

📍 Kamar Ayah&Papah 23:12

Tay baru saja selesai dari ruang kerjanya, setelah makan malam ia memilih kembali keruang kerjanya untuk membaca final report bulanan dari bawahannya yang tadi sore tak sempat ia baca karena ia memilih untuk pulang lebih awal karena ia begitu menginginkan suami manisnya.

Begitu ia memasuki kamarnya ia sudah di suguhi pemandangan suami manisnya yang tertidur dengan begitu nyenyaknya sampai New tak sadar bahwa selimut yang menutupi tubuhnya sedikit bergeser sehingga mengekspos paha putihnya.

Tay mendekat lalu mengelus paha putih tersebut dengan lembut. Entah mengapa akhir-akhir ini nafsunya benar-benar sedang gila-gilanya, dengan melihat paha putih milik New saja sudah membuat miliknya tegang mengeras. Bersenggama dengan New tak cukup sekali baginya, ia candu akan suaminya.

New yang malam ini memang menggunakan piyama pendek berbahan dasar satin silk seolah memang sengaja mengundang perhatian dari suaminya, dan Tay mulai terpancing gairahnya. Ia mulai mengelus paha dalam milik New, tangan kirinya dengan perlahan mulai melepas kancing piyama New lalu Tay tarik bajunya ke sisi kanan sehingga mengekspos bahu mulus milik New, bibirnya kemudian mulai mengecupi bahu tersebut.

“Mmhhh…” Tidur New terasa terganggu, ia pun mulai membuka kedua matanya dengan perlahan dan mendapati tangan kiri Tay yang mulai meremas-remas dadanya sedangkan tangan kanannya memberikan elusan lembut di paha miliknya. “Mass mmhhh..”

“Eh kebangun yaa?” Tay yang berada di belakang New bertanya, New pun memutar bola matanya malas “menurut kamu, gimana aku gak bangun coba tangan kamu tuh nakal banget.”

Tay terkekeh “kamu sexy banget sih, aku gak kuat.” New kemudian merubah arah tubuhnya yang semula memunggungi Tay kini menjadi menghadap sang suami.

“Masaaaa?” New menggoda Tay dengan memainkan jari tangannya di wajah suaminya.

Tay kemudian mulai mengecupi tangan New yang bermain-main diatas wajahnya “seriusan, kayaknya aku beruntung banget deh bisa nikah sama kamu.” New merespon dengan berdecih “makin bisaaaa aja gombalnya” Tay hanya terkekeh lalu ia mulai mengelus wajah New dengan jari-jarinya.

“Terserah kamu mau bilang aku gombal atau apa, tapi yang ini beneran dari hati aku yang paling dalem.” Tay menatap iris mata New seolah itu adalah pusat dunianya “Thitipoom.. Terimakasih kamu mau memilih menghabiskan waktu kamu dengan aku, terimakasih untuk waktu, tenaga dan fikiran kamu dalam mendidik anak-anak kita, kamu tau kamu adalah hal yang paling indah di hidupku, i love you my Thitipoom.” lalu Tay mulai mengikis jarak diantara keduanya, ia memagut bibir lelaki manisnya dengan manis dan mesra melimpahkan segala rasa syukurnya atas Thitipoom yang diciptakan untuk dirinya.

New melepas pagutan keduanya lalu mengelus wajah Tay “makasih juga kamu sudah menjadi suami sekaligus ayah yang selalu memberikan yang terbaik untuk aku dan anak-anak mas.” “Kamupun hal yang paling indah buat aku mas, i love you Tawanku..” lalu kembali mempertemukan bibir keduanya kembali, pagutan panaspun tak bisa terelakan.

Selama kedua bibir mereka bertautan, keduanya saling melempar pakaian yang mereka kenakan yang akhirnya membuat keduanya kini sudah bertelanjang bulat, Tay yang kali ini melepas pagutan bibir keduanya.

“Bentar.. Aku ambil kondom dulu.” Tay mencoba bangkit akan tetapi ditahan oleh New.

“Mas.. Ayok kita bikin anak keempat.” Ucap New dengan malu-malu. Tay membelakkan matanya “kamu..kamu yakin?” New mengangguk lalu bangkit dari tidurnya mendorong tubuh Tay agar kembali naik ke ranjang milik keduanya, Tay pun terduduk dan punggungnya ia sandarkan ke headboard kasur milik keduanya.

New turun menuju nakas mengambil sebotol lube lalu naik ke pangkuan tubuh Tay, tanpa basa-basi New menumpahkan cairan lube tersebut ke beberapa jarinya lalu dengan perlahan ia mulai melakukan fingering kedalam lubangnya tepat di hadapan suaminya. Tay hanya bisa menatap tak percaya, pemandangan di hadapannya benar-benar sesuatu yang indah. New dengan muka kacaunya melakukan kegiatan fingering sebari mengeluarkan alunan desahan dari mulutnya.

“Hhahhhh… Mggggghh..” New mengigit ujung bibirnya agar desahannya tak terlalu terdengar dan membuatnya semakin terlihat sexy dimata Tay.

Tay mencoba membantu akan tetapi ditolak oleh New “biar aku yang kerja, biar aku yang puasin kamu malem ini mas.” ucap New dengan nada sensual. Setelah kegiatan fingering tersebut New pun mulai memajukan tubuhnya ia sedikit mengangkat pantatnya lalu menggesekan lubangnya ke penis milik Tay yang sudah benar-benar berdiri tegak.

“Nhgggghhhh.. Hin….” Tay mengeram ingin sekali ia langsung memasukan penisnya kelubang yang membuat candu dirinya.

New tersenyum puas melihat wajah Tay yang mengeras dan tak sabar ingin dipuaskan. Tangan New kemudian meraih penis Tay yang menegang kemudian ia pun mulai mengarahkan penis tersebut masuk ke arah lubangnya, ia sempat meringis karena ukuran penis Tay yang luarbiasa begitu sulit memasuki lubang sempit miliknya. Tay yang tau suami manisnya kesulitan pun membantu dengan mengangkat sedikit pantatnya hingga kini penisnya sudah masuk dengan sempurna ke lubang milik New.

“Hahhhhh..” New menjatuhkan kepalanya dibahu lebar sang suami, tubuh bagian bawahnya masih sedikit terasa tak nyaman karena ketika posisi ia di atas penis Tay benar-benar terasa memenuhi tubuhnya. “Bentar ya mas.” lirinya.

Tay mengangguk lalu menarik wajah New untuk mempertemukan bibir keduanya kembali sebari menunggu suaminya merasakan kenyamanan dibawah sana.

New mulai menggerakan pinggulnya membuat Tay mengeram dibalik ciuman keduanya, New melingkarkan tangannya keleher Tay kepalanya mengadah keatas seolah memberikan lehernya untuk di sesap oleh Tay, Tay pun langsung mengambil kesempatan itu ia mulai menjilati dan mengecup leher New sebari penisnya menikmati goyangan dari pinggul New, penisnya benar-benar di manjakan. New tak henti-hentinya mengeluarkan desahan kenikmatan karena posisi seperti ini benar-benar membuatnya gilak, titik prostatnya benar-benar dihujam nikmat oleh penis milik Tay, ia pun kembali mempercepat gerakannya sehingga Tay kembali mengeram kenikmatan.

Tay yang sepertinya akan mencapai pelepasan nya kemudian mulai mengubah posisi keduanya, Tay mulai mendorong tubuh New agar telentang tanpa melepas persatuan tubuh antara keduanya. Hanya butuh waktu seperkian detik kini Tay sudah berada diatas tubuh New mengukung tubuh suaminya tersebut lalu ia mulai mempercepat gerakan keluar-masuk lubang New, ia mengejar pelepasan milikya.

“Hahhhhhh… Mass…. Fasterrrr…hhhhhhh” New meracau saat Tay menggempur lubangnya dengan begitu cepat, ia mau yang lebih cepat. Tay pun dengan senang hati menambah kecepatannya tangan nya mulai meraih penis milik New untuk ia berikan kocokan dari tangan nya sehingga tak butuh waktu yang lama keduanya mencapai pelepasan. Penis Tay maupun penis New hampir bersamaan mengeluarkan semburan air maninya. Tay melepaskan air maninya tersebut tepat di lubang milik New, New merasakan hangat di sekitaran perutnya.

Tanpa melepas persatuan tubuhnya Tay mendekap tubuh New “kamu yakin?”

“Yakin apanya?” New mendongakkan kepalanya menatap Tay yang ada diatasnya.

Tay memandang New “tentang anak keempat?” New tersenyum “kamu selalu menuhin semua permintaan aku, sekarang giliran aku yang menuhin permintaan kamu mas.”

Hati Tay begitu menghangat, impian dan harapannya mengenai anak keempat akhirnya menemui titik terang, ia kemudian mempererat pelukannya air matanya hampir jatuh “makasih Hin.” kemudian mengecup pucuk kepala suami manisnya “makasih”

“Sama-sama, anak-anak biar nanti aku kasih pengertian.” Jawab New lembut. Tay kembali tersenyum lalu mengecup bibir New dengan singkat. “Makasih Hin.”

New mengangguk “sama-sama.”

Tay kemudian mulai kembali menggerakan pinggulnya membuat penisnya yang sedang beristirahat bangun kembali, New membelakkan matanya tak percaya “Mas??”

“Kayaknya biar cepet jadi gak cukup sekali dek main nya, sekali lagi yaaa?” Kemudian kembali melahap bibir New, New yang tak percaya dengan betapa tinggi nafsu suaminya tersebut pun hanya bisa pasrah dan berfikir sepertinya keputusan yang ia buat sudah menjadi boomerang tersendiri untuk dirinya.

Dan malam yang panjang dan panas itu kembali terjadi.. New hanya berharap esok hari ini dapat berjalan agar bisa melakukan sarapan dengan ketiga anaknya.

@pandaloura

Frank terbangun karena sinar matahari yang masuk menusuk matanya lewat jendela kamarnya, saat membuka matanya ia sedikit terkejut melihat sosok ayahnya yang sedang terduduk di tepi ranjang miliknya.

Ayah Tay menoleh menatap wajah anak tengahnya matanya sedikit bengkak mungkin karena ulah airmatanya yang tak henti-hentinya turun membasahi wajahnya “minum dulu, pasti haus.” Menyodorkan satu gelas berisi air putih penuh.

Frank mendudukan tubuhnya lalu mengambil gelas tersebut, tenggorokan nya memang benar-benar kering mungkin karena ia berteriak cukup keras tadi malam, ia pun meminum air tersebut. Setelah selesai ia pun hanya menatap gelas kosong yang berada di tangannya, ia terlalu takut untuk memulai pembicaraan dengan Ayahnya.

“Maaf, Ayah buka pintu kamar kamu pake kunci cadangan.” Ayah Tay mencoba memulai percakapan. Frank tak menjawab hanya mengangguk.

“Maaf, Ayah ingkar sama Kakak.” “Maaf buat Kakak nunggu, Ayah gak sengaja, bukan semata-mata karena Ayah hanya menganggap kamu pajangan.” Frank masih diam.

Tay sedikit mengubah posisi duduknya menjadi sedikit berhadapn dengan Frank “Kak? Maafin Ayah kalau selama ini sikap Ayah yang mungkin menyakiti kamu.. Ayah minta maaf.” Frank masih menundukkan wajahnya.

“Saya gak di lahirkan langsung menjadi seorang Ayah, Ayah harus belajar untuk semuanya. Belajar menjadi suami yang baik untuk Papah, belajar untuk mengarahkan, memberi kenyamanan dan mendidik Abang sebagai anak tertua, Kakak sebagai anak kedua dan Adek sebagai anak bungsu Ayah. Maaf mungkin selama proses itu banyak ucapan dan tindakan Ayah yang menyakiti kamu. Ini pertama kali untuk saya dan Papah menjadi orang tua, jadi masih banyak kurangnya. Maafkan kami ya Kak?” Frank mengigit bibirnya kuat-kuat, sesungguhnya ia tak mau kembali menangis tapi entah mengapa ucapan Ayahnya begitu hangat dan sedikit membuat rasa bersalah di dalam tubuhnya meningkat.

“Banyak yang bilang, orang tua itu mengajarkan segala hal kepada anaknya tapi pada kenyataannya anaklah yang lebih banyak memberikan pelajaran kepada kami sebagai orang tua, kami di ajarkan untuk menjadi sosok yang kuat, sosok yang harus melindungi kalian, kalian mengajarkan kami apa itu rasa takut kehilangan. Banyak hal yang secara tak langsung Kakak, Abang, dan Adek ajarkan untuk Ayah dan Papah.”

“Kami ada di proses belajar Kak, tolong maafkan kami.” Lirih Tay, Frank mengangkat wajahnya yang kini sudah kembali basah oleh airmata “maafin Frank, Frank salah. Kata-kata Frank pasti menyakiti Ayah dan juga Papah.”

Tay tersenyum lalu menghapus airmata di wajah anak tengahnya “siapapun gak ada benar ataupun salah, kita semua sedang di proses belajar dan sangat wajar di proses belajar ini kita mengalami hal seperti ini Kak.”

“Ayah mau peluk Kakak boleh?” Tanya Tay dengan hati-hati, ia begitu tahu anak keduanya ini memang tak begitu menyukai skinship jadi ketika ia akan melakukan hal tersebut ia lebih baik meminta izin terlebih dahulu kepada Frank.

Frank pun mengangguk, Tay pun langsung meraih tubuh anaknya untuk masuk kedalam dekapannya “si kuat Ayah, si hebatnya Ayah.” Ucap Tay sebari mengelus punggung milik Frank. Frank pun tersenyum dalam tangisnya lalu mempeerat dekapannya.

Tay mencoba menenangkan Frank “udah jangan nangis.. Sekarang mending bangun, gosok gigi terus samperin Papah.” Tay melepaskan pelukannya. “Papah semaleman nangis aja tuh, biasanya Kakak yang marah-marah kalau ada yang bikin nangis Papah.”

Frank kembali menunduk ia mengingat mungkin ucapannya semalam paling banyak melukai Papahnya “Papah dikamar?” Tay tersenyum lalu mengangguk “iya di kamar.”

Tanpa menunggu lama Frank pun turun dari kasurnya, menghapus airmatanya dan berlari menuju kamar Papahnya.

“Dasar anak papah.” Decih Tay sebari menggelengkan kepalanya.

tok tok

“Paaaah?” Frank mengetuk pintu kamar milik Papahnya, karena tak ada jawaban ia pun mendorong pintu tersebut hingga terbuka lalu melihat Papahnya sedang berbaring memunggungi dirinya.

Frank duduk di dekat tubuh Papahnya “Pah maaafin Frank.” Lirihnya. “Seharusnya Frank gak ngomong yang menyakiti kaya semalem.” New pun duduk kemudian menatap anak tengahnya.

“Kakak gak ada yang luka kan nak?” Frank menggeleng. “Maaafin Papah ya nak?” Frank mengangguk.

“Maafin Frank juga.” Lalu Frank mendekatkan tubuhnta untuk memeluk tubuh Papahnya.

“Iya sayang, kalau ada hal-hal yang Kakak gak suka jangan di pendam sayang.. Nantinya akan meledak-ledak seperti kemarin, kalau Kakak ngerasa sedikit terganggu atau apapun jangan sungkan untuk kasih tau kami. Kami gak bisa tau segalanya nak.” Ucap New lembut.

Frank melepaskan pelukannya “iya Kakak nanti belajar buat gak terlalu mendem segalanya Pah.” New menghapus airmata di wajah Frank “Kak?”

“Kakak ada alasan kenapa cuman Kakak yang gak punya album dari bayi, bukan karena kami tak menginginkan Kakak bukan.” New mencoba menjelaskan.

Frank menatap wajah Papahnya “waktu itu usia Papah baru delapan belas sepertinya, sedangkan Ayah dua puluhan. Kami berdua masih begitu muda Kak, setelah punya Pluem kami di kasih hadiah lagi sama yang maha kuasa, yaitu Kakak. Awalnya dokter bilang sedikit berbahaya apabila punya anak yang memiliki jarak yang begitu dekat, terutama resiko saat pembedahan karena ketika Papah melahirkan itu harus melalui operasi caesar.”

“Tapi Papah dan terutama Ayah bilang siap menanggung segala resiko yang misalnya akan ada hal-hal yang tak diinginkan terjadi, itu semata-mata karena kami berdua begituu mengingingkan Kakak lahir di dunia.” New bercerita. “Ayah begitu extra melindungi dan melayani Papah saat hamil Kakak, dan saat melahirkan untung tak terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Tapi saat Kakak lahir, berat dan gizi di tubuh Kakak sangat kurang sehingga mau tak mau Kakak gak bisa ikut pulang bersama kami.”

“Berminggu-minggu Kakak harus di rawat di rumah sakit, sedangkan Pluem saat itu masih sangat muda dan benar-benar butuh perhatian. Sehingga perhatian kami begitu terbagi Kak, kami harus menjaga Kakak dan Pluem secara bergantian. Ayah usahanya masih belum semaju sekarang, sehingga kita masih belum terlalu mampu untuk memperkerjakan orang. Itupun kami begitu terbantu oleh Kakek, nenek, emak dan Abah.” New mengelus lengan Frank dengan lembut.

“Jadi saat itu kami benar-benar gak kefikiran tentang album atau apapun, kami hanya fokus untuk kesehatan Kakak. Setelah diizinkan pulangpun Kakak butuh perhatian yang super duper extra, kami gak tahu karena keputusan kami yang tak membuat album untuk Kakak ternyata begitu menyakiti hati Kakak. Maaaf ya Kak?” Jelas New kepada Frank.

Frank begitu terkejut mengetahui fakta bahwa saat bayi bahkan dari masa kandungan, dirinya sudah membuat kedua orang tuanya kesusahan “maafin Kakak dari dulu selalu bikin susah Ayah sama Papah ya?”

New menggeleng “sedikitpun kami gak pernah merasa kesusahan akan Kakak, malah kami sangat amat bersyukur Kakak bisa lewatin itu semua, bisa tumbuh jadi sosok yang kuat,pintar dan hebat. Makasih ya Kak?” New tersenyum tulus menatap anaknya.

Frank mengangguk “jangan pernah berfikiran lagi kalau kita gak sayang ataupun gak perduli ya sama Kakak? Karena itu gak bener.”

“Makasih ya Pah.. Makasih buat semua yang Papah lakuin buat Kakak. Maaaf Kakak masih sering bikin kesel Papah ataupun Ayah.” New tersenyum “sini peluk lagi.” Kemudian New kembali mendekap tubuh anaknya tersebut dan tak lupa mengecup pucuk kepalanya.

Anak kedua, meskipun ia bukan si bungsu yang menjadi pusat dunia di keluargamu. Ataupun menjadi si sulung yang selalu bisa diandalkan, tapi kamu telah berhasil menjadi penyeimbang di antara keduanya. Kamu bisa menjadi keduanya! Kalian hebat anak kedua!❤️

@pandaloura

New mengetuk pintu ruang kerja Tay dengan membawa nampan berisi segelas teh hangat untuk suaminya.

tok tok

“Masuk.” Jawab Tay dari dalam ruangan tersebut, New pun mendorong pintu tersebut dengan bahunya lalu melangkah masuk.

“Diminum Mas..” New menurunkan nampannya lalu memindahkan cangkir tersebut ke atas meja. “Makasih Dek..”

New kemudian mengelus bahu kokoh suaminya “jangan kerja terus, istirahat. Luangin waktunya sama anak-anak, ini weekend loh”

Tay mendongakkan kepalanya yang sebelumnya menunduk fokus menatap layar pipih iPad miliknya “sebentar ya sayang, aku baru dapet report hasil meeting tadi.”

“Iya, eh iya tadi gimana meetingnya lancar?” Tay mengangguk sebari menyesap teh hangat dari cangkirnya “lancar Hin, mudah-mudah goal lagi.”

New tersenyum “Aamiin. Mudah-mudahan deh yaa, sampe kamu meeting di weekend kan harus goal dong.”

“Aamiin.” Jawab Tay kembali. “Anak-anak lagi pada malam mingguan ya?” Tay bertanya.

New mengangguk “iya, eh ngomongin anak-anak aku jadi keingetan. Kakak tadi siang nyariin kamu Mas. Ngehubungin gak ke kamu?”

“Iya, tapi hape akukan di mode silent jadi setelah lama aku bales, tapi pesannya di hapus semua. Terus dianya gak bales lagi Hin. Aku coba telfon gak diangkat.” Jelas Tay sebari mematikan iPadnya, lalu menarik tubuh suaminya untuk duduk diatas pangkuannya.

“Tumben banget ya? Kakak juga gak bales chat aku lagi, sampe sekarang juga gak ngabarin aku deh Mas.” Ucap New sebari memainkan jemarinya di atas wajah suaminya, New begitu takjub di usia yang tak muda lagi dan mungkin ada beberapa garis wajah yang mengendur karena usia akan tetapi suaminya masih tetap sangat tampan dan berwibawa.

⚠️sedikit 🔞

“Paling dia lagi malam mingguan sama pacarnya Hin, udah gak usah khawatir. Mumpung berduaan kenapa kita gak manfaatin aja?” Ujar Tay sebari tangannya mulai menyusup ke balik piayama suaminya lalu mengelus punggung mulus milik New, bibirnya mulai memberikan kecupan-kecupan manis di leher milik New.

“Mas ih.” New sedikit mendorong tubuh Tay akan tetapi Tay dengan sigap kembali mendekap tubuh milik New. “Anak-anak gak akan pulang cepet-cepet kok.” Lalu menarik wajah milik New untuk mendekat ke bibir miliknya. New yang sudah paham akan kemana arah permainan ini pun hanya bisa pasrah. Tidak apa-apalah toh ia pun memang merindukan sentuhan suaminya.

— Ruang Kerja Tay Tawan 00:40 AM

New terbangun dari tidurnya, saat ia membuka matanya ia kini tengah tertidur di sofa ruang kerja suaminya dengan posisi mendekap Tay, ia teringat setelah pergulatan panas antara dirinya dan juga suaminya yang terjadi di ruang kerja tersebut beberapa jam yang lalu mereka memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya di sofa ruangan tersebut karena tak kuasa menahan lelah karena permainan panas sebelumnya. New mengendurkan dekapannya lalu meraih jubah tidur yang berada di bawah sofa tersebut untuk menutupi tubuhnya.

“Mmmhhh..” Tay sedikit terganggu karena gerakan New, ia pun membuka matanya dengan perlahan “Mau kemana?”

New memberikan baju kepada Tay “pake baju dulu, pindah gih ke kamar. Aku mau cek anak-anak dulu.”

“Yaaa.” Tay pun menundukkan tubuhnya lalu mulai memakai satu persatu pakaian nya yang ia lempar dengan sembarang saat beberapa jam yang lalu.

“Aku cek anak-anak dulu ya.” Ucap New sebari berjalan dan meninggalkan Tay diruangan kerjanya.

Sesaat setelah keluar dari ruangan kerja Tay yang berada di lantai satu, ia pun menaiki anak tangga satu persatu untuk menuju kamar anak-anaknya yang berada di lantai dua. Tujuan pertama nya adalah kamar Nanon anak bungsunya karena letaknya yang paling dekat dengan tangga, saat membuka kamar tersebut ia tersenyum lega melihat anak bungsunya sudah terlelap dalam tidurnya, ia pun menutup pintu kamar tersebut dengan perlahan lalu berjalan kearah kanan karena ia bisa mendengar suara dari kamar anak sulungnya.

“Hahaha, parah sih emang BEM tahunnya Kak Sago tuh.” Terdengar suara Pluem yang sepertinya masih melakukan panggilan dengan kekasihnya, New pun mengetuk pintu tersebut dan saat mendengar “masuk” ia pun membuka pintu kamar anaknya “Bang belum tidur?”

Pluem yang berbaring tetapi tangannya memegang ponsel yang layarnya menampilkan wajah kekasihnya Puimek “eh Papah, bentar lagi.”

“Udah hampir jam satu Bang, istirahat.” Ucap New dengan nada lembut. Pluem pun mengangguk “iyaa”

“Yauda Papah cek Kakak dulu ya?” New pun membalikan tubuhnya untuk mengecek kamar anak tengahnya yang berada di ujung kiri lantai tersebut.

tok tok “Kak?” Mendengar tak ada jawabang dari dalam New pun membuka pintu kamar tersebut, lalu wajahnya sedikit menunjukkan raut kebingungan karena kamar tersebut kosong. “Kak?” Ia kembali memanggil anaknya, namun nihil masih tak ada jawaban.

New pun dengan cepat keluar dari kamar tersebut lalu berniat kembali ke kamar anak sulungnya namun begitu ia keluar ia kemudian bertemu dengan Pluem yang baru saja keluar dari kamarnya “kenapa Pah?”

“Bang? Kakak ada ngabarin kamu gak?” Tanya New dengan wajah yang cemas, Pluem menggeleng “hari ini aku gak chat apa-apa sama Frank, kenapa?”

New kemudian mengigit kuku jarinya wajahnya menampilkan ekspresi kekhawatiran “Kakak gak ada di kamarnya, belum pulang kayanya. Tapi dari siang gak ada kabar, Papah kira dia malam mingguan aja sama Ploy.”

“Tenang dulu, mungkin low handphone nya Pah.” Pluem mendekati tubuh Papahnya.

“Tapi ini jam satu malam Bang, gak biasanya dia gak ada kabar gini. Aduh, gimana ini?” Suara New sedikit bergetar karena panik, karena biasanya apabila anaknya tersebut akan pulang terlambat pasti ia akan memberikan kabar kepada dirinya, tapi sedari siang anak tengahnya tersebut memang tak ada kabar sedikitpun, fikiran New langsung melayang-layang membayangkan sesuatu yang aneh terjadi kepada anaknya, dan apabila itu terjadi ia tidak akan pernah memaafkan dirinya.

Pluem mengelus bahu milik New “tenang Pah, tenang. Coba kita hubungin Ploy deh ya?”

“Papah ada kontaknya, bentar Papah ambil dulu handphone Papah. Abang coba telfon ke handphone nya Frank ya?” New segera berlari menuju kamar miliknya untuk mengambil ponsel miliknya.

Ia berjalan tergesa-gesa, sesampainya di kamar miliknya ia pun segera meraih ponselnya sebari mencoba membangunkan suaminya “Mas.. Mass bangun Mas…”

“Mmhh?” Tay kembali mencoba membuka matanya, New terduduk di tepi ranjangnya lalu mulai mencoba mencari kontak Piploy yang merupakan kekasih Frank.

Kakinya New tak berhenti bergerak saat menunggu panggilan tersebut diangkat.

“Halooo?” New langsung bangkit dari duduknya

”Haloooo?” Suara Ploy terdengar serak sepertinya New baru saja menganggu tidur milik kekasih anaknya tersebut.

“Ploy? Sayang maaf Om telfon malem-malem mau tanya Kakak Frank lagi sama Ploy gak?” Tanya New sebari mondar-mandir, Tay yang merasakan kegelisahan New pun akhirnya bangun dan bertanya tanpa suara kepada New “ada apa?”

”Iya Om gapapa, hah? Hari ini Ploy ketemu Frank tadi siang doang sebentar Om, tadi katanya dia mau ke bengkel sama Om Tay. Emang belum pulang? Om Tay juga gak?” Suara Ploy kini terdengar sangat jelas mungkin sekarang ia sudah duduk dan juga memiliki perasaN khawatir karena Papah dari kekasihnya menanyakan keberadaan kekasihnya kepada dirinya.

“Terus dari siang dia kasih kabar kamu gak?” New semakin menunjukan ekspresi khawatir.

”Engga, Ploy tadi sempet chat siang sama sore tapi gak di bales, Ploy kira dia keasyikan dibengkel makanya gak bales chat aku. Emang dia belum pulang? Om Tay juga apa cuman Frank doang Om?”

“Yaampun, Frank gak ada kabar dari siang Ploy. Ayahnya juga gak ketemu, karena tadi siang ada meeting mendadak. Yaampun. Ploy bisa bantu Om? Boleh cari tau gak ke temen-temennya mungkin aja lagi sama Frank gitu.” Tay merasakan ada sesuatu hal yang tak beres, iapun bangun lalu mendekat kearah suaminya.

”Aduh, iya Om. Ploy cari tau sekarang, nanti Ploy kabarin Om kalau ada info. Om juga tolong info Ploy ya kalau ada apa-apa sama Frank, atau Frank udah pulang.”

“Iya sayang, makasih yaaa. Tolong kabari Om juga ya?” New pun kemudian menutup panggilan telfonnya, begitu ia menutup panggilan telfonnya anak sulungnya datang menghampiri Tay dan juga New.

“Ada kabar? Hapenya Frank gak aktif.”

New menggeleng “lagi gak sama Ploy, aduh Kakak dimana kamu nak.” Ucapnya sedih. “Mas kata Ploy, tadi siang katanya Frank bilang dia mau ke bengkel sama kamu.”

Tay membelakkan matanya “yaampun, aku lupa! Bener, harusnya hari ini aku ke bengkel sama Kakak. Astaga, yaampun.”

“Udah tenang dulu semuanya, tenang. Gak mungkin ada apa-apa sama Frank, Ayah ada kontak bengkelnya gak?” Pluem mencoba menenangkan suasana.

Tay menggeleng “gak ada.”

Tubuh New pun langsung lemas, untuk suaminya dengan sigap menahan tubuh New agar tak langsung jatuh kelantai, tangannya memegang dahi miliknya. Perasaan nya tak karuan, ia benar-benar takut terjadi hal yang tak diinginkan kepada anaknya. “Duh gimana ini?” Ucapnya lemas.

“Tenang-tenang, pasti Kakak baik-baik aja. Kamu yang tenang dulu Hin.” Tay mencoba menenangkan suaminya.

“Gimana aku bisa tenang Mas? Dari siang dia gak ada kabar? Handphone nya mati, kalau ada apa-apa gimana?” New menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. “Yaampun Nak, kamu dimana naaak?” Lirihnya.

“Abang coba telfonin temen-temennya yang temenan sama Abang, Papah yang tenang.” Pluem pun keluar dari kamar tersebut untuk mulai menghubungi teman-teman adiknya.

Lima menit, sepuluh menit, dua puluh menit berlalu masih tak ada kabar mengenai Frank. Bahkan terakhir Ploy berkata dari semua temannya yang Ploy coba tanyai tak ada satupun yang mengetahui keberadaan Frank. New mulai mengeluarkan airmatanya, perasaanya begitu campur aduk. Ia benar-benar ketakutan, sedangkan Tay hanya bisa memeluk suaminya memberi kekuatan namun dalam hatinya menyesal karena bagaiman bisa ia dengan bodohnya melupakan janjinya kepada anak tengahnya.

Tak lama terdengar suara pintu utama yang terbuka, karena letak kamar New yang tak jauh dari pintu masuk utama ia pun dapat mendengar lalu dengan cepat bangkit dari duduknya lalu berlari menuju pintu tersebut berharap anak tengahnya yang membuka pintu tersebut.

“Kakak?!” New langsung berlari memeluk tubuh anak tengahnya, ia kemudian mulai memerika setiap inci dari tubuh Frank “Kakak gak kenapa-napa kan?”

Tay dan Pluem yang langsung mengikuti New akhirnya bisa bernafas lega melihat Frank yang pulang dengan keadaan sehat dan tidak kekurangan apapun, tapi Tay tak bisa menahan amarahnya kepada Frank karena menurutnya Frank sudah keterlaluan pergi tanpa kabar berita dan pulang lebih dari jam malam yang sudah ditentukan. “Kamu dari mana jam segini baru pulang? Kamu gak sadar, kamu bikin panik semuanya?” Bentak Tay.

New mencoba menenangkan “udah-udah, yang penting Kakak udah pulang.”

“Emang peduli apa Ayah tau aku dari mana hah?!” Frank menjawab bentakan Tay dengan suara yang tak kalah lantang.

“Kak udah Kak, besok lagi kita ngobrolnya yang penting Kakak udah pulang.” New mencoba menenangkan dengan mengelus tangan Frank tapi dengan cepat Frank menepis tangan New.

“Kurang ajar kamu! Kamu gak liat Papah kamu sampe nangis-nangis begitu khawatirin kamu?!” Tay kembali berteriak, tubuhnya di tahan oleh Pluem agar tak menerjang tubuh Frank yang ada di depannya.

“Gak usah pada sok peduli! Dari dulu juga aku gak pernah di anggap di keluarga ini! Ayah tau gak?! Aku nunggu Ayah sampe tiga jam di bengkel kayak orang tolol!” Teriak Frank.

“Frank!” Pluem mencoba mengingatkan.

“Apa Bang? Abang gak pernah sih ngerasain kaya aku, coba tiap Abang pulang lebih dari jam malam, apa pernah Ayah teriak di depan muka Abang? Ayah pasti maklum dan selalu mengiyakan setiap apapun kegiatan Abang! Tapi aku? Aku pulang sedikit terlambat aja langsung di damprat! Di kata-katain gak tau waktu! Keluyuran!” Frank masih saja meninggikan suaranya. New kembali meraih tubuh Frank untuk menenangkan “Kak udah Kak..”

Frank kembali menepis tangan New “aku udah ribuan kali bilang, aku gak suka ayam kecap! Tapi kenapa Papah lupa?! Sedangkan Papah selalu inget hal kecil kaya Adek yang gak suka bawang goreng tapi kenapa Papah lupa sama hal yang bersangkutan sama aku?” Suara Frank sedikit bergetar. “Papah selalu ngeduluin Abang atau Adek buat ngambilin makanan ke piring mereka, tapi kenapa aku selalu di jadiin yang terakhir?” Frank mengeluarkan airmatanya, segala ketidakadilan yang selama ini ia pendam akhirnya ia utarakan.

“Kemaren aku dapet nilai terbaik di angkatan aku, tapi apa aku dapet pujian dari Ayah? Gak! Ayah selalu fokus sama Adek dan Abang dan berfikir aku seolah cuman pajangan! Ayah bahkan rela re-schedule meeting Ayah buat bantuin tugas Abang, tapi kenapa Ayah lupa sama janji Ayah sama aku?! Kenapa?! Bahkan aku udah minta waktu Ayah dari satu minggu yang lalu?! Kenapa kalian kaya gini sama aku?” Frank menghapus airmata yang turun membasahi wajahnya.

“Kak maaafin Papah…” Hati New begitu sakit mendengar ungkapan dari anak tengahnya, ia tak tahu selama ini anak tengahnya merasakan ketidakadilan dari sikap ia dan suaminya.

Frank menoleh kearah wajah Papahnya “bahkan cuman aku yang gak punya album foto, kenapa? Apa aku sebegitu gak di inginkan oleh kalian? Kenapa kalian ngebiarin aku hidup kalau begitu? Kenapa kalian gak biarin aku mati aja?! Kenapaa?!” Frank berteriak lalu berlari menuju kamarnya.

“Frank Thanatsaran Vihokratana!!” Tay benar-benar meledak mendengar ucapan terakhir dari Frank, untung tubuhnya ditahan oleh Pluem “Ayah tenang, biarin dingin dulu. Gak akan ada ujungnya, semuanya masih emosi.”

New hanya bisa menutup wajahnya, airmatanya tak henti-hentinya keluar dari sumbernya hatinya benar-benar merasakan sakit dan rasa bersalah kepada anak keduanya.

Setelah mengeluarkan segala perasaannya Frank kemudian memilih untuk mengunci pintu kamarnya lalu menenggelamkan wajahnya di bawah bantal, tangisnya pun kembali pecah.

Sedari dulu ia memang sudah terbiasa menahan keinginan nya karena kakaknya dan memilih mengalah untuk adiknya, sering kali ia dan bertengkar dengan adiknya hinga ingin menangis, di satu sisi ia ingin mengadu pada abang sebagai adik, tapi di satu sisi ia harus mengalah pada orang tua nya sebagai kakak kepada adik nya, hingga membuatnya tumbuh menjadi orang yang banyak memendam emosi. Ia pun hanya ingin mendapat sedikit saja pujian dari Ayahnya ataupun sedikit perhatian dari Papahnya, apakah itu salah?

@pandaloura

New mengetuk pintu ruang kerja Tay dengan membawa nampan berisi segelas teh hangat untuk suaminya.

tok tok

“Masuk.” Jawab Tay dari dalam ruangan tersebut, New pun mendorong pintu tersebut dengan bahunya lalu melangkah masuk.

“Diminum Mas..” New menurunkan nampannya lalu memindahkan cangkir tersebut ke atas meja. “Makasih Dek..”

New kemudian mengelus bahu kokoh suaminya “jangan kerja terus, istirahat. Luangin waktunya sama anak-anak, ini weekend loh”

Tay mendongakkan kepalanya yang sebelumnya menunduk fokus menatap layar pipih iPad miliknya “sebentar ya sayang, aku baru dapet report hasil meeting tadi.”

“Iya, eh iya tadi gimana meetingnya lancar?” Tay mengangguk sebari menyesap teh hangat dari cangkirnya “lancar Hin, mudah-mudah goal lagi.”

New tersenyum “Aamiin. Mudah-mudahan deh yaa, sampe kamu meeting di weekend kan harus goal dong.”

“Aamiin.” Jawab Tay kembali. “Anak-anak lagi pada malam mingguan ya?” Tay bertanya.

New mengangguk “iya, eh ngomongin anak-anak aku jadi keingetan. Kakak tadi siang nyariin kamu Mas. Ngehubungin gak ke kamu?”

“Iya, tapi hape akukan di mode silent jadi setelah lama aku bales, tapi pesannya di hapus semua. Terus dianya gak bales lagi Hin. Aku coba telfon gak diangkat.” Jelas Tay sebari mematikan iPadnya, lalu menarik tubuh suaminya untuk duduk diatas pangkuannya.

“Tumben banget ya? Kakak juga gak bales chat aku lagi, sampe sekarang juga gak ngabarin aku deh Mas.” Ucap New sebari memainkan jemarinya di atas wajah suaminya, New begitu takjub di usia yang tak muda lagi dan mungkin ada beberapa garis wajah yang mengendur karena usia akan tetapi suaminya masih tetap sangat tampan dan berwibawa.

⚠️sedikit 🔞

“Paling dia lagi malam mingguan sama pacarnya Hin, udah gak usah khawatir. Mumpung berduaan kenapa kita gak manfaatin aja?” Ujar Tay sebari tangannya mulai menyusup ke balik piayama suaminya lalu mengelus punggung mulus milik New, bibirnya mulai memberikan kecupan-kecupan manis di leher milik New.

“Mas ih.” New sedikit mendorong tubuh Tay akan tetapi Tay dengan sigap kembali mendekap tubuh milik New. “Anak-anak gak akan pulang cepet-cepet kok.” Lalu menarik wajah milik New untuk mendekat ke bibir miliknya. New yang sudah paham akan kemana arah permainan ini pun hanya bisa pasrah. Tidak apa-apalah toh ia pun memang merindukan sentuhan suaminya.

— Ruang Kerja Tay Tawan 00:40 AM

New terbangun dari tidurnya, saat ia membuka matanya ia kini tengah tertidur di sofa ruang kerja suaminya dengan posisi mendekap Tay, ia teringat setelah pergulatan panas antara dirinya dan juga suaminya yang terjadi di ruang kerja tersebut beberapa jam yang lalu mereka memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya di sofa ruangan tersebut karena tak kuasa menahan lelah karena permainan panas sebelumnya. New mengendurkan dekapannya lalu meraih jubah tidur yang berada di bawah sofa tersebut untuk menutupi tubuhnya.

“Mmmhhh..” Tay sedikit terganggu karena gerakan New, ia pun membuka matanya dengan perlahan “Mau kemana?”

New memberikan baju kepada Tay “pake baju dulu, pindah gih ke kamar. Aku mau cek anak-anak dulu.”

“Yaaa.” Tay pun menundukkan tubuhnya lalu mulai memakai satu persatu pakaian nya yang ia lempar dengan sembarang saat beberapa jam yang lalu.

“Aku cek anak-anak dulu ya.” Ucap New sebari berjalan dan meninggalkan Tay diruangan kerjanya.

Sesaat setelah keluar dari ruangan kerja Tay yang berada di lantai satu, ia pun menaiki anak tangga satu persatu untuk menuju kamar anak-anaknya yang berada di lantai dua. Tujuan pertama nya adalah kamar Nanon anak bungsunya karena letaknya yang paling dekat dengan tangga, saat membuka kamar tersebut ia tersenyum lega melihat anak bungsunya sudah terlelap dalam tidurnya, ia pun menutup pintu kamar tersebut dengan perlahan lalu berjalan kearah kanan karena ia bisa mendengar suara dari kamar anak sulungnya.

“Hahaha, parah sih emang BEM tahunnya Kak Sago tuh.” Terdengar suara Pluem yang sepertinya masih melakukan panggilan dengan kekasihnya, New pun mengetuk pintu tersebut dan saat mendengar “masuk” ia pun membuka pintu kamar anaknya “Bang belum tidur?”

Pluem yang berbaring tetapi tangannya memegang ponsel yang layarnya menampilkan wajah kekasihnya Puimek “eh Papah, bentar lagi.”

“Udah hampir jam satu Bang, istirahat.” Ucap New dengan nada lembut. Pluem pun mengangguk “iyaa”

“Yauda Papah cek Kakak dulu ya?” New pun membalikan tubuhnya untuk mengecek kamar anak tengahnya yang berada di ujung kiri lantai tersebut.

tok tok “Kak?” Mendengar tak ada jawabang dari dalam New pun membuka pintu kamar tersebut, lalu wajahnya sedikit menunjukkan raut kebingungan karena kamar tersebut kosong. “Kak?” Ia kembali memanggil anaknya, namun nihil masih tak ada jawaban.

New pun dengan cepat keluar dari kamar tersebut lalu berniat kembali ke kamar anak sulungnya namun begitu ia keluar ia kemudian bertemu dengan Pluem yang baru saja keluar dari kamarnya “kenapa Pah?”

“Bang? Kakak ada ngabarin kamu gak?” Tanya New dengan wajah yang cemas, Pluem menggeleng “hari ini aku gak chat apa-apa sama Frank, kenapa?”

New kemudian mengigit kuku jarinya wajahnya menampilkan ekspresi kekhawatiran “Kakak gak ada di kamarnya, belum pulang kayanya. Tapi dari siang gak ada kabar, Papah kira dia malam mingguan aja sama Ploy.”

“Tenang dulu, mungkin low handphone nya Pah.” Pluem mendekati tubuh Papahnya.

“Tapi ini jam satu malam Bang, gak biasanya dia gak ada kabar gini. Aduh, gimana ini?” Suara New sedikit bergetar karena panik, karena biasanya apabila anaknya tersebut akan pulang terlambat pasti ia akan memberikan kabar kepada dirinya, tapi sedari siang anak tengahnya tersebut memang tak ada kabar sedikitpun, fikiran New langsung melayang-layang membayangkan sesuatu yang aneh terjadi kepada anaknya, dan apabila itu terjadi ia tidak akan pernah memaafkan dirinya.

Pluem mengelus bahu milik New “tenang Pah, tenang. Coba kita hubungin Ploy deh ya?”

“Papah ada kontaknya, bentar Papah ambil dulu handphone Papah. Abang coba telfon ke handphone nya Frank ya?” New segera berlari menuju kamar miliknya untuk mengambil ponsel miliknya.

Ia berjalan tergesa-gesa, sesampainya di kamar miliknya ia pun segera meraih ponselnya sebari mencoba membangunkan suaminya “Mas.. Mass bangun Mas…”

“Mmhh?” Tay kembali mencoba membuka matanya, New terduduk di tepi ranjangnya lalu mulai mencoba mencari kontak Piploy yang merupakan kekasih Frank.

Kakinya New tak berhenti bergerak saat menunggu panggilan tersebut diangkat.

“Halooo?” New langsung bangkit dari duduknya

”Haloooo?” Suara Ploy terdengar serak sepertinya New baru saja menganggu tidur milik kekasih anaknya tersebut.

“Ploy? Sayang maaf Om telfon malem-malem mau tanya Kakak Frank lagi sama Ploy gak?” Tanya New sebari mondar-mandir, Tay yang merasakan kegelisahan New pun akhirnya bangun dan bertanya tanpa suara kepada New “ada apa?”

”Iya Om gapapa, hah? Hari ini Ploy ketemu Frank tadi siang doang sebentar Om, tadi katanya dia mau ke bengkel sama Om Tay. Emang belum pulang? Om Tay juga gak?” Suara Ploy kini terdengar sangat jelas mungkin sekarang ia sudah duduk dan juga memiliki perasaN khawatir karena Papah dari kekasihnya menanyakan keberadaan kekasihnya kepada dirinya.

“Terus dari siang dia kasih kabar kamu gak?” New semakin menunjukan ekspresi khawatir.

”Engga, Ploy tadi sempet chat siang sama sore tapi gak di bales, Ploy kira dia keasyikan dibengkel makanya gak bales chat aku. Emang dia belum pulang? Om Tay juga apa cuman Frank doang Om?”

“Yaampun, Frank gak ada kabar dari siang Ploy. Ayahnya juga gak ketemu, karena tadi siang ada meeting mendadak. Yaampun. Ploy bisa bantu Om? Boleh cari tau gak ke temen-temennya mungkin aja lagi sama Frank gitu.” Tay merasakan ada sesuatu hal yang tak beres, iapun bangun lalu mendekat kearah suaminya.

”Aduh, iya Om. Ploy cari tau sekarang, nanti Ploy kabarin Om kalau ada info. Om juga tolong info Ploy ya kalau ada apa-apa sama Frank, atau Frank udah pulang.”

“Iya sayang, makasih yaaa. Tolong kabari Om juga ya?” New pun kemudian menutup panggilan telfonnya, begitu ia menutup panggilan telfonnya anak sulungnya datang menghampiri Tay dan juga New.

“Ada kabar? Hapenya Frank gak aktif.”

New menggeleng “lagi gak sama Ploy, aduh Kakak dimana kamu nak.” Ucapnya sedih. “Mas kata Ploy, tadi siang katanya Frank bilang dia mau ke bengkel sama kamu.”

Tay membelakkan matanya “yaampun, aku lupa! Bener, harusnya hari ini aku ke bengkel sama Kakak. Astaga, yaampun.”

“Udah tenang dulu semuanya, tenang. Gak mungkin ada apa-apa sama Frank, Ayah ada kontak bengkelnya gak?” Pluem mencoba menenangkan suasana.

Tay menggeleng “gak ada.”

Tubuh New pun langsung lemas, untuk suaminya dengan sigap menahan tubuh New agar tak langsung jatuh kelantai, tangannya memegang dahi miliknya. Perasaan nya tak karuan, ia benar-benar takut terjadi hal yang tak diinginkan kepada anaknya. “Duh gimana ini?” Ucapnya lemas.

“Tenang-tenang, pasti Kakak baik-baik aja. Kamu yang tenang dulu Hin.” Tay mencoba menenangkan suaminya.

“Gimana aku bisa tenang Mas? Dari siang dia gak ada kabar? Handphone nya mati, kalau ada apa-apa gimana?” New menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. “Yaampun Nak, kamu dimana naaak?” Lirihnya.

“Abang coba telfonin temen-temennya yang temenan sama Abang, Papah yang tenang.” Pluem pun keluar dari kamar tersebut untuk mulai menghubungi teman-teman adiknya.

Lima menit, sepuluh menit, dua puluh menit berlalu masih tak ada kabar mengenai Frank. Bahkan terakhir Ploy berkata dari semua temannya yang Ploy coba tanyai tak ada satupun yang mengetahui keberadaan Frank. New mulai mengeluarkan airmatanya, perasaanya begitu campur aduk. Ia benar-benar ketakutan, sedangkan Tay hanya bisa memeluk suaminya memberi kekuatan namun dalam hatinya menyesal karena bagaiman bisa ia dengan bodohnya melupakan janjinya kepada anak tengahnya.

Tak lama terdengar suara pintu utama yang terbuka, karena letak kamar New yang tak jauh dari pintu masuk utama ia pun dapat mendengar lalu dengan cepat bangkit dari duduknya lalu berlari menuju pintu tersebut berharap anak tengahnya yang membuka pintu tersebut.

“Kakak?!” New langsung berlari memeluk tubuh anak tengahnya, ia kemudian mulai memerika setiap inci dari tubuh Frank “Kakak gak kenapa-napa kan?”

Tay dan Pluem yang langsung mengikuti New akhirnya bisa bernafas lega melihat Frank yang pulang dengan keadaan sehat dan tidak kekurangan apapun, tapi Tay tak bisa menahan amarahnya kepada Frank karena menurutnya Frank sudah keterlaluan pergi tanpa kabar berita dan pulang lebih dari jam malam yang sudah ditentukan. “Kamu dari mana jam segini baru pulang? Kamu gak sadar, kamu bikin panik semuanya?” Bentak Tay.

New mencoba menenangkan “udah-udah, yang penting Kakak udah pulang.”

“Emang peduli apa Ayah tau aku dari mana hah?!” Frank menjawab bentakan Tay dengan suara yang tak kalah lantang.

“Kak udah Kak, besok lagi kita ngobrolnya yang penting Kakak udah pulang.” New mencoba menenangkan dengan mengelus tangan Frank tapi dengan cepat Frank menepis tangan New.

“Kurang ajar kamu! Kamu gak liat Papah kamu sampe nangis-nangis begitu khawatirin kamu?!” Tay kembali berteriak, tubuhnya di tahan oleh Pluem agar tak menerjang tubuh Frank yang ada di depannya.

“Gak usah pada sok peduli! Dari dulu juga aku gak pernah di anggap di keluarga ini! Ayah tau gak?! Aku nunggu Ayah sampe tiga jam di bengkel kayak orang tolol!” Teriak Frank.

“Frank!” Pluem mencoba mengingatkan.

“Apa Bang? Abang gak pernah sih ngerasain kaya aku, coba tiap Abang pulang lebih dari jam malam, apa pernah Ayah teriak di depan muka Abang? Ayah pasti maklum dan selalu mengiyakan setiap apapun kegiatan Abang! Tapi aku? Aku pulang sedikit terlambat aja langsung di damprat! Di kata-katain gak tau waktu! Keluyuran!” Frank masih saja meninggikan suaranya. New kembali meraih tubuh Frank untuk menenangkan “Kak udah Kak..”

Frank kembali menepis tangan New “aku udah ribuan kali bilang, aku gak suka ayam kecap! Tapi kenapa Papah lupa?! Sedangkan Papah selalu inget hal kecil kaya Adek yang gak suka bawang goreng tapi kenapa Papah lupa sama hal yang bersangkutan sama aku?” Suara Frank sedikit bergetar. “Papah selalu ngeduluin Abang atau Adek buat ngambilin makanan ke piring mereka, tapi kenapa aku selalu di jadiin yang terakhir?” Frank mengeluarkan airmatanya, segala ketidakadilan yang selama ini ia pendam akhirnya ia utarakan.

“Kemaren aku dapet nilai terbaik di angkatan aku, tapi apa aku dapet pujian dari Ayah? Gak! Ayah selalu fokus sama Adek dan Abang dan berfikir aku seolah cuman pajangan! Ayah bahkan rela re-schedule meeting Ayah buat bantuin tugas Abang, tapi kenapa Ayah lupa sama janji Ayah sama aku?! Kenapa?! Bahkan aku udah minta waktu Ayah dari satu minggu yang lalu?! Kenapa kalian kaya gini sama aku?” Frank menghapus airmata yang turun membasahi wajahnya.

“Kak maaafin Papah…” Hati New begitu sakit mendengar ungkapan dari anak tengahnya, ia tak tahu selama ini anak tengahnya merasakan ketidakadilan dari sikap ia dan suaminya.

Frank menoleh kearah wajah Papahnya “bahkan cuman aku yang gak punya album foto, kenapa? Apa aku sebegitu gak di inginkan oleh kalian? Kenapa kalian ngebiarin aku hidup kalau begitu? Kenapa kalian gak biarin aku mati aja?! Kenapaa?!” Frank berteriak lalu berlari menuju kamarnya.

“Frank Thanatsaran Vihokratana!!” Tay benar-benar meledak mendengar ucapan terakhir dari Frank, untung tubuhnya ditahan oleh Pluem “Ayah tenang, biarin dingin dulu. Gak akan ada ujungnya, semuanya masih emosi.”

New hanya bisa menutup wajahnya, airmatanya tak henti-hentinya keluar dari sumbernya hatinya benar-benar merasakan sakit dan rasa bersalah kepada anak keduanya.

@pandaloura

Frank mengepalkan tangannya begitu mengetahui alasan Ayahnya tak kunjung datang menepati janjinya. Jantung di dadanya berdegub dengan kencang menahan emosi dan kekesalan, bagaimana bisa Ayahnya lebih memilih meeting daripada menepati janjinya yang sudah ia sepakati dari minggu lalu.

“Kayaknya gue beneran gak di anggep ada kali ya?” Monolog Frank sebari bangun dari duduknya, ia telah menunggu Ayahnya di bengkel tersebut hampir tiga jam lamanya. Ia kemudian mendekati Koh Kevin—pemilik bengkel tersebut.

“Koh, maaf banget bokap gue tiba-tiba ada kerjaan. Jadi gak bisa dateng, sorry banget ya? Padahal gue yang minta lo ngosongin waktu.” Sesal Frank kepada lelaki berperawakan tinggi tersebut.

Koh Kevin menepuk bahu Frank “santay, lagian gue emang tiap hari disini ini. Ya walaupun tadi gue udah nolak beberapa customer sih karena gue mau menyambut tamu agung pengusaha kaya raya Vihokratana, hahahaha tapi santuuy santuy.”

Frank semakin diliputi rasa bersalah “sekali lagi sorry ya Koh..” Koh Kevin pun menggeleng “gapapa kalem.”

“Yauda gue pamit dulu yaa Koh, sebagai ucapan sorry gue nanti gue rekomenin temen-temen gue buat pindah bengkel kesini dah.” Koh Kevin mengangkat kedua ibu jarinya “mantap, harus itumah. Lu hati-hati nyetirnya.”

Frank mengangguk lalu tersenyum, ia pun melambaikan tangannya sebari berjalan menuju mobilnya. Sesampainya di mobil ia pun menarik nafasnya panjang, mencoba menetralkan detakan jantungnya yang sedari tadi bertalu-talu karena emosinya, dengan keras ia pun memukul setir mobil yang berada di hadapannya dengan keras “Tai! Ngarepin apasih lo Frank.” Kemudian mulai menjalankan mesin mobilnya, entah kemana tujuannya yang pasti hari ini perasaannya sedang tak baik-baik saja.

Makan malam keluarga Vihokratana kembali dihadiri oleh seluruh anggota keluarga, kursi-kuris diruang makan tersebut kini sudah diisi oleh ketiga anak dari keluarga tersebut, Ayah sepertinya baru akan turun dari kamar tidurnya sedangkan Papah New sedari tadi masih sibuk menata beberapa hidangan untuk makan malam keluarganya.

“Cie mahasiswa.. Cie…” Goda Abang kepada adik bungsunya yang duduk di hadapannya.

Nanon tersenyum tersipu malu “apaasih Abang ahhh..”

“Cie gak pake seragam lagi cieeee..” Giliran Frank yang menggoda.

“Frankiiiiie maaaaah.” Abang dan Kakak hanya bisa terkekeh bahagia melihat reaksi malu-malu dari adiknya.

“Jadinya beli mobil apa lu?” Tanya Frank.

Nanon mengangkat bahunya “gatau, tapi kata Pawpaw gak usah. Kan nanti dia juga anter jemput Adek.”

“Emang Pawat kuliah di Grammy juga?” Tanya Abang, sebari menerima piring lebar berisi ayam kecap dari Bi Ida lalu ia simpan ke meja makan.

Nanon mengangguk “dia SNMPTN nya gagal sih, tapi mau nyoba SBMPTN dulu.”

“Yee belum pasti kali ah, pede banget lagian bisa masuk Grammy.” Frank memberikan tatapan sangsi.

Nanon mendecih “doain kek, pokonya harus di Grammy gamau tau.”

“Aamiin, moga tembus deh SBMnya.” Pluem menengahi kedua adiknya.

“Wiiiiih bungsu Ayah, si calon mahasiswa.” Ucap Tay begitu duduk di kursinya.

“Ayaaaaaaaaah.” Nanon bangkit dari duduknya lalu segera memeluk Ayahnya.

Ayah Tay mengelus punggung anak bungsunya tersebut “Ayah bangga sama Adek, selamat yaaaa.”

Nanon mengangguk lalu melepas pelukannya.

Frank hanya bisa menatap moment tersebut dalam diam, hatinya sedikit iri melihat sifat Nanon yang bisa begitu terbuka menunjukan rasa kasih sayangnya kepada Ayahnya, sedangkan ia bicara dengan Ayahnya pun sangat jarang, lalu ia pun tanpa sadar membuka mulutnya untuk menyampaikan pencapaiannya kepada Ayahnya “IP Kakak udah keluar Yah, gak ada yang C. IP nya juga naik dari semester lalu.”

Tay menoleh menatap anak tengahnya lalu tersenyum “bagus, nanti kalau adeknya di kuliahan yang sama pantau terus ya kak?” Lalu kembali menolehkan wajahnya menuju anak bungsunya “terus pendaftaran dan lain-lainnya kapan dek?”

Frank sedikit mengangkat ujung bibirnya ”apasih yang lu harepin dari Ayah Frank?” New yang berdiri di samping kursi Frank sadar melihat perubahan wajah di anak tengahnya kemudian ia mengelus bahu Frank “hebat, anak Papah hebat. Selamat ya sayang?” Frank pun mengangguk lalu tersenyum.

Abang menoleh kearah Ayahnya yang kini masih sibuk menanyakan berbagai hal kepada adik bungsunya, Pluem dapat melihat kekecewaan di mata Frank, ia pun menepuk bahu adiknya ”good job bro.” Frank menoleh lalu kembali tersenyum. ”Thank you Bang”

Makan malam pun dimulai oleh doa yang dipimpin oleh Tay sang kepala keluarga, setelag berdoa dengan sigap New mulai mengisi piring Tay dengan makanan, lalu piring Pluem, setelah Pluem ia mengambil piring Nanon yang duduk disampingnya “nih buat Adek, gak ada bawang gorengnya.” Ucap New sebari menyodorkan piring berisi makanan ke anak bungsunya.

Frank yang sudah terbiasa mengambil makanannya sendiri tak mau ambil pusing untuk menunggu, ia pun dengan mandiri menempatkan beberapa makanan di piring miliknya.

“Eh yaampun, Papah lupa. Kakak gak suka ayam di kecap ya? Aduh Papah bikin di kecap semua lagi.” Ucap New yang tersadar anak tengahnya hanya memakan sayur dan juga telur yang di hidangkan.

Frank menggeleng “gapapa, Kakak makan ini aja.” Frank pun kembali fokus menatap piringnya dan mulai kembali memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

@pandaloura

Suasana makan malam keluarga Vihokratana sepertinya akan sedikit menegangkan, pasalnya beberapa pasang wajah anggota keluarga yang sudah menduduki kursi di meja makan berbentuk persegi panjang tersebut sedikit menunjukkan wajah yang tegang.

“Setelah makan masuk ke ruang kerja, Ayah mau bicara.” Suara sang kepala keluarga menginterupsi.

“Iya Ayah.” Jawab ketiga anak lelaki keluarga tersebut.

Ayah Tay mengangkat wajahnya menoleh menatap ke arah anak bungsunya “terutama sama kamu ya Nanon.”

“Iya Ayah.” Jawab Nanon dengan lesu, ketika Ayah nya memanggilnya dengan nama nya artinya Ayah nya benar-benar marah kepada dirinya.

“Sudah, dimulai Mas makan malam nya.” ucap Papah New sebari mengelus punggung tangan milik Ayah Tay yang duduk di sebelahnya.

Ayah Tay pun memulai memimpin doa, dan keluarga tersebut pun memulai makan malamnya.

— Ruang kerja Tawan Vihokratana

Ketiga anak lelaki dari keluarga Vihokratana kini sudah berdiri di dalam ruangan kerja milik Ayahnya, menunggu kedua orangtuanya datang.

Nanon yang sepertinya akan menjadi pemeran utama dalam agenda ‘sidang’ malam ini hanya bisa memundukkan wajahnya, ia masih tak berani menatap wajah Abangnya yang sejak malam malam dimulai ia mengeraskan rahangnya tanda ia sedang marah.

Frank yang sadar kemudian menyenggol lengan Abangnya “udah jangan tegang, Adek udah merasa bersalah. Gak kasian liat muka nya udah lesu kek gak dikasih makan seminggu.”

Abang Pluem kemudian memutar tubuhnya menatap wajah adiknya yang masih tertunduk lesu “kamu tau yang kamu lakuin itu salah?”

Nanon mengangguk lesu. “Kamu gak punya mulut?”

“Punya Abang, maaaf.” Nanon mengigit bibirnya menahan tangisnya, ia benar-benar takut menghadapi Abang nya yang marah.

“Abang cuman gak mau nanti orang-orang mikir yang negatif tentang kamu, itu tempat umum Dek.” Pluem sedikit melembutkan nada suaranya, walaupun ia marah akan tetapi ia tetap tak tega melihat adiknya yang kini tengah mengigit bibirnya menahan tangisnya turun. “Jangan di gigit bibirnya, udah.”

Frank kemudian merangkul tubuh bongsor adiknya “udah udah, tuh Abang udah gak marah.”

“Maafin Adek.” Lirihnya kembali. Sebelum Pluem maupun Frank menjawab maaf adiknya mereka menoleh kearah pintu yang terbuka menampilkan sosok Ayah Tay yang masih menunjukkan wajah tegangnya di ikuti oleh Papah New yang tersenyum seolah mengingatkan semua nya akan baik-baik saja.

“Ehem.” Ayah duduk di kursi kerjanya. “Duduk semuanya.” Memberikan perintah kepada tiga anaknya agar duduk di sofa yang berada di sebrang meja kerja nya.

Ketiga anak lelaki itupun mengikuti perintah Ayahnya. Papah New yang berdiri di samping Tay kemudian mengelus punggung kokoh milik suaminya “sabar, jangan terlalu keras.” bisiknya.

“Ehem, sepertinya kalian tau untuk apa kalian semua di kumpulkan disini.” Suara Tay yang berwibawa menggema di ruangan tersebut.

“Iya Ayah.” Jawab trio bibit unggul dengan kompak.

“Ayah tidak akan banyak bicara dan basa-basi.” Tay menarik nafasnya. “Ayah paling tidak suka dengan hal, yang terlalu melewati batas.” Tegasnya. “Ayah selalu membebaskan kalian mengenai masalah pribadi, tapi sepertinya Ayah terlalu membebaskan sehingga anak Ayah ada yang bertindak kelewatan.” Tay menatap Nanon dengan tajam.

“Nanon. Nanon Korapat Vihokratana.” Nanon masih menundukkan wajahnya, air matanya tak kuasa ia tahan karena Ayahnya memangil namanya dengan lengkap.

“Kamu gak punya telinga?” Tanya Tay, New kembali mengelus punggung suaminya. New sebenarnya tak tega, tapi yang dilakukan anak bungsunya kali ini memang sudah keterlaluan dan ia memilih untuk diam ketika suaminya yang sebagai kepala keluarga memberikan arahan dan didikan kepada anaknya.

Frank mencolek tubuh Nanon agar menjawab panggilan Ayahnya, Nanon pun mengangkat wajahnya yang kini sudah memeras dan sedikit basah karena air mata “iya Ayah.”

“Kamu tau tindakan kamu tadi siang melewati batas? Entah itu hanya candaan atau bukan tapi Ayah tidak suka.”

Nanon mengangguk “maaf Ayah.”

“Berhenti nangis, dan jangan di ulangi.” Aura kepala keluarga Tay menguar. “Dan kalian.. Pluem.. Frank.. Tolong lebih perhatikan adik kalian, jangan hanya sibuk dengan dunia kalian.” Tay menatap anak sulung dan tengahnya secara bergantian.

“Sebagai saudara, kalian harus saling menjaga, mengontrol akan tindakan saudara kalian. Mengerti?”

“Mengerti Ayah.” Jawab Pluem dan Frank bersamaan.

“Maaaf Ayah, kejadian seperti ini gak akan terulang lagi.” Pluem bersuara.

“Harus. Kalau sampai terulang laki, Ayah tidak akan tinggal diam.” “Ini juga berlaku untuk kalian, pacaran sewajarnya. Jangan melewati batas. Kuliah jangan sampai terbengkalai. Mengerti?”

“Iya Ayah mengerti.” Jawab Frank, dan Pluem ikut mengangguk.

New pun berjalan menuju sofa, mendekati ketiga anaknya “nah karena yang disampaikan Ayah sudah selesai, sekarang lebih baik kalian pada balik ke kamar ya? Istirahat.” New merangkul tubuh anak bungsu nya membantu Nanon bangkit dari dudunya, lalu membantu menghapus airmata anak bungsunya.

“Kita kekamar ya Ayah.” Izin Pluem sebelum meninggalkan ruangan kerja Ayahnya tersebut. Tay mengangguk “ya, istirahat. Jangan main hape sampai terlalu malam”

Kemudian ketiga anak dan suamunya meninggalkan ruangan tersebut, New masih merangkul pundak anak bungsunya mengelus lembut mencoba menenangkan Nanon.

“Papah nganterin Adek dulu yaa? Kakak sama Abang langsung ke kamar atau mau keruang Tv?” Tanya New kepada kedua anaknya saat berada di depan kamar Nanon.

“Mau ke bawah Pap, mau ada yang di tonton.” Jawab Frank sebari tersenyum lalu mengajak Abangnya untuk turun ke lantai satu dimana ruang TV berada.

“Yauda, jangan malem-malem.” ucap New yang kini sudah masuk ke kamar milik anak bungsunya.

Sesampainya di kamar Nanon, New dan Nanon mendudukkan tubuhnya di ujung ranjang “udah ceup, jangan nangis.” “Ayah ngasih tau kan buat kebaikan Adek.” sebari mengusap airmata milik Nanon.

“Maaffin..Hikss Adek.. Adek..Ngghh gatau bakal di update sama temen adek..Nggh” tangis Nanon kini makin deras.

“Udah-udah ceupp, jangan diulangi ya nak? Mungkin itu becandaan bagi Adek, tapi mungkin nanti ada segelintir orang yang berfikiran negatif sama Adek. Kok gituan didepan umum sih? Gak malu apa? atau komentar-komentar lain nya. Adek paham kan?” Nanon mengangguk.

“Berarti kalau di tempat tertutup boleh?” Tanya Nanon dengan polos.

New terkekeh “bener-bener anak bapak Tawan Vihokratana ya kamu tuh..” Pertanyaan Nanon begitu sama dengan pertanyaan Tay saat dahulu New protes akan tindakan Tay sering menyosor tak tahu tempat.

“Becanda.” Nanon segera menjawab.

New membenarkan rambut anak bungsunya yang kini terlihat sudah panjang melebihi dahinya “nanti kita potong rambut ya? Ini udah panjang begini.” Nanon mengangguk lalu memeluk tubuh Papahnya “maafin Adek, makasih udah gak ikutan marah.”

“Iyaa, Papah gak akan melarang kamu mau melakukan hal tersebut karena kalaupun di larang kamu juga pasti melanggar, iyakan?” Tanya New sebari mengelus punggung anak bungsunya.

Nanon hanya memberikan kekehan di balik pelukan nya “Papah percaya, Adek tahu batasan yang tidak boleh dilanggar. Dan Papah berharap Adek gak menyalahgunakan kepercayaan Papah”

Nanon melepas pelukan nya lalu mengangguk kencang di hadapn Papahnya “iya gak akan pernah ngecewain Papah, Adek janji. Makasih udah percaya sama Adek.”

“Itukan emang tugas orang tua, memberikan kepercayaan kepada anaknya. Nah tugas Adek adalah menjaga kepercayaan tersebut ya bageur??” Nanon mengangguk “iyaaaa.”

“Yauda istirahat gih, apa jadwal VC ya sama ayang pawpaw?” Goda New kepada Nanon.

“Ihhhhh Papah maaaaaaaah.”

New kembali tersenyum “yaudah Papah turun ya? Mau nyusul Kakak sama Abang. Adek jangan malem-malem boboknya.”

“Iyaaaaa.”

Sebelum New membuka pintu kamar anak bungsunya ia kembali memutar tubunya menatap anaknya “eh Adek dua minggu lagi ya ujian nya?”

“Iyaaaaa, dua minggu lagi.”

New mengagguk “yaudah istrahat yang cukup ya Nak? Papah turun yaaa?”

“Iyaaaah Pah” Jawab Nanon.

New pun memutar gagang pintu kamar anaknya lalu keluar, turun menuju lantai satu untuk menyusul dan menemai dua anak lain nya.

@pandaloura

Tay menyandarkan punggungnya ke headboard kasur miliknya sebari mengadahkan kepalanya ke atas, menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan hampa, jemarinya sesekali memijit pelipis miliknya berharap sedikit dapat meredakan sakit kepala miliknya yang sudah ia rasakan sejak tadi pagi hingga saat ini.

Fikiran nya benar-benar kacau beberapa hari ini, mulai dari pertemuan tak sengajanya dengan Nami—mantan saat SMA Tay, ditambah Neneknya yang tiba-tiba masuk rumah sakit, lalu ‘perjodohan’ yang dilakukan oleh Nenek dan juga Bunda nya terhadap diri nya dan Namtan, dan alasan yang paling membuat Tay kacau adalah ketika New kekasihnya marah dan kecewa karena tau Tay tak melakukan apapun mengenai ‘perjodohan’ tersebut, New merasa Tay menikmati itu semua dan yang paling parah adalah New berfikiran bahwa Tay juga ragu akan perasaan nya terhadap New.

Walau sebenarnya awalnya Tay sedikit ragu tapi sekarang tidak, ia sudah memantapkan hatinya, hati maupun otaknya hanya menginginkan satu, yaitu Thitipoom. Entah apa yang akan ia hadapi di depan nya tapi Tay yakin akan mampu mampu melewatinya asal itu bersama Thitipoom, kekasih hatinya.

Tay juga telah membicarakan ini dengan Bunda nya tadi siang dengan yakin Tay berbicara kepada Bunda nya ”Mas tau akan sangat banyak orang yang menentang hubungan saya dengan New, tapi bahagia saya adalah New Bun.. Saya tau Bunda hanya ingin yang terbaik untuk saya, tapi saya yakin yang terbaik untuk diri saya adalah Thipoom Bun bukan yang lain.”

”Jadi saya hanya bisa minta tolong kepada Bunda, tolong restui kami. Rasa ini bukan hanya nafsu dan perasaan sesaat Bun, saya yakin dengan perasaan saya. Saya cinta New Bun dengan apapun keadaan New, saya cinta dia Bun.”

Awalnya Bunda Tay terdiam ketika mendengar pernyataan putra tengahnya tersebut, Tay bisa mendengar tarikan nafas Bunda nya sebelum iya memberikan tanggapan. ”Kalau Mas sebegitu yakinnya, Bunda hanya bisa mendoakan dan mendukung apapun yang menjadi bahagiamu Nak.” ”Maaf kemarin Bunda ragu sama perasaan kamu, nanti urusan Nenek biar Bunda bantu jelaskan ya Mas? New anak yang baik, Bunda yakin akan itu.”

Begitulah perbincangan terakhir antara Tay dan juga Bunda nya, ia sedikit bisa bernafas lega karena jawaban Bunda nya tersebut. Tiba-tiba lamuann nya sedikit terganggu mendengar suara dentingan dari ponsel miliknya, ia menoleh dan mengambil ponsel tersebut dengan malas. ”Paling hanya jumpol atau arm yang menanyakan apakah sudah makan atau belum.” ucap Tay dalam hati nya.

Mata nya langsung terbelak dan juga tubuhnya otomatis menegang saat melihat pesan yang berasal dari orang yang selalu ia khawatirkan dua hari kebelakang, orang yang yang selalu ia rindukan, Thitipoomnya.

Tanpa menunggu lama Tay langsung menarik kunci mobilnya yang berada di nakas samping kasurnya, ia kemudian langsung berlari keluar dari kamarnya menuju tempat yang telah New sebutkan. Ia akan menemui Thipoom nya.

— Hotel xxxx

Saat pintu lift berhenti dan terbuka di lantai sembilan Tay keluar dari lift tersebut lalu berjalan menyusuri lorong di lantai tersebut mencari kamar dengan no 907, setelah sedikit berjalan ia akhirnya menemukan kamar tersebut, Tay menetralkan nafasnya yang masih terengah karena berlari sedari tadi, ia menghapus keringatnya yang turun di pelipisnya. Setelah di rasa nafasnya sedikit sudah tenang Tay pun mengetuk pintu tersebut.

tok tok

Tak lama terdengar gagang pintu tersebut bergerak lalu pintu tersebut terbuka menampilkan sosok lelaki yang membuat kacau hari-hari Tay karena begitu merindukannya. Tay begitu menahan hasratnya untuk langsung menerjang memeluk sosok tersebut.

“Poom?” Tay berjalan masuk ke kamar hotel tersebut, namun New segera berbalik dan lebih dulu berjalan masuk kedalam.

Sesaat setelah memasuki kamar tersebut Tay dapat melihat sebuah meja yang sedikit berantakan ada beberapa bekas makanan yang tak habis, ada beberapa kaleng bir yang telah kosong dan juga ada sebuah botol kaca kosong yang Tay yakini isi botol kaca tersebut adalah minuman beralkohol, hati Tay begitu merasa sedih dan merasa bersalah karena kelakuan nya yang tak tegas ia malah membuat New yang ia sayangi menjadi kacau seperti ini. Langkah Tay seketika terhenti karena kini New sudah mengambil posisi duduk di ujung ranjang di dalam kamar tersebut.

“Poom..” Lirih Tay sebari ikut mengambil posisi duduk di samping New, menautkan tangan miliknya dengan milik New. “Maafin saya, saya salah. Saya gak tegas dalam membela hubungan kita, saya salah.” New masih tak bergeming, ia malah menatap lantai di dekat kakinya dengan tatapan kosong.

“Saya sayang kamu, mungkin kamu akan lelah mendengar alasan saya yang bilang bahwa saya adalah orang yang sulit mengutarakan apa yang ada di otak dan hati saya, tapi saya benar-benar tulus sayang sama kamu Poom.” Suara Tay sudah mulai bergetar “kasih saya kesempatan Poom, saya akan jadi pribadi yang lebih baik, saya akan memperjuangkan hubungan kita di depan semua orang. Tolong Poom. Saya mohon, kasih saya kesempatan. Jangan pergi tinggalin saya… Saya takut kamu pergi Poom..” kini air mata Tay telah turun membasahi pipinya.

New yang sadar Tay kini tengah menangis tersedu-sedu akhirnya mengangkat wajahnya menatap wajah kekasihnya “Tay?”

“Jangan panggil saya itu Poom, saya Tana kamu Poom.” “Saya sudah bilang kepada Bunda bahwa saya telah yakin bahwa kamu adalah yang saya mau Poom, saya minta maaf saya bertindak terlambat tapi tolong jangan tinggalkan saya Poom.” Tay semakin mengeratkan tautan nya airmatanya semakin deras turun membasahi wajahnya.

“Kamu mau saya telfon Bunda? Saya akan telfon sekarang, bukti bahwa saya telah bicara kepada Bunda tentang perasaan saya yang hanya ingin dengn kamu. Saya akan telfon sekarang.” Tay dengan cepat melepas tautan tangannya lalu merogoh kantung celananya dengan tergesa-gesa untuk mengambil ponselnya.

New yang sedikit terkejut dengan respon yang di berikan Tay, ia tak berfikir Tay benar-benar sekacau ini. Ia pun mengangkat tangan nya menghapus airmata Tay dengan perlahan “hey.. Hey.. Tenang duluuuu.”

Tay mengelus tangan New yang berada dj wajahnya “maaafin saya..” New mengangguk.

“Aku udah maaafin tapi boleh gak Tana sedikit aja kasih liat effort Tana buat hubungan kita? Aku jadi bingung, Tana tuh beneran sayang sama aku apa engga? Sayang tuh bukan hanya lewat kata Tana.. Tapi harus di tunjukkan juga dengan aksi nyata..” New menarik nafasnya.

Tay menunduk “maaf, demi apapun Poom saya sayang sama kamu, saya sayang sekali sama kamu. Maaf kemarin saya ragu, maaaf. Tapi itu hanya sesaat Poom, saya sekarang sangat yakin yang saya mau itu hanya kamu Poom. Saya akan coba lebih baik Poom. Saya janji, tapi kamu jangan menghilang begitu saja seperti kemarin. Saya gak bisa kalau gak sama kamu Poom, saya gakbisa.” Tay masih terisak.

“Hey.. Tana tenang ya..” New mencoba menenangkan Tay dengan memeluk tubuhnya mengusap punggungnya dengan lembut. “Aku gak akan kemana-mana, kemaren aku cuman butuh waktu buat mengerti dan nerima semuanya, kemarin aku sempet ngerasa insecure karena menurutku omongan Bunda Tana itu ada benernya, dan aku ngerasa cemburu sama Namtan karena Namtan punya yang gak aku punya, aku ngerasa gak bisa sebaik dia.. Aku takut gak bisa kasih yang terbaik sama Tana, aku takut Tana nyesel sama aku, makanya aku milih buat pergi dulu.”

Tay melepas pelukan New “Poom dengerin saya, tolong jangan pernah berfikiran seperti itu lagi.. Saya mencintai kamu apa adanya, saya sayang kamu dengan apapun yang kamu punya. Namtan atau siapapun gak akan bisa gantiin posisi kamu di hati saya, percaya sama saya Poom. Saya mohon jangan pergi Poom.”

“Aku gak akan kemana-mana Tana… “

Tay kemudian kembali memeluk New “saya janji, akan lebih baik dalam menunjukkan effort saya untuk hubungan ini. Saya janji Poom, asal kamu selalu bersama saya.” “Saya minta maaf, mengenai Namtan. Maaf saya gak jujur tentang mengantarkan dia, tapi Namtan itu hanya masa lalu saya Poom, saya benar-benar tak punya perasaan apa-apa dengan dia Poom.”

New mengangguk “iya aku percaya, tapi tolong nanti kamu jawab pertanyaan Namtan yang dia tanya apa aku pacar kamu atau bukan, aku kan pengen di akuin.”

“Iya sayang, nanti saya kasih tau seluruh dunia kalau kamu adalah milik saya, kamu adalah dunia saya.” Balas Tay di balik pelukannya.

Tay kemudian melepas pelukan nya “jadi kamu maafin saya kan?” New mengangguk.

“Tapi next kalau aku ngeliat Tana ragu lagi sama perasaan Tana, aku bakal mundur duluan. Karena aku gak mau punya hubungan sama orang yang gak yakin sama perasaannya sendiri.”

Tay mengecup punggung tangan milik New “gak akan, kamu gak akan pernah liat hal seperti itu. Karena saya selalu yakin bahwa hati saya selalu hanya ingin kamu.” Tay pun kemudian mengelus wajah New lalu mempertemukan bibirnya dengan bibir New. Ia menyesap bibir New dengan lembutnya menyalurkan rasa bersyukurnya karena telah memiliki Thitipoom di hidupnya. Ciuman tersebut singkat akan tetapi begitu hangat bagi keduanya.

“Saya sayang kamu Poom, terimakasih atas kesempatan nya.” ucap Tay sebari menyatukan dahi keduanya.

end. @pandaloura

Telah lima belas menit berlalu Tay berada di dalam mobilnya yang ia parkirkan di basement apartment nya, ia menatap layar ponselnya yang menampilkan bubble chat bersama Bunda nya. Fikiran nya kembali melayang mengingat ucapan Neneknya tadi pagi.

”Sebelum Nenek pergi, Nenek cuman mau lihat kamu berkeluarga Mas. Nenek gak tahu sedekat apa hubungan kamu dengan New, tapi yang harus kamu ingat, New tidak akan bisa memberikan kamu keturunan. Di fikirkan lagi ya Mas? Kamu ingat kan mimpi kamu ada memiliki keluarga kecil yang utuh? Namtan pilihan yang terbaik Mas.”

Tay mengusak rambutnya kasar mau tak mau ucapan Nenek dan Bunda nya sedikit mempengaruhi hati nya, ia tahu lambat laun hubungan nya dengan New pasti akan menemui kerikil tajam, tapi ia tak menyangka kerikil tajam itu datang secepat ini dan malah datang dari keluarganya sendiri.

Drrrt~ Lamunan nya terpecah saat ponselnya bergetar, menampilkan panggilan dari kontak yang secara otomatis akan membuat lengkungan senyuman di bibir Tay saat melihatnya. Thitipoom orangnya.

“Haloo Poom.” Ucap Tay setelah mengangkat panggilan tersebut.

”Tana dimanaaaa? Ini udah jam empat, kok belum sampe aja sih?” Suara kekasihnya terdengat sedikit ‘bete’ mungkin bosan seharian ini Tay tinggal.

“Maaf, sebentar lagi saya sampe kok.” “Kamu sudah makan? Sebentar ya.”

”Emang tadi Tana kemana aja?”

“Tadi abis anter Nenek saya nunggu sepupu saya dateng, terus makan siang dulu di rumah Nenek terus jalan pulang.” Jawab Tay. “Kamu udah makan?” Tay bertanya kembali.

”Oh yaudaaaaa, aku udah makan. Tadi aku go-food. Ini aja aku belum ganti baju lagi abis ngambil go-food ke bawah.”

Tay tersenyum “yauda sebentar yaa, saya juga ingin mandi. Badan saya lengket semua.”

Yauda cepeeet ya Tanaku sayang, yang paling aku sayang.”

“Iya Poom.”

”Yauda yaaaah aku matiin.”

“Poom?”

”Hmm?”

“Saya sayang kamu.”

”Ih tumben bangetttt, aku juga sayang Tana.. Sayaaaaaang banget.”

Tay kembali tersenyum mendengar celotehan kekasihnya tersebut. “Yauda saya matiin ya.” Dan New pun hanya membalas dengan berdeham kemudian panggilan tersebut berakhir.

Tay menarik nafasnya panjang, meyakinkan dirinya bahwa New lah yang ia mau. Ia tak mau ragu.

Ia pun keluar dari mobilnya lalu berjalan menuju lift menuju unitnya, ia ingin segera menemui Thitipoom nya.

Tay memasukan kata sandinya lalu masuk ke unit apartment miliknya, sesaat setelah masuk pemandangan yang ia lihat adalah kekasihnya tengah memakan eskrim langsung dari tempatnya sebari menonton televisi, Tay pun mendekat tanpa mengeluarkan suara niat hati membuat kekasihnya terkejut.

Hap! Tay langsung memeluk New yang kini tengah terkejut saat di peluk tiba-tiba.

“Anjiiir, kirain siapaaa?” “Kok Tana gak bersuara sih masuknya?” Protes New sebari menyimpan eskrimnya ke meja.

Tay yang duduk di samping tubuh New membenamkan wajahnya ke perpotongan leher milik New “kamu nya aja yang terlalu fokus sama ice cream kamu.”

“Ihh geraaaaah lepasiiiiiin ah.” New berusaha melepas pelukan Tay di tubuhnya.

Tay yang pelukan nya terlepas hanya menunjukan wajah tak suka “semalem siapa ya yang gak mau saya lepasin? Sekarang saya peluk sedikit aja gak mau.”

“Siapa yaaaa? Gatau tuh.” New menjawab tak acuh.” “Katanya kamu geraaaah, sana mandiiii.”

“Iyalah saya gerah banget, seharian harus pake turtle neck gara-gara bad kittypoom” Tay pun membuka turtle neck nya, New kemudian terkekeh melihat banyaknya tanda cinta yang ia berikan di leher,bahu bahkan dada milik Tay.

“Tana juga sama niiiih.” New ikut menarik hoodie nya untuk memperlihatkan hasil karya yang di hasilkan oleh bibir Tay. Tay pun mengusak pucuk kepala kekasihnya “ganti baju sana, gerah banget saya liatnya”

New mengambil kembali kotak ice cream di hadapan nya “iya entar mager banget. Kamu sana mandi.”

Tay pun mengeluarkan ponsel dan kunci mobilnya yang berada di celana nya lalu menyimpan kedua benda tersebut di atas meja di hadapan nya. “Jangan di habisin semua, nanti kamu batuk.” Ucap Tay sebari berdiri dari duduknya.

New hanya mengangguk dengan acuh “nye nye nyeee.”

Tay memandang diri New dengan tatapan tajamnya, New yang tersadar “iya-iya dikit lagi, gak akan di abisin engga.” Lalu mempoutkan bibirnya.

Tay pun tersenyum lalu mengusak pucuk kepalanya “nah gitu dong, itu baru my kittypoom.” “Saya mandi dulu yaaaa.”

“Sanaaaaaaaa mandiiiii, bau kamu.” New menggerakan tangan nya dengan gerakan seperti mengusir Tay “hush hush..”

“Bau-bau juga kamu nempel terus sama saya.” Ucap Tay sebari menjauh dari ruang TV tersebut menuju kamar mandi miliknya.

New kembali fokus memakan ice cream dan menonton serial Netflix sebari menunggu kekasihnya selesai mandi.

Sepuluh, lima belas menit berlalu fokus New sedikit terganggu karena suara getaran yang berasal dari ponsel milik Tay yang berada di atas meja di hadapan nya, awalnya New tak ambil pusing dan memilih mendiamkan ponsel tersebut. Tapi saat satu panggilan berlalu, kini ponsel Tay kembali bergetar, New yang awalnya tak menggubris kini mau tak mau mengambil ponsel tersebut menatap layar tersebut terlihat ada panggilan tak terjawab dari Bunda Tay, kemudia saat ia akan kembali menutup kunci layar ponsel tersebut ada satu notifikasi yang menarik perhatian nya membuat wajahnya sedikit mengernyit karena nama nya disebut di pesan tersebut ”bunda yakin new akan ngerti.” begitu sepenggal pesan yang dapat New baca.

New sedikit bingung, ngerti? Mengerti akan hal apa? Ia sedikit ragu apakah ia harus membuka pesan tersebut? Sejujurnya ia benar-benar penasaran akan hal tersebut akan tetapi ia takut melewati batas dan melanggar privasi milik Tay. Tapi karena rasa penasaran yang begitu memuncak, New akhirnya dengan berani membuka isi pesan tersebut.

Ia sedikit tertegun saat membaca isi pesan tersebut, hal yang selalu ia takutkan akhirnya datang juga. Hatinya sedikit berdenyut sakit membaca isi pesan tersebut. Ia pun mengeluarkan bubble chat tersebut dan kembali di buat terkejut karena ia menemukan satu lagi bubble chat Tay dengan seseorang yang menjadi sumber kecemburuan nya beberapa waktu ini. Namtan.

Ia tersenyum miris “sayang gue apanya, di tanya pacar gue apa bukan aja gak mau jawab.”

“Poom?” Tay yang baru saja keluar dari kamarnya masih dengan handuk yang mengalung di lehernya.

New menoleh “Kamu tadi nganter Namtan?”

“Kamu baca pesan saya?” Tay mendekat.

“Jawab. Kamu tadi nganter Namtan?” New memberikan tatapan tajam kepada Tay.

Tay menarik ponselnya yang masih berada di tangan New dengan sedikit kasar “kamu gak sopan.” Ucap Tay dengan suara berat.

“Kamu pembohong.” Balas New.

“Dengerin dulu.” Tay mencoba menjelaskan kepada New.

New mencibir “jelasin apa? Jelasin bahwa kalau yang di omongin Bunda kamu itu bener? Aku gak bisa kasih keturunan kamu? Jelasin bahwa kamu gak yakin sama aku? Atau jelasin bahwa omongan Bunda kamu benar tentang Namtan yang paling cocok buat jadi pendamping kamu?”

“Poom, gak seperti itu. Dengerin dulu.”

New mengangkat tanganya ke hadapan wajah Tay ”stop! kamu gak perlu jelasin apa-apa lagi Tay”

“Poom please..” Tay mencoba menurunkan tangan New di hadapan nya tapi dengan cepat New menepis itu semua.

New pun kembali mengangkat tanganya di hadapan Tay tubuhnya mundur sedikit menjauh dari Tay ”stop! please stop! jujur aku sedih ternyata Bunda punya pandangan lain tentang hubungan kita, aku tau aku gak punya yang Namtan punya, aku gak bisa hamil, gak bisa kasih kamu keturunan, aku tau Tay.. Tapi kamu tau gak yang paling bikin aku sedih apa?” Tanya New dengan suara bergetar, Tay mencoba mendekat tapi New kembali memundurkan tubuhnya. “Poom.”

“Kamu gak yakin sama aku Tay.. Kamu gak yakin sama perasaan kamu sama aku.. Kamu gak yakin sama hubungan kita.. Kamu bahkan bilang ke Bunda akan mikirin lagi semuanya, itu artinya kamu beneran ragu sama aku.. Kamu ragu akan kita Tay!” New sedikit berteriak saat menekankan kata ragu.

Tay sedikit memajukan tubuhnya mendekati New yang terus saja memundurkan tubuhnya menjauh dari Tay “saya sayang kamu Poom.”

New menarik nafasnya kasar “kamu ragu Tay, bahkan pas Namtan tanya aku pacar kamu atau bukan, kamu milih buat gak jawab dan menghindari pertanyaan itu. Kalau kamu beneran sayang sama aku dan kamu bangga akan hubungan kita, kamu gak akan ragu buat jawab pertanyaan Namtan Tay dan kamu akan merjuangin hubungan kita di depan Bunda kamu.” “Tapi kamu gak ngelakuin itu Tay. Tolong jangan bertindak seolah-olah kamu merjuangin hubungan kita Tay tapi kenyataan nya engga.”

“Poom dengarkan duluu.. Jujur.. Saya sempat sedikit terpengaruh dengan kata-kata Bunda tapi itu hanya sementara Poom, sekarang saya mau nya hanya kamu dan untuk masalah Nami maksud saya Namtan saya hanya enggan menjawab.. Saya..” Tay sedikit bingung harus menjelaskan dengan kata apa agar New mengerti bahwa yang di fikirkan New itu salah, Tay mengakui fikirannya sempat meragu akan hubungan nya dengan New akan tetapi ketika Tay kembali menanyakan pada hati kecilnya, hati kecilnya jawaban nya adalah hatinya tak ragu akan cinta nya pada New. Hanya New yang ia inginkan bukan yang lain dan untuk Namtan Tay sesungguhnya belum memikirkan jawaban yang paling tepat untuk ia sampaikan kepada New.

Mendengar ucapan Tay New langsung kembali berjalan mundur dan menjauh dari Tay “aku butuh waktu sendiri Tay..” Kemudian berbalik berlari menuju pintu keluar, New tak tahu harus pergi kemana tapi yang pasti ia butuh waktu untuk menenangkan hati dan juga fikiran nya, sendirian.

@pandaloura

“Tana, malem ini aku tidur di tempat Tana yaa?”

Tay terdiam sejenak.

“Boleh?” New mengelus tangan Tay kembali. Tay mengangguk “boleh.” Kemudian Tay langsung menjalankan mobilnya keluar dari parkiran rumah sakit tersebut.

Setelah dua puluh menit berkendara, kini Tay dan juga New sudah berada di basement apartment Tay, keduanya pun langsung berjalan menuju lift untuk naik ke unit milik Tay yang berada di lantai dua belas.

“Kamu mau makan apa? Belum makan malem kan?” Tanya Tay saat menekan kata sandi di depan unit miliknya, begitu pintu terbuka Tay terlebih dahulu masuk lalu di ikuti oleh New di belakangnya. Tay kemudian membalikan tubuhnya berniat meminta jawaban atas pertanyaan yang ia lontarkan kepada New.

“Kamu mau.. Hmmphhh.” Belum selesai Tay menyelesaikan ucapannya, tubuhnya di dorong ke tembok dan bibirnya di lumat dengan sedikit kasar oleh New, Tay hanya bisa membelakkan mata nya terkejut atas perlakuan tiba-tiba dari kekasihnya tersebut.

New yang merasa permainan nya tak di imbangi kemudian menggigit bibir Tay agar terbuka, tangan New turun kebawah mengelus pangkal paha milik Tay lalu berpindah mengelus gundukan pusat tubuh milik Tay.

Tay semakin terkejut dengan apa yang terjadi, dengan cepat ia sedikt mendorong tubuh New sehingga pagutan bibir keduanya terlepas. “Poom?”

“Kamu milik aku Tana, aku mau kamu malem ini.” Ucap New sebari menatap mata hitam milik Tay, lalu kembali menyatukan bibir keduanya tangan miliknya langsung ia lingkarkan ke leher milik Tay.

Tay kembali mendorong tubuh New “hey..kamu kenapa?”

Mata New yang sudah sayu hanya menatap wajah Tay yang menampilkan ekspresi kebingungan, ia benar-benar bingung dengan segala perlakuan New yang tiba-tiba dan sedikit kasar, New tidak pernah seperti ini.

“Aku cuman mau kamu malam ini, salah? Aku mau kamu Tana, please..” Lirih New.

Tanpa menjawab pertanyaan New, Tay langsung mempertemukan bibir keduanya. Ia melumat bibir New dengan lembut, New kemudian tersenyum lalu mulai melepas kancing kemejanya dengan perlahan tanpa melepas pagutan bibir keduanya, Tay pun melakukan hal yang sama.

Tay mulai mendorong tubuh New untuk semakin masuk kedalam apartmentnya, New berjalan mundur dan Tay berjalan mendorong tubuh New, keduanya menuju sofa yang berada di ruang TV selama perjalan dari pintu masuk ke sofa keduanya sama-sama melepas dan melempar baju dan celana milik keduanya.

Tay pun mendaratkan pantat nya ke sofa lalu menarik tubuh New untuk naik ke pangkuan dirinya, pagutan keduanya masih tak terlepas lidah keduanya saling bertautan, saling mengabsen rongga mulut pasangan nya.

Tangan Tay kini berpindah dari pinggang New turun mengelus dan mulai meremas pantat sintal milik kekasihnya, “Ngghhh..” terdengar suara lengguhan dari mulut New saat Tay dengan nakalnya meremas bongkahan sintal tersebut.

New yang pertama melepas pagutan keduanya, ia tersenyum lalu mengecup singkat bibir Tay. Kemudian ia mulai memundurkan tubuhnya untuk turun dari pangkuan Tay, jari-jarinya meraba dengan sensual mulai dari dadanya hingga ke perut yang memiliki bentuk kotak-kotak yang berwarna tan milik Tay. “Sexy.” Mata New mengerling menggoda.

Kini New sudah berlutut tepat di hadapan gundukan milik Tay, awalnya ia mengelus dengan pelan gundukan yang masih tertutup celana dalam tersebut, lalu ia mulai mengecupi gundukan tersebut dengan bibirnya, mulai menggoda dengan menjilati milik Tay yang masih terbungkus celana. Tay hanya bisa mengadahkan kepalanya menatap langit-langit ruangan TV nya, sesekali ia mulai mengeluarkan suara lengguhan nya karena kenikmatan.

Tak puas karena terhalang oleh pakaian dalam milik Tay, kini tangan New menarik celana dalam milik Tay, Tay yang paham membantu dengan sedikit mengangkat pantatnya agar mempermudah New menarik celana nya.

Tay mendongakkan kembali kepalanya saat dirasa miliknya menyentuh sesuatu yang basah dan lembab “nngghhh Poom.”

New tak menghiraukan nya, ia dengan lahapnya mulai memaju mundurkan wajahnya, membenamkan milik Tay masuk penuh ke mulutnya, walaupun mulut New hanya mampu menampung setengah saja dari keseluruhan milik Tay tapi itu saja sudah membuat Tay merasakan kenikmatan dari permainan mulut milik New, Tay yang sudah ikut turn on kini mulai mendorong kepala New untuk lebih dalam dalam mengulum miliknya, sampai tak terasa miliknya menghantam ujung tenggorokan milik New yang membuat ia melengguh hebat dan New yang terbatuk karena deepthroat yang baru saja mereka lakukan.

“Uhuk.. Uhuk..” New terbatuk setelah melepas milik Tay keluar dari mulutnya.

Tay tersadar kemudian ia menatap New yang berlutut dibawahnya, jari tangan nya mengelap saliva yang berada di ujung sudut bibir milik New. “Sini naik, saya ambilin minum dulu.”

New menahan Tay yang akan berdiri, lalu kembali mengulum milik Tay masuk kembali kemulutnya. Gerakan nya kali ini sedikit lebih cepat dari sebelumnya, bahkan sebari mengulum New pun sedikit menyedot milik Tay, yang membuat Tay tak henti-hentinya melenguh kenikmatan. Tay pun hampir sampai pada puncak pelepasan nya, miliknya kembali membesar dan berdenyut dengan hebat siap-siap akan melepaskan pelepasan kenikmatannya, New yang tersadar semakin memperdalam kuluman nya di tambah ia memberikan pijatan ke sisa batang tak kuasa ia tampung di mulutnya.

“Pooooomm..angghhhggg..” Tay sedikit berteriak saat pelepasan pertamanya, New dengan cepat menelan cairan hasil pelepasan milik kekasihnya, begitu banyaknya cairan yang Tay keluarkan walaupun sudah New telan tetap saja menyisakan beberapa tetes di wajah dan dada milik New.

Tay masih mengadahkan kepalanya, nafasnya masih belum teratur akibat pelepasan luar biasa yang baru saja ia rasakan, namun seolah tak di beri istirahat kini ia sudah merasakan tubuh New berada kembali di pangkuan nya. Miliknya yang sempat menyusut akibat pelepasan pertama nya kini kembali sedikit menegang karena kini miliknya mulai bergesekan dengan milik New yang juga sudah mulai menegang.

New mengalungkan kembali tangan nya di leher milik Tay, kini ia mulai menggerakan tubuh bagian bawahnya bergesekan dengan milik Tay di bawah sana, New menggoda memperlambat gerakan nya saat lubangnya bergesekan dengan milik Tay, mulutnya mengeluarkan desahan-desahan erotis yang memabukkan bagi telinga Tay.

“Kiss me Tawan.” Perintah New sebari mendorong kepala Tay mengarah ke leher jenjang putih miliknya.

Tay kemudian mulai mencumbu leher kekasihnya, ia memulai dengan kecupan ringan lalu naik menjadi jilatan erotis hingga mulai menghisap dan mengigit sehingga sepertinya esok hari akan menimbulkan tanda cinta di leher kekasihnya tersebut.

“Ngghhh.. More Tana.. Touch me please..” Tangan New turun mengarahkan tangan Tay untuk menyentuh bongkahan sintal miliknya.

Tay melepaskan cumbuan nya di leher New yang kini sudah terlihat memerah di beberapa spot. “Saya ambil lube sama kondom dulu.”

New menggeleng “gak usah, just touch me please Tana…”

“Poom, nanti kamu sakit kalo gak pake lube.” New menggeleng “aku gak butuh lube atau kondom, aku butuhnya kamu sentuh aku sekarang, please..” Lirih New sebari kembali menggesekkan tubuh bagian bawahnya.

Tay hanya membelakkan matanya tak percaya, baru kali ini ia melihat sisi New yang seperti ini. Gerakan seduktif New yang terus berlanjut membuat Tay melupakan fakta ada yang aneh dengan kekasihnya tersebut, Tay pun semakin terhanyut dalam permainan panas milik New, ia kemudian menyanggupi permintaan New. Tay mulai memasukkan ketiga jarinya kemulut miliknya, membuat ketiga jarinya basah dengan liurnya sebagai pengganti lube, setelah jari-jarinya basah ia mulai mengarahkan jarinya tersebut menuju lubang milik New yang sedari tadi sudah menggodanya, pertama Tay memasukkan satu jarinya, membuat New merintih tak nyaman, lalu kembali memasukkan jari kedua dan ketiga nya karena tak munafik godaan yang New gencarkan pada Tay sedari tadi juga membuka sisi ganas Tay yang tak sabar untuk menikmati surga dunia miliknya, yaitu lubang sempit milik kekasihnya.

New masih merintih tak nyaman, bahkan ia mengigit bibirnya dengan kuat karena tubuh bagian bawahnya benar-benar terasa tak nyaman. Tay yang sadar dengan rintihan New mulai membantu New mengalihkan rasa tak nyaman nya, Tay kini mulai mengecup dan menjilati pucuk dada milik New yang memang sudah mengeras sedari tadi, sebari jari-jari tangan nya masih dengan perlahan masuk dan keluar di lubang milik New mempersiapkan lubang tersebut sebelum ia gempur dengan miliknya yang kini semakin tak sabar untuk merasakan kehangat lubang milik kekasihnya tersebut.

“Ahhhnggg..Mhhmm.. More Tanaaaa..” New mendesah karena kini gerakan jari Tay di lubangnya sudah sedikit nyaman, dan jilatan Tay di pucuk dadanya pun semakin membuat New gila.

“Fuck me please…Now Tanaaa..” Pinta New sebari terus mendorong kepala Tay ke dada nya. Tay semakin melebarkan jarinya di lubang milik New, ia membuat gerakan menggunting yang membuat New semakin mendesahkan namanya.

“Now Tana.. Please..” Suara New benar-benar meminta, Tay pun dengan cepat mengeluarkan tangan nya dari lubang milik New lalu menjauhkan wajahnya dari dada milik kekasihnya, kemudian ia mulai mengeluarkan sedikit saliva di telapak tangan nya lalu mengarahkan air liurnya tersebut ke kepala penisnya agar sedikit basah dan agar lebih memudahkan untuk memasuki lubang milik New.

“Saya masuk yaa.” New mengangguk pasrah lalu Tay mulai mengarahkan penisnya untuk masuk ke lubang milik New.

“Aaaaahhhhhh.” Tay langsung melesakkan sekaligus miliknya di lubang milik New membuat New sedikit memekik kesakitan.

Tay kemudian mengangkat wajahnya untuk mempertemukan bibirnya dengan bibir milik New, ia kembali menyesap bibir kekasihnya tersebut, menautkan kembali lidah keduanya. New yang sudah merasakan nyaman di lubangnya pun mulai menggerakkan pinggulnya keatas dan kebawah membuat Tay kembali melengguh kenikmatan, merasakan lubang milik New memijat miliknya dengan nikmat.

“Pooom ahhhhhhggg..” Tay ikut mendesah, matanya terbuka dan tertutup merasakan kenikmatan.

New yang masih menggoyangkan tubuh bagian bawahnya kini mulai menyesap leher Tay, ia mulai memberikan kecupan,jilatan dan gigitan sehingga membuat tanda yang berbekas di leher kekasihnya, setelah satu spot ia tandai, ia berpindah ke spot lain nya. Biasanya Tay selalu menghindar dan meminta New agar tak meninggalkan jejak di tubuhnya tapi entah karena permainan malam ini terlalu panas Tay sudah tak peduli dengan New yang terus menerus berpindah memberikan tanda kepemilikan nya di tubuh Tay, ia hanya terus mengerang menadahkan wajahnya menikmati permainan panas dari kekasihnya.

“Poooommm mmmhhhhggg... Kamu enak babngett.. Ahhhhh” Tay tak henti-henti nya mengumandangkan nama New,