pandaloura

; izin

“New, laki lu mana? Kata gue juga gue anter aja dih bucin segala sih harus di jemput Tay segala” omel Gun kepada New.

“Bentar lagi kali, tadi dia bilang dah jalan kok. Yauda sih lu bedua sana duluan aja, taik bawel bat dah.” ucap New membalas omelan Gun.

Saat ini mereka bertiga sedang berada di parkiran gedung A, sudah hampir 10 menit menunggu Tay yang di tunggu sejak tadi belum juga menunjukan batang hidungnya.

“Yauda kita tungguin aja, lagian lu sabar kali Gun. Macet kali di depan.” bela Kit.

Tak berselang lama akhirnya mobil Tay memasuki lahan parkir tersebut.

“Maaf, tadi jalan didepan nya sangat padat” ucap sesaat setelah menurunkan kaca jendela kursi penumpang di samping nya.

“Gue duluan yaaa? Makasih udah nemenin hehehe, hati-hati nyetirnya Gun, anterin Kit sampe kosan ya” ucap New sebari membuka pintu mobil Tay kemudian memasuki mobil tersebut.

“Gun, Krist saya duluan ya? Terimakasih tadi pagi.” ucap Tay sebari membunyikan klakson nya dan kemudian meninggalkan lingkungan kampus.

Mobil yang dikendarai oleh Tay dan New mulai memasuki jalanan yang sedikit padat karena saat ini bersamaan dengan jam-jam pegawai pulang kantor.

“Tana tumben tadi nongkrong dulu, reuni?” tanya New.

“Gak, tadi siang saya di mintai tolong oleh teman SMA saya untuk membantu project tugas nya.” jawab Tay.

New menangguk “project apaan emang yang? Anak manajemen juga?”

“Bukan, dia anak perfilman. Projectnya semacam membuat music video poom, saya di mintai tolong jadi model nya.”

New terkejut atas ucapan Tay “Hah?? Tana mau? Waaah gak nyangka deh seorang Tana bisa acting juga, cieee pacar aku mau debut cieee.”

“Saya awalnya tidak mau, tapi teman saya mohon-mohon saya jadi tidak tega. Jadinya saya bantu.” “Lagian saya hanya disuruh acting biasa saja kok dengan pemeran wanita nya.”

New mengernyitkan dahi nya pemeran wanita? apakah Tay akan memiliki lawan main wanita?

New mengangguk.

Ada perasaan yang sedikit mengganjal di hati nya. 1. Siapa kah Marrie sehingga Tay yang sangat anti bersosialisasi dengan banyak orang dengan tiba-tiba dan begitu mudahnya mengiyakan permintaan nya. 2. Kenapa Tay sebelum nya tidak bercerita apapun tentang project ini kepada New? Dan terlebih dengan fakta bahwa ia akan beradu akting dengan seorang wanita bukan kah akan lebih baik meminta izin terlebih dahulu kepada New yang notabene adalah kekasih nya? Ah sudahlah, toh apabila New tidak memberikan izin pun Tay pasti akan tetap melakukan nya.

“Poom? Thipoom?” suara Tay menyadarkan New kembali dari lamunan nya.

“Eh iya, kenapa?”

“Kamu mau beli makan apa? Mau makan diluar?” tanya Tay.

“Gak deh, aku mau langsung ke kosan aja yang.” “Eh yang, besok jadi kan nganter aku?”

Tay menggaruk kepala nya yang tidak gatal. “Ah saya belum kasih tau kamu ya, karena deadline nya minggu depan jadi Marrie dan teman-teman akan memulai proses shooting besok, sepertinya saya tidak bisa mengantar kamu, karena besok saya harus mengikuti prosesnya tersebut.” jelas Tay.

Mendengar alasan dari kekasih nya tersebut New hanya bisa menarik nafas nya panjang. “Hmm gituya, yauda deh gapapa.”

“Maaf ya?” Tay memandang New.

New memberikan senyuman kepada Tay. “Gapapa, next time kan masih bisa.”

Tak terasa mereka telah sampai di depan gerbang kos-kosan New. New pun melepas seatbelt dan segera bergegas turun.

“Thipoom” suara Tay membuat New berpaling ke arah wajah Tay.

“Ya?”

Tanpa menjawab apa-apa Tay mendekatkan wajahnya ke wajah New sehingga mempertemukan bibirnya dan juga bibir dari kekasih nya tersebut. Biasanya Tay dan New hanya menempelkan kedua bibirnya lalu selesai, tapi tidak untuk malam ini.

Tay melumat bibir bawah New dan juga sedikit memberikan gigitan yang membuat New sedikit terkaget sehingga membuat bibir New dengan refleks terbuka, merasa bibir New terbuka lidah Tay kemudian mengajak lidah New untuk sedikit bermain dan terjadi lah pergelutan ciuman dengan lidah kedua nya.

Setelah berciuman dengan durasi yang lumayan lama akhirnya kedua nya menyelesaikan permainan mereka karena paru-paru mereka membutuhkan oksigen.

Kemudian Tay memandang wajah New yang sudah sangat merah karena 'permainan' mendadak ini. “Maaf ya besok saya ingkar janji sama kamu.”

New yang masih tersipu malu hanya bisa mengangguk dan langsung bergegas turun dari mobil tersebut.

“Hati-hati ya Tana.” terdengar sedikit teriakan New yang sedikit berlari memasuki kos-kosan nya tersebut.

Tay pun hanya tersenyum melihat kelakuan dari kekasih nya tersebut.

“Menggemaskan.” ucapnya.

; izin

“New, laki lu mana? Kata gue juga gue anter aja dih bucin segala sih harus di jemput Tay segala” omel Gun kepada New.

“Bentar lagi kali, tadi dia bilang dah jalan kok. Yauda sih lu bedua sana duluan aja, taik bawel bat dah.” ucap New membalas omelan Gun.

Saat ini mereka bertiga sedang berada di parkiran gedung A, sudah hampir 10 menit menunggu Tay yang di tunggu sejak tadi belum juga menunjukan batang hidungnya.

“Yauda kita tungguin aja, lagian lu sabar kali Gun. Macet kali di depan.” bela Kit.

Tak berselang lama akhirnya mobil Tay memasuki lahan parkir tersebut.

“Maaf, tadi jalan didepan nya sangat padat” ucap sesaat setelah menurunkan kaca jendela kursi penumpang di samping nya.

“Gue duluan yaaa? Makasih udah nemenin hehehe, hati-hati nyetirnya Gun, anterin Kit sampe kosan ya” ucap New sebari membuka pintu mobil Tay kemudian memasuki mobil tersebut.

“Gun, Krist saya duluan ya? Terimakasih tadi pagi.” ucap Tay sebari membunyikan klakson nya dan kemudian meninggalkan lingkungan kampus.

Mobil yang dikendarai oleh Tay dan New mulai memasuki jalanan yang sedikit padat karena saat ini bersamaan dengan jam-jam pegawai pulang kantor.

“Tana tumben tadi nongkrong dulu, reuni?” tanya New.

“Gak, tadi siang saya di mintai tolong oleh teman SMA saya untuk membantu project tugas nya.” jawab Tay.

New menangguk “project apaan emang yang? Anak manajemen juga?”

“Bukan, dia anak perfilman. Projectnya semacam membuat music video poom, saya di mintai tolong jadi model nya.”

New terkejut atas ucapan Tay “Hah?? Tana mau? Waaah gak nyangka deh seorang Tana bisa acting juga, cieee pacar aku mau debut cieee.”

“Saya awalnya tidak mau, tapi teman saya mohon-mohon saya jadi tidak tega. Jadinya saya bantu.” “Lagian saya hanya disuruh acting biasa saja kok dengan pemeran wanita nya.”

New mengernyitkan dahi nya pemeran wanita? apakah Tay akan memiliki lawan main wanita?

New mengangguk.

Ada perasaan yang sedikit mengganjal di hati nya. 1. Siapa kah Marrie sehingga Tay yang sangat anti bersosialisasi dengan banyak orang dengan tiba-tiba dan begitu mudahnya mengiyakan permintaan nya. 2. Kenapa Tay sebelum nya tidak bercerita apapun tentang project ini kepada New? Dan terlebih dengan fakta bahwa ia akan beradu akting dengan seorang wanita bukan kah akan lebih baik meminta izin terlebih dahulu kepada New yang notabene adalah kekasih nya? Ah sudahlah, toh apabila New tidak memberikan izin pun Tay pasti akan tetap melakukan nya.

“Poom? Thipoom?” suara Tay menyadarkan New kembali dari lamunan nya.

“Eh iya, kenapa?”

“Kamu mau beli makan apa? Mau makan diluar?” tanya Tay.

“Gak deh, aku mau langsung ke kosan aja yang.” “Eh yang, besok jadi kan nganter aku?”

Tay menggaruk kepala nya yang tidak gatal. “Ah saya belum kasih tau kamu ya, karena deadline nya minggu depan jadi Marrie dan teman-teman akan memulai proses shooting besok, sepertinya saya tidak bisa mengantar kamu, karena besok saya harus mengikuti prosesnya tersebut.” jelas Tay.

Mendengar alasan dari kekasih nya tersebut New hanya bisa menarik nafas nya panjang. “Hmm gituya, yauda deh gapapa.”

“Maaf ya?” Tay memandang New.

New memberikan senyuman kepada Tay. “Gapapa, next time kan masih bisa.”

Tak terasa mereka telah sampai di depan gerbang kos-kosan New. New pun melepas seatbelt dan segera bergegas turun.

“Thipoom” suara Tay membuat New berpaling ke arah wajah Tay.

“Ya?”

Tanpa menjawab apa-apa Tay mendekatkan wajahnya ke wajah New sehingga mempertemukan bibirnya dan juga bibir dari kekasih nya tersebut. Biasanya Tay dan New hanya menempelkan kedua bibirnya lalu selesai, tapi tidak untuk malam ini.

Tay melumat bibir bawah New dan juga sedikit memberikan gigitan yang membuat New sedikit terkaget sehingga membuat bibir New dengan refleks terbuka, merasa bibir New terbuka lidah Tay kemudian mengajak lidah New untuk sedikit bermain dan terjadi lah pergelutan ciuman dengan lidah kedua nya.

Setelah berciuman dengan durasi yang lumayan lama akhirnya kedua nya menyelesaikan permainan mereka karena paru-paru mereka membutuhkan oksigen.

Kemudian Tay memandang wajah New yang sudah sangat merah karena 'permainan' mendadak ini. “Maaf ya besok saya ingkar janji sama kamu.”

New yang masih tersipu malu hanya bisa mengangguk dan langsung bergegas turun dari mobil tersebut.

“Hati-hati ya Tana.” terdengar sedikit teriakan New yang sedikit berlari memasuki kos-kosan nya tersebut.

Tay pun hanya tersenyum melihat kelakuan dari kekasih nya tersebut.

“Menggemaskan.” ucapnya.

; malu

“Tanaaaaaaaaaaaa” teriak New ketika sesampai nya dikantin.

Tay pun menoleh dan langsung mengelengkan kepalanya melihat kelakuan kekasihnya tersebut.

“Gak usah teriak-teriak kamu kan bukan lagi di hutan!” ketus Tay ketika New sudah sampai di meja nya.

“Gapapa kali Tay, New kan anaknya emang heboh banget apalagi kalo soal lu.” goda Off.

“Hehehe iya New kan ya?” Arm ikut menggoda. Di meja kantin tersebut kini hanya ada Tay, Off, dan juga Arm biasanya jika Alice tidak ada ia memiliki kegiatan lain atau pun rapat dengan BEM.

New hanya tersipu malu mendengar godaan dari sahabat kekasih nya tersebut. “Hehhe iya Kak, maaaf ya kebiasaan.”

Tay bangkit dari duduk nya “Kebiasaan jelek itutuh, malu-malu in. Ayok cepet bangun, sudah sore.”

New sedikit terkejut dengan ucapan Tay tadi 'apakah kelakuan New benar-benar memalukan?'

Sedangkan Off dan juga Arm hanya diam tak merespon ucapan Tay tadi, sedikit bingung untuk memberikan respon apa.

“Ah iya Kak, gue duluan yaaa? Sorry ya kalian jadi ikut nungguin disini sampe sore hehehe” ucap New memecah keheningan sebari berjalan mengikuti Tay yang sudah terlebih dahulu berjalan.

Suasana di mobil benar-benar terasa canggung, biasa nya New akan heboh menceritakan segala kegiatan yang telah terjadi pada nya hari ini kepada Tay.

Akan tetapi ucapan Tay di kantin tadi sedikit membuat hati New gusar apakah dia benar-benar membuat Tay malu? atau apakah benar yang dikatakan oleh para netizen bahwa sebenarnya Tay sudah sangat muak dan malas dengan kelakuan New yang sering bertindak berlebihan?

Setelah hampir 10 menit kedua nya dalam diam akhirnya Tay memecah keheningan “Tadi jadi makan ke FH?”

New sedikit terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba dari Tay “Jadi dongg, kan aku udah bilang sama Tana. Soto nya beneran enaaak banget tau yang. Fix kapan-kapan kita harus coba makan disana ya?”

Mobil Tay sudah berbelok memasuki daerah kosan New.

“Ngapain saya harus jauh-jauh makan disana, buang-buang waktu saja.” “Saya kira makanan nya tidak akan berbeda jauh dengan soto-soto yang ada.” jawab Tay ketus.

Akhirnya mobil Tay berhenti di depan pagar kos-kosan New.

“Alesan Tana gak mau makan disana beneran jauh atau karena Tana malu makan sama aku?” tiba-tiba pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut New.

“Maksud kamu?” Tay bertanya.

New melepas seatbeltnya “Emang aku bikin malu Tana banget ya? Hehehe”

“Saya tidak pernah berbicara seperti itu Thipoom.”

“Ah yauda dehh, hehehehe.” “Aku turun ya, Tana hati-hati nyetir baliknya” New tersenyum lalu membuka pintu mobil tersebut.

“Thipoom..” panggil Tay.

New berbalik lalu tersenyum “Maaf ya kalo aku suka heboh dan bikin malu Tana hehehehe, aku masuk yaaaa.”

Kemudian memasuki gerbang kos-kosan nya.

Shit! saya salah bicara sepertinya

gumam Tay sebari langsung pergi meninggalkan kos-kosan tersebut.

; Elsa.

“Sumpah kenapa harus ke FH sihhhh? Kan jauh banget anjir, lintas gedung gini ih.” New mengomel sambil mengikuti dua sahabat nya yang sudah lebih dulu berjalan di depan nya.

Kit menarik lengan New yang berjalan dengan ogah-ogahan “Gak usah banyak complain ya tolong! Ayok cepet ih, entar keburu penuh.”

Akhirnya setelah berjalan melintasi gedung fakultasnya mereka sampai di kantin fakultas hukum.

“Ah kan penuh elah” ucap Gun sebari melayangkan pandangan nya ke sekitar.

“Lu sih lelet!” ucap Kit kepada New.

“Jadi gua ya anjing, ya emang lagi jam makan siang bego ya pantes lah penuh.” jawab New tak mau kalah.

“Yaudalah pesen aja dulu kaliya, gampang duduk mah entar juga ada yang kosong.” tegas Gun sebari menarik kedua sahabat nya menuju kantin yang menjual soto.

“Bang, soto ayam nya 2 sama soto daging nya 1 yaa.” ucap Gun. “Lu soto daging kan Kit?” di balas anggukan oleh Kit. “Lu bedua sambil pantau, kalo ada meja yang kosong langsung cepet isi.” titah nya lagi.

Kit dan New menuruti apa yang baru saja dikatakan oleh Gun, mereka berdua mengedarkan pandangan nya ke semua sisi kantin.

“New!” Tak berselang lama ada sebuah suara yang memangil nama New, New pun segera menoleh ke sumber suara.

Lelaki tersebut melambaikan tangan nya kearah New lalu tersenyum “Sini, gue udah beres kok.”

“Tuh Kak Singto nyuruh kesana tuh, hayuk hayuk.” ucap Gun sebari tangan nya memegang baki berisi soto pesanan mereka.

“Yauda yuk.” ucap Kit dan akhirnya mereka pun menghampiri meja tersebut.

“Sini-sini gue sama temen-temen gue dah beres kok.” ucap lelaki bernama Singto tersebut sebari berdiri mempersilahkan New dan ketiga teman nya duduk.

“Thank you kak” ucap New sebari tersenyum.

“Sama-sama New.”

“To gue duluan ya?” ucap teman yang tadi makan bersama dengan Singto.

“Ohiya Bram,Dit. Nanti gue nyusul ke perpus.” ucap Singto sebari melambaikan tangan.

“Lah katanya udah beres kak?” tanya Gun bingung.

“Gue lagi nunggu pesenan es jeruk temen gue.” jawab Singto. “Kok tumben sih pada makan di FH?”

“Pengen nyobain soto fh nya katanya paling enak se GRAMMY (Universitas Graha Maya)” jawab Kit.

“Emang paling top sih soto nya hehehe” kemudian Singto menoleh ke arah New “New sehat? Lagi sibuk apa gak?”

“Hah? Sibuk apa yah? Biasa aja sih kak” jawab New spontan.

“Sibuk ngebucin kak dia mah” jawab Gun asal.

Singto hanya memberikan senyuman nya “Hahah dasar, yaudah gue duluan ya?” kemudian berdiri dan mengacak rambut New “Sehat-sehat ya New”

New hanya bisa termenung setelah perlakuan Singto kepada nya.

“Fix Kak Singto masih naksir lu New.” ucap Gun tersenyum menggoda New.

“Tau gue, tapi sorry hati gue udah di gembok nih sama Tanaku sayanggg” jawab New sebari mulai memakan soto nya.

“yeuuuu bucin!!” ucap Gun dan Kit hampir bersamaan.

“Bodo. Yang penting ada yang di bucinin daripada lo pada jomblo”

Gun menjawab “Gue mah ada ya Oab, au nih si Kit yang jomblo ngenes mah”

“Gapapa gue mah mau fokus kuliah dengan baik saja, gak mau cinta-cintaan takut bego kaya tuh” matanya menunjuk ke arah New.

“Sialan” hardik New.

“Eh tapi New, Kak Singto oke juga loh. Baik,pinter yang paling penting perlakuan nya ke elu gak dingin kek kulkas.” ucap Gun. “Ya gak Kit?”

“Hah? Gimana? Iya iya, iya bener.” jawab Kit terkejut.

“Lu kenapa Kit?” tanya New.

“Gak, soto nya enak banget jadi terpesona gue hahaha”

“Eh, btw jawab dong pertanyaan yang tadi di group.”

“Yang mana?” New sebari memasukan kuah soto ke mulutnya.

“Lu udah ngapain aja sama Kak Tay?”

“Uhuk” New tersedak kuah soto nya.

Gun dan Kit ikut terkejut lalu memberikan air minum. “Pelan-pelan bego, nih minum dulu.”

New meminum air nya “Kaget gue.” “Lagian pada kepo amat sih”

“Ya sharing we atuh, nih kemaren aja gue sama Oab udah cupang-cupangan. Nih, tanda cinta nya” sebari menunjukan tanda di lehernya.

New menoyor kepala Gun “Pantes ya anjing panas begini lu pake turtle neck

“Sakit bego.” Gun mengusap kepala nya. “Nih gue aja yang belum jadian udah cupang-cupangan, lu yang udah mau setaun udah di bobol belum?”

“Taik! Bank kali ah gue di bobol HAHAHAHA” New tertawa. “Ya gitu aja, ciuman.”

Kit terbelak “Seriusan baru ciuman doang?! Udah mau setaun jiiir. Pake lidah gak ciuman nya itu teh?”

“Ah anjirrr, kepo banget ah elaaaaah”

“Ya jawab aja sihhhh”

“Pake kok” ucap New asal.

Gun dan Kit menatap tak percaya. “Jangan bohong anjiiiir, tau gue kalo lu lagi bohong.” Gun yang berkata.

“Iye iye, gue kalo ciuman nempel doang kagak pake lidah. Belum pernah ngapa-ngapain lagi.” “Gapapa deh buat gue mah, asal Tana sama gue udah lebih dari cukup.”

Kemudian hening.

“Udah elahhh jangan pada diem gini dahhhh, iya New sabar aja ntar juga ada saat nya hubungan lu naik tingkat sama Tay. Lu harus lebih agresif lagi aja berarti” Gun memberi saran.

New hanya mengangguk lemah.

“Jujur deh, menurut kalian Tay sayang gue gaksih?” tanya New lemah.

Suasana makan siang itu pun menjadi sedikit canggung.

“Ya sayang atuh bego, ya kali gak sayang tahan sama semua kelakuan lu sampe sekarang.” “Udah jangan over thinking kan lu tau sendiri laki lu kaya Elsa.”

New tersenyum mendengar Kit menyebut Tay seperti Elsa. “Haha, iya emang Elsa banget tuh si Tana. Kalo gak sayang dah gue buang dah tu anak, untung gue bucin” kekeh New.

“Dah ah, yuk balik lagi ke gedung kita. Lama nih jalan nya.” ajak New dan di turuti oleh kedua sahabatnya.

  • Makasih, Tana.

“Ya sebentar atuh Tana, ini juga aku lagi turun ya ampun.” ucap Thipoom kepada ponsel nya yang ia simpan di antara telinga dan bahu nya lalu tangan nya sibuk merapikan tas nya dan kaki nya sedikit berlari kecil menuruni tangga di kosan nya.

Di depan kosan New sudah terparkir mobil Mazda CX-9 berwarna hitam yang tentu nya New sangat tahu siapa pemilik mobil tersebut.

“Lama.” ucap lelaki di balik kemudi.

“Ih, maaf atuh Tana, tadi buku aku ketinggalan. Jadi aku balik lagi ke kamar hehehehe.” jawab New sebari memakai seatbelt nya.

Tay mulai menjalankan mobil nya “Itu tuh akibat karena kamu gak fokus, pagi-pagi malah berantem di sosmed. Apa-apaan coba.”

“Yaa abis nya tuh orang pada sirik aja ih kesel! Mana ada yang pake foto kamu lagi ih!!” New sedikit emosi.

“Yang suka upload foto saya siapa?” New menunjuk diri nya sendiri “Aku.”

“Yaudah jadi kalau misal nya orang lain pakai ya itu kan karena kamu sendiri yang bagikan, jadi jangan kesal.” ucap Tay dingin.

“Ih Tana mah gitu, ya kan aku mah cuman pengen orang-orang tau kalo pacar aku tuh ganteng terus biar orang-orang yang kecentilan sama Tana tuh pada tau kalo Tana tuh pacarnya aku.”

Tay hanya diam saja mendengar penuturan dari kekasih nya, karena menurut nya percuma juga berdebat dengan nya. Hanya membuang-buang waktu fikir Tay.

“Ih Tana mah malah diem aja.” Lirik New

“Ya saya harus apa?”

“Tau deh, dasar Elsa!” Kemudian meletakan kepalanya bersandar ke jendela.

“Elsa?” Tay menunjukan wajah kebingungan.

“Ya kamu kaya Elsa yang di film Frozen, dingin hati nya.” kemudian menatap lurus jalanan.

Memang sih apa yang di ucapkan oleh netizen-netizen itu sangat benar. Selama hampir satu tahun berkencan dengan Tay, New lah yang lebih sering bahkan hanya New yang mengumbar kebersamaan mereka di sosmed nya, dan hanya New yang dengan bangga memberi tahu dunia bahwa ia adalah kekasih dari Tay Tawan Vihokratana. Entah apakah mungkin hanya New yang bahagia atas hubungan ini? Entahlah, New pun takut mencari jawaban nya.

“Ya kalaupun saya gak pernah update foto kamu ataupun kita di sosmed itu bisa jadi tolak ukur kalau saya sayang kamu atau tidak?” Tay memecah keheningan, seolah tau apa yang ada di fikiran kekasih nya.

New pun melirik Tay “Emang Tana sayang aku?”

“Ya kalau tidak sayang ngapain saya jemput kamu pagi-pagi sedangkan kuliah saya baru mulai nanti siang?” ucap Tay.

New pun tersenyum mendengar jawaban dari kekasih nya tersebut “Apasih susah nya bilang 'iya aku sayang sama kamu Thipoom' kenapa harus muter-muter kasih jawaban nya.”

Lagi-lagi Tay hanya diam.

“Makasih, Tana.” New kembali menunjukan senyuman nya.

Biarlah orang mau berkata apa tentang hubungan nya. Selama Tana masih di sisi nya itu sudah lebih dari cukup bagi New.

; Menyebalkan

Setelah membereskan barang bawaan nya kedalam tas, Thi pun bergegas menuju parkiran motor nya untuk segera pulang ke apartment nya.

“Kak dijemput kan? Gue duluan ya?”

Kit ikut mengantar Thi keluar dari bakery tersebut. “Iya gue di jemput kok, lu hati-hati yaaa? Salam sama Nanon, bilangin papah Kit kangen gitu.”

“Iya nanti gue sampein, salam juga sama kak Sing sama Fiat ya kak.” Thi keluar dari pintu lalu melambaikan tangan pada Kit.

— Loby Apartment

Thi berdiri menunggu jagoan kecilnya datang, setelah menunggu sekitar beberapa menit akhirnya mobil BMW berwarna hitam yang Thi tau itu merupakan mobil Tawan datang memasuki kawasan apartment nya. Thi pun mendekati mobil tersebut.

“Eh jagoan papah udah dateng, gimana hari ini sekolah nya?” ucap Thi sesaat melihat Nanon turun dari mobil tersebut.

Nanon mencium tangan Thi “Hali ini seluuuu banget deh pah, tadi Nanon belajal belhitung sampe selatus.”

Thi mengusap pucuk kepala anak nya “Woah pinternya anak papah” “Makasih Tawan” ucap Thi kepada sosok di balik kemudi.

“Sama-sama Hin, sorry New maksudnya”

“Loh, ayah kok gak tulun sih? Ayah tulun doong, kan ayah janji mau susun lego Nanon.” ucapan Nanon membuat Thi maupun Tay bingung untuk bereaksi seperti apa.

Kemudian Tay turun dari mobilnya menghampiri Nanon “Sayang, susun lego nya nanti aja ya? Kan Nanon pasti cape abis sekolah terus main di daycare, nanti ayah pasti susunin lego Nanon tapi gak hari ini ya?”

Nanon mempoutkan bibir nya dan melipat kedua lengan nya di dada nya “Ayah bohongin Nanon, tadi ayah udah janji sama Nanon!”

Melihat anaknya dalam mode 'ngambek' Tay sedikit kebingungan dan sedikit melirik melihat respon New.

“Sayang, iya ayah nanti susun lego sama Nanon. Tapi sebelum itu ayah harus parkirin mobilnya dulu yaa?” ucapan Thi membuat Tawan terkejut apakah arti nya Thi mengizinkan Tay untuk ikut ke apartment nya? Tay pun memandang Thi dengan wajah bingung.

“Lu ikut naik aja, Nanon kalo ngambek lama.” ucap Thi seolah menjawab kebingungan yang ada di wajah Tay.

“Ah makasih Hin eh,New” Thi mengangguk.

“Yaudah, Nanon mau nungguin ayah masuk nya. Ayah cepetan palkilin dulu mobil nya, papah sama Nanon tunggu di sini.”

Tanpa menunggu lama Tay langsung kembali masuk kemobil nya dan langsung memarkirkan mobilnya terlihat semburat senyuman dari wajah Tay.

Akhirnya mereka bertiga kini sudah memasuki apartment Thi.

“Nanon, sebelum main mandi sore dulu ayok.” ucap Thi melihat Nanon langsung berlari menuju kotak mainan nya.

“Main dulu lah pah, seginii aja nih” Nanon menunjukan jari telunjuk dan jempolnya yang agak meregang menunjukan waktu yang ia minta untuk bermain.

“Gak, nanti keburu sore banget. Nanti kamu masuk angin, ayok cepet. Atau nanti papah gak kasih izin main lego ya?” ancam Thi.

Tay yang melihat perdebatan itu akhirnya ikut berkomentar “Iya, Nanon harus nurut sama papah ya? Mandi dulu Nanon nya sebentar, ayah tungguin disini.”

“Yauda, ayah tunggu ya? Jangan dulu di susun lego nya, nanti baleng sama Nanon”

“Iya sayang” jawab Tay kepada Nanon.

Sambil menunggu Nanon menyelesaikan mandi sore nya, Tay pun berkeliling ke sekitar apartment New. Dilihat nya ada beberapa foto Nanon yang New pajang yang tidak ia lihat di album foto yang kala itu New berikan padanya.

Ada satu foto saat Nanon di gendong oleh New yang terlihat sangat pucat dan kurus, seperti nya foto itu di ambil sesaat setelah Nanon lahir di dunia.

Hati Tay sedikit teriris sakit, pasti saat itu Hin nya sedang merasakan sakit yang luar biasa dan juga bahagia yang luar biasa secara bersamaan. Pasti saat itu Hin nya butuh seseorang disamping nya tapi pada kennyatanya Hin nya hanya seorang diri saat melewati moment antar hidup dan mati tersebut. Ah seandainyaa.. Seandainya lagi.

“Ayah.. Lagi liat apa sih? Nanon panggil-panggil dali tadi” ucap Nanon yang kini sudah memakai piyama sore nya dengan bedak yang sedikit berantakan di wajahnya. Melihat pemandangan tersebut Tay hanya bisa tersenyum. Tuhan, terimakasih atas kesempatan nya kembali karena sekarang aku dapat melihat darah dagingku tumbuh, terimakasih

“Tawan” suara New menyadarkan lamunan Tay. “Nanti sekalian makan malem disini aja” lalu Thi kembali membalikan badan nya menuju dapur tanpa mendengar jawaban dari Tay.

Tay hanya tersenyum sumringah mendengar ajakan dari New lalu segera memeluk Nanon “Yeayyy, ayah sangaaaat banget sama Nanon”

“Ayah ih lepaasiin, Nanon gak bisa napaaaas” Nanon berusaha melepas pelukan ayah nya.

“Eh yaampun, maaf sayang maaaf. Yuk kita main lego aja yukkk” Tay kemudian mencium kedua pipi gembul anak nya tersebut.

“Ayaaaaaah ihhhhhhhh”

“Nanon.. Udah dulu nak main lego nya. Ayok makan duluuuu” teriak Thi sebari menata makan malam di meja makan nya.

Nanon dan Tay akhirnya menghampiri Thi yang berada di meja makan. “Ayok cuci tangan dulu” ucap Thi lalu di Tay mengajak Nanon untuk menuju kamar mandi. “Sama aku aja Hin.”

Kini mereka bertiga sudah duduk melingkar di meja makan yang memang berbentuk bundar tersebut. “Hali ini makan sayul lagi? Ew” ucap Nanon sebari menunjukan ekspresi tak suka.

“Iya, kamu dari kemaren makan junk food terus ya! Hari ini harus makan sayur yang banyak, nih papah juga masakin ayam goreng kesukaan kamu.” ucap Thi sebari mengisi piring kosong di hadapan nya dengan nasi.

“Nih Tawan, maaf kalo menu nya kaya gini doang.” ucap Thi sebari menyodorkan piring yang sudah di isi oleh nasi.

“Gapapa, makasih udah bolehin aku makan malem disini Hin.”

“Kok ayah manggil papah 'Hin' sih?” tanya Nanon.

Tay dan Thi sedikit terkejut mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh Nanon, Thi menatap Tawan dengan tajam seolah tatapan nya berkata “gue kan udah bilang stop calling me Hin!”

Tay kemudian tersenyum lalu menatap wajah anaknya “Hin itu panggilan sayang ayah buat papah.” Thi yang mendengar ucapan Tawan hanya bisa memalingkan pandangan nya ke berbagai arah, asal tidak memandang Tawan.

Nanon mengangguk “Oh yauda Nanon juga mau manggil papah Hin juga deh, biar sama kaya ayah.” ucap Nanon polos.

Tay yang mendengar ucapan polos Nanon hanya bisa terkekeh “Gak boleh, cuman ayah yang boleh manggil papah Hin. Nanon juga gak boleh” sedari dulu memang hanya Tay yang boleh memanggil Thi dengan sebutan 'Hin' hanya Tawan seorang.

“Ih ayaah mah culaaang” Nanon kembali mempoutkan bibir nya.

Tay hanya tersenyum melihat tingkah anaknya tersebut.

“Udah-udah, Nanon ayok cepet di makan makanan nya, nanti keburu dingin.”

“Iya papah bawel, ohiya papah juga halusnya manggil ayah juga ayah dong kaya papah Kit manggil Om Toto kan ayah.” “Gak boleh manggil nama doang, itu nama nya gak sopan tau.” ucap Nanon kemudian menyuapkan makanan nya menuju mulutnya.

Mendengar ucapan polos Nanon Tay kembali terkekeh dan mengeluarkan sedikit suara yang membuat Thi memandang tajam pada diri nya.

Memang anak dengan ayah nya sama-sama menyebalkan gumam Thi dalam hati.

; Proses

“Thi..” “Thi..??” “Heh! Hallooo spadaaaaa” Kit melambaikan tangan nya tepat di hadapan wajah Thi.

Thi terkesiap “Eh, iyaa.. Gimana kak? Sorry sorry

“Lu kenapa? Gue perhatiin bengong mulu, kenapa? Tawan kenapa lagi?” tanya Kit, memang seharian ini Thi lebih banyak diam dan cenderung menghabiskan waktu nya dengan melamum.

“Gapapa kak.” jawab Thi kemudian masuk kedalam ruangan mereka berdua.

Kit menyusul Thi “Heh gue kenal lu bukan kemaren sore ye!” sebari sedikit memukul bahu Thi.

“Aw! Ih kekerasan dalam pertemanan!”

“Gak usah drama, kenapa lu?”

“Kak..” Kit mengangguk. “Tawan bilang mau cerita tentang Nanon dan juga gue ke keluarga nya. Tapi mereka gak akan ngambil Nanon kan?” suara Thi lemah.

“Gak akan lah, gue yakin Tawan sama keluarga nya gakan mungkin berani ngambil Nanon dari lu.”

“Hmm iyasih, tapi tetep aja kefikiran”

Kit mendekati Thi “Kalopun itu sampe kejadian, gue bakal pasang badan paling depan buat lu sama Nanon. Oke? Uda jangan di fikirin ya?” New mengangguk “Thank you kak”

“Paling nanti bonyok nya minta Tawan ngawinin lu, mau gak lu?” Kit terkekeh lalu Thi mendorong badan Kit menjauh “Sialan lu”

“Dih, di tanya kok gitu? Salting ya? Mau kan lu? Kasih Nanon adek dongg” goda Kit.

“Apaan sih, engga lah. Gue sama Tawan cukup jadi partner buat didik Nanon aja, gak lebih.”

“Thi... Gue tau perasaan lu ke Tawan gak berubah dari 6 tahun yang lalu, mulut lu bisa bohong tapi mata lu engga Thi..”

“Kak..Lu gak tau apa-apa! please jangan seolah-olah lu tau semua apa yang gue rasain! Gak akan ada yang tau kak! Cuman gue yang tau!” Thi secara tak sadar sedikit berteriak.

“Thi...Sorry” “Maaf kalo omongan gue nyinggung lu, maaf Thi gue gak maksud.” suara Kit melemah.

“Yaampun kak! Maafin gue maaf gue teriak, maaf maaf. Sumpah Maaf.” “Semua yang terjadi ke gue akhir-akhir ini bener-bener bikin gue bingung, hidup gue berubah dengan cepet banget, maaf kak emosi gue gak ketahan maaf” Thi menutup wajahnya dengan tangan nya.

Kit mendekat dan memeluk Thi “It's oke, all is well Thi, all is well gue juga minta maaf kalo becanda gue kelewatan. Udah-udah”

“Maaf kak, gue bener-bener bingung. Di satu sisi gue bahagia banget liat Nanon sehappy itu setelah ketemu ayah nya, tapi di satu sisi jujur kak hati gue kadang masih kerasa sakit kalo liat Tawan.. Memori dia ninggalin gue dan Nanon masih sering keputer di otak gue kak.. Hiks.. Jujur, gue bingung..” Thi sedikit mengeluarkan air mata.

Kit mengelus punggung Thi “Iya iya gue paham, kata nya otak dan hati kita itu cenderung lebih lama menyimpan memori-memori yang menyakitkan dibanding menyimpan memori yang menyenangkan.” “Pelan-pelan ya Thi? Lu lagi di proses berdamai dengan diri lu sendiri. Dan ini emang proses yang harus lu jalanin.”

Kit melepas pelukan nya, dan membuat mereka saling berhadapan “Lu pasti bisa lewatin semua proses ini, oke? Inget gue selalu disini, disamping lo. Jadi kalo ada hal-hal yang lo pengen bagi gue selalu bilang jangan sungkan buat cerita.”

“Makasih kak, makasih.”

“Iya sama-sama, yauda udah mau sore juga sekarang mending lu siap-siap deh balik.” “Nanon di jemput ayah nya lagi?” Thi mengangguk.

; First Day.

Selasa, hari yang paling di tunggu-tunggu oleh seorang Tay Tawan Vihokratana. Hari ini setelah 6 tahun lama nya, ia akan bertemu bahkan mungkin memeluk anaknya yaitu Nanon.

Sejak semalam ia tidak bisa tidur dengan nyaman, ada perasaan takut di tolak oleh anaknya tersebut.

Bagaimana menjelaskan kepada Nanon kemana saja ia selama ini? Kenapa baru menemuinya sekarang? Ah, Tay bisa gilaa.

“All is well Tawan All is well “ ucap Tawan kepada pantulan diri nya yang berada di kaca.

Jam menunjukan pukul 9 pagi, New memberi tahu untuk datang sekitar pukul 10 pagi ke apartment nya.

Akhirnya Tawan pun bergegas mengambil kunci mobilnya dan juga tak lupa ia membawa bungkusan 'hadiah' yang berukuran cukup besar untuk Nanon nya.

Setelah berkendara sekitar 30 menit akhirnya Tay sampai di basement apartment New, Tangan Tay sedikit basah karena menghasilkan keringat tanda gugup.

“All is well Tawan... Tenang tenang”

Ia pun mengeluarkan ponselnya dan menghubungi New, memberi tahukan bahwa ia sudah berada di komplek apartment nya. New pun membalas untuk langsung saja Tay naik ke lantai tempat unit New berada.

Apartment New

“Nanon sayanggg, hari ini ayah jadi dateng. Nanon jangan lupa untuk apa?” tanya Thi lembut kepada Nanon.

“Say thank you kalena kemalin Nanon di kasih hadiah yang banyak sama ayah.”

“Pinter nya anak papah.” Thi mengelus pucuk kepala Nanon. “Nanon seneng gak ketemu ayah?”

“M-mm seneng.”

“Syukurlah.. Papah juga seneng kalo Nanon seneng.”

Tak berselang lama pintu apartment Thi pun berbunyi.

“Yuk, itu ayah kayanya” ajak Thi kepada Nanon. Mereka berdua pun kemudian berjalan menuju arah suara bel tersebut.

clekk

“Masuk” Thi mempersilahkan Tawan masuk. Saat ini Nanon berada dibalik punggung Papah nya, mungkin Nanon masih terlalu malu untuk menatap langsung ayahnya.

“Makasih New.”

Thi sedikit menarik tubuh Nanon yang masih bersembunyi di balik tubuhnya “Katanya mau ketemu ayah, nih ayah nya udah dateng. Kok malah sembunyi gini? Katanya Nanon mau kasih tau sesuatu ke ayah?”

Tay masih tertegun tak bereaksi melihat sosok anak kecil yang merupakan darah daging nya tersebut besikap malu-malu di balik tubuh papah nya.

Tay pun mengambil posisi berjongkok untuk menyamaratakan tinggi nya dan juga tinggi Nanon. “Mana coba jagoan ayah? Ayah pengen liat dong”

Nanon pun akhirnya bergeser dari tubuh Thi dan kini langsng berhadapan dengan sosok ayah yang selalu ia rindukan selama ini. “Halooo, nama aku Nanon Techaaphaikun.” “Um-mm Ayah makasih ya coklat dan hotweels nya Nanon suka”

Mendengar Nanon memangilnya dengan sebutan 'ayah' tiba-tiba membuat hati Tay seolah menghangat dan juga merasa bahagia.

Anak yang dahulu ingin Tay singkirkan kini berada di hadapan nya. Anak yang dahulu Tay fikir hanya akan menjadi beban untuk hidupnya. Anak yang dahulu dan sampai sekarang merupakan darah dagingnya. Anak yang dahulu ia fikir akan menjadi sumber kekacauan dalam hidupnya kini menjadi salah satu sumber kebahagiaan untuk Tay.

Nanon.. Terimakasih telah hidup “Sama-sama, Nanon ayah boleh peluk Nanon?”

Nanon melihat kearah wajah Papah nya dan New hanya tersenyum lalu mengangguk.

Nanon kembali melihat ayahnya tersebut lalu “Boleh, ayah boleh peluk Nanon.”

Tanpa menunggu lama Tay langsung mengeratkan pelukan nya kepada Nanon seolah seperti tidak ada hari esok “Makasih ya Nanon, makasih ya sayang. Maafin ayah ya sayanggg” “Maafin ayah baru sempet datang, maaafin.”

Nanon yang mendengar ucapan ayah nya tersebut menunjukan ekspresi bingung “gapapa ayah, kata papah ayah kan kelja jauuuuh banget sampe halus naik pesawat, jadi gak bisa ketemu Nanon.”

Mendengar ucapan anaknya tersebut Tay seolah terkejut, ia fikir New tak pernah memberi tahu tentang nya kepada Nanon. Bahkan Tay berfikir New memberi tahu Nanon bahwa sosok ayah nya tersebut telah mati. Namun pada kenyataan nya tidak seperti itu. Rasa bersalah didalam hati Tay semakin banyak, bagaimana ia bisa ber fikiran jahat seperti itu kepada Hin nya.

“Ohiya, ayah bawa hadiah buat Nanon.” Tay beranjak berdiri menuju tas belanjaan yang sedaari tadi ia bawa.

“Woaaaaw, ayah keleeen banget bawain mobil-Mobil an kaya Makk” “Ayah uangnya banyaaaaak ya?”

“Makk?” wajah Tay menyiratkan kebingungan.

Thi pun ikut bergabung dengan obrolan tersebut. “Harusnya Mark, dia temen sekelas Nanon”

Tay hanya mengangguk.

“Nanon, hari ini Nanon sama ayah ya?” “Papah harus bantuin Papah Kit di bakery jadi Nanon hari ini main nya sama ayah aja ya?”

Mendengar ucapan Papah nya, Nanon segera mendekap tubuh Papah nya. “Gakmau, mau main nya sama Papah sama ayah juga.” “Nanti Nanon yang telfon Papah Kit, bial papah tenang dirumah.”

Thi berjongkok menatap anak nya tersebut “Papah kan kerja buat Nanon juga, terus kalo papah gak bantuin papah Kit pasti Papah Kit sedih”

“Tapi kan kan papah, ayah kelja jauh buat cali uang buat Nanon, nanti Nanon mintain sama ayah jadi Papah hali ini gak usah kelja” Nanon melipat kedua tangan nya.

Mendengar celotehan anaknya Tay hanya bisa menyunggingkan senyuman nya “Hin ah New maksudnya hari ini apa kamu gak bisa izin aja dulu ke Krist?”

“Iyakan ayah ya? Nanon kan hali ini pengen main sepuasnya sama Papah sama Ayah.”

Thi hanya bisa menarik nafas nya dengan kasar, bagaimana ia bisa menolak permintaan anaknya tersebut. “Yauda iya, papah telfon Papah Kit dulu ya buat izin.”

“Yeayyy! Nanon sayang Papah banyak-banyak” ungkap Nanon.

Thi kemudian tersenyum “Papah juga sayang Nanon banyak-banyak” lalu berjalan mengambil ponsel nya.

Melihat pemandangan tersebut membuat hati Tay menghangat. Andai saja dulu ia tak melakukan hal bodoh, mungkin pemandangan seperti ini bisa ia rasakan sejak dahulu. Andai saja..

; After 6 years

Jantung Tay Tawan berdetak dengan cepat sedari tadi, hati nya tak karuan. Ada perasaan bahagia,sekaligus takut dengan apa yang akan ia hadapi hari ini. Hari ini, setelah 6 tahun lama nya akhir nya ia memiliki kesempatan untuk berbincang kembali dengan Hin nya.

Saat ini Tay sudah berada di cafe yyyyy menunggu Hin dan juga Nanon. Sedari tadi ia selalu melirik arloji yang tersemat di lengan nya “Ah bentar lagi jam 2” gumam nya.

Keadaan cafe hari ini bisa di bilang agak sepi oleh pengunjung, syukurlah.. Tay memilih meja yang berada agak dalam dan agak jauh dari pengungjung lain nya. Tak berselang lama pintu cafe tersebut terbuka menandakan ada nya pengunjung yang datang, walaupun Tay duduk agak dalam tetapi ia bisa melihat siapapun yang datang melewati pintu masuk depan tersebut.

Hati nya kembali berdegub dengan kencang melihat sosok yang baru saja masuk tersebut. Sosok yang selama 6 tahun ini masih saja mengisi hati Tay, sosok yang selalu ia rindukan. Sosok itu ialah Hin.

Tay mengangkat tangan nya seolah memberi tahu keberadaan nya.

Seolah tersihir dan bermimpi Tay hanya bisa diam melihat Hin nya, ingin rasanya ia menerjang lalu memeluk sosok yang berada di depan nya tapi ia tidak bisa.

“Maaf saya sedikit terlambat.” ucap sosok tersebut yang menyadarkan Tay.

“Mm haa? Engga kok hin engga, duduk Hin.” Tay mempersilahkan Thi duduk.

Sesaat Thi duduk datang lah seorang pelayan membawa 2 gelas minuman berisi kopi untuk Tay dan segelas milkshake strawberry untuk Hin nya.

“Makasih mas.” ucap Tay kepada pelayan yang di balas senyuman dan anggukan.

“Tadi aku sempet pesenin minuman buat kamu, mudah-mudahan kamu masih suka minuman itu ya Hin?”

Thi hanya mengangguk. “Makasih”

Tay kemudian hanya bisa menatap sosok di depan nya dengan seksama, Hin nya masih sama.

“Tawan.”

degh

Entah kenapa panggilan itu mendengar panggilan nama itu membuat hati Tay sedikit sakit, sedari dulu Hin tak pernah memangilnya dengan itu. Ah, ternyata Hin nya tak lagi sama.

“Ya Hin?”

Thi menarik nafas nya “First, can u stop calling me 'Hin'? Please”

“Ah, maaf Hi..New maksudnya.”

“Thank you” “Lalu, maaf saya gak bawa anak saya hari ini.”

“Anak kita.” Tay menyela.

Thi hanya diam.

“New? Adik.. Ah maksdunya Nanon, dia sehat?” Thi mengangguk.

“How about his life?” tanya Tay.

“Good” “Nanon mungkin hidup dengan sederhana bahkan mungkin tidak seberuntung anak-anak lain nya tapi Nanon tidak pernah kekurangan kasih sayang. Dan aku juga selalu berusaha memberikan yang terbaik untuknya.”

Tay mengangguk “Aku percaya kamu pasti selalu memberikan yang terbaik untuk Nanon.”

Kedua nya kembali diam, hening.

“And how about you?”

“Me?” Thi menatap Tay bingung sebari menunjuk diri nya sendiri.

“Iya, bagaimana dengan hidup mu New? Kamu baik-baik saja?”

Of course not, Tay Tawan “Seperti yang kamu lihat, I'm really fine right now

“I know you're not fine Thitipoom” “Ah syukurlah, Nanon dimana Hin ah New?”

“Di rumah sahabatku.”

“Krist?” Thi mengangguk sebari mengeluarkan sesuatu dari tas yang di bawa nya.

“Ini apa Hin?” tanya Tay ketika Thi menyodorkan sebuah buku? Kehadapan Tay.

“Album foto Nanon.” “Aku kira kamu juga punya hak untuk tahu bagaimana Nanon tumbuh.”

Tay membuka lembaran demi lembaran album foto tersebut, hati nya menghangat melihat foto-foto yang ada di album tersebut. Namun, sesaat timbul pula perasaan menyesal di hati nya, andai saja ia bisa melihat pertumbuhan anak nya secara langsung. Lagi-lagi andai saja.

“Nama nya Nanon Techaaphaikun. Umur nya sekarang 5 tahun lebih..”

“5 tahun lebih 3 bulan, saat lahir dia memiliki berat sekitar 2,7 kg kan?” Tay menatap New.

“Ah seperti nya kamu membayar mahal untuk mencari informasi kami, sampai hal se detail itu saja kamu dapat.” New tersenyum sarkas.

“New..”

“Itu foto waktu dia ulang tahun ke tiga, di rayakan di rumah sahabat ku Krist. Dan yang sebelah nya foto Nanon dan Fiat anak nya Krist, itu foto mereka saat pertama kali masuk sekolah. Tas mereka harus kembar, kalau tidak pasti salah satu nya akan merengek hee” New tersenyum saat menjelaskan.

“New..”

Thi kembali menunjuk foto yang ada di album tersebut. “Ini saat pertama kali Nanon pergi ke kebun binatang, awal nya dia sangat semangat tetapi saat lihat singa mengaum dia langsung menangis dan minta pulang. Sifat sok jagoan nya menurun dari kamu Tawan.” ujung bibir New terangkat, mengingat beberapa kesamaan sifat yang dimiliki oleh Nanon dan juga ayahnya.

“Ah, dan ini foto saat kami bermain di taman. Saat itu Nanon harus nya memakai topi yang sama dengan Fiat tapi Nanon lupa menyimpan topi nya, jadi dia kesal sehingga menangis.” “Teledor, sama seperti mu”

“New..”

Thi masih tidak mengubris Tay, ia kembali membuka lembaran foto di album nya. “Ah.. Ini saat Nanon di rawat di rumah sakit, umur nya baru 4 tahun. Dia terkena DBD, saat tau Nanon terkena DBD aku hanya bisa marah dan berharap nyamuk-nyamuk sialan itu mengigit darah ku saja, kenapa harus mengigit darah bocah berumur 4 tahun? Hehe” Thi memang tertawa tapi nada suara nya sedikit bergetar seperti menahan tangis.

“New..”

“Ohya dan ini..”

“New Thitipoom Teechapaikhun!” ucap Tay tegas.

Thi mengangkat wajahnya untuk menatap mata Tay.

“Kenapa?” suara Thi bergetar. “Kenapa kamu datang lagi? Bukan kah kamu bilang saat aku mempertahankan Nanon itu arti nya kita selesai?” “Kenapa kamu tidak bertindak seperti dulu Tawan? Pergi meninggalkan kami seolah kami tak penting.” “Kenapa sekarang kamu hadir lagi Tawan?” “Di saat aku mati-matian melupakan rasa sakit yang kamu berikan kenapa dengan mudah nya kamu hadir lagi Tawan?” “Kenapa...” “Hiks...” Thi meneteskan air mata nya.

“New.. Maaf..”

Thi mengusap air mata nya.

“Nanon adalah satu-satu nya alasan kenapa aku masih hidup sampai hari ini. Dia satu-satu nya yang aku miliki Tay Tawan.” “Dia alasan ku bertahan untuk melanjutkan hidup ketika kamu yang satu-satu nya ku miliki di dunia ini memilih pergi meninggalkan ku.”

Thi menarik nafasnya dalam. “Dan dia juga alasan ku kenapa aku mau bertemu denganmu Tawan.” “Sebanyak apapun kasih sayang yang aku berikan kepada Nanon tetap saja tidak cukup, ia tetap butuh sosok ayah nya..”

“Maaf dan terimakasih kamu sudah bertahan dan juga mempertahankan Nanon.” suara Tay lemah

Thi menatap kosong ke depan. “Rasa sakit ku dulu tak sebanding dengan rasa sakit ketika aku melihat Nanon merindukan sosok ayah nya.” “Aku harap sekarang kamu bisa menerima Nanon sebagai darah daging kamu Tawan.” “Karena ia butuh sosok ayahnya.”

Tay kembali menatap sosok Hin nya “Hin, selain Nanon butuh ayahnya aku jauh lebih butuh Nanon dan kamu di hidupku.” “Terimakasih sudah memberikanku kembali kesempatan New, aku akan bersungguh-sungguh menebus kesalahan ku yang dulu. Aku akan berusaha memperbaiki segalanya demi Nanon, demi kamu dan demi kita Hin.”

Thi menatap mata Tay dan berbicara dengan kesungguhan “Semua nya demi Nanon.” “Kesempatan yang aku berikan hanya untuk kamu dan Nanon, Tawan.” “Seperti yang kamu bilang untuk 'kita' sudah selesai.” “Ini hanya tentang kamu dan Nanon. Sudah tidak ada kita.”

“Hin... Aku mohon..” Tay mencoba mengenggam tangan Thi akan tetapi langsung di tepis oleh Thi.

“Hin sudah mati Tawan, Hin mu sudah mati tepat saat kamu memutuskan untuk meninggalkan nya.”

“Life is choice” Tawan.” “Dan sekarang inilah hasil dari apa yang kamu pilih” “Ketika kamu memilih mimpi mu dan meninggalkan Hin, Hin pun memilih untuk mati dan mengubur semua kenangan nya.” ucap Thi dengan tenang.

“Dan pilihan kamu tepat,sekarang liat diri kamu, kamu sudah capai mimpi-mimpi kamu, kamu udah jadi sesuatu yang bisa membanggakan orang tua kamu.” “Dan untuk Hin.. Hin yang selalu butuh Tay Tawan sudah tidak ada. Sudah tidak ada lagi Hin yang selalu butuh perlindungan Tay Tawan.” “Hin sudah mati Tawan.”

Setelah mendengar ucapan Hin, Dada Tay terasa sangat sesak. Bagaimana ia bisa hidup tanpa Hin nya? Hin adalah segalanya untuk Tay. Apakah sesakit ini ketika orang yang kita cintai memilih meninggalkan kita? Apakah dulu Hin nya merasakan hal menyakitkan ini? Andai Tay bisa memutar waktu, Tay ingin kembali ke hari dimana ia meninggalkan Hin nya. Ia akan memeluk dan tidak akan pernah melepaskan Hin nya. Andai Tay bisa kembali ke hari itu, ia akan berikan segala nya untuk Hin nya. Seandai nya Tay bisa kembali. Seandainya..

Tay tidak kuasa menahan air mata nya untuk tidak turun “Maafin aku New, maaaf.. Aku tau maaf gak cukup ngebalikin semua rasa sakit yang aku kasih ke kamu, tapi aku cuman bisa minta maaaf. Maafin aku Hin”

Thi menarik kembali nafasnya dalam.. “Aku udah memaafkan kamu, sudah saat nya aku berdamai dengan diriku sendiri. Berdamai dengan rasa sakit dari masa lalu.” “Aku mencoba ikhlas dengan semua yang terjadi kepada hidupku.” “Aku mencoba ikhlas dengan takdir yang Tuhan gariskan untukku.”

“Life must go on Tawan” “Aku harap kamu pun berdamai dengan diri mu sendiri, aku harap kamu hidup dengan lebih baik dan tidak di bayang-bayangi oleh rasa bersalah.”

Thi mencoba tersenyum “Mari lupakan tentang 'kita' dan hanya fokus untuk kebahagiaan Nanon.”

Tawan menatap New, bagaimana ia bisa memiliki hati selapang ini? Bagaimana ia bisa meredam ke egoisan nya hanya untuk melihat Nanon bahagia? New Thitipoon ternyata tidak pernah berubah, ia selalu memiliki hati sebaik malaikat, ia masih sama ketika semesta berlaku jahat kepada nya ia hanya akan memberikan senyuman nya. Hin nya masih sama..

Tawan memang tidak pantas untuk New, sangat tidak pantas.

“Jadi.. Kapan kamu punya waktu untuk bertemu Nanon?”

; Hari Bersama Nanon

Setelah kejadian semalam Thi merasa sangat bersalah kepada Nanon sehingga di Sabtu pagi ini Thi sudah sibuk menyiapkan sarapan favorite Nanon yaitu roti panggang dengan balutan nutella, hari ini ia harus meminta maaf kepada anaknya tersebut.

Setelah selesai menyiapkan sarapan untuk Nanon, Thi segera bergegas ke kamar nya untuk membangunkan buah hati nya tersebut.

“Sayang..Nanon sayang” Thi dengan lembut mengelus wajah Nanon, hati Thi sedikit sakit melihat mata Nanon sedikit bengkak mungkin efek menangis semalam.

“Umm..Bental..Umm” Nanon meregangkan tubuhnya tapi mata nya masih tertutup rapat.

“Ayooo bangun, papah udah bikinin roti panggang nutella tuh.”

Mendengar nutella mata Nanon yang sebelum nya tertutup rapat langsung terbuka lebar “Hah? Mau mau.”

“Eits, sebelum makan ayok cuci muka dulu atau mau langsung mandi?”

Nanon duduk dan meletakan tangan nya di dagu “Hmm, mandi nya nanti aja ya Pah. Kasian loti nya nanti kebulu dingin.”

New pun tersenyum mendengar celotehan lucu dari anaknya “Boleh, tapi cuci muka dulu ya?”

Nanon mengangguk lalu tiba-tiba memeluk Thi “Pah, maafin Nanon ya semalem bilang papah nyebelin. Nanon gak mau sama siapa-siapa, Nanon mau sama papah aja. Papah gak nyebelin, maafin Nanon ya?”

Mendengar ucapan tulus Nanon tiba-tiba hati Thi terasa hangat “Iya sayang, maafin papah juga ya semalem udah teriak sama Nanon. Nanon mau kan maafin papah?”

Nanon mengeratkan pelukan nya “Iya papah, jangan tinggalin Nanon ya? Nanon mau sama papah aja, gak mau sama ayah”

Thi mengecup dahi Nanon “Papah gak akan pernah ninggalin Nanon, kita bakal terus sama-sama terus sayang.”

“Pah Nanon sayaaaaaaang banget sama papah, segini nih sayang nya” sebari melebarkan lengan nya dengan maksimal.

Thi tersenyum “Iya papah juga sayaaaang banget sama Nanon, segini gede nya nih” Thi ikut melebarkan lengan nya.

Kedua nya pun tertawa hangat, kemudian Thi mengangkat tubuh Nanon untuk turun dari kasur nya “Sekarang Nanon cepet bangun, terus ke air dulu nanti papah nyusul ke meja makan. Papah beresin kasurnya dulu ya?”

Nanon mengangguk dan langsung berlari kecil menuju kamar mandi.

Thi tersenyum melihat pipi gembul Nanon yang bergerak-gerak karena mengunyah makanan. “Pelan-pelan sayang”

“Abisnya enaak bangeeettt sih pah” jawab Nanon.

“Nanon nanti makan siang mau pesen pizza?”

Mata Nanon terbelak mendengar tawaran dari papah nya tersebut “Mau.. Mau..”

“Boleh, nanti siang papah order pizza ya?”

Nanon tersenyum sumringah “Yeay! Asyikk..”

Beberapa waktu ini fikiran Thi sedang tidak baik-baik saja sehingga perhatian ke Nanon sedikit berkurang. Maka dari itu hari ini Thi akan menghabiskan waktu nya dengan Nanon, hari bersama Nanon.

“Nanti kita coba rangkai hotweels nya yang kemarin, Nanon mau?” tanya Thi, Nanon hanya diam wajah nya menunjukan kebingungan. Bukan kah kemarin papah nya marah saat Nanon mencoba membuka 'hadiah' nya tersebut?

“Hmm, tapi.. Kata papah Nanon gak boleh sembalangan telima hadiah dali olang.” “Gapapa, Nanon gak mau mainin hotweels nya”

“Gapapa, itu hadiah nya bukan dari sembarang orang kok. Papah udah tau itu hadiah dari siapa, jadi Nanon boleh mainin.” Thi menjelaskan.

“Benellll???? Nanon boleh buka hotweels nya? Yeayyyy, makasih papah” Nanon turun dari kursi nya lalu berlari memeluk Thi.

Thi membalas pelukan Nanon lalu setelah nya ia menatap mata anak nya tersebut “Hadiah yang kemarin itu dari ayah. Nanon seneng?”

“Hah? Ayah udah pulang naik pesawat pah?”

Thi hanya mengangguk. “Nanon mau ketemu ayah?”

Nanon hanya diam menatap mata Thi “Papah masih malah ya sama Nanon? Papah jangan tinggalin Nanon, Nanon janji gak akan nakal, Papah jangan kasih Nanon ke ayah” air mata di mata Nanon siap tumpah.

“Hey sayang, kan papah bilang Nanon sama papah gak akan pernah pisah.” New menarik nafas nya “Papah kan selalu ngajarin Nanon kalo misalnya di kasih sesuatu jangan pernah lupa buat?”

“Say thank you” jawab Nanon.

“Nah pinter.. Ayah kan udah kasih hadiah sama Nanon, jadi Nanon harus say thank you sama ayah.” “Nanon pengen ketemu ayah kan?”

Nanon mengangguk lemah. “Tapi papah gak akan ninggalin Nanon kan?”

New mengelus kepala Nanon “Gak dong, kan nanti ketemu ayah nya sama papah.” “Papah gak akan kemana-mana, papah selalu disini sama Nanon.”

“Janji?” Nanon mengangkat jari kelingking nya.

“Janji sayang.” Thi ikut melingkarkan kelingking nya ke kelingking Nanon.

“Jadi coklat sama cookies yang kemalen boleh Nanon makan dong hehehe” Nanon tersenyum lebar menampilkan gigi susu nya.

“Dasar ya kamu” “Tapi karena hari ini hari bersama Nanon, jadi boleh deh” Thi mengusak pucuk kepala anaknya.

“Yeayyyy! Sayang papah” sambil berlari menuju tumpukan bingkisan 'hadiah' dari ayahnya.

New hanya tersenyum lalu meggeleng Dasar anak Thitipoom