; After 6 years
Jantung Tay Tawan berdetak dengan cepat sedari tadi, hati nya tak karuan. Ada perasaan bahagia,sekaligus takut dengan apa yang akan ia hadapi hari ini. Hari ini, setelah 6 tahun lama nya akhir nya ia memiliki kesempatan untuk berbincang kembali dengan Hin nya.
Saat ini Tay sudah berada di cafe yyyyy menunggu Hin dan juga Nanon. Sedari tadi ia selalu melirik arloji yang tersemat di lengan nya
“Ah bentar lagi jam 2” gumam nya.
Keadaan cafe hari ini bisa di bilang agak sepi oleh pengunjung, syukurlah.. Tay memilih meja yang berada agak dalam dan agak jauh dari pengungjung lain nya.
Tak berselang lama pintu cafe tersebut terbuka menandakan ada nya pengunjung yang datang, walaupun Tay duduk agak dalam tetapi ia bisa melihat siapapun yang datang melewati pintu masuk depan tersebut.
Hati nya kembali berdegub dengan kencang melihat sosok yang baru saja masuk tersebut. Sosok yang selama 6 tahun ini masih saja mengisi hati Tay, sosok yang selalu ia rindukan. Sosok itu ialah Hin.
Tay mengangkat tangan nya seolah memberi tahu keberadaan nya.
Seolah tersihir dan bermimpi Tay hanya bisa diam melihat Hin nya, ingin rasanya ia menerjang lalu memeluk sosok yang berada di depan nya tapi ia tidak bisa.
“Maaf saya sedikit terlambat.” ucap sosok tersebut yang menyadarkan Tay.
“Mm haa? Engga kok hin engga, duduk Hin.” Tay mempersilahkan Thi duduk.
Sesaat Thi duduk datang lah seorang pelayan membawa 2 gelas minuman berisi kopi untuk Tay dan segelas milkshake strawberry untuk Hin nya.
“Makasih mas.” ucap Tay kepada pelayan yang di balas senyuman dan anggukan.
“Tadi aku sempet pesenin minuman buat kamu, mudah-mudahan kamu masih suka minuman itu ya Hin?”
Thi hanya mengangguk.
“Makasih”
Tay kemudian hanya bisa menatap sosok di depan nya dengan seksama, Hin nya masih sama.
“Tawan.”
degh
Entah kenapa panggilan itu mendengar panggilan nama itu membuat hati Tay sedikit sakit, sedari dulu Hin tak pernah memangilnya dengan itu.
Ah, ternyata Hin nya tak lagi sama.
“Ya Hin?”
Thi menarik nafas nya
“First, can u stop calling me 'Hin'? Please”
“Ah, maaf Hi..New maksudnya.”
“Thank you”
“Lalu, maaf saya gak bawa anak saya hari ini.”
“Anak kita.” Tay menyela.
Thi hanya diam.
“New? Adik.. Ah maksdunya Nanon, dia sehat?” Thi mengangguk.
“How about his life?” tanya Tay.
“Good”
“Nanon mungkin hidup dengan sederhana bahkan mungkin tidak seberuntung anak-anak lain nya tapi Nanon tidak pernah kekurangan kasih sayang. Dan aku juga selalu berusaha memberikan yang terbaik untuknya.”
Tay mengangguk “Aku percaya kamu pasti selalu memberikan yang terbaik untuk Nanon.”
Kedua nya kembali diam, hening.
“And how about you?”
“Me?” Thi menatap Tay bingung sebari menunjuk diri nya sendiri.
“Iya, bagaimana dengan hidup mu New? Kamu baik-baik saja?”
Of course not, Tay Tawan
“Seperti yang kamu lihat, I'm really fine right now “
“I know you're not fine Thitipoom”
“Ah syukurlah, Nanon dimana Hin ah New?”
“Di rumah sahabatku.”
“Krist?” Thi mengangguk sebari mengeluarkan sesuatu dari tas yang di bawa nya.
“Ini apa Hin?” tanya Tay ketika Thi menyodorkan sebuah buku? Kehadapan Tay.
“Album foto Nanon.”
“Aku kira kamu juga punya hak untuk tahu bagaimana Nanon tumbuh.”
Tay membuka lembaran demi lembaran album foto tersebut, hati nya menghangat melihat foto-foto yang ada di album tersebut. Namun, sesaat timbul pula perasaan menyesal di hati nya, andai saja ia bisa melihat pertumbuhan anak nya secara langsung. Lagi-lagi andai saja.
“Nama nya Nanon Techaaphaikun. Umur nya sekarang 5 tahun lebih..”
“5 tahun lebih 3 bulan, saat lahir dia memiliki berat sekitar 2,7 kg kan?” Tay menatap New.
“Ah seperti nya kamu membayar mahal untuk mencari informasi kami, sampai hal se detail itu saja kamu dapat.” New tersenyum sarkas.
“New..”
“Itu foto waktu dia ulang tahun ke tiga, di rayakan di rumah sahabat ku Krist. Dan yang sebelah nya foto Nanon dan Fiat anak nya Krist, itu foto mereka saat pertama kali masuk sekolah. Tas mereka harus kembar, kalau tidak pasti salah satu nya akan merengek hee” New tersenyum saat menjelaskan.
“New..”
Thi kembali menunjuk foto yang ada di album tersebut.
“Ini saat pertama kali Nanon pergi ke kebun binatang, awal nya dia sangat semangat tetapi saat lihat singa mengaum dia langsung menangis dan minta pulang. Sifat sok jagoan nya menurun dari kamu Tawan.” ujung bibir New terangkat, mengingat beberapa kesamaan sifat yang dimiliki oleh Nanon dan juga ayahnya.
“Ah, dan ini foto saat kami bermain di taman. Saat itu Nanon harus nya memakai topi yang sama dengan Fiat tapi Nanon lupa menyimpan topi nya, jadi dia kesal sehingga menangis.”
“Teledor, sama seperti mu”
“New..”
Thi masih tidak mengubris Tay, ia kembali membuka lembaran foto di album nya.
“Ah.. Ini saat Nanon di rawat di rumah sakit, umur nya baru 4 tahun. Dia terkena DBD, saat tau Nanon terkena DBD aku hanya bisa marah dan berharap nyamuk-nyamuk sialan itu mengigit darah ku saja, kenapa harus mengigit darah bocah berumur 4 tahun? Hehe” Thi memang tertawa tapi nada suara nya sedikit bergetar seperti menahan tangis.
“New..”
“Ohya dan ini..”
“New Thitipoom Teechapaikhun!” ucap Tay tegas.
Thi mengangkat wajahnya untuk menatap mata Tay.
“Kenapa?” suara Thi bergetar.
“Kenapa kamu datang lagi? Bukan kah kamu bilang saat aku mempertahankan Nanon itu arti nya kita selesai?”
“Kenapa kamu tidak bertindak seperti dulu Tawan? Pergi meninggalkan kami seolah kami tak penting.”
“Kenapa sekarang kamu hadir lagi Tawan?”
“Di saat aku mati-matian melupakan rasa sakit yang kamu berikan kenapa dengan mudah nya kamu hadir lagi Tawan?”
“Kenapa...” “Hiks...” Thi meneteskan air mata nya.
“New.. Maaf..”
Thi mengusap air mata nya.
“Nanon adalah satu-satu nya alasan kenapa aku masih hidup sampai hari ini. Dia satu-satu nya yang aku miliki Tay Tawan.”
“Dia alasan ku bertahan untuk melanjutkan hidup ketika kamu yang satu-satu nya ku miliki di dunia ini memilih pergi meninggalkan ku.”
Thi menarik nafasnya dalam.
“Dan dia juga alasan ku kenapa aku mau bertemu denganmu Tawan.”
“Sebanyak apapun kasih sayang yang aku berikan kepada Nanon tetap saja tidak cukup, ia tetap butuh sosok ayah nya..”
“Maaf dan terimakasih kamu sudah bertahan dan juga mempertahankan Nanon.” suara Tay lemah
Thi menatap kosong ke depan.
“Rasa sakit ku dulu tak sebanding dengan rasa sakit ketika aku melihat Nanon merindukan sosok ayah nya.”
“Aku harap sekarang kamu bisa menerima Nanon sebagai darah daging kamu Tawan.”
“Karena ia butuh sosok ayahnya.”
Tay kembali menatap sosok Hin nya “Hin, selain Nanon butuh ayahnya aku jauh lebih butuh Nanon dan kamu di hidupku.”
“Terimakasih sudah memberikanku kembali kesempatan New, aku akan bersungguh-sungguh menebus kesalahan ku yang dulu. Aku akan berusaha memperbaiki segalanya demi Nanon, demi kamu dan demi kita Hin.”
Thi menatap mata Tay dan berbicara dengan kesungguhan
“Semua nya demi Nanon.”
“Kesempatan yang aku berikan hanya untuk kamu dan Nanon, Tawan.”
“Seperti yang kamu bilang untuk 'kita' sudah selesai.”
“Ini hanya tentang kamu dan Nanon. Sudah tidak ada kita.”
“Hin... Aku mohon..” Tay mencoba mengenggam tangan Thi akan tetapi langsung di tepis oleh Thi.
“Hin sudah mati Tawan, Hin mu sudah mati tepat saat kamu memutuskan untuk meninggalkan nya.”
“Life is choice” Tawan.”
“Dan sekarang inilah hasil dari apa yang kamu pilih”
“Ketika kamu memilih mimpi mu dan meninggalkan Hin, Hin pun memilih untuk mati dan mengubur semua kenangan nya.” ucap Thi dengan tenang.
“Dan pilihan kamu tepat,sekarang liat diri kamu, kamu sudah capai mimpi-mimpi kamu, kamu udah jadi sesuatu yang bisa membanggakan orang tua kamu.”
“Dan untuk Hin.. Hin yang selalu butuh Tay Tawan sudah tidak ada. Sudah tidak ada lagi Hin yang selalu butuh perlindungan Tay Tawan.”
“Hin sudah mati Tawan.”
Setelah mendengar ucapan Hin, Dada Tay terasa sangat sesak.
Bagaimana ia bisa hidup tanpa Hin nya? Hin adalah segalanya untuk Tay. Apakah sesakit ini ketika orang yang kita cintai memilih meninggalkan kita? Apakah dulu Hin nya merasakan hal menyakitkan ini?
Andai Tay bisa memutar waktu, Tay ingin kembali ke hari dimana ia meninggalkan Hin nya. Ia akan memeluk dan tidak akan pernah melepaskan Hin nya.
Andai Tay bisa kembali ke hari itu, ia akan berikan segala nya untuk Hin nya.
Seandai nya Tay bisa kembali.
Seandainya..
Tay tidak kuasa menahan air mata nya untuk tidak turun “Maafin aku New, maaaf.. Aku tau maaf gak cukup ngebalikin semua rasa sakit yang aku kasih ke kamu, tapi aku cuman bisa minta maaaf. Maafin aku Hin”
Thi menarik kembali nafasnya dalam..
“Aku udah memaafkan kamu, sudah saat nya aku berdamai dengan diriku sendiri. Berdamai dengan rasa sakit dari masa lalu.”
“Aku mencoba ikhlas dengan semua yang terjadi kepada hidupku.”
“Aku mencoba ikhlas dengan takdir yang Tuhan gariskan untukku.”
“Life must go on Tawan”
“Aku harap kamu pun berdamai dengan diri mu sendiri, aku harap kamu hidup dengan lebih baik dan tidak di bayang-bayangi oleh rasa bersalah.”
Thi mencoba tersenyum “Mari lupakan tentang 'kita' dan hanya fokus untuk kebahagiaan Nanon.”
Tawan menatap New, bagaimana ia bisa memiliki hati selapang ini? Bagaimana ia bisa meredam ke egoisan nya hanya untuk melihat Nanon bahagia? New Thitipoon ternyata tidak pernah berubah, ia selalu memiliki hati sebaik malaikat, ia masih sama ketika semesta berlaku jahat kepada nya ia hanya akan memberikan senyuman nya. Hin nya masih sama..
Tawan memang tidak pantas untuk New, sangat tidak pantas.
“Jadi.. Kapan kamu punya waktu untuk bertemu Nanon?”