; Masih sama.
Sudah 2 bulan berlalu sejak pertemuan kembali antara Thi dengan Tawan, banyak yang berubah dari hidup Thi.
Sekarang setiap pagi Thi tidak perlu mengantar Nanon ke sekolah nya karena Tawan akan dengan sigap setiap pagi menunggu di lobby untuk mengantarkan Nanon, Thi pun sekarang sudah bisa sedikit bernafas lega karena sekarang ia sudah bisa mulai menyisihkan pendapatan nya untuk menabung. Karena lagi-lagi Tawan kini sudah bertanggung jawab penuh dengan biaya pendidikan Nanon sampai dengan jenjang perkuliahan.
Setelah satu bulan pertemuan nya dengan Tawan, Tawan dengan memberanikan diri meminta izin dari Thi untuk mempertemukan Nanon dengan ibu dan ayah nya, dengan senang hati Thi pun memberi izin kepada Tawan karena menurut Thi ibu dan ayah nya Tawan juga memiliki hak untuk mengetahui tentang Nanon begitupun dengan Nanon yang punya hak untuk mengenal kakek dan juga neneknya.
Thi masih ingat betul saat pertama kali Nanon selesai bertemu dengan kakek dan neneknya Nanon pulang dengan senyum merekah ia menceritakan bagaimana kakek dan neneknya memberikan kasih sayang dan perhatian kepadanya, memberikan mainan kesukaan nya dan juga memperbolehkan Nanon memakan apapun yang ia inginkan.
Thi kemudian tersenyum mengingat moment tersebut, bagi Thi yang paling penting sekarang adalah bagaimana membuat hidup Nanon selalu bahagia, membuat senyuman merekah dari wajah anaknya tersebut tak pernah hilang.
Ngomong-ngomong Nanon kalian pasti rindu kan dengan tingkah polah nya? Tapi sayang, hari ini adalah jadwal 'hari Nanon bersama ayah'.
Itu adalah jadwal yang telah di sepakati oleh Tawan dan juga Thi dimana dalam 1 hari dalam 1 1 bulan Tawan bebas menghabiskan waktu bersama Nanon selama 24 jam. Sebenarnya Thi tidak membatasi berapa lama waktu yang bisa dihabiskan oleh Tawan dan juga Nanon, tapi mungkin karena sudah terbiasa hidup dengan Thi, Nanon biasanya tidak betah apabila tidak bertemu dengan sang papah lebih dari 24jam.
tingtongg
Suara bel menyadarkan Thi dari lamunan nya “Siapa yaaaa?” Kemudian Thi berjalan menuju sumber suara bel tersebut. Sesaat setelah membuka pintu nya ia melihat sosok anak semata wayangnya berdiri dengan lelaki yang beberapa bulan ini hadir kembali di hidupnya.
“Loh kok Nanon disini?” “Gak jadi nginep di tempat ayah?” tanya Thi begitu membuka pintu nya.
Tubuh Nanon yang masih setinggi pinggang Thi langsung beringsut memeluk tubuh Thi “Nanon kangen sama papah. Mau bobo sama papah.”
“Yauda masuk yu” ajak Thi kepada Nanon.
“Pah, ayah juga masuk yaaa? Ayah janji mau beliin Nanon ayam goleng mekdi.” ucap Nanon kepada Thi.
Thi kemudian memberikan tatapan tajam kepada Tawan.
Tawan hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tak gatal “Maaf, tadi Nanon nya rewel banget makanya aku spontan janjiin beli ayam mekdi.”
Kemudian ketiga nya memasuki apartment Thi.
“Minggu ini jatah junkfood Nanon udah habis looooh. Kok mau makan junkfood lagi??” tanya Thi lembut.
Nanon hanya menunjukan ekspresi sedih setelah mendengar ucapan papah nya, Thi memang hanya memberikan 1 kali 'jatah' memakan makanan junkfood dalam seminggu. Thi lebih suka memasak makanan sehat yang lebih jelas kandungan gizi dan juga kebersihan nya.
“New.. Buat minggu ini aja ya Nanon di kasih jatah tambahan, kasian. Aku udah janji dan kebetulan udah pesen juga heu” ucap Tay sebari tersenyum.
Mendengar ucapan Tawan, Thi kemudian mengelus pucuk kepala anaknya “Yauda boleeeeh sayang.”
Nanon langsung membelakkan mata nya karena saking senangnya. “Yeayyy makasih papah, makasih juga ayah. Nanon sayaaaaaaang banget sama papah sama ayah.”
“Yauda sambil nunggu ayam nya dateng, Nanon mandi dulu ya sama papah.”
Nanon kemudian bangun dari tempat duduknya “Siap Captain!” tangan nya di simpan di dahi tanda memberi hormat.
—
Setelah ketiga nya menyelesaikan makan malam, Nanon dan juga Tawan langsung pindah keruang TV untuk menonton kartun favorit Nanon yaitu Upin-Ipin. 15 menit berlalu, mungkin karena sedikit kelelahan Nanon pun terlelap di pangkuan ayah nya.
Tawan yang tidak tega membangunkan anaknya tersebut kemudian memanggil New yang sedang sibuk membersihkan dapur.
“New, Nanon ketiduran di kursi. Aku mau pindahin ke kamar, kamu bisa anter?” tanya Tay kepada New.
Setelah mendengar permintaan dari Tawan, New pun bergegas menuju ruang TV dimana anaknya saat itu berada.
Saat New hendak mengendong Nanon dengan sigap Tay menahan nya “Aku aja.”
Kemudian Tay menggendong Nanon menuju kamar tidur New dan juga anaknya.
“Di samping situ aja Tawan.” unjuk New kesebelah kasur dekat kepala ranjangnya.
Tay pun dengan hati-hati menurunkan Nanon agar bisa tertidur dengan nyaman dikasurnya. Lalu Tay menarik selimut untuk menutupi tubuh mungil anaknya.
Kemudian kedua nya dengan perlahan berjalan keluar dari kamar tersebut.
Saat kedua nya berada di luar
“Tawan.” “New” kedua nya saling memanggil secara bersamaan.
“Kamu dulu New.” ucap Tay mempersilahkan.
Thi sedikit canggung sebelum mengungkapkan keinginan nya.
“Kenapa New?”
“Mmh, mau ngopi duluuu?” biasanya Thi selalu menghindari momen berdua dengan Tawan, tapi entah mengapa malam ini dengan tiba-tiba Thi melakukan ajakan tersebut kepada Tawan, entahlah.. Secara tak sadar mungkin ini adalah permintaan dari hati kecilnya, mungkin sesungguhnya hati kecilnya merindukan sosok Tawan nya.
Tay yang bingung dan juga sangat bahagia karena ajakan dadakan seperti ini hanya bisa tersenyum sumringah “Bo..Boleh?”
“Kalo gak mau juga gapapa.”
Dengan cepat Tawan menganggukan kepala nya “Mau.. Mau banget Hin.”
Kini kedua nya sekarang sedang duduk di balkon apartment New, mungkin apartment New bukan lah apartment mewah hanya apartment standar tapi apartment new memiliki spot balkon kecil yang bisa dijadikan tempat untuk bersantai untuk sekedar bercengkrama sambil meminum kopi.
“Makasih Hin, ma maksdnya New.” ucap Tay sebari mengambil gelas berisi kopi dari New.
Tay hanya tersenyum melihat isi gelasnya tersebut, Tay selalu suka kopi susu buatan New mungkin kopi yang New pakai memang kopi instant tetapi New akan meracik kopinya dengan susu dan perpaduan kopi dengan susu nya selalu pas untuk Tay yang sebenarnya tidak terlalu suka dengan kopi.
“Masih inget aja kalo aku sebenrnya bukan minum kopi tapi susu pake kopi” lirih Tay.
New hanya diam tak menjawab kemudian ikut menyeruput kopi milik dirinya sendiri.
“Hin.. Mungkin kamu bakal bosen sama apa yang bakal aku sampein, tapi sama kaya yang aku bilang di chat bulan lalu dan mungkin selalu aku ucapin setiap malem sama kamu, aku gak akan pernah nyerah buat kita..” “Maafin aku mungkin aku egois, tapi aku akan selalu berusaha buat memperbaiki semuanya Hin, hati aku gak pernah berpaling dan hanya akan selalu di isi kamu.” ucap Tay tanpa melihat wajah lawan nya.
Inilah Tay Tawan Vihokratana, iya selalu berusaha mendapatkan apapun yang menjadi keinginan nya, ia tidak akan mudah menyerah apalagi mengenai Hin nya, ditambah sekarang ada malaikat kecil yang hadir di hidup kedua nya.
“Tawan..” “Hari ini Nanon makan apa aja?” tanya New, ia selalu seperti itu. Menghindar.
Karena sesungguhnya alasan New menghindar dari obrolan tersebut adalah karena New juga bingung dengan hati nya, apakah ia masih mencintai Tawan nya? Dan apakah luka yang Tawan berikan masih belum sembuh juga?
New benar-benar tak tau harus bagaimana, sehingga New selalu memilih untuk menghindar.
Tawan hanya menarik nafasnya kasar, ia tau respon yang diberikan New selalu sama sejak awal ia mengungkapkan perasaan nya kembali, tapi Tay tidak mau memaksa. Tay tau luka yang ia berikan kepada New bukan lah luka biasa, mungkin itu memberikan trauma dan perasaan sakit yang luar biasa sehingga New masih belum bisa memaafkan dan menerima kembali dirinya.
“Tadi Nanon aku ajak makan pasta New, terus sempet aku ajak makan dessert juga” jawab Tay.
“Jangan terlalu sering kasih makan makanan yang manis.” ucap New.
Tay hanya tersenyum “Gimana gak aku kasih makan makanan manis Hin, dia tuh mirip kamu kalo gak aku kasih dessert bibir nya bakal manyun kedepan.” jawab Tay sambil terkekeh.
New secara refleks memajukan bibir nya karena kesal mendengar penuturan Tay.
Tay menoleh ke samping nya “Tuh manyun kaya gitu tuh mirip banget hehe.”
“Ya namanya juga anak aku, ya pasti miriplah..”
“Anak kita..” lirih Tay lemah.
“Iya anak kita, tapi sekarang udah gak ada 'kita' lagi Tawan..” “Sudah tidak ada 'kita' lagi antara aku dengan kamu.”
Tay mungkin sudah terbiasa dengan penolakan yang dilontarkan oleh New, tapi entah mengapa malam ini seolah memiliki dorongan yang kuat dari hati kecilnya Tay ingin benar-benar memastikan bahwa New memang sudah tidak punya rasa kepada dirinya
“Hin, liat wajah aku..” Tay mencoba menggeser tubuhnya menjadi berhadapan dengan New. “Bilang kalo emang 'kita' udah gakbisa bersama, bilang kalo kamu udah gak ada perasaan apa-apa sama aku.”
New hanya diam membisu, bibirnya seolah kelu tidak dapat mengeluarkan sepatah kata pun.
“Hin...”
“A..aku.. aku” New terbata-bata.
Entah keberanian darimana Tay dengan spontan menarik tengkuk wajah New untuk mempertemukan bibir keduanya.
Biarlah apabila nanti New akan menghajarnya karena Tay sudah berlaku kurang ajar terhadap New, akan tetapi malam ini Tay tidak dapat menahan hasratnya untuk tidak mengecup bibir yang selalu ia rindukan selama 6tahun ini.
New kaget bukan main terhadap perlakuan tiba-tiba Tay pada dirinya, tapi bukan nya menghindar New malah memilih diam dan ikut menikmati perlakuan Tay.
Ciuman kedua nya bukan ciuman panas penuh dengan hawa nafsu, kedua nya hanya saling mengesap bibir satu sama lain seolah menandakan ciuman keduanya penuh kerinduan.
Tanpa sadar ciuman kedua nya berubah menjadi sedikit basah karena air mata New tiba-tiba turun. New yang tersadar kemudian melepaskan pagutan bibir kedua nya.
“Ta..Tawan..” “Aku mau istirahat, tolong kamu pulang.” New sebari berusaha mengusap bibir dan wajah nya.
“Hin, perasaan kamu masih sama Hin..” “Perasaan kita masih sama Hin, Hin.. Ayo Hin kasih aku kesempatan. Aku mohooon.” pinta Tay.
“Tawan aku mohon, tolong kamu pulang.. Please hiksss.. Aku mohon.” New tidak kalah memohon.
Tay yang melihat Hin nya memohon hanya bisa pasrah dan berjalan menuju pintu keluar, New mungkin memang butuh waktu untuk berfikir.
Tapi yang Tay yakini kini adalah ternyata perasaan Hin nya masih sama. “Yauda aku pulang, tapi Hin aku yakin perasaan kita masih sama.” “Aku yakin masih ada kesempatan untuk 'kita' ” kemudian menutup pintu apartment New.
New hanya bisa duduk bersimpuh sambil menangis, Tawan benar.. Diantara banyak hal yang telah berubah di hidup New, tapi perasaan nya terhadap Tawan tidak pernah berubah. Masih sama.. New masih mencintai Tawan nya..
Sama dengan perasaan nya yang masih sama kepada Tawan, ternyata luka yang diberikan oleh Tawan pun masih sama di hati New. New masih merasakan perih dari luka yang diberikan oleh Tawan nya..
Setelah mendapatkan jawaban dari pertanyaan nya, New semakin bingung jalan apa yang harus ia pilih?
Kembali mencintai Tawan nya walaupun penuh dengan rasa sakit dari luka nya? Atau fokus menyembuhkan luka nya dan merelakan cinta nya?
Entahlaaah, New bingung.. Apa yang harus ia pilihh?
Tuhan, kenapa Engkau selalu memberi pilihan sulit dalam hidupku? lirih New dalam tangis.