PenaaZzz

MUSEUM

#MUSEUM ——————

PAGI > Matahari baru saja muncul kepermukaan. Jean berbaring ditempat tidurnya sambil memainkan ponselnya, ia bergegas mandi setelah melihat tl nya yang sejak tadi dipenuhi teman-temannya.

Jean berdiri didepan cermin merapihkan pakaiannya sambil menata rambutnya. Ia melirik jam tangannya dan langsung mengambil kunci mobil, berlari menuruni anak tangga dan pergi ke garasi untuk mengeluarkan mobil yang terparkir rapih.

Jean memanaskan mobilnya sambil memakan sepotong roti yang ia ambil dari meja makan, tangannya terus berkutat dengan ponselnya untuk membalas chating dari teman-temannya yang sejak tadi meramaikan *room chat nya.

Jean melajukan mobilnya memecah keramaian kota Bandung, pada pagi hari. Sepanjang perjalanan, awan biru yang cerah dan matahari yang baru muncul kepermukaan menyorot hangat menembus kaca mobilnya.

Dalam perjalanan menuju rumah Ansel, ia berhenti didepan stand para pedagang makanan yang berjajar sejak pagi hingga petang. Ia turun dari mobil menuju salah satu stand makanan kesukaannya, ia memesan nasi uduk lauk rendang yang merupakan makanan kesukaannya. Ia kembali kedalam mobil dengan kantong kresek yang berisikan dua bungkus nasi uduk lauk rendang dan teh hangat.

Jean melajukan mobilnya memasuki komplek perkotaan di Bandung. Sesampainya disana ia kembali menghubungi Ansel untuk cepat bergegas keluar, karena waktu sudah menunjukan pukul 08:15.

Ansel keluar menggunkan outfit bernuansa Monokrom, seperti outfit yang digunakan Jean. Tanpa disengaja mereka memakai baju yang berwarna senada.

Jean melajukan mobilnya menuju museum, tempat Aletta dan Nichol tuju. Sesampainya disana, Jean memasuki area taman untuk menyantap nasi uduk dengan lauk rendang yang tadi ia beli untuknya dan Ansel.

“Sarapan dulu ya Sel, sok dimakan”tawar Jean sambil menyodorkan kresek berisikan nasi uduk dan teh hangat.

“Gak ah”tolak Ansel tanpa menatap sedikitpun kresek itu.

“Ini enak Sel, nyesel lo nolak ini.“Ujar Jean menyantap makanannya dengan lahap.

“Engga, makasih.“Jawab Ansel memakan sepotong roti yang sengaja ia bawa.

“Kenapa malah makan roti? Lo kesannya gak ngehargain makanan Sel.“tanya Jean dengan wajah kesal.

“Itu nasi uduknya berlemak sayang, aku gak suka.“Jawab Ansel merengek.

“Yaelah gegara lemak doang lo segitunya sama makanan.“ucap Jean tak suka.

“Bukan gitu, aku tuh lagi diet tau.“jawab Ansel menatap tangannya.

“Diet, diet buat apa anjir? Heh Sel lo segini udah cantik, bodygoals lagi, masih ajah gak Bersyukur” terang Jean dengan kesalnya.

“Aku tuh bukan gak bersyukur Jean, aku tuh gak suka orang bilang aku gedutan atau agak beda, itu ganggu aku bangettt.“sanggah Ansel menghela napas.

“Ngapain dengerin omongan orang, ini hidup lo. Yaudah suka-suka lo, gue gak mau Sel lo diet, diet kaya gini, diet bukan sehat malah bikin lo sakit sama aja nyari penyakit.“ucap Jean menasehati.

“Iya sayang, makasih yah”

~~~~~~••~~~~~~

*Museum >Aletta dan Nichol turun dari mobil, mereka beranjak menuju pintu masuk museum untuk menukar tiketnya. Mereka berjalan bersebelahan sambil memotret karya-karya yang dipamerkan disana. Aletta sibuk membidik karya-karya itu dengan kamera yang ia bawa, sedangkan Nichol membawa kamera analog yang hanya ia gunakan untuk dokumentasi pribadi.

Saat beralih ruangan, mereka tak sengaja berpapasan dengan Jean dan Ansel yang bergandengan tangan.

“Loh Aletta?!“sapa Ansel melambaikan tangan.

Aletta yang asik memotret pun terkejut, dengan kehadiran dua sejoli yang tak ia harapkan kehadirannya.

“Widih katanya sibuk lo al,“sindir Jean.

Aletta sudah memiliki firasat tidak baik, ini bukan ketidaksengajaan, tapi memang sudah Jean rencanakan untuk mengikutinya.

“Ya emang gue sibuk.“sahut Aletta sewot.

“Kalian lagi berantem yah?“tanya Ansel dengan polosnya.

“Engga.“sanggah mereka berdua.

Nichol yang sejak tadi diam memperhatikan tingkah mereka hanya bisa tersenyum, mereka memang kekanak-kanakan. Seperti apa yang diceritakan Jikel, jika mereka disatukan sudah pasti seperti sedang melihat anak tk berantem.

“Salam kenal bro, Jean.“ucap Jean menyodorkan tangannya.

“Salam kenal juga, Nichol.“jawab Nichol membalas jabatan tangannya.

“Hai, aku Ansel.“ucap Ansel Ikut memperkenalkan diri.

Setelah itu, mereka Pergi kesebuah pusat perbelanjaan.Mereka makan bersama disebuah restoran cepat saji.

“Kan al, enak kalau Gini kita jadi kaya double date gitu ahaha...“ucap Ansel tertawa.

Aletta memelotot terkejut, karena ia merasa tak enak dengan Nichol. Baru juga kenal, tapi kesannya seperti membuatnya tak nyaman.

“Chol, kalau kelakuan ale agak aneh maklumi ajah yah, dia kelamaan jomblo soalnya.“ucap Jean menahan tawanya.

Bangsat, batin Aletta.

Ia menginjak kaki Jean, membuat Jean tak sengaja menggebrak meja.

#Bruk!

Mereka yang berada disana terkejut termasuk Aletta, Nichol dan Ansel yang sedang menyantap makanannya.

“Ada lalat.“celetuk Jean menatap kesal Aletta yang menahan tawanya.

“Ouh iya, kamu anak jurusan apa?“tanya Ansel penasaran.

Kepo banget anjirr si Ansel ege,gumam Aletta.

“Bisnis digital, FEB sel.“sahut Nichol.

“Berarti satu fakultas dong yah sama Jikel?“tanya Ansel memastikan.

“Iyah, kan mereka temenan juga dari Jikel.“ungkap Jean menyindir.

Dieh apaan anjing, mereka sekongkol berarti, batin Aletta murka.

“Tapi kalian beneran gak pacaran?“tanya Ansel menatap mereka berdua secara bergantian.“Kalian tuh cocok tau.“lanjutnya.

Cocok apanya, gumam Jean.

“Engga”

~~~~••~~~~

Setelah percakapan mereka berakhir, mereka segera pergi secara terpisah seperti saat mereka berangkat.

Mungkin sesampainya dirumah, mereka berdua (Jean dan Aletta) akan melanjutkan pertengkarannya lagi.

Read more...

#MUSEUM ——————

PAGI >Matahari baru saja muncul kepermukaan. Jean berbaring ditempat tidurnya sambil memainkan ponselnya, ia bergegas mandi setelah melihat tl nya yang sejak tadi dipenuhi teman-temannya.

Jean berdiri didepan cermin merapihkan pakaiannya sambil menata rambutnya. Ia melirik jam tangannya dan langsung mengambil kunci mobil, berlari menuruni anak tangga dan pergi ke garasi untuk mengeluarkan mobil yang terparkir rapih.

Jean memanaskan mobilnya sambil memakan sepotong roti yang ia ambil dari meja makan, tangannya terus berkutat dengan ponselnya untuk membalas chating dari teman-temannya yang sejak tadi meramaikan *room chat nya.

Jean melajukan mobilnya memecah keramaian kota Bandung, pada pagi hari. Sepanjang perjalanan, awan biru yang cerah dan matahari yang baru muncul kepermukaan menyorot hangat menembus kaca mobilnya.

Dalam perjalanan menuju rumah Ansel, ia berhenti didepan stand para pedagang makanan yang berjajar sejak pagi hingga petang. Ia turun dari mobil menuju salah satu stand makanan kesukaannya, ia memesan nasi uduk lauk rendang yang merupakan makanan kesukaannya. Ia kembali kedalam mobil dengan kantong kresek yang berisikan dua bungkus nasi uduk lauk rendang dan teh hangat.

Jean melajukan mobilnya memasuki komplek perkotaan di Bandung. Sesampainya disana ia kembali menghubungi Ansel untuk cepat bergegas keluar, karena waktu sudah menunjukan pukul 08:15.

Ansel keluar menggunkan outfit bernuansa Monokrom, seperti outfit yang digunakan Jean. Tanpa disengaja mereka memakai baju yang berwarna senada.

Jean melajukan mobilnya menuju museum, tempat Aletta dan Nichol tuju. Sesampainya disana, Jean memasuki area taman untuk menyantap nasi uduk dengan lauk rendang yang tadi ia beli untuknya dan Ansel.

“Sarapan dulu ya Sel, sok dimakan”tawar Jean sambil menyodorkan kresek berisikan nasi uduk dan teh hangat.

“Gak ah”tolak Ansel tanpa menatap sedikitpun kresek itu.

“Ini enak Sel, nyesel lo nolak ini.“Ujar Jean menyantap makanannya dengan lahap.

“Engga, makasih.“Jawab Ansel memakan sepotong roti yang sengaja ia bawa.

“Kenapa malah makan roti? Lo kesannya gak ngehargain makanan Sel.“tanya Jean dengan wajah kesal.

“Itu nasi uduknya berlemak sayang, aku gak suka.“Jawab Ansel merengek.

“Yaelah gegara lemak doang lo segitunya sama makanan.“ucap Jean tak suka.

“Bukan gitu, aku tuh lagi diet tau.“jawab Ansel menatap tangannya.

“Diet, diet buat apa anjir? Heh Sel lo segini udah cantik, bodygoals lagi, masih ajah gak Bersyukur” terang Jean dengan kesalnya.

“Aku tuh bukan gak bersyukur Jean, aku tuh gak suka orang bilang aku gedutan atau agak beda, itu ganggu aku bangettt.“sanggah Ansel menghela napas.

“Ngapain dengerin omongan orang, ini hidup lo. Yaudah suka-suka lo, gue gak mau Sel lo diet, diet kaya gini, diet bukan sehat malah bikin lo sakit sama aja nyari penyakit.“ucap Jean menasehati.

“Iya sayang, makasih yah”

~~~~~~••~~~~~~

*Museum >Aletta dan Nichol turun dari mobil, mereka beranjak menuju pintu masuk museum untuk menukar tiketnya. Mereka berjalan bersebelahan sambil memotret karya-karya yang dipamerkan disana. Aletta sibuk membidik karya-karya itu dengan kamera yang ia bawa, sedangkan Nichol membawa kamera analog yang hanya ia gunakan untuk dokumentasi pribadi.

Saat beralih ruangan, mereka tak sengaja berpapasan dengan Jean dan Ansel yang bergandengan tangan.

“Loh Aletta?!“sapa Ansel melambaikan tangan.

Aletta yang asik memotret pun terkejut, dengan kehadiran dua sejoli yang tak ia harapkan kehadirannya.

“Widih katanya sibuk lo al,“sindir Jean.

Aletta sudah memiliki firasat tidak baik, ini bukan ketidaksengajaan, tapi memang sudah Jean rencanakan untuk mengikutinya.

“Ya emang gue sibuk.“sahut Aletta sewot.

“Kalian lagi berantem yah?“tanya Ansel dengan polosnya.

“Engga.“sanggah mereka berdua.

Nichol yang sejak tadi diam memperhatikan tingkah mereka hanya bisa tersenyum, mereka memang kekanak-kanakan. Seperti apa yang diceritakan Jikel, jika mereka disatukan sudah pasti seperti sedang melihat anak tk berantem.

“Salam kenal bro, Jean.“ucap Jean menyodorkan tangannya.

“Salam kenal juga, Nichol.“jawab Nichol membalas jabatan tangannya.

“Hai, aku Ansel.“ucap Ansel Ikut memperkenalkan diri.

Setelah itu, mereka Pergi kesebuah pusat perbelanjaan.Mereka makan bersama disebuah restoran cepat saji.

“Kan al, enak kalau Gini kita jadi kaya double date gitu ahaha...“ucap Ansel tertawa.

Aletta memelotot terkejut, karena ia merasa tak enak dengan Nichol. Baru juga kenal, tapi kesannya seperti membuatnya tak nyaman.

“Chol, kalau kelakuan ale agak aneh maklumi ajah yah, dia kelamaan jomblo soalnya.“ucap Jean menahan tawanya.

Bangsat, batin Aletta.

Ia menginjak kaki Jean, membuat Jean tak sengaja menggebrak meja.

#Bruk!

Mereka yang berada disana terkejut termasuk Aletta, Nichol dan Ansel yang sedang menyantap makanannya.

“Ada lalat.“celetuk Jean menatap kesal Aletta yang menahan tawanya.

“Ouh iya, kamu anak jurusan apa?“tanya Ansel penasaran.

Kepo banget anjirr si Ansel ege,gumam Aletta.

“Bisnis digital, FEB sel.“sahut Nichol.

“Berarti satu fakultas dong yah sama Jikel?“tanya Ansel memastikan.

“Iyah, kan mereka temenan juga dari Jikel.“ungkap Jean menyindir.

Dieh apaan anjing, mereka sekongkol berarti, batin Aletta murka.

“Tapi kalian beneran gak pacaran?“tanya Ansel menatap mereka berdua secara bergantian.“Kalian tuh cocok tau.“lanjutnya.

Cocok apanya, gumam Jean.

“Engga”

~~~~••~~~~

Setelah percakapan mereka berakhir, mereka segera pergi secara terpisah seperti saat mereka berangkat.

Mungkin sesampainya dirumah, mereka berdua (Jean dan Aletta) akan melanjutkan pertengkarannya lagi.

Read more...