— FORGET YOU

P’s Island, 23.00—

Preston dan Barrata itu rajanya pesta. Mereka selalu tau pesta mana yang paling beken di Ibu Kota, atau kalo gak jadi tamu ya mereka penyelenggaranya. Teman-temannya semua mengakui bahwa pasangan itu mungkin memang ditakdirkan untuk ini, dan sekarang buktinya.

Semua yang datang sudah pasti akan memberikan pujian. Bagaimana tidak? Pulau pribadi milik Preston sebagai hadiah ulang tahunnya ke 21 beberapa tahun lalu itu kini sudah disulap menjadi tempat acara yang gak kalah meriahnya dengan festival musik kelas kakap. Pengisi acaranya pun juga tidak main-main karena memang yang hadir sekarang adalah mereka dari kalangan selebritas dan juga orang-orang terkenal.

Navarro juga kini menjadi salah satu dari mereka yang bersenang-senang. Lagipula, ini memang pestanya, undangan yang disebar juga bertuliskan namanya walaupun sudah jelas-jelas bukan dia mastermind acara sekeren ini. Preston dan Barrata membuat ini untuknya.

“Navnav how was the partyyyy?” Tanya Preston yang mengambil tempat duduk di sampingnya lalu langsung bersender, “Do you need something else? Ada yang kurang gak?”

Dari suaranya pun Navarro sudah tau benar temannya itu sedang mabuk. Preston memang akan berubah menjadi sangat-sangat clingy ketika mabuk.

“Keren, Preston. _You did a good job as always!” _

“Aw you are sooo niceee!” Preston bergerak memeluknya erat, “Aku seneng kamu happy, jangan galau-galau lagi ya? Look around, you can pick anyone and I’m pretty sure they want to be with you!”

“Kalo lo mau gak?”

“Kan genit kan!” Barrata datang dan menjitak kepala temannya itu kesal, “Punya gue masih aja di embat lo gila!”

“BABY!” Preston berseru senang lalu menempel langung ke pacarnya, “I miss you!” tentu saja langsung disambut oleh Barrata yang refleks melingkarkan tangannya di pinggang sang kekasih lalu menariknya mendekat.

“Mabok tuh cowok lo.”

“Iya emang, minum banyak dia. Lo ok?”

“Ok kok. Lagi ngisi energi aja sebelum turun ke dance floor lagi. Yang lain aman?”

“Aman kok. Si Chelsea lagi nemenin Gio menel sama Vernon, Archie tadi ketemu sama temen-temenya jadi lagi ngobrol di luar, terus Kak Tara…”

“Kak Tara kemana?” Navarro pun mulai menegakkan duduknya untuk siap-siap mencari sang manager yang memang sudah ia hafal betul ngaco kalau terkena pengaruh alkohol.

“Santai, tuh liat pojok kanan.” Dan ia pun langsung tenang waktu liat Tara sedang heboh menari bersama Jamal yang sepertinya juga mabuk.

“Mabok juga itu si Jamal?”

“Iyalah, kalo engga kan pasti kaku gitu. Itu jadi lincah banget kan pasti udah naik juga.”

“Eh enak btw tadi live music nya, nemu dimana lo?”

“Band baru itu, Nav. Vokalisnya temennya Preston gitu. Baru di sign label nya Om Teguh. Promising sih kata gue karir nya.”

“Drummer nya cakep.”

Barrata tertawa, “anjing sok bilang enak taunya itu toh tujuannya. Sana kenalan lah.”

“Gue belom liat lagi.”

“Bentar deh anak band nya gue suruh pada kesini.” Barrata pun langsung mengetikan pesan di ponselnya beberapa saat sebelum akhirnya orang-orang yang baru dihubunginya muncul.

“Weh, sini sini duduk. Abis dari mana kalian?” Sapa Barrata yang gak bisa bergerak karena Preston baru saja tertidur dipelukannya, “Sorry ya gak bisa bangun gue.”

“Gapapa bang…” ujar mereka semua kompak dan duduk di sofa yang memang besar itu.

“Kenalin temen gue Navarro, katanya demen dia sama band kalian.”

“Halo gue Navarro, salam kenal semuanya.”

Tentu saja mereka semua tau siapa Navarro. Tapi melihat aset perfileman Indonesia itu masih mau mengenalkan dirinya terus terang membuat mereka semua terkesan.

“Wishnu, nih kata si Navarro lo jago banget main drum nya dia demen.” Tembak Barrata langsung yang membuat lelaki bernama Wishnu tersenyum malu.

“Thanks Bang.” Ujar Wishnu sambil tersenyum manis.

Mereka semua pun mulai mengobrol, dengan Navarro yang memang sengaja duduk di dekat Wishnu, drummer incarannya itu.

Namun ditengah obrolan keduanya, tiba-tiba lelaki itu izin memotong omongan Navarro sebentar untuk menegur temannya, “Adrian, hp lo nih geter terus dari tadi.”

“Oh iya masih di lo ya? Ada telfon?”

“Iya dari Mas Otniel.”

“Oh iya iya bentar.” Dan Adrian pun bergegas untuk mengambil ponselnya dan mengangkat telfon tersebut sambil berjalan menjauh.

Mendengar nama itu Navarro tertegun. Otaknya mulai kembali memunculkan orang yang belakangan ini sedang ia coba lupakan. Gak mungkin lelaki yang sama kan? Yang punya nama itu bukan dia doang.

Kini sang aktor papan atas tersebut kembali tersadar. Melupakan Otniel Parama ternyata tidak semudah itu.