— KENAPA?

Jakarta, 17.00—

Acara sudah selesai. Banyak peserta sudah pulang dan menyisakan mereka yang biasanya kenal secara personal dengan penyelenggara acara. Saat ini, Joanna baru saja selesai memberikan pengaharan tentang evaluasi acara yang bisa dibilang sukses itu.

Setelah selesai, mereka diperintahkan untuk evaluasi dengan divisi masing-masing. Disinilah dimana Nabastala harus memperhatikan benar-benar perkataan milik ketiga atasannya, termasuk Teressia yang dari tadi senyum sumringah. Nyebelin banget setan. Batin Nabastala dalam hati.

Ia tau, sekarang kakak tingkatnya itu lagi seneng banget karena sedari tadi banyak yang nanya tentang hubungannya dengan Kaesar karena foto tadi. Bukannya menjawab, Teressia juga malah senyum-senyum penuh arti seolah suruh mereka asumsi sendiri. Tentu saja asumsi nya salah besar.

Nyenyenye pathetic dasar! Gumam Nabastala sendirian tanpa mendengarkan perkataan Teressia sama sekali. Nih orang suaranya aja udah annoying banget.

“Bas, kesini naik apa?” Tanya si kembar saat mereka sudah bubaran, “Bawa mobil?”

“Iya, mau nebeng?”

“Engga, gue kira lo malah mau dianterin.”

“Ohh gak usah gapapa, lo pada abis ini kemana?”

“Mau makan siang sama keluarga, nenek ulang tahun hari ini.”

“Ok deh, tiati ya lo berdua!”

“Lo juga!”

Dan setelah berpisah dengan kedua temannya, Nabastala pun berjalan kearah parkiran sebelum suara lain menanggilnya.

“ABAS! Sini Bas!” Itu tadi Yoriko, dia lagi ngumpul sama teman-teman dan pacarnya. Iya Dhifa, yang kalo sekarang Nabastala ngeliat masih ada sungkan-sungkan dikit keinget masa lalu kelamnya itu, “Mau balik?”

“Iya nih Yor.”

“Nah dari pada balik mending ikut kita makan!” Ujar Bisma yang kemudian merangkul pundaknya, “Abis ini gak ada acara kan lo?”

“Gak ada sih,” kemudian matanya bertemu dengan milik Kaesar beberapa saat. Sebenernya dia itu lagi gondok banget males ngeliatin muka teman tapi mengambil keuntungannya itu, tapi dia gak enak nolaknya, “Mau makan dimana?”

“Tadi mama nya Erica kan ikut lari. Terus kita diajakin makan di rumahnya.” Jawab Thomas yang kemudian membuat Nabastala melirik kearah Erica, “emang gapapa Mba Er, kalo gue ikut?”

“Ya gapapa lah. Ikut aja! The more the merrier!”

“Okeh Mba, nanti shareloc aja ya, gue bawa mobil soalnya.”

Kali ini Kaesar yang sedari tadi diam pun bersuara, “lo sama gue aja. Gue yang setirin nanti.” Ujar Kaesar langsung dan akhirnya mereka semua pun mulai berjalan ke kendaraan masing-masing. Meninggalkan mereka berdua yang kini berjalan kearah mobil Nabastala dalam diam.

Walaupun gak punya mobil, Kaesar yang sehari-harinya sering disuruh jadi supir dadakan teman-temannya pun mau gak mau belajar. Malah sekarang dia lebih bagus dan aman nyetirnya dari semua orang yang tinggal bersamanya.

“Karcis parkirnya dimana Bas?”

“Itu diatas, makanya cari dulu baru nanya.” Kaesar milirik sesaat ketika mendengar jawaban judes Nabastala. Dugaan nya benar, lelaki disampingnya itu sedang kesal kepadanya dan gak perlu orang pintar untuk tau kenapa.

“E-money nya dimana?”

“Gak pake E-money, pakenya Flazz.”

Kaesar tersenyum tipis kemudian bertanya dengan lembut, “Yaudah, Flazz nya dimana Bas?”

“Di samping kanan, liat dulu makanya ih!” Sebenernya kalo boleh jujur Nabastala udah salting dikit, tapi dia tetep gamau luluh dan pertahanin kejutekannya.

Jalanan ibu kota sore itu ramai cenderung padat. Hal ini tentu saja merupakan keuntungan untuk Kaesar dan kerugian untuk Nabastala. Karena mau tidak mau mereka harus berbicara sekarang.

“Postingannya gak gue like loh, interact sama itu aja engga.” Ujar Kaesar membuka pembicaraan, “Waktu orang-orang pada nanya juga gue bilang gak ada apa-apa kok, langsung gue sanggah.”

“Terus urusannya sama gue apa?” Tanya Nabastala seolah gak peduli, padahal jantungnya sih udah gak karuan denger ucapan pujaan hatinya itu.

“All I’m saying is,” tangan Kaesar terulur untuk mengacak rambut Nabastala, “Yang sekarang lagi sama gue tuh lo. Yang lagi gue coba ajak ngomong karena sadar lagi marah juga lo. No one get the same attention from me like you do. You don’t need to be jealous about it.”

Mati gue. Batin Nabastala dalam hati saat merasakan jantungnya terasa seolah jatuh ke perut.