— RUMAH KAUTSAR

Jakarta, 18.00—

“BUNDAAA!”

“Eh anak-anak Bunda, sini masuk-masuk. Baru aja selesai masak nih.” Wanita paruh baya cantik yang dipanggil Bunda itu tersenyum sambil menyalami satu persatu sahabat anak keduanya.

Walaupun baru hampir dua tahun kenal, kelima sahabat Kautsar ini sudah beberapa kali main ke rumahnya dan akrab dengan keluarganya terutama sang bunda yang sering ngirim makanan ke rumah kontrakan mereka.

“Bunda masak apa bun?” Tanya Erica yang menjadi orang terakhir untuk masuk, “Baunya enak banget.”

“Masak daging balado sama kangkung balacan. Terus bunda juga gorengin tempe buat kalian.”

“Wah dengernya aja Juno udah ngiler bun, Bunda the best deh pokoknya!”

Bunda Kautsar pun tersenyum senang, “Belum juga di cobain.”

“Gak usah dicobain juga Yori sama yang lain yakin ini enak, Bun. Restoran aja kalah!”

“Alah alah bisa banget kalian tuh, biar dimasakin terus ya?”

Kali ini Thomas yang menyahut sambil cengengesan, “Bunda tau aja!”

Setelah teman-temannya duduk, Kautsar baru menghampiri sang ibunda dan merangkulnya, “Makasih ya, Bun. Maaf ngerepotin Bunda.”

“Ah engga, Kakak kan tau Bunda suka banget masak-masakin begini. Sering-sering dong Kak Kocal pulang, Bunda kangen nih.”

“Iya bun…” ujar Kautsar lalu duduk di kursi kosong ketika Bunda nya pergi ke ruang tamu, “Iyain aja dulu. Bener atau engganya belakangan.” Yang sedang makan pun saling lirik-lirikan mendengar celetukan Kautsar.

“Ngomong aja ngomong gak usah lirik-lirikan gitu.”

Semua anak huru-hara itu paham sama keadaan rumah Kautsar yang sebenarnya. Dulu, waktu awal-awal memutuskan untuk ngontrak rumah bareng, pernah ada malam dimana mereka jujur-jujuran alesan ingin pergi dari rumah.

Mulai dari Yoriko yang emang mau tinggal sendiri biar lebih bebas, Erica yang gak betah dirumah karena kesepian, Bisma yang memang ngerantau dari Bandung, Thomas yang ngerantau dari Surabaya, dan Herjuno yang emang pengen aja ikutan ngekos biar gak fomo.

Kautsar itu yang paling terakhir cerita. Karena pada dasarnya emang gak terbiasa untuk terbuka tentang perasaanya. Tapi karena teman-temannya itu ngeyakinin dan dia sadar kalau mereka itu pendengar yang baik, akhirnya sang anak tengah pun cerita.

Hal itu membuat semuanya jadi sedih. Karena mereka gak pernah ngira kalau sosok kalem yang selalu terlihat baik-baik aja tuh mendem masalah seberat itu. Tapi karena cerita itu juga semua ngerti kenapa Kautsar jadi orang yang punya sifat people pleaser, dan gak jarang bersikap seolah rem nya biar sahabat mereka itu gak terlalu baik sama orang.

“Ya kita bingung aja kalo lo udah mengarah kesitu respon nya harus apa…”

“Yaelah itu celetukan doang, gak usah dipikirin.”

Topik pembicaraan pun berganti, dari mulai kuliah, urusan rumah, organisasi, sampai gossip kampus.

“Tapi katanya dia emang suka celap celup anjir!” Seru Thomas yang menjadi sumber gossip dengan semangat.

“Oreo kali celap celup!” Sahut Herjuno sambil melempar tisu bekas pada sahabatnya, “Lagian biarin aja sih, ngapain ngurusin masalah selangkangan orang.”

“Selangkangan sendiri gak ada yang ngurusin soalnya.” Tambah Bisma dan semuanya tertawa.

Ditengah perbincangan mereka, Kamya yang baru pulang sekolah pun berjalan mendekat kearah meja makan, “Loh rame ya?”

“Hai Kamya, baru pulang?” Sapa Erica diikuti oleh yang lain.

“Iya kak, tadi abis eskul.”

“Makan sini Kamya, kita udah selesai kok…” Bisma hendak berdiri dari tempat duduknya namun adik sahbatnya itu menggeleng, “Gak usah kak gapapa, tadi ada konsumsi soalnya temenku ulang tahun. Aku cuma mau ngambil paket aja kok.”

“Itu yang di meja tadi paket kamu? Kakak pindahin ke rak situ.” Tanya Kaustar sambil menunjuk rak dekat meja makan. Saat Kamya mengangguk ia pun kembali bertanya, “Beli apa?”

“Album NCT. Aku ikut pre-order terus baru sampe.”

“Oh adekku juga demen tuh, aku pengen beliin buat dia deh, itu berapaan ya Kamya?”

Kamya yang lupa harganya pun berpikir keras. Pasalnya, ini benar-benar dipesan dan dibayar oleh Nabastala. Ia hanya numpang nama dan alamat aja, “ehm… kurang tau sih kak, ini aku dibeliin soalnya…”

“Cie dibeliin siapa tuh,” ledek Herjuno sambil senyum menggoda, “Pacar ya?”

“Engga kok kak, bukan pacar…”

Kautsar pun tersadar siapa yang kemungkinan memberikan hadiah itu pada sang adik, “Itu sogokan dari Abas?”

Kamya yang terkejut kakaknya tau pun membelalakan mata, “Eh bukan kok…”

“Yakin mau bohong lagi? Kamya udah bohong sama Kakak soal tanda tangan itu loh. Kakak tau…”

Kamya pun tersenyum malu karena sudah ketawan, “ehehe iya kak… maaf ya…”

“Kamu dapet apa aja?”

“Album sama photo card kak.”

“Photo card apa?”

“Jisung yang yearbook.”

Sebagai penikmat musik korea juga, tentu saja Kautsar tau apa yang dibicarakan adiknya. Dan walaupun gak terjun ke dalam dunia perkertasan dia juga tau kalau harga jual pc NCT itu memang cukup menguras dompet.

“Seneng kamu?”

“SENENG BANGET!” Melihat kakaknya itu tidak menunjukan tanda-tanda ingin marah ia pun tersenyum, “Ini paketnya berat banget, kayaknya Kak Abas beliin semua versi nya deh.”

“Anjir niat banget itu si Kebas!” Thomas pun ikut nimbrung, “satunya 300an lebih kan?”

“Anjir tanda tangan lo harganya jutaan, Sar. Artis lo?” Ujar Herjuno makin ikut kompor.

“Berisik!” Kautsar menatap teman-temannya sebal untuk sesaat lalu beralih pada adiknya, “Bilang makasih sama Abas.”

“Iya udah kok.”

“Bilang lagi kan sekarang barangnya udah sampe.”

“Oke Kak Kocal, aku taruh ini ke kamar dulu ya. Kakak-kakak aku duluan ya.”

Setelah mengucapkan perpisahan dan kepergian Kamya, semua perhatian kini berpusat pada Kautsar, “Apa?”

“Itu si Kebas beneran se-all out itu?”

“ABAS!” Seru semuanya bersamaan, membuat Thomas kaget, “Iya iya astaga…”

“Tapi Abas emang begitu gak sih dari dulu?” Yoriko kini nimbrung, “Kalo sama temen royal. Apalagi sama Kautsar!”

“Itu gue setuju sih. Lo liat aja effortnya, udah bukan nyenengin lo lagi tapi keluarga lo.”

“Itu buat keuntungannya dia sendiri.”

“Lo pikir dia butuh ngelakuin itu buat bikin Kamya bantu dia?” Tanya Herjuno lagi, “Gue yakin adek lo udah nolak tapi dia maksa.”

Kautsar lagi-lagi sebal ketika Herjuno dan mulut ceplas ceplos nya benar. Kalau boleh jujur, pemikiran tersebut sudah ada dikepalanya sedari tadi, tapi ia hanya tidak mengutarakannya.

Yoriko yang duduk di dekat Kautsar menepuk bahu sahabatnya itu, “Gue gatau sih apa yang buat lo gak temenan lagi sama Abas, karena gue yakin cuma bukan permasalah BC waktu itu doang. Tapi apapaun itu, apa lo yakin Abas yang dulu sama sekarang itu masih sama? Apa lo serius gak kepikiran buat ngasih dia kesempatan lagi?”