— TERKEJUT

Jakarta, 16.00—

Nabastala itu badut tongkrongan. Kerjaannya nurutin mau kakak kelasnya dan dia suka dapet perhatian mereka yang ketawa dan terhibur sama hadirnya dia. Biasanya, kalo ngelawak macam lenong itu dia bakalan ditemenin Herjuno, Banyubiru dan Cairo.

Seperti saat ini, alumni mereka meminta keempatnya jadi rapper. Lagunya bebas, tapi yang paling keren bakalan dapat sebungkus rokok. Tentu saja sebagai oknum gatau malu dan remaja perokok ini adalah kesempatan yang besar. Tapi kali ini Banyu gak ikut nongkrong, jadi hanya tiga cecunguk sisanya lah yang bertingkah.

Cairo mulai dengan ngerap lagu smash I heart You dengan gaya sok keren dan topi sma nya yang dimiringin, “Hatiku rasakan cinta, yang buat ku salah tingkah I know you so well, you know me so well, you heart me girl, I heart you back~” dan pecahlah tawa mereka semua.

Waktu giliran Herjuno, laki-laki itu menyanyikan bagian Bastian di lagu Kamu nya Coboy Junior, yang lagi-lagi mengundang tawa satu tongkrongan, “Yeah, Cuma kamu, Cuma kamu yang bisa membuatku, Tidur tak tentu memikirkanmu pujaan hati, oh kamu cantik sekali!”

“Oke boleh-boleh, ayo Abas sekarang nih. Apa gebrakannya terakhir?” ujar salah satu alumni yang dikenal sebagai ketawa angkatan pada masanya.

Jadi yang terakhir (dan biasanya harus jadi yang punya gebrakan paling lucu) gak meddrfmbuat Nabastala takut. Karena ya emang hidupnya penuh dengan gebrakan.

Nabastala berdeham lalu sok-sok meregangkan tubuhnya bak mau memulai tinju. Hal tersebut membuat semuanya bersorak riuh menunggu kebodohan apalagi yang akan dilakukan pentolan Bumantara itu.

“Seekor kera, terkurung, terpenjara dalam gua Di gunung tinggi, sunyi tempat hukuman para dewa, Bertindak sesuka hati loncat ke sana ke sini, Hiraukan semua masalah di muka bumi ini~”

“ANJING ABAS!”

“BANGSAT EMANG NIH ORANG!”

“KERA SAKTI DONG SIALAN!”

“Dengan sehelai bulu dan rambut dari tubuhnya, Dia merubah, menerpa, menerjang segala apa yang ada, Walau halangan, rintangan semakin panjang membentang, Tak jadi masalah dan takkan jadi beban pikiran~” abas kemudian naik ke meja yang ada disana lalu berseru, “ SEMUANYA!”

Mereka yang dulunya menonton pun ikut berseru dan saling berbalas dengan Nabastala, “Kera sakti…”

“Tak pernah berhenti bertindak sesuka hati!”

“Kera sakti…”

“Menjadi pengawal mencari kitab suci!”

“Kera sakti…”

“Liar, nakal, brutal membuat semua orang menjadi gempar!”

“Kera sakti…”

“Hanya hukuman yang dapat menghentikannya Walau halangan rintangan membentang Tak jadi masalah dan tak jadi beban pikiran!”

Semua bertepuk tangan sambil masih tertawa waktu Nabastala selesai bernyanyi. Bahkan sedari tadi Arshaq sudah merekam adegan tersebut untuk disebarkan waktu kawan-kawannya itu ulang tahun.

Bertepatan dengan selesainya Nabastala, Kautsar dan Dhifa datang beriringan masuk ke dalam tongkrongan dan menyalami semuanya satu persatu sebagai tradisi.

“Eh siapa nih sar?”

“Anak baru angkatan gue bang, sepupunya kak gea.”

“Gea nya Krisna?”

“Iya bang.”

Lalu gantian sekarang Dhifa yang tersenyum, “Halo bang, kak, salam kenal saya Dhifa.”

“Eh gausah kaku-kaku santai aja,” jawab alumni mereka sedangkan Dhifa hanya mengangguk-angguk saja.

“Dhif, lo kan tinggi nih. Gak mau coba ikut basket?” Nah kalo yang ini kakak kelas mereka yang lebih tua satu tahun dan kebetulan kapten tim basket, “Latihannya setiap selasa kamis.”

“Oh iya bang siap. Di sekolah lama emang main basket juga soalnya.”

“Nah mantep nih! Biasanya sekarang-sekarang lagi musim cup juga soalnya. Kalo lo mantep bisalah ikutan.”

Mendengar hal itu Nabastala tersenyum, ini orang kurangnya apa ya?

Sepanjang nongkrong kali ini, Nabastala sudah tidak lagk seheboh yang tadi. Maklum emang niatnya mau jaim sekaligus merhatiin Dhifa dalam diam.

“Bas bagi rokok bas!” Arshaq tidak lagi menunggu persetujuan Nabastala dan langsung mengambil rokoknya.

“Eh bangsat gue belom bilang iya kontol!” Seru Nabastala sambil menempeleng kepala sahabatnya itu.

Dhifa yang mendengar hal tersebut menoleh sedikit terkejut dengan umpatan kasar yang keluar dari mulut Kautsar.

“Eh sorry.” Lelaki itu refleks meminta maaf. Dalam hati ia merutuki diri sendiri. Ah bangsat, minus dah gue dimatanya dia.

Kautsar, Arshaq, Cairo dan Herjuno saling berpandangan lalu tertawa.