— THE PARTY

Jakarta, 23.00—

CW : Alcohol and slight🔞🔞


Nabastala memperhatikan sosok yang berdiri tidak jauh darinya dalam diam. Semenjak kedatangan sosok itu, fokusnya sudah tidak lagi berada pada acara. Melainkan pada Kautsar Perkasa Gautama yang kini sedang berbincang dengan beberapa tamu yang datang.

Lelaki itu terlihat sepuluh kali lebih hot dan seksi dari biasanya. Iya kalian gak salah baca. Sosok yang biasanya Nabastala asosiasikan dengan tampan, berwibawa, dan kata-kata pujian dengan konotasi baik lainnya itu berganti rupa.

Selama sadar kalau dirinya kini memiliki perasaan pada sang sahabat lama, baru kali ini Nabastala merasakan hal selain kekaguman dan rasa suka yang begitu dalam.

Malam itu, sang anak bungsu terpancing nafsunya. Karena bukan hanya wajah serta gerak-geriknya saja yang ia perhatikan. Namun lekuk tubuh sang sahabat lama, dan bagaimana baju serta celana pas badan yang dipakai Kautsar itu memperjelas tubuh indah lelaki pujaanya itu.

Mau pegang. Itu hal yang dari tadi terputar pada kepala Nabastala. Bagian mana? Udah gak usah ditanya. Dia sendiri malu ngakuinnya.

“Hai Bas, kok diem aja sih? Biasanya heboh!” Nabastala mendongak ketika mendengar suara familiar menyapanya. Yoriko, yang entah bagaimana masih terlihat cantik dalam balutan gaun rumah sakit jiwanya.

“Iya lagi istirahat…” jawab Nabastala yang tentu saja penuh kebohongan, “Lo sendiri kenapa disini?”

“Sama sih mau istirahat juga.”

“Cowok lo?”

“Si Dhifa lagi diajakin main beer pong. Gak kelar-kelar jadi males gue nontoninnya.”

Nabastala mengangangguk-angguk mengerti. Sebenernya dia ingin kembali memperhatikan Kautsar, namun karena Yoriko kini mengajaknya bicara jadi niat tersebut ia urungkan.

“Kayaknya Thomas juga udah ngaco deh, soalnya tadi— eh itu Cia ngapain deh?” Pandangan mata yang semula menatap teman lamanya itu pun beralih mengikuti arah pandang sang gadis didepannya.

Kini matanya menangkap sosok wakil ketua departemennya itu bergelendotan manja di tubuh sang buah hati, “Ngapain deh itu gelendotan?”

“Oalah paling pura-pura mabok,” ujar Yoriko sambil menyesap minumannya dengan santai, “kebaca banget itu gerak geriknya.”

“Itu Kautsar nya kok diem aja?”

“Ya mungkin dia kira Cia beneran mabok kali? Gue juga—”omongan Yoriko terpotong saat gadis itu membaca notifikasi pesan pada ponselnya, “Eh sorry Bas, kata Juno laki gue mulai ngaco nih. Gue samperin dulu ya?”

“Oh iya silahkan…” ditinggal sendiri membuat emosi Nabastala yang semulanya coba ia tahan pun membuncah. Sialan nih cewek deket-deket sama punya gue!

Entah karena bodoh, nekat, cemburu atau ketiganya. Ia pun kini beranjak dari kursi untuk menghampiri Kautsar dan Teressia. Tidak lupa jalannya ia pura-pura bikin sempoyongan seolah dirinya mabuk.

Sampai didekat keduanya, Nabastala pun mulai melancarkan aksi dengan pura-pura tersandung. Benar saja, Kautsar yang sempat melihat hal tersebut pun refleks menahan tubuhnya, “Eh bas bas, lo gapapa?”

Nabastala menyipitkan mata seolah-olah tidak sadar siapa yang menahannya, “Eh Kautsar, sorry Sar gue pusing banget nih makanya agak linglung.”

“Lo minum banyak banget ya pasti?”

Kini ia memajang wajah cengengesan seolah tertangkap basah, “Dikit kok…”

“Alah,” Kautsar berdecak, “Lo mau kemana sih emang?”

“Ke toilet Sar, gue kayaknya mau mun—” ia pun pura-pura sedang menahan muntah yang ingin keluar, membuat lelaki didepannya itu semakin panik, “Eh eh jangan disini, ayo gue anterin ke toilet…” Kautsar pun pamit pada Teressia yang terlihat kesal dan menuntun Nabastala ke toilet.

Eh bangsat orang gue gamau muntah, ini gimana dong? Asikin aja kali ya?

“Ayo Bas, kalo mau muntah disini aja gapapa, tapi buka dulu itu onsie nya biar gak ribet…”

Ia pun mengikuti perintah untuk mencopot onsie lalu menunduk untuk pura-pura muntah sampai akhirnya malah memeletkan lidah sambil tertawa meledek, “huwleee kamu ketipu aku gamau muntah.”

“Hah?”

“Bercanda doang gue gak beneran mau muntah… hehe…”

“Anjing?” Kautsar menatapnya bingung, “Terus lo ngapain begitu?”

“Mau nyelamatin lo dari Cia aja. Tadi dia kan lagi modus.”

“Astaga…” Kautsar menggeleng-gelengkan kepala tak habis pikir, “Bisa-bisanya lo…”

Keduanya kemudian tertawa untuk beberapa saat sebelum akhirnya kembali hening.

Kini di pencahayaan yang bagus dan jarak yang tidak begitu jauh, Nabastala dapat melihat Kautsar dengan jelas. Tapi tentu saja hal itu lebih membahayakan kesehatan jangungnya.

Yang semulanya hanya di wajah, pandangannya pun kini bergerak ke bagian bawah milik sang sahabat lama yang benar-benar ia bisa lihat lekukannya.

Anjir, gede banget itu kayaknya…

“Bas? Hey?”

Teguran itu membuat Nabastala tersadar dari lamunannya. Kini matanya bertemu dengan milik Kautsar yang sedang menampilkan ekspresi bingung, “ya?”

“Lo tiba-tiba ngelamun, kenapa?”

“Gue…”anjir ngomong apa ya? Masa gue jujur gue ngeliatin tititnya?

“Lo?”

“Gue…” tapi ya kan kapan lagi ngeliat dia begini? Terus dari jarak yang sedeket ini lagi.

“Iya lo kenapa?” Tanya Kautsar yang mulai terlihat khawatir.

Lagi-lagi gak tau bodoh atau nekat, Nabastala mendapat keberanian yang datang entah dari mana. You know what? Fuck it. Go big or go home, “Sar, lo mau gue sepong gak?”