“ADA apa nih video call?” tanya Alam saat Guntur meneleponnya ketika Alam hendak keluar dari unit apartemen barunya.
“Surprise!!” teriak mereka di sana. Guntur, Evans, dan Daresh ternyata sedang bersama-sama di sebuah cafe.
“Astaga, kalian lagi nongkrong bertiga?” tanya Alam sambil terus berjalan dan menekan tombol lift.
“Yoi. Kangen lo, Al. Berasa ada yang kurang,” ucap Daresh mulai dramatis. Alam hanya menjawabnya dengan tersenyum.
“Mau kemana, Al?” tanya Evans penasaran. Hari itu Alam menggunakan kaos dan celana pendek warna hitam.
“Mau nge-gym,” jawabnya. “Sorry kalau sinyalnya rada-rada, gue lagi di lift,”
“Sehat banget, ya, hidup lo. Jadi AP pasti sibuk banget, tapi masih sempetin nge-gym.” ucap Guntur di ujung sana.
“Haruslah. Gue kan sekalian persiapan buat maraton,”
“Kemana lagi nih anak?” tanya Daresh. Yang lainnya sedang sibuk menerima makanan yang telah dipesan sebelumnya.
“Borobudur Marathon,” jawab Alam. Pintu lift pun terbuka. Alam telah berada di lantai 2 tempat ruang gym berada. Ia kemudian memindai akses card-nya dan masuk ke ruangan tersebut.
“Baru aja kemarin Bali Marathon, sekarang udah mau ikut yang Borobudur,” timpal Guntur.
“Kalau Borobudur, gue ikut deh,” Evans ikut nimbrung.
“Yang bener aja lo lari,” ucap Daresh tidak percaya.
“Ikut main doang. Maraton paling 5 – 7 jam, kan? Sisanya kita bisa traveling,” jawab Evans.
Alam pun merasa ide Evans tidak buruk. Justru bagus karena sekali dayung dua tiga pulau terlampaui olehnya. Ia bisa maraton sekaligus kumpul dengan Ad Hoc Team.
“Oke juga. Gue udah booking hotelnya sih, nanti gue kirimin ke grup. Kalian nginep di hotel itu aja. Yang bikin itinerary lo, Dar.” ucap Alam sambil mulai pemanasan. “Udah dulu, ya, lanjut nanti ngobrol di grup. Enjoy your night, guys.” pungkas Alam. Telepon pun dimatikan.
Alam lalu memasukkan earbuds miliknya ke tempatnya dan menaruhnya di sebuah dudukan di samping ponselnya. Setelah dirasa cukup dengan pemanasannya, Alam lalu mulai menyalakan alat treadmill-nya. Sebenarnya ia ingin lari di sekitar taman kota. Tetapi, hari ini ia pulang kantor malam hari. Jadi, memilih memakai fasilitas gym di apartemennya sebagai solusi. Sekalian jajal apakah gym di sini worth it atau tidak baginya.
“Capt, udah, yuk!” suara seorang perempuan di belakang terdengar di telinga Alam. “Arraya, ayo, lo udah 3 jam di sini!”
Deg! Debar jantung Alam langsung berdetak cepat mendengar nama itu. Arraya. Sudah lama Alam tidak bertemu bahkan mendengar suaranya. Apakah itu Raya? Apakah itu Raya yang selama ini ia nantikan?
Alam lalu mem-pause alat treadmill-nya. Ia kemudian turun dan melihat seorang perempuan yang sedang menarik tangan seseorang yang sedang mengangkat barbel.
“Duluan aja,”
Tidak salah lagi. Itu suara Raya.
“No! I will go to the restroom now. After I come back, you must finish it!”
Perempuan itu lalu pergi meninggalkan orang itu yang masih dengan alat beratnya. Ragu. Namun, penasaran. Alam melangkahkan kakinya. Mencoba mendekati.
Orang itu memakai kaos lengan panjang berwarna putih dengan celana pendek warna hitam. Ia memakai topi warna hitam yang hampir menutupi matanya.
“Raya,” panggil Alam. Jantungnya makin berdetak cepat. Orang itu lalu menoleh. Dan benar. Itu adalah Raya.
“Hai!” sapa Alam senatural mungkin. Meski ia sedang gugup bukan main. Raya lalu berdiri kaget. “Saya Alam. Masih ingat?”
Sebuah kalimat basa-basi yang sangat basi. Tetapi, Alam tak tahu harus membuka obrolan dengan bagaimana. “Apa kabar, Raya?” Saya kangen. Untuk kalimat kedua hanya Alam ucapkan dalam hatinya.
Raya terlihat lebih kurus. Di bawah matanya—meskipun terhalang topi—Alam bisa melihat kantung mata yang menghitam. Dari sana Alam tahu bahwa 3 bulan terakhir pasti begitu berat bagi Raya. Siapa yang tak patah hati jika kegagalan pernikahan terjadi padanya?
“Kenapa bisa di sini?” tanya Raya tidak menjawab pertanyaan Alam. Tapi, setidaknya Alam tahu bahwa Raya masih ingat kepada dirinya.
“Saya pindah homebase ke SG. Di mitra internasional Atmodjo Law Firm, Parker Smith & Co.” jawab Alam sambil menampilkan senyum terbaiknya.
Raya termenung. Dia belum merespon apa-apa dan hanya menatap Alam.
“Capt, come on!”
Perempuan itu datang kembali. Tatapannya lalu bersinggungan dengan Alam. Ia kemudian berbisik ke telinga Raya. Tetapi, tak mendapat respon dari Raya.
“Come on, Honey. You need to take a rest!”
Perempuan itu kemudian menggaet lengan Raya. Dan Raya pun mengikutinya tanpa berkata apapun kepada Alam.
Honey?!
[]