setelah memutuskan sambungan telepon mereka, renjun mendapati presensi lelaki yang ia sukai persis di depan rumahnya.
tentu saja tidak dengan tangan kosong, lelaki dengan perawakan bak model amerika itu memboyong beberapa makanan siap saji untuk yang lebih mungil.
renjun memandang jevano dengan sangsi, tidak biasanya lelaki itu mau menuruti keingannya secepat ini “tumben mau”
“hm” jawabnya malas.
“gak mau peluk?” tawarnya menggoda.
“gak, masih harus jemput haechan” jevano menjawab sembari membalikkan badannya, bersiap siap pergi dari sana.
CUP
namun sebelum lelaki itu berhasil memasuki mobilnya sendiri yang lebih kecil lebih dulu menarik tangannya hingga tubuh mereka saling berhadapan sekarang dengan posisi lebih dekat bahkan lelaki rubah itu nekat melayangkan kecupan singkat pada bibir tipis jevano.
“kenapa hm?” pria aries itu memberanikan diri untuk mengusap pipi tirus yang lebih tinggi sembari mengutarakan pertanyaan yang sedari tadi menggangu isi kepalanya.
namun bak putri malu yang saat disentuh semakin menutup, sehalus itu pula jevano menolak afeksi yang diberikan renjun “gak ada apa apa”
“kamu kenapa? kamu marah aku bahas jaemin?”
hening...
“jevano jawaaaab” kata renjun sembari mengayunkan pelan tangan jevano yang masih berada dalam jangkauannya.
namun apa yang dilakukan lelaki tinggi itu semakin membuat hatinya sakit.
“ck, gak usah manja” jawab jevano sembari menghempas tangan yang lebih mungil.
namun aksi kasar yang hanya sekilas itu tidak melunturkan niat bahkan semangat renjun untuk terus bertanya kepada jevano.
ada apa dengan lelaki ini? meskipun dikenal dingin namun, lelaki taurus itu jarang sekali berperilaku kasar kepadanya.
tangan renjun tergerak menangkup kedua sisi wajah jevano yang berdiri menjulang dihadapannya.
“kenapa?” kedua tangan mungil itu mengarahkan atensi jevano agar pandangan keduanya bertemu. menyatukan dahi keduanya seraya mengerahkan tangan yang lebih tinggi untuk memeluk pinggangnya.
“kalau ada apa apa bilang, aku mana paham kalau kamu gak ada ngomong sama sekali” pinta renjun panjang lebar.
jevano mengeratkan pelukannya pada pinggang yang lebih kecil hingga presensi keduanya benar-benar menempel sekarang.
“aku gak suka.” katanya pelan.
renjun mengerinyitkan dahinya pelan sebagai tanda bahwa ia sama sekali tak mengerti dengan maksud lelaki di hadapannya ini “gak suka apa?”
“gak suka kalau kamu ngechat aku cuma buat nyariin jaemin” jawab yang lebih tinggi sembari menenggelamkan kepalanya pada ceruk leher si manis.
renjun hanya tergelak pelan, seutas senyum manis membingkai wajah cantiknya.
tangan bertanda lahir itu ia bawa agar dapat mengelus punggung lebar lelaki di dalam pelukannya ini.
“kalau gitu kamu tinggal ngomong jev, gak usah ngindar”
jevano hanya mengangguk sedangkan yang lebih kecil merenggangkan pelukan mereka, memandangi wajah satu sama lain dengan penuh binar sebelum yang lebih tinggi membawa mereka berdua ke dalam lumatan lumatan intens.
perlahan namun pasti, ranum tipis itu bergerak menyesap ranum cherry yang kini sedang bertukar saliva dengannya. seakan-akan menyalurkan emosi terpendam lewat ciuman yang mereka lakukan.
“e-eungh, jangan disini”
renjun melepaskan tautan keduanya sebelum kegiatan mereka berubah menjadi tayangan dewasa di tempat terbuka seperti ini.
jevano memandangi wajah renjun intens, menyatukan kembali kedua
dahi mereka sembari mengelus pelan pinggang ramping yang tengah direanguhnya sekarang.
“selalu manis.”
renjun terkekeh pelan, memukul pundak jevano main main atas apa yang dilontarkan lelaki tampan itu.
tidak hanya sampai disitu kini kedua insan tersebut telah sampai kedalam rumah dengan posisi jevano yang menggendong renjun.
kedua makhluk adam itu kini berada diatas sofa dengan posisi jevano yang mengungkung renjun dalam presensinya.
yang lebih kecil dengan berani mengalungkan lengannya pada leher sang dominan seraya mendorong kepala itu agar mampu mengecupi bibir tipis yang lebih tinggi dengan leluasa.
“mmhhh”
mereka bahkan memiringkan kepala ke kiri dan kanan agar dapat menikmati lumatan lumatan itu lebih dalam dan intens.
tangan jevano tak hanya tinggal diam, tangan yang dihiasi dengan urat urat menonjol itu bergerak menggerayangi tubuh renjun hingga pria aries itu hampir kehilangan akal sehatnya.
“really? sofa?” tanya renjun, tak lupa melepaskan tautan mereka sebentar.
jevano tidak menggubris, lelaki itu sibuk melepaskan semua busana yang menutupi tubuhnya hingga topless dihadapan renjun sekarang.
tubuh kekar itu dengan serentak kembali menunduk guna membawa renjun dalam tautan yang tadi sempat terlepas.
“e-unghh”
tubuh renjun bergetar, ia terangsang sekarang oh gosh.
jevano sungguh seorang good kisser. tangannya ia bawa untuk menyentuh belakang kepala lelaki diatasnya ini sambil sesekali menjambaknya jika dirasa jevano terlalu kuat mengigit bibirnya.
lelaki dengan tinggi 177 cm itu bangun terlebih dahulu, membiarkan renjun yang sedang menggerayangi tubuhnya mengerinyit pelan.
“no foreplay, how? aku udah gak tahan, serius”
renjun terlihat berpikir, jika tidak melakukan foreplay maka ia akan kesakitan. namun ia tak mungkin menyiksa jevano lebih lama.
“up to you mr.aksara, im all yours”
mendengar kalimat terakhir dari bibir sang lawan, tangan jevano dengan cepat membuka busana bagian bawah yang dikenakan oleh renjun ;
sebuah ripped jeans hitam dengan sobekan kecil di beberapa sisi celananya. sangat menggoda, bahkan saat mengenakan jeans pun badan ramping renjun tercetak sangat jelas, candu.
“pelan-pelan aja, aku gak kemana mana jevano”
laki laki itu hanya mengangguk. setelah melepas ripped jeans yang dikenakan renjun, lelaki tangguh itu membawa kaki jenjang yang lebih mungil untuk dikecupi pelan mulai dari mata kaki hingga pangkal paha.
“aaah” renjun mendesah pelan, merasakan bagaimana bibir tipis itu dengan lincah memainkan lipatan pahanya hinga ia pengar sendiri.
jevano menenggalamkan kepala mungilnya pada selangkangan renjun. yang lebih kecil mengulurkan kedua tangannya untuk mengusap surai jevano pelan.
“kalau gak mau rimming, kita bis—ahh” belum sempat menyelesaikan perkatannya, renjun dikejutkan dengan benda lunak nan basah yang kini tengah bergerak menjilat analnya perlahan.
“jevanoohh, kotorhhhh”
namun seakan tuli, yang diteriaki malah semakin memperdalam sesapannya pada anal si mungil.
bunyi kecipak kotor menemani kedua insan yang tengah berada di mabuk cinta ini, cinta eh?
merasa cukup dengan foreplay yang diberikan oleh lidahnya sendiri, jevano menegapkan tubuhnya. mengocok perlahan penisnya hingga cairan precum nya keluar sedikit demi sedikit.
saat dirasa cukup, jevano mempersiapkan penisnya di depan lubang anal renjun.
menundukkan badannya agar sejajar dengan yang lebih kecil. memerintahkan renjun agar mencakar atau menjambak bagian tubuhnya jika merasa sakit saat ia memasukkan kebangganya kedalam lubang lelaki itu.
JLEB
“aaah” renjun mendesah pelan saat merasa ada benda tumpul yang seakan seakan merobek lubangnya dari luar.
“oooh, so tight” lain dengan jevano, lelaki itu justru merasakan nikmat yang teramat sungguh padahal ini baru kepalanya saja.
“jangan gerak dulu, bentar” renjun menjawab, atensinya ia bawa agar mampu berhadapan dengan jevano.
selalu sama, ia selalu merasa berdebar saat berada dekat dengan lelaki ini. hal apapun yang mereka lakukan bersama selalu sukses mambuat jiwanya bergetar, menginginkan lelaki ini lebih dari siapapun.
tangannya yang mungil terayun menyentuh wajah bak dewa diatasnya ini, lelaki kecil itu tersenyum pelan saat jevano menciumi telapak tangannya dengan lembut.
“move”
jevano mengangguk, lelaki itu memasukkan penisnya dengan tempo pelan agar renjun tidak merasa kesakitan.
di menit-menit awa tempo tusukan lelaki dengan marga aksara itu terkesan pelan dengan alasan ingin menghargai lawan bercintanya, tidak ingin menyakiti renjun lebih jauh.
namun makin kesini tempo tusukannya semakin tek beraturan. renjun yang berada dibawah kungkungan lelaki itu hanya mampu menampakkan raut pasrah dengan tusukkan jevano yang semakin kesini terasa semakin brutal seakan siap menghancurkan lubang analnya kapan saja.
“aaah pelanhhh, aku gak kemana mana vanooh” desah renjun pasrah, sungguh jevano sepertinya meminum suplemen kuat untuk lelaki. tenaganya saat bercinta tak dapat diragukan.
“anjinghhhh lo sempit bangethhh”
yang dipuji hanya dapat menyembunyikan senyumannya. jelas dia harus selalu sempit, agar jevano tak mampu berpaling bahkan pada haechan yang notabenenya adalah pacar jevano sekalipun.
lelaki dengan zodiak taurus tak tinggal diam selagi penisnya bekerja dibawah sana, bibirnya dengan lincah bergerak menyesap puting si manis hingga membengkak.
“aaah, jangan digigithhhh”
jevano dengan sigap melepaskan sesapannya pada puting yang lebih kecil, mengangkat wajahnya sebentar hanya untuk menikmati pemandangan indah dibawahnya ; wajah pasrah renjun dipadukan dengan dadanya yang telah membengkak bahkan memerah.
“udah aku bilang jangan gigit, putting aku sakit jevanoo!” protes renjun sembari memukul pelan dada bidang jevano yang sedan terkekeh diatasnya.
namun bagai angin lalu ucapan renjuntak digubris sama sekali, leaaki diatasnya itu lebih memilih untuk mengejar orgasmenya yang akan tiba sebentar lagi.
aahhhh cumhhh
aaah jevanoooh
lima tusukan terakhir jevano benar-benar menyemburkan laharnya di dalam lubang si manis. renjun berjengit pelan ketika merasa lubang dan perutnya terasa hangat—penuh.
butuh beberapa waktu untuk keduanya kembali menjemput kesadaran setelah proses bercinta yang tidak bisa dibilang sebentar itu.
yang lebih kecil mendekap tubuh yang lebih tinggi, mengecupi pelan punggung lawan bercinta nya.
sendangkan yang diciumi punggungnya tidak kalah romantis dengan membubuhkan kecupan seringan kapas pada tulang selangka yang lebih tua beberapa bulan sebagai tanda terimakasih karena telah melayani nafsunya untuk kesekian kali.
“thankyou” ucap Jevano tulus.
renjun hanya mengangguk, memperat dekapannya pada tubuh jevano,
tidak ingin waktu ini berlalu dengan cepat. walaupun sebenarnya ia tahu bahwa dirinya tidak lebih dari seorang pelayan nafsu bagi jevano sekarang.
bisakah? bisakah ia berharap lebih terhadap lelaki ini?