poseidoonss

Setelah membaca pesan dari Leigh lelaki dengan marga adiputra itu bergegas menyambangi ruangan yang ditempati oleh sang kekasih,

Tungkai panjangnya ia bawa hingga tiba pada ruangan dengan name tag ‘mutiara 3

Di dalam sana terdapat sahabat yuka, anaka dan juga sahabat karibnya, Leigh.

“Kondisinya lumayan parah, goresannya panjang banget hampir kena ujung nadi” jelas leigh panjang lebar

Sedangkan anaka, lelaki itu hanya terus menangis memandangi kondisi sang sahabat yang dapat dikatakan cukup memprihatinkan.

Yuka, lelaki kecil yang tengah terbaring di ranjang rumah sakit itu terlihat damai saat memejamkan matanya.

Seakan akan dunia dan semesta sedang berpihak padanya.

Semua luka, semua rasa sakit yang disebabkan oleh siapa saja ditanggung pria 23 maret itu dengan sepenuh hati tanpa pernah mengeluh bahwa batinnya berteriak meminta tolong.

Nayaka memberanikan dirinya mendekat ke arah ranjang yuka, melihat bagaimana lengan indah itu yang tadinya mulus tanpa luka dan cela sekarang terlihat menyedihkan dengan beberapa goresan merah pekat.

Tangan lelaki leo itu gemetar, menyadari bahwa sekarang adalah situasi terberat dalam hubungan mereka.

Kini, bukan hanya masalah restu tapi juga kesembuhan bagi jiwa ryuka.

Tangan yang lebih kecil digenggam dengan penuh perasaan, diciumi dengan penuh cinta seakan akan jika dilepaskan maka yang sedang tertidur akan pergi untuk selamanya.

“Nyenyak? tidurnya tenang? tolong ingat aku, tolong bangun untuk aku.”

Detik itu juga, apa yang selama ini ditahan akhirnya luruh.

Air mata lelaki itu sungguh menggambarkan kesedihan disertai pilu membara.

Rasa takut kehilangan yang terlalu dalam membuat dirinya lemah.

“Kalau kamu pergi, aku harus apa? aku harus hidup sama siapa?”

Sekali lagi, luapan emosi yang tidak bisa ditahan. semua rasa sakit, semua pengorbanan mereka selama ini…

Nayaka tahu mereka harus membayar mahal untuk cinta keduanya yang ditentang semesta tapi, apakah dunia sebegini jahatnya?

Sakit. sakit rasanya hingga terlalu sulit untuk digambarkan dengan kata kata.

“Kita pernah buat janji, kalau kamu pergi aku juga. Kamu tega? tinggalin mas sendiri bukan pilihan yang bijak adek.”

Batin lelaki adiputra itu sungguh terluka melihat pujaan hatinya begini.

Apakah pantas manusia setulus ryuka merasakan semua ini? rasanya tidak adil. Mereka berdua sama sama berjuang namun hanya Ryuka yang merasakan sakitnya.

“Tolong jangan berjalan terlalu jauh, aku ada disini. Aku selalu disini kalau kamu mau pulang.”

“Dunia jahat ini…kita hadepin bareng bareng ya?”

Pinta pria itu dengan sungguh, jika rumahnya bukan Ryuka lagi maka sebaiknya ia juga ikut pergi…

“Aku gak akan pernah jatuh hati sama siapapun kalau itu bukan kamu.”

“Karena untuk mas, sealamanya cinta gak akan pernah berarti kalau jawabanku bukan kamu.”

Bagi nayaka, dunianya hanya berporos pada ryuka. Jika lelaki itu pergi lantas apa yang harus ia perjuangkan dalam dunia keji ini? tidak ada.

Berulang kali nayaka menegaskan pada dirinya sendiri, pulangnya adalah Ryuka.

Jawaban dari setiap mimpi buruknya adalah Ryuka.

Penantian berharganya atas nama cinta adalah lelaki aditama yang sekarang tengah terbaring lemah pada bangkar rumah sakit tersebut.

Sekali lagi, nayaka tidak akan pernah menaruh hati pada siapapun jika jawabannya bukan Ryuka Aditama.

TW : act of self harm, cutting, forbidden act, mental health issues, anxiety ⚠️

Ryuka merasakan udara disekitarnya menguap begitu saja, sesak.

Melihat pesan terakhir yang dikirimkan oleh ayah nayaka rupanya cukup membuat dirinya terluka.

Tidak, ia sangat terluka.

Ryuka paham dia bukanlah siapa siapa, bahkan binatang pun mungkin sulit memperhatikannya tapi apakah salah? salah jika ia menginginkan orang yang ia cintai?

Lelaki aries itu sadar ia tak memiliki apapun, harta, kecantikan seperti para submissive lainnya, atau tubuh indah nan ramping yang dimiliki para wanita cantik diluar sana.

Ryuka hanyalah satu dari sekian manusia yang menderita karena jeratan perasaannya sendiri.

Kadang ia berpikir apakah yang ia lakukan sudah pada porsinya atau belum.

Jika lebih maka akan ia kurangi, jika kurang maka lelaki mungil itu akan bekerja keras.

Membaca rentetan kata dari ayah nayaka membuat tulangnya melemas seakan tak mampu menopang diri sendiri.

korban gangbang”

“miskin”

“apakah kamu pantas?”

“sepercaya diri apa kamu?”

Ryuka menghela napas pelan, rasanya semakin sesak, nafasnya tercekat. tenggorokannya tersendat kaki tangannya bahkan merasakan jamahan suhu lebih rendah dari biasanya.

Tangan kirinya terangkat menjangkau sebuah cutter dekat nakas,

Dengan berani, tanpa pikir panjang, tanpa memikirkan perasaan siapapun yang akan merasa kehilangan dan sedih...

Lelaki mungil itu meggoreskan cutter sepanjang lengan hingga ujung nadinya hingga tercipta garis horizontal yang membentang menghiasi lengan mungilnya disandingi dengan cairan merah pekat yang mengaliri tangannya hingga lelaki itu nyaris kehilangan kesadarannya.

Tapi sebelum ryuka benar benar tak berdaya tangan kirinya terulur mengambil handphonenya yang sedari tadi berbunyi menampilkan notifikasi dari orang yang paling ia sayangi, nayaka.

Jari jari itu dengan gemetar mengetikan beberapa kata kepada nayaka.

Ryuka hanya takut, jika ini adalah akhirnya maka nayaka harus tahu.

Lelaki adiputra itu harus tahu sekalipun ryuka pergi, rasa cinta ini akan ia bawa tenang bersamanya.

Walaupun nantinya mereka akan berbeda, menjadi manusia yang sudah tidak bisa menjangkau satu sama lain, menjadi makhluk yang pernah saling cinta meski pada akhirnya perpisahan adalah jalan terbaik.

Pepatah itu benar, tidak semua perasaan harus bersama pemiliknya.

Begitupun mereka, saling mencintai walaupun pada akhirnya tidak saling memiliki.

TW : act of self harm, cutting, anxiety ⚠️

Ryuka merasakan udara disekitarnya menguap begitu saja, sesak.

Melihat pesan terakhir yang dikirimkan oleh ayah nayaka rupanya cukup membuat dirinya terluka.

*Tidak, ia sangat terluka*.

Ryuka paham dia bukanlah siapa siapa, bahkan binatang pun mungkin sulit memperhatikannya tapi apakah salah? salah jika ia menginginkan orang yang ia cintai?

Lelaki aries itu sadar ia tak memiliki apapun, harta, kecantikan seperti para submissive lainnya, atau tubuh indah nan ramping yang dimiliki para wanita cantik diluar sana.

Ryuka hanyalah satu dari sekian manusia yang menderita karena jeratan perasaannya sendiri.

Kadang ia berpikir apakah yang ia lakukan sudah pada porsinya atau belum.

Jika lebih maka akan ia kurangi, jika kurang maka lelaki mungil itu akan bekerja keras.

Membaca rentetan kata dari ayah nayaka membuat tulangnya melemas seakan tak mampu menopang diri sendiri.

“*korban gangbang*”

“*miskin*”

“*apakah kamu pantas?*”

“*sepercaya diri apa kamu?*”

Ryuka menghela napas pelan, rasanya semakin sesak, nafasnya tercekat. tenggorokannya tersendat kaki tangannya bahkan merasakan jamahan suhu lebih rendah dari biasanya.

Tangan kirinya terangkat menjangkau sebuah *cutter* dekat nakas,

Dengan berani, tanpa pikir panjang, tanpa memikirkan perasaan siapapun yang akan merasa kehilangan dan sedih...

Lelaki mungil itu meggoreskan cutter sepanjang lengan hingga ujung nadinya hingga tercipta garis horizontal yang membentang menghiasi lengan mungilnya disandingi dengan cairan merah pekat yang mengaliri tangannya hingga lelaki itu nyaris kehilangan kesadarannya.

Tapi sebelum ryuka benar benar tak berdaya tangan kirinya terulur mengambil handphonenya yang sedari tadi berbunyi menampilkan notifikasi dari orang yang paling ia sayangi, nayaka.

Jari jari itu dengan gemetar mengetikan beberapa kata kepada nayaka.

Ryuka hanya takut, jika ini adalah akhirnya maka nayaka harus tahu.

Lelaki adiputra itu harus tahu sekalipun ryuka pergi, rasa cinta ini akan ia bawa tenang bersamanya.

Walaupun nantinya mereka akan berbeda, menjadi manusia yang sudah tidak bisa menjangkau satu sama lain, menjadi makhluk yang pernah saling cinta meski pada akhirnya perpisahan adalah jalan terbaik.

Pepatah itu benar, tidak semua perasaan harus bersama pemiliknya.

Begitupun mereka, saling mencintai walaupun pada akhirnya tidak saling memiliki.

Roses

TW // acts of self harm ⚠️ anxiety.

Ryuka merasakan udara disekitarnya menguap begitu saja, sesak.

Melihat pesan terakhir yang dikirimkan oleh ayah nayaka rupanya cukup membuat dirinya terluka.

Tidak, ia sangat terluka.

Ryuka paham dia bukanlah siapa siapa, bahkan binatang pun mungkin sulit memperhatikannya tapi apakah salah? salah jika ia menginginkan orang yang ia cintai?

Lelaki aries itu sadar ia tak memiliki apapun, harta, kecantikan seperti para submissive lainnya, atau tubuh indah nan ramping yang dimiliki para wanita cantik diluar sana.

Ryuka hanyalah satu dari sekian manusia yang menderita karena jeratan perasaannya sendiri.

Kadang ia berpikir apakah yang ia lakukan sudah pada porsinya atau belum.

Jika lebih maka akan ia kurangi, jika kurang maka lelaki mungil itu akan bekerja keras.

Membaca rentetan kata dari ayah nayaka membuat tulangnya melemas seakan tak mampu menopang diri sendiri.

korban gangbang

miskin

apakah kamu pantas?

sepercaya diri apa kamu?

Ryuka menghela napas pelan, rasanya semakin sesak, nafasnya tercekat. tenggorokannya tersendat kaki tangannya bahkan merasakan jamahan suhu lebih rendah dari biasanya.

Tangan kirinya terangkat menjangkau sebuah cutter dekat nakas,

Dengan berani, tanpa pikir panjang, tanpa memikirkan perasaan siapapun yang akan merasa kehilangan dan sedih...

Lelaki mungil itu meggoreskan cutter sepanjang lengan menuju ujung nadinya hingga tercipta garis horizontal yang membentang menghiasi lengan mungilnya, disandingi dengan cairan merah pekat yang mengaliri tangannya hingga lelaki itu nyaris kehilangan kesadarannya.

Tapi sebelum ryuka benar benar tak berdaya. Tangan kirinya terulur mengambil handphonenya yang sedari tadi berbunyi menampilkan notifikasi dari orang yang paling ia sayangi, nayaka.

Jari jari itu dengan gemetar mengetikan beberapa kata kepada nayaka.

Ryuka hanya takut, jika ini adalah akhirnya maka nayaka harus tahu.

Lelaki adiputra itu harus tahu sekalipun ryuka pergi, rasa cinta ini akan ia bawa tenang bersamanya.

Walaupun nantinya mereka akan berbeda, menjadi manusia yang sudah tidak bisa menjangkau satu sama lain, menjadi makhluk yang pernah saling cinta meski pada akhirnya perpisahan adalah jalan terbaik.

Pepatah itu benar, tidak semua perasaan harus bersama pemiliknya.

Begitupun mereka, saling mencintai walaupun pada akhirnya tidak saling memiliki.

Anxiety

Nayaka menyambut Ryuka dengan senyum begitu ia melihat presensi yang lebih kecil berjalan menuju mobilnya.

“mas, gak lama kan nunggu aku?” tanya Ryuka sembari membenarkan posisi duduknya.

“iya nggak” Nayaka menjawab tangan nya bergerak memasangkan seatbelt pada yang lebih muda tanpa rasa canggung sedikitpun.

mereka selalu seperti ini.

selalu mesra, selalu bertingkah seolah-olah belum berpisah, sekan-akan mereka masih berstatus saling memiliki untuk satu sama lain.

terkadang ryuka maupun nayaka sendiri bingung bahkan tak sadar jika mereka bertindak terlalu jauh dengan status 'mantan'. walaupun hubungan mereka telah usai belum lebih dari setengah tahun.

namun, rasanya masih sama ketika berpacaran dulu.

mari kita lupakan hal itu, di lain sisi...

ryuka merasa pasokan oksigen nya berkurang kala dirasa jarak yang lebih tua semakin dekat dengan permukaan wajahnya.

1...2...3

dan, tidak ada yang terjadi.

ryuka membuka matanya saat menyadari apa yang sedang ia pikirkan tak terealisasi sama sekali,

dasar pikiran kotor! begitu inner kecilnya.

“kamu nggak marah kan dek mas ajak keluar?” Nayaka bertanya tanpa memalingkan pandangannya dari kemudi.

“nggak lah mas, seharusnya aku yang nanya”

mereka bertatapan sebentar, menyelami netra gelap satu sama lain sebelum yang lebih muda memalingkan wajahnya terlebih dahulu.

“mbak ella tau?” tanya ryuka dengan sungkan. takut takut jika pertanyaannya menyinggung perasaan nayaka.

“nggak, lagian ini gak ada sangkut pautnya sama dia” yang lebih tua menjawab tanpa beban.

ryuka menghela napas pelan...

hendak ingin menunjukkan kegusarannya kepada sang lawan. namun, tak memiliki cukup keberanian untuk mengungkapkannya secara langsung.

————————————————

mereka berdua tiba di salah satu restoran prancis favorit nayaka saat masih berpacaran, dulu.

ryuka terhenyak sebentar merasa nayaka tak lagi berada di kursi kemudinya, kemana lelaki itu?

rasa penasaran lelaki aries itu perlahan memudar saat menemukan nayaka membuka pintu mobil untuknya.

“silahkan tuan” katanya dengan senyum manis nan lebar yang tak pernah berubah dari dulu.

“terimakasih pengawal”

dibalas dengan senyum sehangat mentari dari yang lebih muda...keduanya bahkan terkekeh pelan mendengar balasan dari yang lebih muda.

tangan nayaka terulur dengan apik menjemput tangan yang lebih mungil digenggamannya sembari berjalan memasuki venue restoran yang dapat dikatakan tak murah jika berurusan dengan nominal dan angka uang.

saat masuk kedalam restoran, keduanya duduk berhadapan. meneliti satu persatu menu yang ada disana sebelum beralih memesan beberapa hidangan ala prancis untuk mereka berdua.

“bunda...ada ngomong apa sama kamu?” yang lebih tua membuka pembicaraan tanpa malu malu.

ryuka menggeleng “nggak ada mas”

nayaka membeo, jadi? ibunya belum memberitahu ryuka sama sekali?

itu artinya... dia yang harus menjelaskan semuanya disini?

Ya tuhan, apakah ini nyata?

lelaki dengan rasi bintang leo itu terlihat berpikir keras sebelum menyampaikan apa yang ingin ia sampaikan pada pertemuan mereka kali ini.

sungguh, nayaka tidak memiliki pemikiran bahwa ia akan setakut ini.

ryuka itu bukan sembarang submissive yang akan iya iya saja saat diajak menikah secara mendadak.

yang lebih tua berdehem singkat,

ehm, dek...”

ryuka hanya mengadahkan kepalanya, pertanda bahwa ia penasaran dengan apa yang akan disampaikan oleh lelaki di depannya ini.

“kamu tau kan bunda itu—“

“permisi mas, pesanannya”

belum juga menyelesaikan satu kalimat utuh, seorang waitress datang menghampiri mereka sembari membawa beberapa pesanan kedua pria itu —membuat perkataan nayaka terpotong.

“makasih mbak”

ryuka berterimakasih kepada sang waitress sebelum menanyakan kembali apa yang ingin disampaikan oleh nayaka,

“ya mas? bunda kenapa?”

nayaka membeo, haruskah sekarang?

tapi kalau bukan sekarang kapan lagi? kapan ia akan mendapatkan kesempatan seperti ini lagi?

kesempatan untuk bertemu dan berbicara empat mata dengan ryuka.

baiklah.

nayaka akan mengatakan semuanya, sekarang.

“kamu tau kan kalau bunda itu suka sekali sama kamu? beliau juga sayaaang banget sama kamu”

ryuka lagi lagi hanya mengangguk.

“bunda...minta kamu buat jadi menantunya dek.” tutur nayaka sopan, agak malu sebenarnya ralat, tidak. ia sangat malu.

uhukk uhukkkkkk” pria mungil itu tercekat hebat. menandakan bahwa ia terkejut dengan pernyataan yang lebih tua.

apa? menikah?

Nayaka menyambut Ryuka dengan senyum begitu ia melihat presensi yang lebih kecil berjalan menuju mobilnya.

“mas, gak lama kan nunggu aku?” tanya Ryuka sembari membenarkan posisi duduknya.

“iya nggak” Nayaka menjawab sembari memasangkan seatbelt pada yang lebih muda tanpa rasa canggung sedikitpun.

mereka selalu seperti ini. selalu mesra, selalu bertingkah seola-olah belum berpisah, sekan-akan mereka masih berstatus saling memiliki untuk satu sama lain.

terkadang ryuka maupun nayaka sendiri bingung bahkan tak sadar jika mereka bertindak terlalu jauh dengan status 'mantan' walaupun hubungan mereka telah usai belum lebih dari setengah tahun.

namun, rasanya masih sama ketika berpacaran dulu.

ryuka merasa pasokan oksigen nya berkurang kala dirasa jarak yang lebih tua semakin dekat dengan permukaan wajahnya.

1...2...3

dan, tidak ada yang terjadi.

ryuka membuka matanya ketika sadar apa yang sedang ia pikirkan tidak terealisasi sama sekali,

dasar pikiran kotor! begitu inner kecilnya.

“kamu nggak marah kan dek mas ajak keluar?” Nayaka bertanya tanpa memalingkan pandangannya dari kemudi.

“nggak lah mas, seharusnya aku yang nanya”

mereka bertatapan sebentar, menyelami netra gelap satu sama lain sebelum yang lebih muda memalingkan wajahnya terlebih dahulu.

“mbak ella tau?” tanya yang lebih muda lagi.

“nggak, lagian ini gak ada sangkut pautnya sama dia” yang lebih tua menjawab tanpa beban.

ryuka menghela napas pelan...

hendak ingin menunjukkan kegusarannya kepada sang lawan namun tak memiliki cukup keberanian untuk mengungkapkannya secara langsung.

———————————————————————

mereka berdua tiba di salah satu restoran prancis favorit nayaka saat masih berpacaran, dulu.

ryuka terhenyak sebentar merasa nayaka tak lagi berada di kursi kemudinya, kemana lelaki itu?

rasa penasaran nya seketika sirna saat dirinya tersentak pelan dikala nayaka membuka pintu mobil untuk dirinya.

“silahkan tuan” katanya dengan senyum manis nan lebar yang tak pernah berubah dari dulu.

dibalas dengan senyum sehangat mentari dari yang lebih muda...

“terimakasih pengawal”

keduanya terkekeh saat mendengar balasan dari yang lebih kecil.

tangan nayaka terulur dengan apik menjemput tangan yang lebih mungil digenggamannya senbari berjalan memasuki venue restoran yang dapat dikatakan tak murah jika berurusan dengan nominal dan angka uang.

saat masuk kedalam restoran, keduanya duduk berhadapan. meneliti satu persatu menu yang ada disana sebelum beralih memesan beberapa hidangan ala prancis untuk mereka berdua.

“bunda...ada ngomong apa sama kamu?” yang lebih tua membuka pembicaraan tanpa malu malu.

ryuka menggeleng “nggak ada mas”

nayaka membeo, jadi? ibunya belum memberitahu ryuka sama sekali?

itu artinya... dia yang harus menjelaskan semuanya disini?

Ya tuhan, apakah ini nyata?

nayaka terlihat berpikir keras sebelum menyampaikan apa yang ingin ia beritahukan pada pertemuan mereka kali ini.

sungguh, nayaka tidak memiliki pemikiran bahwa ia akan setakut ini.

ryuka itu bukan sembarang submissive yang akan iya iya saja saat diajak menikah secara mendadak.

yang lebih tua berdehem singkat,

ehm, dek...”

ryuka hanya mengadahkan kepalanya, pertanda bahwa ia penasaran dengan apa yang akan disampaikan oleh lelaki di depannya ini.

“kamu tau kan bunda itu—“

“permisi mas, pesanannya”

belum juga menyelesaikan satu kalimat utuh, seorang waitress datang menghampiri mereka sembari membawa beberapa pesanan kedua pria itu, membuat perkataan nayaka terpotong.

“makasih mbak”

ryuka berterimakasih kepada sang waitress sebelum menanyakan kembali apa yang ingin disampaikan oleh nayaka,

“ya mas? bunda kenapa?”

nayaka membeo, haruskah sekarang?

tapi kalau bukan sekarang kapan lagi? kapan ia akan mendapatkan kesempatan seperti ini lagi?

kesempatan untuk bertemu dan berbicara empat mata dengan ryuka.

baiklah.

nayaka akan mengatakan semuanya, sekarang.

“kamu tau kan kalau bunda itu suka sekali sama kamu? beliau juga sayaaang banget sama kamu”

ryuka lagi lagi hanya mengangguk.

“bunda...minta kamu buat jadi menantunya dek.” tanya nayaka sopan, agak malu sebenarnya ralat, tidak. ia sangat malu.

uhukk uhukkkkkk” yang lebih kecil trcekat hebat. menandakan bahwa ia terkejut dengan pertanyaan yang lebih tua.

apa? menikah?

jevano mengedipkan matanya beberapa kali saat membaca pesan terakhir dari renjun

kamu pikir jadi aku gampang?’ begitu bunyinya.

jika dipikir bukankah mereka berdua sama sama kesulitan?

jevano yang menyembunyikan hubungan mereka berdua dibalik haechan begitupun sebaliknya,

renjun juga kesulitan terus berbohong kepada jaemin yang notabenenya sudah terlalu jatuih cinta padanya sehingga apapun yang ia katakan dipercayai begitu saja oleh pria bermarga aksara tersebut.

jevano juga tidak mau berada di dalam kondisi dan situasi seperti ini. namun apa dikata, nasi sudah menjadi bubur, semua sudah terjadi.

dia dan renjun mereka berada dalam lingkaran toxic sekarang.

jevano sendiri pernah dengan sepihak meninggalkan renjun. menghilang dari hadapan lelaki mungil itu tanpa membalas satupun pesan atau panggilan darinya.

mengabaikan segala bentuk afeksi yang lelaki mungil itu berikan secara langsung maupun tidak langsung.

jujur saja hubungan seperti ini membuat banyak pihak tersakiti, melihat bukan hanya sudut pandang yang diperhatikan menjadikan segala sesuatu menjadi lebih rancu.

saat semua potongan tyang ditemukan menjadi padu maka tidak perlu waktu banyak untuk mereka hancur bersama-sama.

maka dari itu, disini jevano sekarang. berdiri dengan tegap di depan pintu ruangan yang dihuni sepasang kekasih berumur tangguh sama sepertinya.

hendak meminta maaf sekaligus mengobati rasa rindunya pada yang lebih mungil sekaligus menyelesaikan hal yang nampaknya ambigu bagi mereka.

tok tok tok

CKLEK

pintu terbuka, disambut dengan presensi seorang lelaki mungil yang sepertinya baru saja menyelesaikan acara menangis rianya sendiri di dalam kamar tersebut.

renjun menatap jevano dengan sengit, mendandakan bahwa ia sedang tidak ingin bertemu dengan lelaki itu sekarang.

“ngapain?”

tangan jevano tergerak guna merangkul yang lebih kecil namun bagai kasih tak sampai.

belum sampai kedua lengan besar itu merangkuh tubuh dihadapannya yang lebih mungil terlebih dahulu memperbesar jarak diantara mereka.

“ck. jangan childish, selalu aja kayak gini.”

renjun mengadahkan kepalanya, menatap jevano dengan berani “kayak begini gimana maksud kamu?”

“selalu menghindar kalau ada masalah, selalu kabur, gak pernah sama sekali mau dengerin penjelasan orang” timpal jevano lurus tanpa ada yang ditutupi.

renjun hanya mampu menatap dengan nanar, setelah semua yang mereka lalui.

beginikah? beginikah balasan lelaki taurus itu kepadanya?

“kamu mau apa?” kata renjun dengan lirih.

melihat renjun yang perlahan melunak, jevano mengamati sekitarnya sebelum membawa tubuh mereka berdua masuk kedalam kamar hotel yang ditempati jaemin bersama renjun.

mereka berdua kini duduk berdampingan disamping kasur king size, satu-satunya tempat tidur yang ada di dalam ruangan tersebut.

“uh wow, kalian sekasur?”

sekarang apa? renjun menatap jevano penuh tanda tanya, kali ini tuduhan apalagi yang akan dilontarkan oleh lelaki itu

“kenapa? bukannya wajar? kamu sama haechan juga sekasur kalau kamu lupa” kata yang lebih kecil sembari terkekeh pelan.

“but im not fuck with him. ya siapa tau kamu sama jaemin—“

“cukup. aku bilang cukup, jevano.” potong renjun geram, sungguh. renjun sungguh tidak tahu harus bagaimana menghadapi jevano.

jevano tersenyum remeh sebelum kembali melontarkan segala tuduhan yang sedang menggoroti kepalanya saat ini “why? you’re just cut me off right now? why? because is that true?”

“you afraid that i’ll figured it out when you had some bed—“ sambungnya dengan angkuh, sesekali menatap renjun dengan tatapan rendahnya.

“i’ve never sleep with him, i told you jevano aksara.” jawab renjun sembil menahan tangis.

ada apa dengan lelaki dihadapannya ini?

datang tiba-tiba kemari, hanya untuk hal ini? hanya untuk berdebat dengan siapa renjun berbuat zina?

yang lebih kecil menatap jevano sangsi “i really never had a night even once with jaemin jevano, what’s bothering you?”

lelaki dengan rasi bintang taurus itu menyugar rambutnya keatas saat dirasa ia sudah cukup keterlaluan menuduh renjun dengan kasar.

lelaki itu maju kedepan renjun merapatkan tubuh keduanya hingga benar-benar menempel. menyandarkan kepalanya dalam ceruk leher renjun seraya meminta maaf.

“maaf, maaf aku kasar”

renjun hanya mengelus bahu lebar itu perlahan karena sesungguhnya ia memiliki ketakutan yang sama.

keduanya berpelukan cukup lama hingga jevano melepaskan pelukan mereka terlebih dahulu serta sadar dengan apa yang sedang dikenakan renjun sekarang.

oversized t-shirt berwarna putih tanpa bawahan apapun.

pemandangan di depannya ini sungguh berhasil memancing birahi jevano, ia tak sabar. tak sabar untuk menghancurkan lubang anal si mungil.

“remember ur promise?”

renjun mengangguk singkat “come to your bed? of course sir.”

mendengar kata terakhir yang terucap dari bibir renjun, jevano dengan sigap membawa si kecil itu dalam gendongannya.

mendudukan tubuh langsing itu diatas meja rias kamar tersebut. kedua tangannya ia gunakan untuk menyingkap kaos putih tipis yang digunakan renjun.

baiklah kali ini mereka melakukannya tanpa penetrasi apapun.

jevano memandang renjun sebentar, mengelus kedua kaki ramping itu yang tengah melingkari pinggangnya sekarang.

tangan yang lebih kecil tergerak untuk mengelus dada bidang yang lebih muda sembari berbisik sensual...

“fuck me, daddyhh

“so naughty hm?” sang dominan kembali bertanya.

“just for you”

jevano dengan sigap menyingkap baju renjun hingga bagian bawah lelaki manis itu terlihat jelas.

benar-benar sesuai ekspetasi, renjun tidak mengenakan dalaman apapun dibalik baju oversized nya. lelaki mungil itu sungguh paham bagaimana cara membangkitkan birahi jevano.

lelaki dengan tinggi semampai itu dengan sigap melepaskan bawahannya hingga mereka seimbang sekarang ; sama sama half naked.

renjun menarik tengkuk jevano mendekat, mengajak lelaki itu untuk saling bertukar saliva.

lidah mereka saling membelit, menyesap indra pengecap satu sama lain, hingga rasanya air conditiner sudah tidak bekerja.

panas, terpaan gairah dari kedua makhluk adam ini sungguh tidak bisa ditandingi.

jevano dengan tidak sabar meremas bokong sintal itu hingga memerah, mungkin akan meninggalkan bekas juga.

tangan renjun dengan gesit menarik rambut belakang jevano jika dirasa sesapan lelaki itu terlalu kuat.

yang lebih muda satu bulan mengadahkan kepala pertama.

“you ready?”

renjun mengangguk.

tangan kekar yang dilapisi urat urat membiru nan indah itu bergerak mengocok penisnya perlahan hingga mengeluarkan precum.

setelah dirasa cukup tangannya berpindah merengkuh pinggang yang lebih mungil, mengangkat sedikit bokong sintal itu sebelum memasukan penis besarnya kedalam lubang surgawi sang submissive...

jlebb

aahnn, jevanohh” desahan pertama lolos dari bibir renjun. ia mengaku walaupun sudah seringkali berhubungan dengan jevano namun rasanya masih sakit.

sshhhh, sempithh”

lelaki dengan surai hitam legam itu dengan tidak sabar menghentakkan penisnya dalam lubang renjun membuat yang dimasukki mengeluh pelan.

hhhhh, pelanhhh”

rasanya penis jevano masuk terlalu dalam hingga mampu membuat renjun kesakitan walau hanya sebentar.

sang dominan dengan penuh rasa bersalah membawa sang submissive kedalam pelukannya saat dirasa hentakannya membuat renjun kesakitan.

“im sorry, my bad”

renjun hanya mengangguk,

“move”

jevano dengan sigap menarik penisnya hingga hingga kepala kemudian menyentakkan nya lebih dalam.

pemandangan anal lapar renjun yang sedang menghisap penisnya menjadi pemandangan favorit jevano saat ini, begitu—sensual.

pekikan serta erangab kenikmatan seakan menjadi lullaby bagi mereka sekarang.

jevano dengan semangat terus menghentakkan penisnya hingga renjun menjadi pengar sendiri, mabuk dengan segala sentuhan yang tercipta diantara mereka.

tubuh didalam dekapan jevano bergetar, menandakan sebentar lagi dirinya akan sampai

ahhhh cumhh

“wait baby”

yang lebih tinggi bergerak menyentak tubuh renjun berlawanan arah sehingga yang lebih mungil dapat merasakan presensi penis jevano di dalam sana, menghentak dengan kasar, menanti kenikmatan seperti apa yang sedang menunggunya.

anal itu ia ketatkan hingga jevano dapat mejemput putihnya dengan cepat.

ahhh, cominghhh renjunhh”

tiga hentakan terakhir renjun merasakan aliran sperma menuruni paha mulusnya hingga ke kaki. membuat bagian bawah serta perutnya merasa hangat.

renjun yang berada dalam gendongan jevano memeluk lelaki itu dengan erat, tidak ingin ditinggalkan setelah sesi bercinta mereka.

kali ini ia benar benar ingin dipandang sebagai seseorang yang berharga bagi jevano.

“tidur, ya?” pinta jevano sembari mengenakan kembali pakaiannya.

“temenin” yang lebih kecil memohon.

tolong kali ini jangan, jangan buat aku sebagai objek kasat mata kamu lagi. —begitu suara hatinya.

jevano mengangguk, menemani si mungil itu hingga ia benar-benar pulas.

sudah selesai, ia sudah menepati janjinya.

sudah seharusnya bukan? sudah seharusnya mereka berakhir.

©️poseidoonss

jevano menjemput renjun dengan segera sesaat setelah pesan terakhir yang dikirimkan lelaki mungil itu.

sebenarnya jika ditelisik lebih jauh mengapa mereka berdua bisa terjebak dalam hubungan seperti ini sudah pasti jawaban yang didapati adalah potongan rancu.

entah itu jevano yang tertarik lebih dulu atau renjung yang tertarik lebih dulu. mereka sama sama melakukan kesalahan besar

apalagi dengan kondisi keduanya yang tengah memiliki pasangan sekarang. pasti tak mudah, tentu.

jevano yang selalu berbohong kepada haechan tentang segala sesuatu terkait renjun, begitupun si mungil yang selalu berusaha menyembunyikan apapun tentang jevano dari jaemin—kembaran jevano sendiri.

renjun tidak tahu bahwa langkah yang ia ambil malah mempersulit dirinya. lelaki lecil itu menerima jaemin atas permintaan jevano ;

“terima aja, he’s head over heels for you”

renjun hanya bisa mendesah pasrah sebelum mengiyakan permintaan lelaki tampan itu.

renjun tahu, bahwa jevano dan haechan saling mencintai. namun dapatkah seorang diantara kalian mengalah tentang hal cinta dan mencintai?

tentu saja tidak.

jika benar benar cinta dan tergila gila maka harus dikejar, walaupun dengan cara yang salah. tidak ada yang membenarkan tindakan renjun maupun jevano namun bagi mereka untuk sampai di fase ini saja bukan perkara yang mudah.

mereka belum ingin saling melepaskan.

CKLEK

pintu mobil terbuka menandakan seseorang baru saja masuk kedalam mobil tersebut.

siapa lagi, ladies and gentleman our main character, huang renjun.

“udah lama?” tanya si mungil berbasa basi.

not yet, but im sure you’re feel boring in the studio “ jawab jevano sembari menyelipkan helaian rambut renjun yang agak memanjang ke belakang telinganya.

huuuum, boseeeen banget” keluhnya memasang wajah lelah yang dibuat buat

jevano yang diberi kesempatan untuk melihat moment itu hanya mampu tersenyum lebar.

selalu, saat dia melihat renjun wajahnya bahkan bibirnya tak pernah berhenti untuk tersenyum dan tertawa. anak itu memiliki sejuta pesona dan aura positif bagi orang lain.

renjun mengendarkan pandangannya pada jevano, netra coklat itu terpaku pada netra sang lawan yang tak kalah berkilau.

seakan akan berada dalam adegan drama, kedua wajah itu makin mendekat, merasakan hembusan nafas satu sama lain.

jevano membawa renjun naik keatas pangkuannya hingga mereka dapat melakukan apapun dengan bebas, berdua.

yang kecil memulai lebih dulu, kedua lengannya ia lingkarkan pada leher sang dominan seraya mengelus jakun itu perlahan.

teasing...

yang memangku justru tak mau kalah, mengeratkan rengkuhannya pada pinggang ramping sang lawan sambil menjelajahi garis pinggang itu sepanjang paha.

bibir keduanya perlahan bertemu,

diawali dengan kecupan ringan. bibir atas jevano menyambar habis ranum sang submissive bagaikan permen yang selalu ia bibis.

tangannya dengan lincah meremas bokong sintal yang berada pada pangkuannya, kesempatan tidak boleh dilewatkan.

yang dipangku justru mengangkat sedikit pantatnya, kemudian menurunkan tubuhnya perlahan sembari memaju-mundurkan pinggulnya diatas pangkuan sang dominan.

anghhhh

desahan pertama lolos begitu saja dari bibir renjun. dia yang menggoda, dia juga yang terangsang.

jevano merasakan penisnya menegang saat renjun dengan sengaja menggerakan pinggulnya perlahan diatas pangkuan lelaki tinggi tersebut.

memutar ke kiri dan kanan seakan akan lubang analnya sedang memakan penis besar jevano.

shit, lo—“ jevano hendak mengumpat.

namun sebelum bibirnya sukses mengeluarkan sepatah dua kata, renjun terlebih dahulu membungkan ranum tipis itu.

jari mungilnya ia letakkan pada bibir bawah jevano, menarik bibir itu pelan hinga menampakkan deretan gigi rapih sang lawan sebelum membawa masuk lidahnya dalam sesapan jevano.

membiarkan organ tanpa tulang itu mengobrak-abrik seisi mulutnya seakan tak ada hari esok.

enggghh

renjun menyudahi ciuman mereka. namun sekaan belum puas lidahnya ia julurkan di depan wajah sang dominan.

want to bite my tongu-enghh

tanpa membalas perkataan renjun, jevano dengan sigap menghisap benda didepannya ini tanpa henti, terkadang menggigit pelan indra pengecap itu hingga terasa kebas bagi sang empunya.

renjun mengeratkan remasannya pada rambut jevano saat dirasa sesapan lelaki itu terlalu kuat.

engghh, breathhh

jevano sudah akan membuka seluruh pakaian renjun sebelum...

TING!

notifikasi dari handphone renjun mengejutkan keduanya,

from : jaemine 😾

kamu dimana sayang?

renjun segera mengambil handphonenya guna membalas pesan dari jaemin. mengabaikan jevano yang masih betah menciumi rulanh selangkanya yang tercetak dibalik kemeja putih tipis yang ia kenakan.

“bentar sayang” renjun menyingkirkan kepala jevano dari ceruk lehernya.

namun seakan tak peduli, lelaki itu justru membuka 3 kancing teratas kemeja renjun, menyelusupkan kepalanya pada dada renjun sembari menghisap puting kesukaanya pelan.

“anghhhh, pelanhh sayang”

tangan renjun terangkat mengelus surai legam sang dominan. jevano sedang ingin dimanja.

“ayo pulang dulu”

jevano menggelengkan kepalanya yang masih setia menghisap puting renjun.

“wanna stay like this?”

yang memangku hanya dapat mengangguk singkat. renjun tekekeh, mengelus helaian rambut tebal itu seraya mengecupnya pelan.

“uh anak mommy sedang manjaaa, eum?”

lagi lagi hanya anggukan singkat yang renjun dapati.

mommy jangan balesin chatnya jaemin, jeje gak suka!!!” katanya sembari merengek.

renjun terkekeh untuk kesekian kalinya, jevano yang manja adalah kesukaannya. jika biasanya lelaki itu terlihat dingin dan sangar namun saat sedang manja, keimutannya tidak tertandingi.

eyyy gak bisa dong, kan jaemin pacar aku”

jevano mengangkat kepalanya, menampilkan wajah kusut ciri khasnya ketika sedang marah.

renjun hanya mampu tersenyum tipis sebelum membawa kepala yang lebih muda kearah dadanya, memeluk lelaki manja itu sembari menepuk punggungnya pelan tak lupa membubuhkan kecupan manis pada sang empunya.

“iya iya, enggak”

Jevano menunggu renjun di depan cottage yang telah di reservasi oleh universitas mereka

lelaki dengan tinggi semampai itu mengenakan leather jacket dipadukan dengan jogger berwarna hitam menjadikannya lelaki paling tampan yang renjun pandang saat ini

pun si mungil nan manis itu tampil modis dengan crop jacket berwarna beige dibarengi leather pants berwarna hitam.

compatible bukan?

terlihat cocok dan serasi. namun sayangnya kedua makhluk adam itu belum cukup berani untuk memiliki satu sama lain sekarang.

“udah siap?” Jevano bertanya dengan tatapan memuja.

Renjun terlihat sangat sangat menggoda baginya sekarang.

bagaimana bisa seseorang terlihat begitu menarik hanya dengan beige crop top serta leather pants yang membingkai tubuh indahnya?

what we gonna ride today, mr. aksara?” tanya Renjun sembari membawa dirinya ke dalam rengkuhan pria yang lebih muda.

“how about ride me, tonight?” tanya Jevano jenaka. Tangan besarnya bertenggang pada pinggang kecil dalam rengkuhannya.

Merapatkan tubuh keduanya seraya melayangkan kecupan kupu-kupu pada kening yang lebih tua.

“ckck, modus” jawab renjun

keduanya berbagi tawa mengamati bagaimana angin sejuk Hawai menyapu pelan helaian rambut mereka.

ready to rock?” tanya yang lebih muda.

Renjun hanya mengangguk. setelah itu mereka berdua berjalan menuju satu satunya motor Harley yang terparkir disana.

Jevano memasangkan helm pada kepala kecil renjun tangannya tergerak hanya untuk sekedar menepuk kepala renjun pelan.

Renjun mengeratkan pelukannya pada pinggang Jevano seraya menyandarkan kepalanya pada bahu lelaki taurus itu.

sesekali mereka berbicara bahkan tertawa kecil akan gurauan Jevano yang menurut Renjun tak lucu sama sekali.

hanya saja, Renjun bahagia. Ia senang karena Jevano meluangkan waktu untuk sekedar membawa dirinya berkeliling hawai, berdua.

dari gelagat keduanya, mereka terlihat seperti pasangan bahagia, bukan begitu?

Seakan akan mereka sedang berbunga-bunga sekarang.

Hawai seolah olah berkenan menjadi tempat mereka berlindung dari segala macam cercaan dan makian.

dasar jalang, perusak hubungan orang

lelaki bajingan tak tahu diri

serta sumpah serapah lain, yang sebaiknya mereka simpan untuk diri sendiri. sakit, jelas.

mau bagaimana lagi? mereka hanya manusia. perasaan tidak dapat di perintah, datang begitu saja. tanpa malu malu, tanpa tanda serta peringatan.

yang Renjun tahu, ia tulus mecintai lelaki yang sedang dipeluknya sekarang. dia tak akan melepaskan Jevano kecuali Jevano yang melepaskannya terlebih dahulu.

hhhh, sepertinya Hawai meninggalkan kesan baik untuk mereka.

hanya kali ini saja Renjun mohon izinkan mereka menghirup udara bebas dengan ulasan senyum tulus.

tolong, tolong jangan pisahkan kami.

—Hawai 2021

setelah memutuskan sambungan telepon mereka, renjun mendapati presensi lelaki yang ia sukai persis di depan rumahnya.

tentu saja tidak dengan tangan kosong, lelaki dengan perawakan bak model amerika itu memboyong beberapa makanan siap saji untuk yang lebih mungil.

renjun memandang jevano dengan sangsi, tidak biasanya lelaki itu mau menuruti keingannya secepat ini “tumben mau”

“hm” jawabnya malas.

“gak mau peluk?” tawarnya menggoda.

“gak, masih harus jemput haechan” jevano menjawab sembari membalikkan badannya, bersiap siap pergi dari sana.

CUP

namun sebelum lelaki itu berhasil memasuki mobilnya sendiri yang lebih kecil lebih dulu menarik tangannya hingga tubuh mereka saling berhadapan sekarang dengan posisi lebih dekat bahkan lelaki rubah itu nekat melayangkan kecupan singkat pada bibir tipis jevano.

“kenapa hm?” pria aries itu memberanikan diri untuk mengusap pipi tirus yang lebih tinggi sembari mengutarakan pertanyaan yang sedari tadi menggangu isi kepalanya.

namun bak putri malu yang saat disentuh semakin menutup, sehalus itu pula jevano menolak afeksi yang diberikan renjun “gak ada apa apa”

“kamu kenapa? kamu marah aku bahas jaemin?”

hening...

“jevano jawaaaab” kata renjun sembari mengayunkan pelan tangan jevano yang masih berada dalam jangkauannya.

namun apa yang dilakukan lelaki tinggi itu semakin membuat hatinya sakit.

ck, gak usah manja” jawab jevano sembari menghempas tangan yang lebih mungil.

namun aksi kasar yang hanya sekilas itu tidak melunturkan niat bahkan semangat renjun untuk terus bertanya kepada jevano.

ada apa dengan lelaki ini? meskipun dikenal dingin namun, lelaki taurus itu jarang sekali berperilaku kasar kepadanya.

tangan renjun tergerak menangkup kedua sisi wajah jevano yang berdiri menjulang dihadapannya.

“kenapa?” kedua tangan mungil itu mengarahkan atensi jevano agar pandangan keduanya bertemu. menyatukan dahi keduanya seraya mengerahkan tangan yang lebih tinggi untuk memeluk pinggangnya.

“kalau ada apa apa bilang, aku mana paham kalau kamu gak ada ngomong sama sekali” pinta renjun panjang lebar.

jevano mengeratkan pelukannya pada pinggang yang lebih kecil hingga presensi keduanya benar-benar menempel sekarang.

“aku gak suka.” katanya pelan.

renjun mengerinyitkan dahinya pelan sebagai tanda bahwa ia sama sekali tak mengerti dengan maksud lelaki di hadapannya ini “gak suka apa?”

“gak suka kalau kamu ngechat aku cuma buat nyariin jaemin” jawab yang lebih tinggi sembari menenggelamkan kepalanya pada ceruk leher si manis.

renjun hanya tergelak pelan, seutas senyum manis membingkai wajah cantiknya.

tangan bertanda lahir itu ia bawa agar dapat mengelus punggung lebar lelaki di dalam pelukannya ini.

“kalau gitu kamu tinggal ngomong jev, gak usah ngindar”

jevano hanya mengangguk sedangkan yang lebih kecil merenggangkan pelukan mereka, memandangi wajah satu sama lain dengan penuh binar sebelum yang lebih tinggi membawa mereka berdua ke dalam lumatan lumatan intens.

perlahan namun pasti, ranum tipis itu bergerak menyesap ranum cherry yang kini sedang bertukar saliva dengannya. seakan-akan menyalurkan emosi terpendam lewat ciuman yang mereka lakukan.

e-eungh, jangan disini”

renjun melepaskan tautan keduanya sebelum kegiatan mereka berubah menjadi tayangan dewasa di tempat terbuka seperti ini.

jevano memandangi wajah renjun intens, menyatukan kembali kedua dahi mereka sembari mengelus pelan pinggang ramping yang tengah direanguhnya sekarang.

“selalu manis.”

renjun terkekeh pelan, memukul pundak jevano main main atas apa yang dilontarkan lelaki tampan itu.

tidak hanya sampai disitu kini kedua insan tersebut telah sampai kedalam rumah dengan posisi jevano yang menggendong renjun.

kedua makhluk adam itu kini berada diatas sofa dengan posisi jevano yang mengungkung renjun dalam presensinya.

yang lebih kecil dengan berani mengalungkan lengannya pada leher sang dominan seraya mendorong kepala itu agar mampu mengecupi bibir tipis yang lebih tinggi dengan leluasa.

mmhhh

mereka bahkan memiringkan kepala ke kiri dan kanan agar dapat menikmati lumatan lumatan itu lebih dalam dan intens.

tangan jevano tak hanya tinggal diam, tangan yang dihiasi dengan urat urat menonjol itu bergerak menggerayangi tubuh renjun hingga pria aries itu hampir kehilangan akal sehatnya.

really? sofa?” tanya renjun, tak lupa melepaskan tautan mereka sebentar.

jevano tidak menggubris, lelaki itu sibuk melepaskan semua busana yang menutupi tubuhnya hingga topless dihadapan renjun sekarang.

tubuh kekar itu dengan serentak kembali menunduk guna membawa renjun dalam tautan yang tadi sempat terlepas.

e-unghh

tubuh renjun bergetar, ia terangsang sekarang oh gosh.

jevano sungguh seorang good kisser. tangannya ia bawa untuk menyentuh belakang kepala lelaki diatasnya ini sambil sesekali menjambaknya jika dirasa jevano terlalu kuat mengigit bibirnya.

lelaki dengan tinggi 177 cm itu bangun terlebih dahulu, membiarkan renjun yang sedang menggerayangi tubuhnya mengerinyit pelan.

no foreplay, how? aku udah gak tahan, serius”

renjun terlihat berpikir, jika tidak melakukan foreplay maka ia akan kesakitan. namun ia tak mungkin menyiksa jevano lebih lama.

“up to you mr.aksara, im all yours

mendengar kalimat terakhir dari bibir sang lawan, tangan jevano dengan cepat membuka busana bagian bawah yang dikenakan oleh renjun ;

sebuah ripped jeans hitam dengan sobekan kecil di beberapa sisi celananya. sangat menggoda, bahkan saat mengenakan jeans pun badan ramping renjun tercetak sangat jelas, candu.

“pelan-pelan aja, aku gak kemana mana jevano”

laki laki itu hanya mengangguk. setelah melepas ripped jeans yang dikenakan renjun, lelaki tangguh itu membawa kaki jenjang yang lebih mungil untuk dikecupi pelan mulai dari mata kaki hingga pangkal paha.

aaah” renjun mendesah pelan, merasakan bagaimana bibir tipis itu dengan lincah memainkan lipatan pahanya hinga ia pengar sendiri.

jevano menenggalamkan kepala mungilnya pada selangkangan renjun. yang lebih kecil mengulurkan kedua tangannya untuk mengusap surai jevano pelan.

“kalau gak mau rimming, kita bis—ahh” belum sempat menyelesaikan perkatannya, renjun dikejutkan dengan benda lunak nan basah yang kini tengah bergerak menjilat analnya perlahan.

“jevanoohh, kotorhhhh”

namun seakan tuli, yang diteriaki malah semakin memperdalam sesapannya pada anal si mungil.

bunyi kecipak kotor menemani kedua insan yang tengah berada di mabuk cinta ini, cinta eh?

merasa cukup dengan foreplay yang diberikan oleh lidahnya sendiri, jevano menegapkan tubuhnya. mengocok perlahan penisnya hingga cairan precum nya keluar sedikit demi sedikit.

saat dirasa cukup, jevano mempersiapkan penisnya di depan lubang anal renjun.

menundukkan badannya agar sejajar dengan yang lebih kecil. memerintahkan renjun agar mencakar atau menjambak bagian tubuhnya jika merasa sakit saat ia memasukkan kebangganya kedalam lubang lelaki itu.

JLEB

aaah” renjun mendesah pelan saat merasa ada benda tumpul yang seakan seakan merobek lubangnya dari luar.

“oooh, so tight” lain dengan jevano, lelaki itu justru merasakan nikmat yang teramat sungguh padahal ini baru kepalanya saja.

“jangan gerak dulu, bentar” renjun menjawab, atensinya ia bawa agar mampu berhadapan dengan jevano.

selalu sama, ia selalu merasa berdebar saat berada dekat dengan lelaki ini. hal apapun yang mereka lakukan bersama selalu sukses mambuat jiwanya bergetar, menginginkan lelaki ini lebih dari siapapun.

tangannya yang mungil terayun menyentuh wajah bak dewa diatasnya ini, lelaki kecil itu tersenyum pelan saat jevano menciumi telapak tangannya dengan lembut.

move

jevano mengangguk, lelaki itu memasukkan penisnya dengan tempo pelan agar renjun tidak merasa kesakitan.

di menit-menit awa tempo tusukan lelaki dengan marga aksara itu terkesan pelan dengan alasan ingin menghargai lawan bercintanya, tidak ingin menyakiti renjun lebih jauh.

namun makin kesini tempo tusukannya semakin tek beraturan. renjun yang berada dibawah kungkungan lelaki itu hanya mampu menampakkan raut pasrah dengan tusukkan jevano yang semakin kesini terasa semakin brutal seakan siap menghancurkan lubang analnya kapan saja.

aaah pelanhhh, aku gak kemana mana vanooh” desah renjun pasrah, sungguh jevano sepertinya meminum suplemen kuat untuk lelaki. tenaganya saat bercinta tak dapat diragukan.

“anjinghhhh lo sempit bangethhh”

yang dipuji hanya dapat menyembunyikan senyumannya. jelas dia harus selalu sempit, agar jevano tak mampu berpaling bahkan pada haechan yang notabenenya adalah pacar jevano sekalipun.

lelaki dengan zodiak taurus tak tinggal diam selagi penisnya bekerja dibawah sana, bibirnya dengan lincah bergerak menyesap puting si manis hingga membengkak.

aaah, jangan digigithhhh”

jevano dengan sigap melepaskan sesapannya pada puting yang lebih kecil, mengangkat wajahnya sebentar hanya untuk menikmati pemandangan indah dibawahnya ; wajah pasrah renjun dipadukan dengan dadanya yang telah membengkak bahkan memerah.

“udah aku bilang jangan gigit, putting aku sakit jevanoo!” protes renjun sembari memukul pelan dada bidang jevano yang sedan terkekeh diatasnya.

namun bagai angin lalu ucapan renjuntak digubris sama sekali, leaaki diatasnya itu lebih memilih untuk mengejar orgasmenya yang akan tiba sebentar lagi.

aahhhh cumhhh

aaah jevanoooh

lima tusukan terakhir jevano benar-benar menyemburkan laharnya di dalam lubang si manis. renjun berjengit pelan ketika merasa lubang dan perutnya terasa hangat—penuh.

butuh beberapa waktu untuk keduanya kembali menjemput kesadaran setelah proses bercinta yang tidak bisa dibilang sebentar itu.

yang lebih kecil mendekap tubuh yang lebih tinggi, mengecupi pelan punggung lawan bercinta nya.

sendangkan yang diciumi punggungnya tidak kalah romantis dengan membubuhkan kecupan seringan kapas pada tulang selangka yang lebih tua beberapa bulan sebagai tanda terimakasih karena telah melayani nafsunya untuk kesekian kali.

thankyou” ucap Jevano tulus.

renjun hanya mengangguk, memperat dekapannya pada tubuh jevano,

tidak ingin waktu ini berlalu dengan cepat. walaupun sebenarnya ia tahu bahwa dirinya tidak lebih dari seorang pelayan nafsu bagi jevano sekarang.

bisakah? bisakah ia berharap lebih terhadap lelaki ini?