poseidoonss

Roen dan Gara memantapkan langkah mereka menuju ruang rapat saat dirasa waktu yang mereka miliki untuk mengjangkau ruang rapat sudah terlampau mepet.

Krietttt..

Pintu terbuka menampilkan dua anak adam tanpa perasaan bersalah dengan cengiran khas masing masing.

“hehe..”

“lagi?” 

rido, selaku ketua umum himpunan mereka hanya mampu bertanya dengan nada lesuh. Sudah terlampau biasa dengan kedua anggota himpunannya ini.

“ya kan ga setiap saat—“

“sori, gw telat”

sebelum gara sempat menyelesaikan kata katanya, seorang lelaki dengan perawakan tinggi bak dewa yunani muncul dari bilik pintu masuk ruangan rapat mereka. 

varsity hitam dengan inner black dan jeans yang dipadukan dengan balenciaga sneakers rupanya cukup membuat lelaki tersebut menjadi pusat perhatian.

“yaudah, lo berdua sana duduk sesuai divisi masing masing.” 

menghembuskan napas perlahan, pria yang menjabat sebagai ketua hima itu dengan lekas memulai tanggungjawab nya pagi ini untuk memimpin rapat dikarenakan jumlah anggota yang bisa dibilang cukup memadai mengingat rapat ini bukan merupakan agenda besar.

“sebelum kita mulai, let me introduce to you guys our new boy from graphic design team.”

“bro, take ur time”

lelaki itu mengangguk.

“halo semua, gw lijoze but u guys can call me joze, dan ya gw anggota baru desain grafis. mohon kerjasamanya semua.” 

joze menunduk sopan tanpa sadar ada binar coklat yang memandangnya penuh kagum seakan penuh harap bahwa mereka akan menjadi “kita” dan “sepasang.” 

Roen dan Gara memantapkan langkah mereka menuju ruang rapat saat dirasa waktu yang mereka miliki untuk mengjangkau ruang rapat sudah terlampau mepet.

*Krietttt*..

Pintu terbuka menampilkan dua anak adam tanpa perasaan bersalah dengan cengiran khas masing masing.

“hehe..”

“lagi?” 

rido, selaku ketua umum himpunan mereka hanya mampu bertanya dengan nada lesuh. Sudah terlampau biasa dengan kedua anggota himpunannya ini.

“ya kan ga setiap saat—“

“sori, gw telat”

sebelum gara sempat menyelesaikan kata katanya, seorang lelaki dengan perawakan tinggi bak dewa yunani muncul dari bilik pintu masuk ruangan rapat mereka. 

*varsity* hitam dengan *inner* black dan jeans yang dipadukan dengan balenciaga *sneakers* rupanya cukup membuat lelaki tersebut menjadi pusat perhatian.

“yaudah, lo berdua sana duduk sesuai divisi masing masing.” 

menghembuskan napas perlahan, pria yang menjabat sebagai ketua hima itu dengan lekas memulai tanggungjawab nya pagi ini untuk memimpin rapat dikarenakan jumlah anggota yang bisa dibilang cukup memadai mengingat rapat ini bukan merupakan agenda besar.

“sebelum kita mulai, let me introduce to you guys our new boy from graphic design team.”

“bro, take ur time”

lelaki itu mengangguk.

“halo semua, gw lijoze but u guys can call me joze, dan ya gw anggota baru desain grafis. mohon kerjasamanya semua.” 

joze menunduk sopan tanpa sadar ada binar coklat yang memandangnya penuh kagum seakan penuh harap bahwa mereka akan menjadi “kita” dan “sepasang.” 

Roen dan Gara memantapkan langkah mereka menuju ruang rapat saat dirasa waktu yang mereka miliki untuk mengjangkau ruang rapat sudah terlampau mepet.

*Krietttt*..

Pintu terbuka menampilkan dua anak adam tanpa perasaan bersalah dengan cengiran khas masing masing.

“hehe..”

“lagi?” 

rido, selaku ketua umum himpunan mereka hanya mampu bertanya dengan nada lesuh. Sudah terlampau biasa dengan kedua anggota himpunannya ini.

“ya kan ga setiap saat—“

“sori, gw telat”

sebelum gara sempat menyelesaikan kata katanya, seorang lelaki dengan perawakan tinggi bak dewa yunani muncul dari bilik pintu masuk ruangan rapat mereka. 

*varsity* hitam dengan *inner* black dan jeans yang dipadukan dengan balenciaga *sneakers* rupanya cukup membuat lelaki tersebut menjadi pusat perhatian.

“yaudah, lo berdua sana duduk sesuai divisi masing masing.” 

menghembuskan napas perlahan, pria yang menjabat sebagai ketua hima itu dengan lekas memulai tanggungjawab nya pagi ini untuk memimpin rapat dikarenakan jumlah anggota yang bisa dibilang cukup memadai mengingat rapat ini bukan merupakan agenda besar.

“sebelum kita mulai, let me introduce to you guys our new boy from graphic design team.”

“bro, take ur time”

lelaki itu mengangguk.

“halo semua, gw lijoze but u guys can call me joze, dan ya gw anggota baru desain grafis. mohon kerjasamanya semua.” 

joze menunduk sopan tanpa sadar ada binar coklat yang memandangnya penuh kagum seakan penuh harap bahwa mereka akan menjadi “kita” dan “sepasang.” 

Nayaka tiba tepat waktu saat yuka baru saja selesai membereskan barang-barangnya untuk dibawa pulang. 

“Oh? udah dateng? cepet banget?”

Nayaka mendekat, mendekap presensi sehidup semati nya dalam pelukan hangat, tak lupa menyisipkan kecupan ringan pada kening yang lebih muda. 

“Udah dong buat nyonya Adiputra apasih yang nggak?”

 “Gombaaaal!” Yuka menjawab seraya melayangkan pukulan main-main pada dada yang lebih tua.

Sedangkan dua sahabat karib sepasang sejoli tersebut hanya mampu memandangi keberadaan keduanya dengan tatapan kusut seakan-akan menyiratkan sumpah serapah ‘dih, semoga putus!’

 “Dah dah sana balik Jangan bucin disini!” pungkas anaka jengkel.

Yang ditegur seakan-akan tuli sehingga tidak mampu mendengar perkataan anaka sebaliknya, mereka malah sibuk melayangkan kecupan pada dagu masing-masing.

“Makanya kamu bucin juga! tuh mas leigh kosong” tukas Yuka dengan nada mengejek seraya melayangkan tatapan usil pada kedua pria yang terlihat canggung tersebut.

Meninggalkan anaka dan leigh yang hanya bisa terdiam dengan pipi memanas.

“Lagian mas bilang mau makan aku hari ini jadinya ya… gitu deh” Yuka mendongak memperhatikan pahatan wajah indah pria di atasnya ini —

CUP!

Kemudian melayangkan satu kecupan basah pada jakun yang lebih tinggi. Membuat leigh dan anaka mau tidak mau harus menyaksikan pemandangan erotis di depan mereka. Yang dikecupi tak tinggal diam, ia bahkan dengan beani melumat bibir si mungil di depan anaka dan leigh.

“Dasar pasangan mesuuuum!” anaka berteriak histeris ditemani leigh yang tengah panas dingin melihat yuka dan nayaka yang sedang berciuman panas tepat di depan mereka.

Nayaka tiba tepat waktu saat yuka baru saja selesai membereskan barang-barangnya untuk dibawa pulang. 

“Oh? udah dateng? cepet banget?”

Nayaka mendekat, mendekap presensi sehidup semati nya dalam pelukan hangat, tak lupa menyisipkan kecupan ringan pada kening yang lebih muda. 

“Udah dong buat nyonya Adiputra apasih yang nggak?”

 

“Gombaaaal!” Yuka menjawab seraya melayangkan pukulan main-main pada dada yang lebih tua.

Sedangkan dua sahabat karib sepasang sejoli tersebut hanya mampu memandangi keberadaan keduanya dengan tatapan kusut seakan-akan menyiratkan sumpah serapah ‘dih, semoga putus!’

 “Dah dah sana balik Jangan bucin disini!” pungkas anaka jengkel.

Yang ditegur seakan-akan tuli sehingga tidak mampu mendengar perkataan anaka sebaliknya, mereka malah sibuk melayangkan kecupan pada dagu masing-masing.

“Makanya kamu bucin juga! tuh mas leigh kosong” tukas Yuka dengan nada mengejek seraya melayangkan tatapan usil pada kedua pria yang terlihat canggung tersebut.

Meninggalkan anaka dan leigh yang hanya bisa terdiam dengan pipi memanas.

“Lagian mas bilang mau makan aku hari ini jadinya ya… gitu deh” Yuka mendongak memperhatikan pahatan wajah indah pria di atasnya ini —

CUP!

Kemudian melayangkan satu kecupan basah pada jakun yang lebih tinggi. Membuat leigh dan anaka mau tidak mau harus menyaksikan pemandangan erotis di depan mereka. Yang dikecupi tak tinggal diam, ia bahkan dengan beani melumat bibir si mungil di depan anaka dan leigh.

“Dasar pasangan mesuuuum!” anaka berteriak histeris ditemani leigh yang tengah panas dingin melihat yuka dan nayaka yang sedang berciuman panas tepat di depan mereka.

Nayaka tiba tepat waktu, Yuka baru saja selesai membereskan barang-barangnya untuk dibawa pulang. 

“Oh? udah dateng? cepet banget?”

Nayaka mendekat, mendekap presensi sehidup semati nya dalam pelukan hangat tak lupa menyisipkan kecupan ringan pada kening yang lebih muda. 

“Udah dong buat Nyonya Adiputra apasih yang nggak?”

 “Gombaaaal!” Yuka menjawab seraya melayangkan pukulan main-main pada dada yang lebih tua.

Sedangkan dua sahabat karib sepasang sejoli tersebut hanya mampu memandangi keberadaan keduanya dengan tatapan kusut seakan-akan menyiratkan pandangan ‘bucin  tahu tempat dong!’

 “Dah dah sana balik Jangan bucin disini!” pungkas anaka jahil. 

Yang ditegur seakan-akan tuli sehingga tidak mampu mendengar perkataan anaka, sebaliknya mereka malah sibuk melayangkan kecupan pada dagu masing-masing.

“Makanya kamu bucin juga! tuh Mas leigh kosong” tukas Yuka dengan nada mengejek seraya melayangkan tatapan usi pada sahabat sang kekasih, leigh.

Meninggalkan anaka dan leigh yang hanya mampu terdiam dengan pipi memanas.

“Lagian mas bilang mau makan aku hari ini jadinya ya gitu deh” Yuka mendongak memperhatikan pahatan Wajah Indah pria di atasnya ini —

CUP!

Kemudian melayangkan satu kecupan basah pada jakun yang lebih tinggi, membuat leigh dan anaka mau tidak mau harus menyaksikan pemandangan erotis di depan mereka. Yang dikecupi tak tinggal diam ia bahkan melumat bibir Yuka di depan dua makhluk single tersebut.

“Dasar pasangan mesuuuum!” anaka berteriak histeris ditemani leigh yang tengah panas dingin melihat Yuka dan Nayaka berciuman tepat di depan mereka.

Nayaka tiba tepat waktu, Yuka baru saja selesai membereskan barang-barangnya untuk dibawa pulang. 

“Oh? udah dateng? cepet banget?”

Nayaka mendekat, mendekap presensi sehidup semati nya dalam pelukan hangat tak lupa menyisipkan kecupan ringan pada kening yang lebih muda. 

“Udah dong buat Nyonya Adiputra apasih yang nggak?”

 

“Gombaaaal!” Yuka menjawab seraya melayangkan pukulan main-main pada dada yang lebih tua.

Sedangkan dua sahabat karib sepasang sejoli tersebut hanya mampu memandangi keberadaan keduanya dengan tatapan kusut seakan-akan menyiratkan pandangan ‘bucin  tahu tempat dong!’

 “Dah dah sana balik Jangan bucin disini!” pungkas anaka jahil. 

Yang ditegur seakan-akan tuli sehingga tidak mampu mendengar perkataan anaka, sebaliknya mereka malah sibuk melayangkan kecupan pada dagu masing-masing.

“Makanya kamu bucin juga! tuh Mas leigh kosong” tukas Yuka dengan nada mengejek seraya melayangkan tatapan usi pada sahabat sang kekasih, leigh.

Meninggalkan anaka dan leigh yang hanya mampu terdiam dengan pipi memanas.

“Lagian mas bilang mau makan aku hari ini jadinya ya gitu deh” Yuka mendongak memperhatikan pahatan Wajah Indah pria di atasnya ini —

CUP!

Kemudian melayangkan satu kecupan basah pada jakun yang lebih tinggi, membuat leigh dan anaka mau tidak mau harus menyaksikan pemandangan erotis di depan mereka. Yang dikecupi tak tinggal diam ia bahkan melumat bibir Yuka di depan dua makhluk single tersebut.

“Dasar pasangan mesuuuum!” anaka berteriak histeris ditemani leigh yang tengah panas dingin melihat Yuka dan Nayaka berciuman tepat di depan mereka.

Nayaka spontan menghentikan langkahnya saat salah satu notifikasi muncul di layar ponselnya.

nomor tidak dikenal

bibirnya terkatup rapat saat mendapati pesan berupa gambar yang tidak senonoh dari pengirim misterius tersebut.

itu...

ryuka dan ayahnya?

tidak, tidak mungkin.

ryuka tidak mungkin melakukan hal seperti ini bukan?

maksud nayaka, ryuka itu pernah menjadi korban pelecehan seksual tidak masuk akal sekali jika dia kembali melakukan hal yang dapat memancing traumanya.

lelaki adiputra itu mengacak surai nya kasar. semua semakin rumit, rasanya semakin pening. setelah ini, apalagi?

dia bahkan tidak mendengar dengan saksama apa yang hendak disampaikan oleh ayahnya tadi.

dalam benaknya nayaka bertanya, sebenarnya alur kosong apa ini?

apa yang hendak disampaikan oleh ayah? apa benar yang dikirimkan orang tanpa identitas itu pada ponselnya?

nayaka hendak memutar balik langkahnya sebelum ia ingat satu hal, ryuka sedang membutuhkan dirinya.

dengan berat hati, putra saaman adiputra itu memperlebar langkahnya menuju ruang inap sang kekasih.


nayaka membuka pintu ruangan ryuka pelan takut takut jika aktivitasnya menganggu jam istirahat yang lebih muda.

namun kenyataannya jauh berbeda dengan apa yang ia pikirkan. saat nayaka baru saja menginjak ubin pertama ruangan ryuka, lelaki mungil itu tengah berteriak histeris sembari menutup kedua telinganya rapat rapat.

“adek hey, adek ini mas” nayaka dengan perlahan namun pasti mendekati si manis guna menenangkan jiwa yang sedang dibawa berontak entah kemana.

nayaka memeluk tubuh ringkih itu hangat, penuh kasih sayang seakan akan tidak terjadi apapun antara ryuka dan ayahnya.

sebelum memastikan sendiri nayaka tidak akan percaya pada bukti visual apapun selain kedua matanya.

tangannya mengelus pundak ryuka perlahan. sedangkan yang dipeluk hanya diam dengan tatapan kosong.

naya melonggarkan pelukan keduanya guna melihat rupa sang kekasih.

“ayah jangan pukul aku, jangan siksa ibu juga.” lirih yang lebih kecil sebelum tubuhnya melemas dalam pelukan nayaka.

nayaka segera bergegas saat membaca pesan terakhir dari leigh.

pria dengan perawakan 177 cm itu sudah akan menuruni tangga sebelum sebuah suara familiar menginterupsi langkahnya.

“mau kemana kamu?”

siapa lagi? singkat padat namun penuh penekanan.

itu ayah.

“mau kemana nayaka? mau menemui lelaki itu—“

“lelaki itu punya nama ayah” sela nayaka cepat sebelum ayahnya mengeluarkan sepatah dua kata yang akan melukai perasaannya lebih dalam.

“ayah peringatkan nayaka, jangan berhubungan dengan dia lagi.”

“cukupkan ini semua adiputra” cecar ayah tanpa henti.

nayaka menundukkan kepalanya guna meredam semua emosi yang telah ia pendam selama ini.

tak cukupkah? setelah semua pesan menyakitkan itu, apa harus ayahnya mencela nayaka dan ryuka sebegini buruknya?

“kenapa?”

“kenapa ayah bilang nayaka untuk berhenti?” tanya lelaki adiputra itu menuntut.

nayaka tidak mau terombang ambing seperti ini. ia harus benar benar mendapat jawaban pasti atas semua pertanyaan retorik ayahnya terhadap ryuka.

bukan karena hal itu kan?

nayaka yakin, tidak.

“karena apa ayah?”

“nayaka yakin latarbelakang yuka bukan satu satunya alasan.” lelaki kelahiran 13 agustus itu tidak berhenti melempar pertanyaan.

saaman hanya mampu menghela napas sebelum menjawab pertanyaan sang putra...

“ryuka itu...”

ting!!!

notifikasi dari ponsel nayaka membuat ayah mengurungkan niatnya. jiplakan saaman adiputra itu hanya mampu terdiam membaca pesan dari sang sahabat sebelum bergerak cepat merampas kunci mobil sembari berlari terbirit birit menuju garasi.

ryuka ngamuk na, padahal anaka cuma pengen nyuapin dia pas makan. tapi dia ngiranya anaka mau main tangan sama dia.” jelas sang sahabat pada media perantara tersebut.

tak singkat, tak panjang juga. namun cukup membuat nayaka dilema.

Ryuka, masalalu, ayah, bunda, dan trauma. Semua hal itu membuat nayaka menjadi kuyu. beban nya terlalu banyak, terlalu berat.

TW : Contain A lil bit act of violence, harsh words.

nayaka menunggu ryuka dengan sabar.

lelaki berperawakan korea itu sungguh tidak pernah bosan menanti kedatangan si mungil apalagi untuk keberlangsungan hubungan mereka.

ryuka malu, sangat malu. statusnya dengan naka hanyalah sepasang mantan yang tak berakhir baik.

ayah dari sosok pria yang dicintainya itu tidak pernah menyetujui hubungan mereka.

katanya “ayah kamu itu seorang pejabat, bundamu seorang pesohor terkenal. kamu tega menghancurkan reputasi keluarga demi seseorang yang memiliki gender sama denganmu?

kamu sudah gila?

sudah kehilangan kewarasan atau bagaimana? putuskan dia! kembali dengan normal bersama seorang wanita.

dengan begitu kamu tidak menghancurkan reputasi dan kehidupan siapapun. baik ayah, maupun bunda

nayaka kecewa, jelas.

sampai sekarang pun ia tak habis pikir bagaimana sang ayah tega menghacurkan hati dan batinnya begitu dalam.

sakit, sesak, rasanya seperti tak mampu untuk berjalan dan meneruskan hidup.

namun nayaka percaya satu hal, jika ia dan ryuka ditakdirkan untuk satu sama lain, mau dipisahkan dengan cara apapun mereka akan kembali bersama dengan izin semesta.

dan sekarang...

mereka disini, sepasang mantan kekasih yang pernah diizinkan berpisah itu kembali bersama atas kehendak yang maha kuasa.

tentang cinta dan kisah dua insan, Tuhan tidak pernah memilih dengan siapa kita akan bersanding sembari merajut kasih.

kita berhak memilih kepada siapa cinta kita akan berlabuh, tapi ingat satu hal Tuhanlah yang akan menentukan pilihan kita tepat atau tidak.

dalam pertemuan kali ini nayaka sadar, ryuka lebih dari sekedar pantas.

lelaki dengan zodiak aries itu terlahir untuk dicintai olehnya dengan sepenuh hati.

“mas? udah lama?”

“enggak, mas juga baru sampai”

keduanya duduk pada salah satu bilik vip restoran yang direservasi langsung oleh nayaka.

“mau makan apa?” tanya yang lebih tua

“adek ngikut mas aja, kan mas kepala keluarganya”

eyyy belajar dari mana, hm?” nayaka melontarkan candaan sembari mencubit pipi gembil itu pelan.

yang dikagumi hanya tersenyum malu malu.

tangan kecilnya terangkat menggengam tangan yang lebih tua penuh cinta, penuh afeksi seakan akan jika dilepas lelaki itu akan menghilang dari hadapannya.

“mas kamu—“

BRAKKK

ryuka dan nayaka tersentak, seorang perempuan dengan perawakan bak model datang secara tiba tiba menggebrak meja mereka begitu saja tanpa sopan santun sedikitpun.

“LO! DASAR PELAKOR!! GUE UDAH BILANG SAMA LO, JAUHIN NAYAKA!”

itu ella.

perempuan yang selama ini selalu dibangga banggakan oleh keluarga besar nayaka. perempuan yang katanya memiliki banyak hal positif dalam dirinya.

perempuan yang katanya sukses membuat nayaka kehilangan dirinya sendiri, terpendar, hilang, entah kemana.

perempuan itu, perempuan yang parasnya sungguh menarik namun akhlak dan sifatnya seperti seseorang yang bahkan tidak pernah menyentuh bangku pendidikan.

“MAU LO APA BANGSAT?!”

“TIBA TIBA MAKAN MALEM ROMANTIS SAMA TUNANGAN GUE?!”

ella menghardik ryuka dengan kasar, perempuan dengan perawakan 173 cm itu menarik rambut ryuka kasar hingga rasanya lelaki kecil itu akan terpental jauh.

PLAK PLAK PLAK !

wajah ryuka terpaling kesamping karena tamparan kuat ella.

“madep sini, jangan sok sok an lemah di depan gue”

ryuka dengan perlahan membalik wajahnya hingga berhadapan dengan ella. perempuan itu sudah akan melayangkan tamparan lagi kepada ryuka namun naasnya terhalang karena tangan seseorang…

“tampar aku aja, jangan adek.”

si tampan yang sedari tadi menjadi penonton dari keributan tersebut mulai angkat bicara. dirinya merasa tidak nyaman ryuka diperlakukan kasar seperti itu.

dirinya, bahkan bundanya sekalipun tidak pernah berperilaku kasar terhadap ryuka, namun perempuan ini?

“kamu?! bisa bisanya kamu belain dia?”

“kamu belain dia yang jelas jelas mau ngerebut kamu dari aku? iya?!”

cecar ella tanpa henti.

perempuan itu seakan meminta validasi, hardikannya selama beberapa menit kebelakang hanya untuk memastikan jika apa yang ia pikirkan benar atau tidak.

“bukan adek yang mau ngerebut aku.”

“kami berdua sama sama mengharap satu sama lain ella, tolong.”

“tolong jangan halangi kami. kamu perempuan baik, tapi maaf.”

“kamu pilihan ayah, bukan pilhan aku.”

jelas nayaka panjang lebar dengan nada yang penuh tekad.

anak tunggal dari keluarga adiputra itu berjanji akan melindungi ryuka dengan sepenuh hatinya.

dari apapun, tentang siapapun, sampai kapanpun demi angsa putihnya.