KESIALAN
Ahap's Story
Baru saja aku melangkahkan kaki di kota ini sudah ada saja kesialan yang menimpaku. Turun dari angkutan kota dan tiba tiba hampir di senggol oleh orang yang tak punya rasa kehati hatian dalam mengendarai sepeda motor. Bayangkan saja, dia yang hampir menabrak malah dia yang marah marah. “Makanya kalau mau nyebrang dari angkot itu lihat lihat! Ada orang gak dari belakang!” Katanya sambil marah marah saat dia hampir jatuh karena ngerem mendadak, aku yang sedikit shock pun hanya terdiam, bahkan tak bisa membalas perkataan nya.
Pria itu berhenti dan melepaskan helm serta masker nya membuatku jadi jelas melihat wajahnya. Dia mendatangi ku “Kalau gue jatuh gimana? Lu mau tanggung jawab?” Dia kembali memarahiku. “Maaf ya bang, disini abang yang salah. Abang bawa motor kencang kencang. Sedangkan ada angkot yang berhenti” jawabku setelah berkurang rasa shock ku. “Ya lu harus nya kalau mau nyebrang ya lihat lihat, jangan main nyelonong aja” katanya lagi masih sambil marah marah. Aku yang kesal langsung pergi meninggalkan nya. “Kalau orang lagi ngomong itu di dengari! Jangan malah pergi!” Katanya lagi setengah berteriak. Ingin sekali rasanya ku pukul wajahnya dan adu jotos dengannya, tapi mengingat badan nya yang lebih dan bahkan sangat besar seperti hulk maka aku mengurungkan niat untuk mengajaknya berkelahi.
Sampai lah aku di depan sebuah rumah bercat coklat muda dengan pohon jambu di depan nya. Ku ketuk sambil mengucapkan salam. Pintu terbuka dan menampakkan sesosok manusia dengan badan tinggi besar, seperti pernah lihat fikirku. “Kenapa lu lagi? Mau apa lu kesini?” Tanya nya sedikit berteriak. Aku yang terkejut mundur beberapa langkah ke belakang. “Gue nyari kos kosan” jawabku dengan tenang dan tanpa takut. “Gue gak mau sekosan sama anak yang gak punya sopan santun kayak lu!” Katanya kasar. Aku meneguk ludah. Bukan, bukan karena ku takut tapi manusia di depan ku ini susah untuk dikalahkan. “Gue juga gak mau sekosan sama orang yang gak punya tata krama kayak lu!” Jawab ku sama kasarnya. Terlihat dari belakangnya seseorang dengan rambut pirang dan dikucir. “Eh anak baru ya?” Tanya nya ramah, berbeda jauh dengan seseorang yang saat ini berada di depan ku. Aku mengangguk tersenyum. Ku dengar ia berdecih pelan tak suka dengan senyumanku. “Ini kosan tulus ya bang?” Tanya ku sesopan mungkin. “Bukan, ini kosan setia. Kosan tulus di sebelah ya” jawab nya masih sopan sambil menunjuk rumah berlantai 2 berwarna kuning gading di sebelah. “Terimakasih ya bang. Gue kesebelah dulu” pamitku. Pria itu hanya mengangguk tersenyum mempersilahkan aku pergi sedangkan pria bedar seperti hulk itu masih memasang muka sangarnya.
Aku yang masih sedikit takut dengan pria tadi mencoba untuk mengontrol diri ku sebelum masuk ke kosan ku yang sebenarnya. Aku takut bukan karena apa apa tapi jika aku digelut olehnya tulang tulang ku bisa remuk semuanya. Setelah sampai di rumah tersebut aku mengetuk pintunya yang sedikit terbuka, ku dapati pria mungil dengan kulit seputih susu berdiri membelakangi ku. “Permisi bang?” Dia membalikkan badan dan langsung menyambutku ramah, berbeda jauh dengan hulk rumah sebelah tadi. Aku harap walau kami tinggal bersebelahan, kami gak akan pernah bertemu satu sama lain.