SECUIL RASA
Apat's Story
“Untuk yang anak pendidikan sudah bisa mulai besok mengajar. Kalian lah yang mengatur bagaimana pembelajarannya” Kata Nai memberikan sedikit arahan kepada para anggota UKM. Untuk ditahun ini terdapat 2 orang mahasiswa pendidikan yang bergabung di UKM ini, ditambah dengan 2 anggota lama, jadi total ada 4 mahasiswa pendidikan yang siap membantu untuk mengajar anak anak di desa ini.
Ku lihat dua orang yang saat ini mengisi hidupku duduk bersebelahan. Kalau kalian bisa menebak dengan benar, ya mereka adalah chana dan ahap. Chana, si gadis manis dengan talenta mengajar kesabaran luar biasa dan kesabaran yang hampir sama dengan para nabi -menurut pendapatku sekarang sedang mengarahkan anggotanya dari seksi kependidikan, dia merupakan senior pendidikan tertua yang ada di UKM ini. Ahap, seorang maba laki laki berkulit putih dan halus, berwajah polos dan manis sekarang ini sedang fokus mendengar penjelasan chana yang diberikan kepadanya. Entah mengapa, ahap mampu mengacaukan isi kepala ku yang semula hanya dipenuhi oleh tugas dan kegiatan kegiatan sosial lainnya saja.
-
Tugas telah diberikan sesuai dengan jurusan masing masing. Bagi jurusan yang tidak terlalu ada tugas nya di kegiatan kali ini diarahkan menjadi penjaga hutan bagi yang laki laki dan manajemen pemasaran teh bagi yang wanita. Kemungkinan kami di desa ini sekitar 1 bulan lebih sampai seminggu sebelum masuk perkuliahan.
-
Hari ini adalah hai pertama kami bertugas sesuai tugas masing masing. Ku lihat chana dan ahap hari ini mengajar dengan penuh semangat. Mereka sangat pandai mengambil hati anak anak. Chana dengan cerewetnya terkadang memberikan nasihat singkat untuk anak anak sedangkan ahap dengan lincahnya mengajak anak anak bermain mengeksplor alam.
Ku lihat mereka berdua membawa anak anak pergi ke arah air terjun. Aku dan beberapa teman seksi keamanan hutan mengikuti mereka dari belakang. Ku lihat mereka berhenti sejenak dan Ahap menunjuk sepasang burung parkit yang duduk bermesraan diatas dahan pohon. Aku tidak terlalu mendengar apa yang dijelaskannya karena suara air terjun yang kencang dan jarak kami yang cukup jauh. Setelah selesai menjelaskan mereka kembali melanjutkan perjalanan ke air terjun.
Ku lihat dua orang itu sedang mengobrol sambil sesekali memperhatikan muridnya yang sedang mandi di air terjun. “Boleh aku bergabung?” tanyaku mengganggu obrolan hangat mereka berdua. Ku lihat tatapan berbinar chana dan tatapan malas dari Ahap. “Kalian lanjut aja ngobrolnya, gue mau main air sama anak anak” pamitnya saat aku sudah duduk disamping chana. Aku menahannya dengan memegang pergelangan lengannya. Sesuai perkiraanku, kulitnya memang sangat halus tak kalah dengan kulit halusnya chana. “Gue mau mengobrol sama kalian berdua, bukan dengan chana saja” akhirnya dia menyerah dan duduk disamping kami. Kami mengobrol santai, dan langit sudah terik menandakan hari sudah siang dan kami harus kembali ke desa.
-
Malam hari tiba. Malam ini adalah jadwal ku pergi ke hutan dan melakukan patroli disana. Waktu sudah menunjukkan jam 10 malam, ku lihat Ahap sudah tidur dengan nyenyaknya, lelah fikirku. Ku naikkan selimut hingga lehernya. Saat aku bersiap berdiri tanggan ku di tahan erat. Ku lihat Ahap melingkarkan tangannya ke tangan kiri ku. Aku tersenyum dan melepaskan pelan dari tangannya dan kembali membenarkan selimut yang sudah turun sampai dadanya.
Aku melakukan patroli di hutan bersama 5 temanku. Kami membawa senjata api yang dimiliki desa, untuk berjaga jaga semisal ada pembalang liar yang melawan saat kami tangkap atau ada sesuatu hal yang diluar kemampuan kami. Patroli kami lakukan sampai matahari terbit sekitar pukul 6 pagi. Kami akhirnya kembali ke kantor desa dan mengembalikan senjata api yang kami gunakan tadi malam.
“Udah bangun?” tanyaku saat melihat ahap yang tengah duduk di kursi depan rumah. Dia mengangguk dengan wajah bantalnya. Aku mendekat dan ku cubit hidungnya. Jujur aku tak tahan melihat kegemasan wajahnya. Aku pun tertawa saat dia teriak kesakitan. “Mandi sana, sebentar lagi ngajar” kataku kepadanya. “Aku gak ngajar hari ini” jawabnya. Sebentar? Sejak kapan dia memakai kata “aku”?. Aku pun hanya mengangguk dan menemaninya duduk disebelahnya. “Abang yang harusnya mandi, satu malaman di dalam hutan. Bau nya udah sama kayak monyet hahaha” katanya sambil duduk sedikit menjauh dariku. Ku lihat dia yang berbeda. Dia sangat berbeda hari ini, kata kata ya sopan, halus dengan wajah yang ceria. “Makanan udah siap!!” kami menoleh ke sumber suara, Chana berteriak memanggil kami dengan wajah ceria nya. Kami pun masuk dan makan bersama.
Ahap's Story
Hari ini adalah hari pertamaku mengajar. Tugas hari ini aku dipasangkan oleh chana, senior UKM dari jurusan PGSD dan juga pacar apat. Dia merupakan wanita yang sangat baik, berbudi baik, bertutur kata lembut dan juga guru yang kreatif. Hari ini dia membebaskan ku untuk membawakan materi. Aku pun punya ide untuk mengajak anak anak menyusuri hutan dan berakhir di air terjun.
kami berjalan melawati tepian hutan. Ku lihat apat bersama beberapa temannya berjalan mengikuti kami. Aku melihat sekeliling, ku lihat ada burung parkit di sebuah dahan. “lihat sini! itu burung parkit. Kalian tau, itu adalah burung yang setia. Jadi mereka hanya akan menikah sekali seumur hidup” jelasku kepada semua muridku. “jadi kalau salah satu nya mati bagaimana?” tanya salah satu murid ku. Aku mengelus kepalanya “kalau salah satu ada yang mati, mereka sedih dan kemungkinan akan mati karena sangking sedihnya” jawabku. Ku lihat mereka menganggung angguk tanda mengerti.
Setelah sampai di air terjun aku membiarkan anak anak untuk mandi di air terjun sedangkan aku bersama chana duduk dan mengobrol. Tak lama ku lihat apat datang dan duduk di samping chana. Aku pamit untuk pergi tidak mau mengganggu kedua orang itu. Saat aku akan pergi ku rasaka tanganku digenggam, aku menoleh dan ku dapati apat menggenggam tanganku dan melarang ku pergi. Aku mengalah dan akhirnya duduk kembali dan mengobrol bersama mereka.
Malam pun tiba, aku sudah sangat mengantuk karena aku lelah setelah seharian berjalan di tengah hutan. Ku rasakan sebuah tangan mengelus rambutku disaat aku hendak tertidur. Aku pun membuka mata sedikit dan aku sedikit terkejut karena apat yang melakukan itu. Apat pun membenarkan posisi selimut yang sudah jatuh hingga ke dadaku. Lalu ku lihat dia hendak pergi, setengah sadar ku lingkarkan tanganku di lengannya. Ku lihat samar dia tersenyum dan dengan hati hati melepaskan tanganku. Entah mengapa, hatiku diliputi rasa takut saat ia akan pergi ke hutan. Ia lalu pergi dengan membenarkan posisi selimutku sebelumnya.
Malam ini aku tak dapat tidur dengan nyenyak. Fikiranku tertuju ke apat yang malam ini berpatroli di hutan. Sekitar jam 3 pagi aku bangun dan keluar. Aku duduk di kursi depan rumah sendirian bertemankan cahaya bulan dan bintang. Bulan sudah hampir purnama, mungkin sekitar 4-5 hari lagi maka bulan akan purnama. Saat jam menunjukkan sekitar pukul 6 ku lihat dia datang bersama teman teman lainnya. Aku pun senang saat mengetahui ia tidak apa apa. Dia tiba tiba mencubit hidungku, aku berteriak dan dia tertawa terbahak lalu duduk disampingku. Kami mengobrol sebentar dan tak lama chana memanggil kami untuk sarapan pagi.