—Penyelidikan
Janne membuka ponselnya yang bergetar. Terdapat notifikasi chat yang masuk di sana.
“Bu Janne, kasus sudah diproses. Mungkin besok Anda akan mendapatkan panggilan dari pihak kepolisian.” tulis pengacara pribadi Jaehyun.
“Jae, besok kayaknya bakalan ada panggilan dari kepolisian,” kata Janne pada suaminya tersebut.
“Wah, bagus dong. Tumben polisi gerak cepat.”
“Haha, iya juga. Tapi syukur deh. Biar ketangkap pelakunya. Kamu buruan sembuh dong.”
“Selama kamu di sini aku udah sembuh.”
“Halah, gombal. Nih buktinya belum bisa berdiri.”
“Aku baru sadar loh.”
“Hahaha, bercanda kali, ah.”
“Janne,” panggil Jaehyun dengan nada rendah.
“Hm?”
“Sini, aku mau peluk, Janne menurut dan mereka berpelukan lagi.
“Makasih, ya.”
“Kenapa makasih? Kan aku udah bilang berkali-kali kalo ini tuh kewajiban dan tanggung jawabku.”
“Iya, makasih udah mau menjalani itu.”
Polisi telah memproses surat penangkapan dan penyelidikan. Mereka juga telah melacak keberadaan Taeyong. Saat ini, pihak kepolisian sedang menuju ke sana. Taeyong kaget bukan main. Tidak ia sangka bahwa polisi bergerak lebih cepat dari yang ia kira. Ia kemudian diseret ke kantor polisi untuk dimintai keterangan.
Sementara itu, Janne juga telah mendapat panggilan dari pihak kepolisian. Ia datang ke sana dan ternyata Kara dan Taeyong juga sudah berada di sana. Tak lama kemudian, Kara dan Taeyong masuk ke dalam ruang penyelidikan. Kara memberika kesaksian sesuai dengan apa yang telah ia katakan pada Janne dan Jaehyun beberapa hari yang lalu.
“Makanya, kamu harusnya tuh nerima aku lagi. Tapi, kenapa kamu susah banget sih?” tanya Taeyong penuh dengan amarah. Kara hanya diam saja tidak memberi jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan olen Taeyong.
“Saudara Taeyong, penyelidikan akan segera dimulai. Anda diperkenankan untuk tidak menjawab pertanyaan sekiranya pertanyaan tersebut Anda rasa memberatkan,” jelas petugas penyelidikan.
“Mendengar apa yang telah dijelaskan oleh saudari Kara, apakah Anda yang melakukan sabotase tersebut?”
“Ya,” jawabnya dengan tak ada rasa penyesalan sedikitpun.
“Mengapa Anda melakukan sabotase tersebut?”
“Sudah jelas. Balas dendam.”
“Menurut kesaksian dari saudari Kara dan bukti rekaman CCTV yang saya tayangkan, apakah Anda mengakui bahwa sosok laki-laki di rekaman ini adalah Anda?”
“Ya, sudah jelas.”
“Apakah Anda melakukan aksi ini sendirian?”
“Kenapa sih orang-orang menanyakan hal yang tidak penting? Coba Anda pikir, memangnya saya bisa melakukan itu sendiri?”
“Jadi, Anda mengakui bahwa ada orang lain yang membantu Anda?”
“Ya, tentu.”
“Siapa orang yang membantu Anda? Jika pertanyaan ini dirasa memberatkan, Anda mempunyai kesempatan—”
“Johnny, pemilik perusahaan Johnny Sytle.”