Rakyu

notyourtypicalgirl

Part 1 : My Trip Our Adventures


Disclaimer : Semua hal yang berkaitan dalam cerita ini hanyalah bentuk karangan semata dan mungkin cukup berbeda jauh dari kehidupan nyata, jadi mohon dipahami demi kebaikan bersama, terima kasih.

Genre : Comedy, Romance, Slice of Life

Soundtrack : Mine by Taylor Swift








—-




Rahma membuka selimut yang menutupi tubuhnya, kali ini ia benar-benar dibuat terpukau oleh penampilan dirinya sendiri yang sangat berbeda jauh dari tubuh aslinya, bahkan ia sampai tidak mengenali wajahnya sama sekali.

Gadis itu melihat ke segala penjuru sudut ruangan tempat ia berada sekarang, warna merah muda yang mendominasi dinding tersebut cukup membuat matanya berbinar, sungguh cantik.

Ini adalah kamar impiannya.

Ponsel berwarna merah muda itulah yang paling menarik perhatiannya, bisa dikatakan bahwa ponsel tersebut juga merupakan incarannya selama hidup di dunia. Akhirnya ia bisa memilikinya secara gratis.

Gawat! Rahma lupa kalau ia memakai akun orang lain? Atau mungkin memang dirinya sendiri? Tapi tetap saja ia tidak menyangka akan ada yang membalas.

Sebenarnya gadis itu masih belum mengerti apa yang telah terjadi kepada dirinya.

Dimana ia sekarang? Kemana teman-temannya pergi? Apakah benar mimpinya semalam? Atau dirinya masih bermimpi? Aneh!

Rahma memberanikan diri untuk memeriksa keseluruhan isi ponsel barunya tersebut.

Membuka setiap sosial media yang ada, semuanya memiliki username yang sama yaitu @RahmaLee_ bahkan beberapa pengikut akunnya cukup banyak, apakah ia begitu populer?

Rahma juga melihat layar kunci ponselnya yang menunjukkan sebuah foto 4 gadis remaja yang memiliki visial diatas rata-rata, dan salah satunya adalah sosok dirinya sekarang. Mungkin mereka adalah temannya?

Dengan sedikit ragu, Rahma mencoba membuka aplikasi galeri disana. Ternyata benar, banyak sekali foto mereka berempat di berbagai lokasi.

Tak hanya itu, ada beberapa foto lelaki juga yang terlihat diambil secara diam-diam karena potretnya tidak terlalu jelas.

Apakah itu kekasihnya?

Rahma mengedikkan bahu tak acuh, ia kemudian membuka aplikasi WhatsApp dan menemukan satu grup chat yang telah di pin bernama “Mean Girl 💅”

Gadis itu membuka info grup dan melihat satu per satu anggotanya, anehnya semua nama yang tertera disana sangatlah mirip dengan nama teman-temannya.

“Sayang, kamu udah siap belum? Nanti kamu telat loh... Mami tunggu dibawah ya, kamu mandi sama ganti seragam cepet.”

Seorang wanita masuk ke dalam kamarnya tanpa izin, namun mendengarnya mengaku sebagai Mami, Rahma pun langsung gila hormat.

Tapi apa maksudnya berganti seragam? Bukannya ia sudah memasuki era kuliah?

“Seragam?” Tanya Rahma hati-hati.

“Iya, sekarang kan hari Senin waktunya kamu sekolah, inget katanya mau ngalahin si itu tuh, jangan sampe telat biar gak ditinggal temanmu juga okey?” Ucapnya sembari meninggalkan ruangan kamar Rahma.

“Si itu?”

Sebuah tanda tanya besar, nampaknya ia punya musuh di kehidupan ini.


Adya segera beranjak dari kasur untuk melihat visual wajah dan tubuhnya yang mengalami perubahan sangat drastis ini lewat cermin.

Sedikit dramatis memang tapi ia langsung berteriak kencang di dalam kamar tersebut.

Gadis itu seketika membuat seisi rumah panik dan berlarian menghampiri kamarnya di lantai 2.

“Ada apa Adya?” Tanya seorang wanita yang terlihat lebih tua darinya, namun wajahnya masih nampak awet muda.

Beliau memakai pakaian formal dilengkapi hak tinggi nan elegan.

Wanita tersebut sontak memeluk Adya sembari membelai rambutnya secara lembut layaknya seorang ibu pada anak.

“Ini bukan mimpi kan?” Tanya Adya dikala keheningan yang melanda.

“Mimpi? Ya ampun anak Bunda...” Wanita yang mengaku dirinya adalah “Bunda” itu pun melepas pelukannya lalu tersenyum hangat. “Ini udah jam 7 pagi waktunya kamu mandi, sarapan terus berangkat sekolah, okayy? Bunda tunggu di bawah, kamu jangan sampai telat, soalnya nanti kan kamu di jemput sama Amel, mau kamu ditinggal dia?”

Adya mengedipkan matanya berulah kali berusaha mencerna ucapan wanita itu yang terkesan cepat namun ia paham maksudnya. “Di jemput pake apa?”

“Ya mobil lah sayang, masa pake becak, ihh gak level dong kita.” Bunda tertawa sarkas kemudian meninggalkannya sendiri.

Adya akhirnya mengangguk dan berjalan ke arah kamar mandi, ia masih sibuk bermain dengan cermin disana, pantulan dari wajahnya sangatlah cantik. Memang benar ini dirinya? Atau dia masih bermimpi?

Bahkan lekukan tubuhnya benar-benar bak artis korea. Putih, mulus serta berat badan yang ideal, ditambah kamar mewah minimalis yang ia dambakan sejak dulu.

Tentang mimpinya semalam, Apakah benar ia mengalami kecelakaan dan terbangun di kehidupan kedua? Atau ini dunia paralel? Sungguh membingungkan.

Mengingat sesuatu, ia kembali mencari benda persegi panjang yang sempat ia lempar ke sembarang arah tadi, ponsel berwarna biru itu terlihat asing baginya.

Ternyata itu adalah ponsel elit yang dipuja semua manusia di muka bumi ini. Ya, iPhone 16.

Satu hal yang menarik perhatiannya adalah gambar layar kunci yang memperlihatkan 4 gadis remaja, salah satunya adalah Adya sendiri.

Sebenarnya siapa mereka?

Adya akhirnya membuka isi galeri disana untuk mencari bukti lain tentang siapa jati dirinya ini, banyak beberapa foto mereka layaknya seorang sahabat yang kemana-mana selalu bersama.

Juga ada foto lelaki memakai kacamata yang entah siapa identitasnya, namun foto lelaki itu tersimpan pada satu folder khusus tanpa nama.

Mungkin itu kekasihnya? Atau mungkin ia menyukai lelaki itu secara diam-diam? Masih menjadi misteri.

Adya kembali membuka aplikasi X disana untuk mengeluarkan akun bernama @Adya_Jeon tersebut dan memasukkan akun lamanya. Anehnya akun itu justru tidak tersedia.

Mau tidak mau, ia terpaksa memasukan lagi akun sebelumnya dengan password yang sama seperti akun miliknya dulu. Berhasil, sungguh diluar prediksi BMKG.

Setelah berdebat dengan seseorang yang bahkan tidak ia kenal, Adya kembali melempar ponselnya ke tempat tidur dan pergi ke kamar mandi.

Jika benar ia berada di dunia paralel maka ia tidak boleh menyia-nyiakan waktu berharganya ini.

Mari kita lupakan masalah dan beban hidup di masa lalu dan berbahagialah di kehidupan baru kita.


Nabillah melihat ke arah jam dinding yang telah menunjuk pukul 7 pagi, ia segera merapikan tempat tidurnya lalu bercermin terlebih dahulu sebelum memasuki kamar mandi.

Gadis itu menepuk pelan kedua pipinya gemas, bagaimana bisa wajahnya berubah hanya dalam satu malam? Bukankah itu ajaib? Tapi ia berusaha menghiraukannya dan berlanjut untuk mandi.

“Bella, jangan lupa sarapan ya sebelum berangkat sekolah!” Ucap suara wanita dari luar kamar mandi.

Bella sontak kaget dan segera mengambil handuk demi menghentikan wanita tersebut. Jujur ia penasaran apa yang telah terjadi? Apakah ini masih mimpi atau bukan sebenarnya?

“Tunggu dulu!” Bella berusaha menggapai lengan wanita tadi sampai-sampai kakinya hampir tergelincir saking licinnya.

“Ya ampun Bella, kamu udah selesai mandinya?” Wanita itu nampak khawatir kalau saja Bella terjatuh. “Mama udah bikinin sarapan di bawah, kamu rapih-rapih ya, takut Amel sampe duluan.”

“Iya ma.” Balas Bella sembari mengangguk paham, sepertinya dugaan dia benar.

Mimpi kecelakaan yang ia alami semalam memang nyata adanya, ia bisa merasakan detik-detik kecelakaan berlangsung serta deru nafas terakhir yang kian menipis menunggu pertolongan.

Namun semuanya terlambat, nyawa dan raganya justru tidak kuat menahan semua itu, naas memang nasibnya.

Mungkin hal yang ia rasakan sekarang adalah kehidupan keduanya, atau lebih tepatnya ia sudah bereinkarnasi menjadi gadis remaja yang masih dalam masa pubertas, juga ekonomi keluarga yang terbilang cukup baik dibanding kehidupannya dulu.

Ternyata takdir tidaklah selalu buruk.

Bella mengambil ponsel berwarna hijau muda di atas meja, ia cukup takjub melihat benda persegi panjang itu, akhirnya kini ponselnya sudah berganti menjadi kelas atas yaitu iPhone 16.

Bagian paling mengejutkan, semua nama yang tercantum di akunnya adalah nama asli, hanya saja layar kunci ponselnya menunjukkan foto 4 gadis remaja seusianya.

Bella mulai berpikir apakah itu termasuk teman-temannya? Wasila, Amel dan Rahma?

Gadis itu kemudian membuka isi galeri untuk melihat visual dirinya dan beberapa temannya.

Benar, ternyata mereka semua memang sering berfoto bersama, bahkan ada satu folder berisikan foto lelaki yang sangat tampan baginya. Tapi siapa?

Sepertinya Bella membutuhkan bantuan dari teman-temannya yang pandai dalam hal mencari identitas lelaki tampan.


Amel terbangun dengan sangat tidak manusiawi. Bagaimana tidak? Ia mengacak-acak setiap permukaan kamarnya tanpa sebab.

Entahlah, mungkin ia merasa tidak terbiasa dengan kamar yang rapih, seperti bukan tipenya saja.

Bercanda, ia melakukan hal itu karena kesal dengan mimpi buruknya semalam.

Tidak, dirinya tidak boleh gagal dalam mengendarai mobil, bukankah itu suatu kegiatan yang mudah dilakukan semua orang? Nyatanya tidak!

Kini Amel mulai overthinking, ia takut bahwasanya mimpi semalam menjadi kenyataan yang akan menewaskan mereka berempat, ia takut semua teman-temannya akan kecewa berat dan tidak mau lagi berteman dengannya.

Tanpa sadar ia hampir saja melempar ponsel mahalnya tersebut. “Anjing iphone 16 gue babi!”

“Ada apa ini?” Seorang wanita yang terlihat lebih tua darinya segera menghentikan tindakan brutalnya tersebut. “Amel, kenapa? Coba cerita sama mama.”

“Mama?” Amel mendongak untuk menatap mata teduh wanita yang tidak lain adalah mamanya sendiri di kehidupan ini.

“Iya coba cerita kamu kenapa pagi-pagi udah ngereog aja, hm?” Mama Amel mengelus tangannya lembut sembari mengajaknya untuk duduk di pinggir kasur.

“Amel mimpi semalem Amel sama temen-temen kecelakaan.” Amel menunduk malu saat menceritakan kejadian naas dalam mimpinya.

“Ya ampun, itu tuh makanya kamu jangan keseringan bergadang apalagi nonton film horror, jadi kebawa kan.” Mama Amel menepuk pelan kedua bahu anaknya. “Udah sekarang kamu mending mandi terus sarapan ya, mobil udah di siapin sama papa di luar, anak mama hebat kok buktinya selalu jalan-jalan naik mobil gak pernah ada masalah.”

“Hah? Sering jalan-jalan naik mobil?” Amel mengernyitkan dahinya tak percaya, jadi ia selama ini memang selalu naik mobil kemana saja?

“Iya, kamu juga sering anterin mama belanja ke Mall naik mobil pink kamu itu, udah ya gak perlu mikirin hal-hal yang gak penting, mama selalu doain Amel selamat dimanapun itu.” Mama Amel tersenyum agar anaknya itu tenang.

“Makasih ya mama, maafin Amel udah berantakin kasur pagi-pagi nanti Amel beresin kok.” Amel menggaruk tengkuknya merasa bersalah.

“Udah nanti kan yang beresin Mbok Sumi, kamu mandi abis itu sarapan, perut gak boleh kosong loh.”

“Siap ma!”

Amel akhirnya segera bergegas menuju kamar mandi, tak lupa ia bawa ponsel mahalnya tersebut untuk mendengarkan musik.

Setelah semuanya beres, ia kembali membuka akun X nya yang sudah berganti nama menjadi Amel Kim itu.

Amel pun mengunci layar ponselnya, dapat ia lihat dirinya bersama ketiga temannya yang ia yakini adalah Wasila, Nabillah dan Rahma.

Tunggu dulu, sepertinya ada yang aneh!

Amel melihat pantulan dirinya pada cermin, ternyata tak hanya akunnya saja yang berubah melainkan wajahnya juga berubah menjadi gadis remaja cantik, pantas saja.

Untuk mengabadikannya momen langka tersebut, Amel menyalakan kamera dan berfoto ria di depan cermin demi memamerkan wajah serta style barunya.

Sembari memilah beberapa foto di galeri ponselnya, ia sempat dikejutkan oleh banyaknya foto lelaki tanpa identitas bersemayam dalam satu folder khusus.

Amel kira mungkin foto lelaki itu adalah kekasihnya tapi sepertinya bukan, karena pengambilan gambarnya sangat tidak jelas bahkan blur.

Sangat mencurigakan.









Seorang pria paruh baya berjalan ke atas panggung aula dengan mikrofon hitam di tangannya.

“Kalian mungkin bertanya-tanya kenapa hari ini kalian semua bisa berkumpul di satu tempat yang paling berkesan ini, bukan?”

Semua siswa mengangguk dan bersorak sebagai jawaban.

Sosok tersebut mulai berbicara panjang lebar yang apabila dirangkum dalam sebuah paragraf akan bertuliskan...

Pak Brando, merupakan kepala sekolah di Eternally High School yang telah menjabat selama 1 tahun lamanya.

Tujuan utamanya mengumpulkan seluruh siswa di Aula saat ini adalah untuk mengapresiasi para siswa berprestasi, seperti memberikan perhargaan berupa sertifikat dan memotivasi siswa lainnya agar terus berkembang menjadi lebih baik.

Saat memasuki penghujung acara alias sesi penutupan. Maka beliau akan menyebutkan nama-nama yang akan menerima sertifikat, dan bagi siswa yang merasa terpanggil silahkan naik ke atas panggung.

“Kevin Lius Bong...”

Siswa yang bernama Kevin itu tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya, membuat keempat gadis di seberang sana ikut berdiri tanpa sadar.

Adya, Bella dan Rahma berdiri sambil bertepuk tangan secara bersamaan, mengajak siswa lainnya untuk ikut berdiri dan memberikan tepuk tangan serupa.

“Eh ngapa lu pada berdiri sih??” Amel yang pada dasarnya malas berdiri, hanya bisa bertepuk tangan tanpa mengubah posisinya.

“Jadi dia namanya Kevin Lius Bong?” Bisik Rahma tanpa mengalihkan pandangannya dari lelaki bernama Kevin tersebut.

“KEVIN JODOHKU!” Bella berteriak girang saat Kevin tersenyum manis di atas panggung.

“HEH! Katanya introvert!” Adya membungkam mulut Bella dengan tidak manusiawi dan brutal, bikin malu saja memang.

“Jadi sebenarnya dia itu orang yang kita suka atau musuh kita sih?” Lirih Amel bingung, ia masih saja sibuk bertepuk tangannya mengikuti ritme seisi ruangan.

Rupanya hampir seluruh siswa angkatan kelas 12 yang mengidolakan dan memuja-muja lelaki bernama lengkap Kevin Lius Bong ini.

“Sandy Kristian Waluyo!”

“Axel Giovanni Hartanto!”

“Maxwell Salvador Surya Atmaja!”

Suasana di dalam aula menjadi semakin tak terkendali ketika mendengar nama setiap siswa yang dipanggil satu per satu oleh Pak Brando.

Hingga akhirnya...

“Rahma Dewi!”

“Nadya Wasila!”

“Nabillah Agustin!”

“Amelia Putri!”

Dan ya, para gadis itu tidak menyadari bahwa nama mereka telah dipanggil oleh sang Kepala Sekolah.

“Kalian maju mean girls!” Salah seorang siswa mendorong bahu Bella untuk menyadarkannya dan naik ke atas panggung.

“Hah apa?” Bella terkejut, ia tidak salah dengar kan namanya terpanggil barusan?

“KITA MAJU GOBLOG!” Amel dengan kesadaran penuh maju lebih dulu seraya melambaikan tangan kepada seluruh siswa yang dilewatinya.

“Serius kita maju?” Sedikit ragu namun pasti, Rahma mengikuti Amel dari belakang, awalnya ia memang malu menjadi pusat perhatian tapi setelah melihat gaya Amel ia mulai narsis juga.

Tersisa Adya dan Bella di belakang. Karena terbilang introvert, mereka pun hanya bisa menahan malu menjadi pusat perhatian dan berusaha tersenyum sebagai pendirian.

“Ya, Rahma berdiri di samping Maxwell ya!” Pak Brando memberi arahan langsung kepada mereka agar terlihat bagus saat di foto nanti.

“Berdiri samping Kevin boleh gak Pak?” Celetuk Rahma bercanda yang langsung diberi tatapan tajam oleh teman-temannya.

“Sini aja!” Adya menarik paksa lengan teman gilanya itu.

“Iya maaf...” Rahma menunduk malu, ia juga menyadari lelaki di sampingnya bahkan menahan tawa, malu lah dia.

“Baik, apakah ada yang ingin disampaikan dari kalian? Mungkin sekedar memberikan motivasi untuk siswa lain?” Tanya Pak Brando sebelum beralih ke sesi pembagian sertifikat.

Tanpa pikir panjang, beliau seketika memberi benda pengeras suara tersebut kepada Kevin Lius Bong, seorang siswa yang berhasil menduduki peringkat pertama dengan perolehan nilai sempurna di tiap mata pelajarannya.

“Halo semuanya, perkenalkan nama saya Kevin Lius Bong. Sebelumnya saya ingin berterima kasih kepada Pak Brando selaku Kepala Sekolah, Bapak dan Ibu Guru yang saya hormati serta teman-teman saya yang berbahagia....”

Kevin mengambil jeda sejenak untuk tersenyum melihat teman-temannya di atas panggung.

Jelas hal tersebut membuat Bella salah tingkah dan ingin berteriak, namun ia harus jaga sikap di hadapan banyak orang, ia hanya mampu menggigit bibir bawahnya dan meremas tangan Amel.

“Bel, jangan cabul di atas panggung anjing!” Bisik Amel memukul lengan temannya itu.

“Gak gitu anjir, Kevin ganteng banget masa senyum ke gua, fix dia suka sama gua sih!” Bella ikut berbisik penuh halu.

“Najis banget babi!” Amel menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

“Mungkin penghargaan yang saya peroleh ini tidak cukup bermakna tanpa adanya dukungan dari orang tua, guru dan teman-teman terdekat saya.

Satu hal yang ingin saya sampaikan, bagi para siswa yang merasa gagal dalam ujian semester lalu janganlah berkecil hati, karena masih banyak peluang untuk menjadi siswa terbaik di semester akhir ini.

Tentunya dengan giat belajar dan disiplin adalah poin yang utama, terus berusaha, pantang menyerah, jangan pedulikan perkataan negatif orang lain.

Jadilah siswa yang berprestasi demi mengharumkan nama bangsa Indonesia. Terima kasih banyak.” Kevin membungkuk, tak lupa ia berikan senyuman sebagai salam manis penutupan.

“Ya berikan tepuk tangan untuk Kev—”

Belum sempat Pak Brando menyelesaikan kalimatnya, seluruh siswa sudah berdiri lebih dulu dan bertepuk tangan secara antusias, beliau cukup bangga melihat dampak besar dari seorang Kevin Lius Bong.

“Baik terima kasih semua atas tepuk tangannya... Dan untuk kelas IPS 12, apakah ada yang ingin disampaikan?” Kini Kepala Sekolah memberi kesempatan pada Rahma, Adya, Bella dan Amel.

Sontak mereka berempat langsung diam membatu karena tidak menghafalkan maupun mengingat pidato apapun sama sekali, lantas apa pula yang harus mereka sampaikan?

Kevin memberikan mikrofon hitam itu pada orang disebelahnya yaitu Sandy, agar melakukan estafet hingga benda pengeras suara tersebut sampai di tangan Rahma.

“Ya, perkenalkan nama saya Rahma, sebelumnya saya ingin berterima kasih dan memohon maaf karena sepertinya teman saya yang ingin menyampaikan sesuatu....” Rahma mengoper paksa mikrofon itu ke teman sebelahnya, Adya.

Adya melotot tak percaya, Rahma ini adalah maut baginya, tamatlah sudah riwayatnya.

“Um... Maaf, nama saya Nadya Wasila, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Pak Brando selaku Kepala Sekolah, para Guru, Wali Kelas serta teman-teman yang sudah berkumpul di Aula ini...

Dan untuk selengkapnya akan dilanjutkan oleh teman saya...” Adya kembali mengoper mikrofon itu ke teman sebelahnya, Bella.

“Hah!? Apa nih?” Bella panik namun tetap menerima benda pengeras suara itu karena tidak enak, jadi mau tidak mau ia harus menyampaikan sesuatu.

“Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...”

Ucapan salam islami yang langsung dibalas oleh semua kalangan disana.

“Wa'alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh...”

“Perkenalkan nama saya Nabilah Agustin, sebelumnya saya ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada Pak Brando selaku Kepala Sekolah Eternally High School, Bapak dan Ibu Guru yang saya hormati, serta teman-teman yang saya cintai... Terutama Kevin—”

“HAH!?” Semua siswa yang mendengar auto syok bahkan ketiga temannya pun ikut syok, besar juga nyalimu wahai Bella.

Sedangkan sang pemilik nama justru tersenyum malu dan salah tingkah.

“Eh maksudnya terutama teman-teman terdekat saya, mohon maaf.

Bagi saya untuk mencapai nilai sempurna dalam ujian memang agak sulit, ditambah banyaknya persaingan antar kelas untuk sama-sama menjadi siswa terbaik dari yang terbaik.

Namun seperti kata Kevin tadi...

Apabila kita menekuni suatu hal, mulai dari giat belajar, disiplin, pantang menyerah dan terus berusaha dengan sepenuh hati, maka insyaallah semuanya akan dipermudah.

Ya, itu saja dari saya, terima kasih...”

Bella sejujurnya merasa malu, tapi entah dorongan dari mana ia mampu berbicara panjang lebar dengan sangat lancar.

Anehnya, ia selalu saja tidak sengaja menyebutkan nama Kevin Lius Bong, itu lebih memalukan.

Pada akhirnya, Bella kembali mengoper mikrofon itu sampai berhenti di tangan Amel.

“Ya, itu dia yang dapat teman-teman saya sampaikan, kurang lebihnya mohon maaf, wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...” Amel tersenyum dan membungkuk dengan bangga.

Temannya kan sudah memberi satu pidato, jadi ia tidak perlu menyampaikan apa-apa lagi kan? Hehehe...

Setelah proses pemberian sertifikat kepada tiap siswa berprestasi selesai, seluruh siswa pun akhirnya diarahkan oleh Pak Brando untuk kembali ke kelas masing-masing dan bersiap mengikuti jam pelajaran pertama.

Ketika Adya hendak menuruni tangga panggung, dirinya tiba-tiba tersandung dan hampir terjatuh kalau saja tidak ada yang menahannya...

Awalnya Adya reflek menutup mata, takut jika dirinya akan benar-benar jauh ke lantai, juga takut menahan malu dihadapan semua orang.

Bodoh sekali memang, bagaimana bisa ia bisa tersandung hanya karena tangga biadap itu.

Namun lebih takut lagi melihat orang yang sudah menyelamatkan yaitu...

“K-Kevin?” Adya membuka matanya secara perlahan dan mendapati sosok Kevin Lius Bong di jarak yang sangat intim ini, rasa malunya sudah berubah menjadi rasa sayang... Eh?

“Kamu gak apa-apa, Adya?” Tanya Kevin dengan halus, untungnya ia sigap merengkuh pinggang Adya tadi.

“Iya gak apa-apa kok, Vin. Makasih ya...” Adya menggaruk tengkuknya, sedikit canggung dan malu.

“Sakit gak kakinya? Apa mau aku anter ke ruang kesehatan dulu sebelum masuk kelas?” Tawar Kevin yang hendak menggendong gadis itu namun ditahan olehnya.

“Eh gak usah Vin, ini mah emang cuma kesandung doang kali, santai aja.” Adya tersenyum paksa.

“Aku anter ke kelas kalo gitu mau?” Tawar Kevin sekali lagi.

“Eh jangan Vin, makasih banget, tapi gua bisa sendiri sumpah!” Adya sebenarnya bingung bagaimana cara menanggapi lelaki cerdas ini, ia hanya ingin cepat-cepat ke kelas saja.

“ADUH!” Teriak Bella sengaja menginterupsi mereka berdua, entahlah ia merasa sedikit cemburu melihatnya dan yang terpenting ia butuh atensi dari seorang Kevin Lius Bong juga.

Sialnya kedua insan tersebut seperti mengabaikannya.

“Lu kenapa Bella?” Rahma yang mendengar teriak Bella lantas terkejut.

“Kaki gue!” Bella mengusap kakinya yang tidak merasa sakit sebagai alibi.

“Kenapa kaki kamu?” Tanya Sandy ikut menimbrung.

“Wes ra ngurus, San!” Maxwell mendorong Sandy untuk segera pergi ke kelas tanpa memedulikan siswa lain.

“Heh maksud lo apaan ngomong gitu!” Rahma menarik ujung seragam Maxwell tak terima temannya ditindas.

“Ya udah bukan urusan gue! Paham gak bahasa Jawa?” Tegas Maxwell, mungkin ia kira gadis itu tidak mengerti bahasa yang diucapkannya.

“Gue paham ya bahasa Jawa!” Balas Rahma penuh emosi.

“Eh gak boleh gitu Meks, coba tanyain itu kakinya kenapa? Sakit gak?” Sandy mencoba mendinginkan suasana.

“Lah opo toh kok jadi gue?” Maxwell kesal, orang gila mana yang mau menanyakan hal tidak penting macam itu.

“Katanya calon dokter, gimana sih?” Sandy menyenggol bahu Maxwell supaya temannya itu memberikan contoh baik sebagai siswa berprestasi.

Maxwell berdecak sembari memutar bola matanya malas, tanpa disangka lelaki tersebut malah menggendong Rahma dan membawanya keluar Aula

“Eh kan yang sakit temen gua anjing, bukan gua!” Protes Rahma yang seolah-olah angin lalu bagi Maxwell.

“Yeh kocak si Maxwell!” Sandy pusing melihat perilaku temannya yang diluar nalar itu, ia pun berakhir memeriksa keadaan Bella. “Kamu gak apa-apa kakinya?”

Bella cemberut, kenapa teman-temannya mendapat perlakuan romantis sedangkan dirinya tidak, sungguh tidak adil.

“Hei kamu!” Sandy menjentikkan jarinya di depan wajah Bella, tapi hasilnya nihil. “Nabillah Agustin!”

“Kevin Lius Bong...” Ucap Bella melantur tak jelas, pandangannya masih setia mengarah pada Kevin dan Adya yang berbincang sampai keluar Aula

“Lah gue Sandy Kristian Waluyo anjir!” Sandy kesal kenapa orang-orang selalu melupakan namanya, apakah ia kalah populer dengan Kevin?

“Huwaa Sandyy Kristian Waluyo... Sakit hati gue ngeliat Kevin sama orang lain...” Bella merengek secara dramatis bahkan memeluk Sandy tiba-tiba membuat sang oknum kebingungan namun juga bahagia.

“Lu hafal nama gua anjir!” Sandy membalas pelukan Bella senang.

Amel sejak tadi memang tak memedulikan perilaku minus teman-temannya, ia justru fokus pada satu siswa berprestasi di depannya.

Gadis itu melihat ada 3 siswa laki-laki lain yang nampak sedang mengintimidasinya.

“Axel Giovanni Hartanto... Selamat ya udah masuk ranking seangkatan.” Ucap siswa pertama, ia menepuk pundak Axel berulang kali seolah ada niat tersembunyi.

“Iya selamat ya, kalo bisa... Gua juga mau dong masuk ranking seangkatan, bisa kan?” Tanya siswa kedua memberi tatapan penuh permohonan.

“Wah selamat Axel kita ternyata bisa masuk ranking seangkatan juga, tapi kok nilai gua malah turun ya, Xel? Ada salah dimana tuh kira-kira?” Siswa ketiga kini mengambil sertifikat Axel tanpa izin.

“Saya minta maaf, gimana kalo kita omongin lagi pas waktu istirahat?” Axel membalas mereka dengan hati-hati, takut lawan bicaranya tersinggung.

“Oh iya bener, masih ada waktu istirahat ya... Oke deh, kita tunggu ya Axel...” Siswa pertama pun mengangguk lalu mengacak kasar rambut Axel.

“Sertifikatnya buat gua aja ya, lu mah udah punya banyak ginian kan di rumah?” Siswa kedua menarik sertifikat Axel tak sabaran, layaknya orang yang belum pernah menyentuh benda itu selama hidupnya.

“Balikin sertifikat punya Axel!” Amel memberanikan diri untuk mengancam mereka.

Ketiga siswa laki-laki itu menoleh pada Amel, bahkan hingga membuat Axel keringat dingin.

“Emang kenapa kalo gak dibalikin, sayang?” Siswa ketiga menggodanya.

“Balikin sekarang atau idup lo semua yang gue balikin!” Ucap Amel penuh ketegasan namun tetap pada pembawaannya yang santai.

“Aww… takutt…” Sindir siswa kedua kemudian melempar sertifikat milik Axel dan meninggalkan mereka begitu saja, tidak sopan memang.

“Lo kenapa gak ngelawan sih?” Amel menyilangkan tangannya di depan dada. Jujur ia sangat kesal melihat penindasan tersebut.

Axel hanya membalasnya lewat senyuman lalu pamit pergi menuju kelas.

Dari situ Amel berpikir bahwa ada yang tidak beres dan disembunyikan oleh siswa bernama Axel Giovanni Hartanto.

To be continued...

. . .

#NotYourTypicalGirl


Intro : Prologue


Disclaimer : Semua hal yang berkaitan dalam cerita ini hanyalah bentuk karangan semata dan mungkin cukup berbeda jauh dari kehidupan nyata, jadi mohon dipahami demi kebaikan bersama, terima kasih.

Genre : Comedy, Romance, Slice of Life

Soundtrack : Mine by Taylor Swift


Summary : Adya, Amel, Nabillah dan Rahma sudah bersahabat lebih dari 5 tahun.

Mereka memiliki rencana pada tahun baru ini untuk melakukan sesuatu perjalanan menuju kota Bandung menggunakan kendaraan yang telah mereka sewa tentunya.

Tanpa disangka, di tengah perjalanan berlangsung sebuah tragedi naas justru menimpa mereka, sehingga mengakibatkan rencana liburan mereka pun hancur berantakan.

Namun takdir berkata lain, alangkah beruntungnya mereka ketika terbangun di kehidupan yang berbeda.

Tunggu kehidupan yang berbeda?

Ya, mereka terbangun di sebuah rumah mewah bak istana dan mendapati diri mereka terperangkap dalam tubuh gadis cantik yang sangat berbanding jauh dari wajah dan tubuh asli mereka.

Kisah persahabatan mereka nyatanya terus berlanjut untuk mengubah garis takdir yang terjadi pada kehidupan baru mereka setelah bereinkarnasi menjadi gadis remaja berparas cantik, pintar, berbakat dan juga... seorang pembully?

Ya benar, seorang pembully. Itulah julukan yang kerap mereka dengar tiap kali melangkah di sepanjang koridor.

Hal paling mengejutkannya lagi, mereka juga sering terlibat persaingan bakat dan nilai dengan siswa terpintar seantero sekolah.

Matilah mereka ini.


Cast :

  1. Karina (Rahma)

  2. Giselle (Amel)

  3. Winter (Adya)

  4. Ningning (Bella)

  5. Maxwell Salvador Surya Atmaja

  6. Axel Giovanni Hartanto

  7. Kevin Lius Bong

  8. Sandy Kristian Waluyo









#NotYourTypicalGirl