Papa Acc

Sabtu, 15.00 WIB

Aku melangkahkan kaki menuju teras belakang rumah, berjalan santai hendak menghampiri lelaki paruh baya yang aku panggil dengan sebutan 'papa'. Dengan membawa nampan berisi 3 botol air mineral dan beberapa camilan yang aku letakkan ke dalam piring kecil. Kuletakkan nampan di atas meja sembari menoleh ke arah papa yang sedang tampak serius menatap lurus ke depan dan sesekali melirik ke arahku.

“Udah sore pa, kok dia ga diajak istirahat juga?” ucapku mengawali pembicaraan dengan papa.

Biar aku tebak, kalian pasti bingung siapa 'dia' yang aku maksud. Okay lemme show you siapa sosok 'dia' sebenernya.

Tepat lurus ke arah depan netraku menangkap sosok lelaki bertubuh jenjang, mengenakan celana jeans putih dan atasan kaos motif lengkap dengan blue beanie kesayangannya dan sepasang sepatu berwarna putih. Lelaki itu sedang berdiri di tengah lapangan golf milik papa. Iya itu 'dia' yang aku sebut sedari tadi. Mark Lee namanya, pria muda yang sudah genap 2 tahun menjalin hubungan denganku.

“Tanggung kak jangan disuruh istirahat dulu, Mark lagi ngejalanin tantangan dari papa” jawab papa. “Hah, tantangan apa? please pa gausah aneh-aneh ini udah mau maghrib loh” Papa hanya tertawa kecil, sama sekali tidak berniat untuk menjawab pertanyaanku.

“Paa ayo jawab dulu ih” tegasku. Lagi-lagi papa hanya tersenyum. Tangannya bergerak untuk membuka tutup botol air mineral dan meminum air tersebut sebanyak beberapa kali tegukan, kemudian kembali menatap serius ke arah Mark.

Sedangkan dari arah berlawanan lelaki yang sedang aku bicarakan menoleh ke arahku dan mengulum senyumnya. Tangan kanannya bergerak ke atas memberikan simbol lambaian, sedangkan tangan kirinya memegang erat stick golf. Pria tersebut berdiri lurus ke arah dimana aku dan papa sedang duduk, dan sesekali mengelap peluh di dahinya karena memang cuaca sabtu sore kali ini bisa dibilang cukup terik. Namun senyum tulus dari sang pria tidak pernah luntur seolah-olah memberikan isyarat bahwa dia sangat senang berada di tengah lapangan.

Mark menggenggam stick golf dengan kedua tangannya, netranya menatap lurus ke arah bola golf yang saat ini tepat berada didepan kedua kakinya. Kaki kirinya sedikit terbuka, tampak dari kejauhan bahwa Mark sekarang sedang berusaha untuk mengatur napasnya. Dia mempererat genggaman stick golf yang saat ini posisinya sudah terangkat penuh. Dengan sekali ayunan , bola golf dapat menggelinding sempurna dan berhasil masuk ke dalam lubang.

Papa yang sedari tadi serius menatap setiap pergerakan Mark. Matanya memicing memastikan apakah bola golf benar-benar masuk ke dalam lubang kemudian refleks berdiri dan melemparkan senyumnya yang lebar serta memberikan tepuk tangan tanda bahwa Mark berhasil mejalankan tantangan darinya, sesaat setelah memastikan bahwa memang benar bola golf telah masuk ke dalam lubang.

Mark berjalan ke arahku dengan senyum kemenangannya. Jujur saat dilihat dari kejauhan dirinya terlihat amat memukau, tangannya bergerak untuk melepas blue beani yang dia kenakan dan merapikan rambutnya secara acak. Setibanya dia dihadapanku, lalu aku memberikan satu botol air mineral kepadanya. Tak lupa handuk kecil untuk mengelap peluh di wajahnya.

“Gimana om, Mark berhasil kan?” ucap Mark. “Ya not bad lah, ternyata kamu jago juga” jawab dari papa diselangi dengan kekehan kecil . “Kalo gitu mark diizinin kan om?” “Diizinin kemana?” aku menyela pembicaraan Mark dan papa. Honestly aku masih tidak mengerti kesepakatan apa yang telah Mark dan papa buat. Otak ku menolak untuk berpikir tenang hingga pada akhirnya aku memberanikan diri untuk menyela pembicaraan mereka berdua.

Papa menjawab “oh itu kak, tadi Mark izin ke papa katanya mau bawa kamu night drive. Terus gegara papa iseng jadinya papa ngasih tantangan ke dia” “Tantangan?” tegasku, dan masih tak paham apa maksud perkataan papa. “Iya, jadi kalo Mark berhasil masukin bola ke lubang baru dia boleh bawa kamu pergi. Nah karena tadi dia udah berhasil masukin bola 5 kali berturut turut jadi ya udah papa izinin nanti malem dia bawa kamu night drive” dengan entengnya papa memberikan penjelasan.

Aku terdiam sembari mencerna setiap kata yang keluar dari mulut papa yang menurutku terdengar aneh, bagaimana mungkin papa memberikan persyaratan kurang masuk akal agar seorang lelaki yang saat ini sedang menjadi kekasih anak gadisnya diperbolehkan untuk membawanya pergi jalan-jalan. Netraku bergerak menatap lelaki muda yang sekarang berada di sampingku, aku berniat untuk meminta penjelasan darinya. “Iyaa bener apa kata papa kamu” jawab dari Mark sembari tersenyum.

“Ihh papa gimana masa anaknya dijadiin taruhan” aku memasang wajah cemberut karena memang menurutku papa benar-benar iseng. “Bukan taruhan kak, papa pengen tau aja seberapa serius Mark ngejalanin tantangan dari papa” kali ini jawaban dari papa menurutku terdengar lebih masuk akal. Aku menjawab dengan anggukan tanda bahwa aku paham atas penjelasan darinya.

Papa kembali berbicara “tapi inget ya jam 9 udah harus pulang. Mark, om pesen sama kamu take my little girl home without anything lacking!!”
“Ayay capten, Mark janji antar pulang your little girl sebelum jam 9” tegas dari mark. Dia mengangkat tangan kanannya dan mengambil posisi hormat persis seperti yang dilakukan prajurit kepada komandannya. Aku tertawa melihat tingkahnya, di mataku dia sungguh terlihat menggemaskan.

“Baik kalo gitu om, Mark izin pamit pulang ya mau mandi siap-siap buat ngedate bareng princess nanti malem” Mark tersenyum diakhir ucapannya dan sesekali menatap ke arahku.

Blushing, seketika kedua pipiku memerah dan terasa panas. Jangan ditanya bagaimana keadaan jantungku sekarang karena sudah dapat dipastikan sangat tidak aman. Rasanya seperti berbagai macam binatang sedang berlari-larian diperutku. Aku mengibaratkan kondisi saat ini bukan sebagai 'butterfly moment' melainkan 'zoo syndrome'.

“Eh enak aja kamu, ini princess nya om ya” papa bergerak merangkul kedua pundakku seperti memberikan isyarat bahwa aku gadis kecil yang hanya miliknya. Aku menyikut kecil perut papa dan dihadiahi kekehan kecil darinya. Begitu pula Mark yang sedari tadi tertawa melihat tingkahku dan papa.

“Babe, I'll pick you up at 7 okay” ucap mark dan berakhir dengan mengelus lembut pucuk kepalaku sembari merapikan sedikit bagian rambutku yang hampir menutupi mata. “Sure, safe drive Mark” jawabku dan Mark mengangguk sambil tersenyum.

Sepersekian menit setelahnya Mark mencium punggung tangan kanan papaku dan berkata “Mark pamit ya om, salam juga ke tante maaf ga bisa pamit langsung soalnya udah sore banget”. Fyi mamaku memang sedang tidak berada di rumah, tadi siang beliau pamit mau ke rumah saudara katanya dan berniat untuk menginap.

“iyaa nanti om salamin ya, hati-hati di jalan Mark jangan ngebut” perintah dari papa. “Pasti om, Assalamualaikum” Mark berjalan ke arah gerbang dan melambaikan tangan beberapa kali. “Waalaikumsalam” ucap dariku dan papa secara bersamaan.

Tepat setelah Mark pulang tiba-tiba papa berkata kepadaku “kak, kali ini papa acc”. “Hah acc apanya? kaya orang lagi skripsian aja” jawabku sambil merapikan beberapa botol bekas air mineral dan meletakkan piring ke atas nampan.

Papa membisikkan kalimat tepat di telinga kananku “calon mantu papa keren juga ternyata, makanya papa acc soalnya papa suka hahaha”. Lalu papa pergi berjalan masuk ke dalam rumah dengan tawanya yang masih bisa terdengar dari luar.

Diam mematung, iya benar aku cukup terkejut dengan sebutan 'calon mantu' dari papa karena selama ini seperti yang aku ketahui papa tidak pernah mudah untuk memberikan izin kepada anak gadisnya untuk dekat dengan seorang pria. Namun berbeda dengan Mark, papa bahkan sudah merasa dekat bahkan hanya dengan melakukan pertemuan beberapa kali saja.

Tanpa sadar senyumku merekah dan lagi-lagi pipiku dibuat merona. Aku pikir tidak ada kata yang mampu menggambarkan bagaimana kondisi hatiku sekarang, yang jelas aku benar-benar sangat bahagia.

~t