Build sekarang sedang di balkon ruangan terujung dari kerajaan. Melamun membuatnya teringat kejadian kemarin.
“Build, kamu taukan Bible akan menjadi raja?” Ucap Raja.
“Tau raja.” Ucap Build dengan penuh hormat.
“Kamu juga tau kan kalau hubunganmu dengan Bible tidak bisa berlangsung lama.”
Build kali ini terdiam dan berusaha untuk menenangkan gemuruh dalam hatinya.
“Saya sudah tahu lama. Bible terlihat manja dan bahagia sekali saat di dekat kamu dan saya sangat berterima kasih kepada kamu karena hal itu. Bible terlihat sangat bahagia 4 tahun belakangan ini padahal dulu selalu murung sejak ibunya meninggal.” Raja menghela napas.
“Tapi kamu taukan peraturan kerajaan? Saya yakin kamu hapal seluruh pasal yang ada dalam buku aturan kerajaan ini. Bisa sebutkan kepada saya, Build?”
“Pangeran harus menikah sebelum peneguhan.” Build menarik napas lalu melanjutkan.
“Pangeran harus menikah dengan keturunan kerajaan atau bangsawan.” Build mengucapkannya dengan nada gelisah.
“Saya tidak pernah menolak hubungan kamu bukan?” Ucap Raja dan Build mengangguk kepalanya.
“Tapi.. saya harus mengatakan ini Build karena ini sudah menjadi peraturan yang harus ditaati. Kamu dan Bible masih ada 2 tahun sebelum peneguhan, masih ada waktu untuk berhenti.”
Build sekarang tidak tau harus apa. Dadanya sesak. Berhenti? Apa maksudnya? Tidak, Build tau benar maksud raja apa.
“Raja.. saya..” Ia harus apa. Build tidak siap.
“Tidak apa-apa tidak usah buru-buru. Kamu sudah boleh balik ke posisi.”
Build meninggalkan tempat raja dengan gusar. Apa yang ia harus lakukan? Berbicara kepada Bible? Tidak. Bible bisa marah.
Build duduk di ranjangnya dan tiba-tiba Bible datang menghampirinya dan mengecup jidatnya.
“Aku kangen.” Bible duduk di sebelah Build lalu menggenggam tangannya dengan lembut.
“Cape ya?” Build menunjukan senyuman manisnya seperti biasa.
“Iya, aku mau mandi dulu.” Build mengangguk.
Setelah Bible keluar dari kamar mandi, ia menghampiri Build yang terlihat sedang melamun dengan menyenderkan diri di kepala ranjang. Bible menghampirinya dan merengkuhnya dari samping.
“Kamu kenapa? Jadi sering ngelamun.” Bible mengusap pipi Build sambil membuatnya menoleh ke arahnya.
“Gapapa, cape aja.” Build tersenyum, mencoba menenangkan kekasihnya.
“Cerita dong sayang. Biasa juga cerita sama aku.”
“Gapapa. Aku cuma mau bikin diri sendiri terbiasa tanpa kamu.” Dua kata terakhir ia katakan dengan bisikan kecil sehingga tidak terdengar.
“Aku akan selalu bersedia buat jadi tempat cerita kamu, biu dan kamu akan selalu jadi rumah buat aku.”
“Mana bisa aku jadi rumah? Emang aku bisa diisi perabotan di dalamnya.” Build tertawa kecil.
“Rumah buat aku adalah tempat ternyaman, tempat aku berpulang dan kamu itu orang paling tepat untuk aku jadikan rumah.” Build hanya mampu terdiam. Seharusnya ia bahagia tapi demi apapun dadanya sesak.
“Bai.. aku..” Build terhenti sejenak.
“aku sayang banget sama kamu.” Build meneteskan sedikit air mata.
“Kamu jadi emosional gini sih sayang.” Bible tersenyum sambil menghapus air mata Build.
Semalaman mereka bercerita, mengenang masa-masa awal dulu bertemu, masa-masa PDKT hingga bisa berpacaran 4 tahun seperti sekarang.
Bible yang sudah mengantuk akhirnya tidak kuat dan memejamkan mata. Dia pasti lelah. Bible memang sangat mudah tertidur saat berada di dekat Build.
“Kamu mau maafin aku kan? Maaf ya.” Build berbisik sambil mengusap lembut pipi Bible.
Pagi-paginya Build bangun sebelum Bible untuk bersiap-siap menghadap raja. Setelah ia tidak bisa tidur semalaman, akhirnya ia menemukan suatu rencana. Mungkin menyakitkan. Tidak, ia yakin ini menyakitkan tapi inilah satu-satunya cara.
“Percepat peneguhan pangeran Bible, raja. Jika ia dijodohkan oleh raja, ia tidak akan menolaknya.” Ucap Build dengan yakin.
“Apakah tidak terlalu cepat?” Tanya Raja.
“Kalau terlalu lama, kami.. akan sulit dipisahkan. Bible akan sangat hancur tapi saya yakin dia bisa menahannya.”
“Apakah kamu yakin, Build?”
“Yakin, raja.” Kata Build dengan mantab.
“Saya tanya sekali lagi. Apakah kamu yakin, Build?”
Sekarang Build terdiam lama, ia mulai ragu. Ia takut. Demi apapun dia takut hancur juga. Apakah dia kuat?
“Saya.. harus yakin, raja.” Kata Build dengan lirih.
“Maafkan saya, Build.” Raja benar-benar merasa bersalah tapi begitulah kejamnya realita. Mereka tidak hidup di dunia dongeng.
“Raja.. setelah peneguhan apakah saya boleh minta tolong sesuatu?” Tanya Build dengan sedikit ragu.
“Apa? Katakanlah.”
“Saya ijin mengundurkan diri.” Build menunduk dan Raja terdiam sejenak.
“Atas jasa besarmu terhadap kerajaan dan negeri ini, saya akan perbolehkan kamu mengundurkan diri.”
“Terima kasih raja.” Build memberi hormatnya.
“Terima kasih, Build.”
Build akhirnya meninggalkan tempat raja. Ia melamun di taman seharian dan kini berada di balkon ruangan terujung kerajaan. Ia sengaja berada jauh dari jangkauan agar sulit ditemukan tapi lihatlah kekasihnya sekarang sudah berada di belakangnya.
Memang Bible mahir dalam mencari. Kemanapun Build pergi, Bible akan selalu menemukannya, bahkan ujung dunia pun. Hari ini Build banyak termenung, gelisah, cemas, dan teman-temannya yang lain.
Pelukan Bible menenangkan tapi juga mampu membuatnya hancur berkeping-keping.
“Aku tadi baca satu dongeng dimana the main character was a prince and he fell in love with a maid in his kingdom.”
“They try their best to be together..”
“And then?” Build merasakan Bible memperat pelukannya.
“They live happily ever after.” Build tersenyum.
“Bagus dong.” Ucap kekasihnya itu.
“If only I was the main character.” Build juga berandai dalam benaknya. What if I’m the main character? Wouldn’t life be beautiful?
Build tersenyum mendengar Bible mengatakan bahwa ia akan selalu menjadi karakter utama dalam cerita cintanya.
“What if.. you’re not the main character in my love story.” Build mengatakanya bukan maksudnya ia tidak mau Bible untuk menjadi karakter utama cerita cintanya tapi.. ia hanya peran pendukung.
Cerita cinta dengan akhir yang indah memang mungkin awalnya milik mereka tapi sekarang Build tersadar. Cerita cinta itu bukan miliknya. Setidaknya bukan Bible dan Build.
Bible benci dengan kata “what if” dari Build. Sedangkan, Build ingin terus berandai. Ia ingin mengarang cerita milik mereka sendiri kalau bisa.
Build lagi-lagi bangun sebelum Bible. Ia mengecup dahi Bible lama sebelum akhirnya beranjak keluar. Ia sekali lagi melontarkan kata maaf sebelum akhirnya menutup pintu kamar itu rapat.
Build membantu menyambut tamu besar kerajaan. Putri Cella, jodoh Bible. Build tersenyum melihat Putri Cella terduduk dengan anggun di meja makan kerajaan. Cocok sekali menggantikan dirinya, pikir Build.
Build tiba-tiba melihat Putri Cella berdiri dan menghampirinya. Apa yang terjadi? Build terlihat terkejut saat Cella menggenggam tangannya.
“Aku akan berusaha untuk menjaganya.” Ucap Cella yang membuat Build membeku. Setelah beberapa saat mencerna perkataan Cella, Build tersenyum tulus dan mengangguk.
“Terima kasih, tuan putri.” Sakit? Tentu. Posisinya akan digantikan sebentar lagi.
Bible datang dengan langkah gusar. Bible terlihat mencarinya. Build yang memang menghindari tatapannya akhirnya menatap lurus ke depan.
“Kalau tidak dipaksa, kapan kamu akan siap? Kalau hanya karena masalah pasangan, orang disebelahmu itu yang akan menjadi pasanganmu.” Build tersenyum pahit. Bohong jika ia tidak hancur mendengarkan perjodohan ini secara langsung. Ia juga sadar Bible menatapnya tapi sekarang Build tidak sanggup. Ia tidak sanggup melihat Bible yang mungkin sedang terluka.
Pembahasan tentang perjodohan itu akhirnya selesai. Bukannya merasa lega Build malah tambah sesak seperti oksigen baru saja direnggut dari dirinya.
“Terima kasih Build.” Raja tiba-tiba menepuk pundak Build. Build ingin tersenyum tapi ia tidak mampu.
“Permisi, raja.” Ucap Build dengan nada bergetar.
Build langsung berlari tanpa menunggu balasan Raja. Bodo amat kalau tidak sopan, ia sungguh tidak sanggup sekarang. Build berlari ke sebuah lorong tapi tiba-tiba terhenti melihat Bible dan Cella sedang berjalan berdampingan. Build bersembunyi di salah satu lorong kerajaan.
“Maaf, tapi boleh, tidak memanggil saya dengan sebutan bai? Saya tidak nyaman.” Build tersenyum mendengarnya, ia bahagia karena Bible masih mengingat perjanjiannya dulu.
“Baiben.” Bible mengerutkan keningnya.
“Siapa itu?” Tanya Bible.
“Nama panggilan sayang buat kamu.” Build tersenyum lebar.
“Aku suka itu.” Kini Bible yang tersenyum.
“Jangan sampe ada orang lain yang panggil baiben selain aku ya.” Build melipat kedua tangannya di depan dada dan membuat muka marah yang menurut Bible menggemaskan.
“Iya nggak akan.” Bible mengusak kepala Build dengan lembut.
“Janji?” Build mengacungkan jari kelingkingnya.
“Janji.” Bible tersenyum dan mengaitkan jari kelingkingnya di kelingking Build.
Perjanjian konyol milik Bible dan Build dulu masih Bible ingat ternyata. Build ingin senang tapi ia malah terjatuh. Ia menekuk kakinya dan menangis. Air mata rasanya hendak memberitahu betapa terlukanya dirinya.
Build selalu berusaha menghindar dan bersembunyi, bahkan kali ini Bible tidak berhasil menemukannya walau Bible pintar mencari. Setiap harinya Build banyak termenung di taman kerajaan hingga larut malam bahkan ia pernah tidak tertidur sama sekali, duduk di rerumputan membuatnya lebih tenang.
“The moon is beautiful isn’t it?” Tanya Bible.
“Yes, I love you too.. always.” Build menoleh tapi bayangan Bible sudah menghilang.
Hari itu tiba, hari pernikahan Bible dan Cella. Build berjanji untuk tidak bertemu dengan Bible sama sekali sampai Bible resmi menikah tapi lihatlah kakinya. Ia tidak mau menurut dan terus berjalan ke arah ruang rias Bible.
“Apakah saya boleh masuk tuan?” Build bertanya dengan ragu.
“Masuk.” Tanpa Build sadari, ternyata ia sangat merindukan suara di seberang sana.
Semua pelayan diminta Bible keluar hingga sekarang hanya ada 2 individu yang sedang menahan rindu. Bible terlihat kurusan dan sepertinya kurang tidur nyenyak, tidak ada bedanya dengan kondisi dirinya.
“Apakah tuan sudah siap?” Bukan itu yang sebenarnya ingin Build ucapkan. Ia ingin bilang dia rindu tapi apa daya.. ia jadi penakut sekarang.
“Boleh aku tau salah aku apa? At least kasi aku alasan dan penjelasan and.. I will.. let you go. Let.. us go.” Build membeku. Bukan karena ditanya tapi kalimat terakhir yang diucapkan Bible mampu menancapkan belati ke hatinya.
“Aku…” Build ingin mengucapkan semuanya. Ia ingin menceritakan semuanya tapi ia tidak sanggup.
“Maaf..”
Build memandang ke arah Bible yang meneteskan air matanya. Demi apapun, ia hancur melihat Bible seperti ini tapi ia bisa apa?
“Boleh aku peluk kamu?” Build menyadari keraguan Bible. Bible terlihat takut.
“Boleh..” Pelukan yang sangat ia rindukan akhirnya ia rasakan lagi. Mungkin untuk terakhir kalinya.
“Jangan tinggalin aku.” Ucap Bible dengan lirih.
Build meneteskan air matanya, ia tak mampu menjawab apapun. Pada kenyataannya ia harus berpisah dan meninggalkan memori bersama di dalam hati masing-masing.
“Aku janji gak akan macem-macem. Anything you want, I’ll do it just don’t leave me.”
“I love you in every universe and in every way possible, biu.” Hancur sudah pertahanan Build, ia lagi-lagi memperlihatkan kerapuhannya di depan Bible.
Saat Bible meninggalkannya, lagi-lagi Build terduduk. Ia rapuh. Ia hancur. Ia.. mencintai Bible.
Melihat Bible menikah dan diutus menjadi raja memang menyayat hati tapi.. tugasnya sudah selesai sekarang dan dia senang.
Setelah pelantikan pengawal baru, ia berdiri di hadapan Bible sebagai raja baru. Ia bisa melihat Bible cemas tapi ia juga melihat Cella mencoba menenangkannya, Build tersenyum lega. Build pun memberi hormat sebelum mengucapkan tujuannya berdiri sekarang.
“Terima kasih untuk jasa Raja terhadap saya dan keluarga saya. Saya telah berjanji untuk selalu mengabdi kepada kerajaan.” Build berhenti sejenak untuk menenangkan rasa sesak.
“Namun, hari ini saya ijin mengundurkan diri sebagai pengawal kerajaan.” Build membungkuk. Ia tidak sanggup melihat Bible, ia ingin menangis saat ini juga.
“Terima kasih atas jasamu, Build. Anda dipersilakan untuk mengundurkan diri dari pengawal kerajaan.”
“Terima kasih King Karn, terima kasih.. King Bible.” Build menatap langsung ke arah Bible. Bible sudah berkaca-kaca siap meluapkan emosinya.
“Thank you for everything. I love you.” Build menggerakan mulutnya dan Ia bisa melihat Bible membeku. Dengan air mata yang siap jatuh, Build pun membalikan badannya. Ia tidak mau menangis di depan semua orang. Build lagi-lagi mencoba untuk mengurangi rasa sesak dan berjalan keluar dari kerajaan.