Rosie

“Not as bad as you think kan?” Tanya Pete kepada Vegas yang baru saja menjalani terapinya.

“Iya tapi tetep aja harus dikasi obat.” Kata Vegas dengan sedikit nada kesal.

“It’s the part of process, gas.” Pete meremat tangan Vegas yang masih digenggamnya, mencoba memberi semangat.

Vegas melihat tautan tangan mereka. It’s like their hand are meant to be together. It fits so perfectly. Kini Vegas memandang kembali ke arah Pete. Kenapa dia begitu baik kepada dirinya?

“Gw minta twitter elu.” Ucap Vegas sambil menyodorkan HP miliknya.

“Aku.. gak punya akun sosial media.” Ucap Pete.

“Yaudah minta nomor telepon.” Vegas mencoba membuka handphonenya tanpa melepaskan tautan tangan mereka.

“Ah.. aku gak punya hape.” Pete tersenyum canggung. Vegas terdiam memandang ke arah Vegas. Bagaimana bisa orang tidak punya hape? Apa dia sengaja karena mau menghindar saja?

“Beneran gak punya. Bukan mau menghindar dari kamu kok.” Ucap Pete seperti ia bisa membaca pikiran Vegas yang rumit.

“Tolong ambilin tas gw disana.” Vegas menunjuk ke sebuah tag berwarna hitam. Saat Pete ingin melepas tangannya dari Vegas, Vegas menahannya.

“Ambil aja gausah lepas gandengannya.” Ucap Vegas sambil mempererat tautan mereka. Pete tersenyum lalu mengangguk.

Saat Pete memberikan tas itu kepada Vegas, Vegas mengambil sesuatu lalu memberikannya kepada Pete.

“Ini apa?” Vegas yang ditanya malah memutarkan bolanya malas.

“Menurut lu?” Vegas bertanya kembali.

“Buat aku?”

“Ya kalo bukan buat elu gw gak sodorin hapenya ke elu, Pete.” Vegas mencubit pipi Pete, gemas.

“Tapi-“

“Gw butuh buat hubungin elu dan hal itu hanya terlaksana kalo lu punya handphone Pete.”

“Aku selalu di rumah sakit ini kok. Jadi tinggal tanya suster aja.” Ucap Pete.

“Tapi lu gak kayak orang sakit. Emang masih demam?” Vegas mencoba mengecek suhu Pete dengan meletakan tangannya ke dahi Pete tapi Pete menghentikannya.

“Aku udah sembuh. Jadi, udah gak demam.”

“Terus ngapain terus terusan di rumah sakit? Gak punya rumah?” Vegas menurunkan tangannya.

“Aku memang suka ke rumah sakit buat ketemu anak-anak kecil disini sampe akhirnya ruang 305 dikasi khusus buat aku saking seringnya.” Pete tertawa kecil.

Vegas memandang bingung tapi lalu mengangguk walau alasannya bagi Vegas tetap tidak masuk di akalnya.

Terdengar sebuah ketukan pintu. Pete yang sedang menatap ke arah jendela luar hanya memberi perintah kepada tamu tersebut untuk masuk.

Tamu itu masuk tanpa bersuara dan hanya memandang ke arah Pete yang terlihat indah dengan sinar matahari menyelimutinya.

“Kenapa di-“ Pete membalikan tubuhnya.

“Hai! Apa kabar?” Ucap Pete dengan semangat sambil mengukir sebuah senyuman cerah.

Tamu tersebut bukannya menjawab malah memainkan HP seperti sedang mengetik sesuatu. Pete yang melihatnya hanya mendengus kesal, dasar tidak sopan.

“Tawaran kamu masih berlaku gak?” Tanya tamu tersebut dengan lembut tanpa melihat ke arah Pete membuatnya merinding sedikit.

“Masih dong! Aku bakal seneng banget kalo kamu mau terapi.” Pete tersenyum lagi.

“Vegas.” Ucap tamu yang ternyata adalah Vegas sambil mengalihkan tatapannya ke arah Pete.

“Hah?” Pete memiringkan kepalanya lucu.

“Nama gw Vegas, nama lu siapa? Kan gak mungkin gw gak kenal orang yang nemenin gw terapi.”

“Ah.. nama aku Pete. Aku kira kamu tadi lagi main sebut kota hehe.” Pete menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil menunduk.

Tanpa Vegas sadari ia mengukir sebuah senyuman kecil. Pete yang melihat senyuman itu ikut tersenyum lebar. Orang di hadapannya ini sangat aneh, pikirnya.

Vegas dan Macau masuk ke dalam lift. Mereka masih berdebat masalah terapi Vegas.

“Kenapa susah banget sih kak? Terapi doang itu pun seminggu sekali biar elu gak sering kena serangan jantung.” Ucap Macau dengan nada kesal.

“Gw gamau bergantung sama obat lu ngerti gak sih? Gw benci hidup di kekang.” Vegas masih mempertahankan kemauannya untuk tidak ikut terapi.

Tiba-tiba seseorang yang sedang memperhatikan mereka pun berucap,

“Halo, maaf nih ganggu. Perkenalin nama aku Pete.” Kata Pete sambil menunjukan senyuman ramah, sedangkan Vegas memandangnya dari atas ke bawah. Pete yang dipandang pun jadi canggung.

“Terapi itu gak selalu pake obat kok. Ada alat khusus buat memacu jantung yang bakal bantu normalin ritme detak jantung.” Vegas lagi-lagi hanya diam saja memandang ke arah Pete hingga Macau menyikutnya.

“Lalu? Menurut elu dengan begitu gw mau ikut terapi gitu?” Vegas menaikan satu alisnya. Pete jujur agak kesal tapi dia berusaha sabar.

“Kamu harus semangat dong! Banyak lho orang yang mau terapi kayak kamu tapi gak bisa karena finansial. Yuk bisa yuk, mau aku temenin?” Ucap Pete dengan senyuman yang tidak hilang-hilang.

“Emang lu sendiri sakit apa? Kok ngatur ngatur gw.” Vegas menyilangkan tangannya di depan dada.

“Ah.. aku kena demam berdarah biasa hehe.” Ucap Pete dengan canggung.

Vegas ingin membalas ucapan Pete. Namun, pintu lift terbuka dan Pete harus segera keluar karena itu lantai tujuannya.

“Aku duluan ya. Dipikirin lagi aja nanti kalo mau aku temenin terapi tinggal ke kamar 305 aja.” Pete tersenyum sekali lagi dan melambaikan tangannya.

“Apaan sih orang itu.”

“Build! Ada orderan di meja 7.”

Disinilah Build sekarang. Ia menjadi pelayan di sebuah rumah makan milik saudaranya.

“Iya kak.” Build langsung berjalan ke arah meja yang menunjukan nomor 7.

“Lu denger gak? Katanya ada pangeran baru yang dateng ke sini.” Ucap salah satu pelanggan di meja itu.

“Tuan Vegas bukan sih?” Balas temannya.

“Katanya Vegas itu bukan nama aslinya.” Build yang sedikit penasaran malah terdiam mendengarkan percakapan mereka.

“Ngapain ya pangeran sampe dateng ke negeri ini padahalkan negeri ini terpencil banget.” Ucap pelanggan itu.

“Mencari cinta pertama dan terakhirnya.” seseorang menjawab

Build kini membeku mendengar suara yang begitu familiar di telinganya. Bagaimana bisa?

Tiba-tiba semua orang berdiri dan menunduk memberi hormat kecuali Build. Ia masih mencoba mencerna segala hal yang terjadi.

Salah satu pelanggan yang menyadarinya menyuruhnya untuk menunduk. Build yang tersadarpun menunduk berharap Tuan Vegas ini tidak sempat melihatnya. Vegas berjalan ke arah Build dan Build mampu mendengar langkah itu mendekat.

“Hey, I found you again.” Vegas menaikan dagu Build agar menatapnya. Saat mata mereka bertemu, Build masih dapat melihat tatapan yang sama, tatapan terluka dan menahan rindu saat ia pertama kali meninggalkannya 5 tahun lalu.

“Bible..” Panggil Build dengan lirih seperti menahan sesuatu emosi yang siap meledak kapan saja. Bible kini tersenyum, ia senang namanya dipanggil lagi oleh orang yang sangat ia cari dan rindukan. Namun, tiba-tiba saja Build berlari keluar.

“BIU!” Bible ikut menyusul mengejarnya. Kenapa Build harus berlari menjauh lagi?Dengan satu kata itu, Build langsung terhenti.

“Kenapa selalu lari dari aku sih? Salah aku apa?” Ucap Bible dengan terengah-engah.

“Balik Bible.” Ucap Build dengan nada gelisah. Bohong kalo ia tidak ingin Bible untuk tetap bersamanya tapi cinta itu tidak boleh egois.

“Kamu ternyata egois ya.” Build terdiam.

“Kamu kira yang hancur kamu doang? Kamu ambil keputusan sendiri, kamu sakit sendiri. Aku ini siapa kamu sih? Aku juga hancur biu. Aku kehilangan rumah aku.”

“Aku lakuin semuanya buat kamu.” Jawab Build.

“Kamu apa gak mikir perasaan aku?Gimana dengan perasaan aku? GIMANA DENGAN AKU?” Bible teriak dengan segala frustasi dan kemarahan yang ia pendam.

“Aku mikirin masa depan kamu. Kamu gak ada masa depan sama aku. Kita tuh beda. MAU BUTA SAMPE KAPAN BAI?” Build berbalik badan dan berjalan ke arah Bible dengan raut muka penuh emosi. Dia juga berkorban segalanya disini.

“MAAF KALO AKU CUMA RAKYAT BIASA YANG GAK BISA BERSANDING SAMA KAMU. MAAF KARENA CUMA PENGAWAL BIASA yang men..cintai seorang pang..eran. Maaf kar..ena..” Build kini tidak bisa berucap lagi dadanya sesak dan air matanya mulai mengalir dengan. Bible menarik Build dan memeluknya erat, membuat Build menangis lebih kencang diikuti dengan tangisan Bible yang juga sama menyakitkannya.

Disinilah sekarang mereka, di rumah Build dalam keadaan mata sembab dan hidung merah. Mereka terduduk terdiam, nyaman dengan keheningan yang baru saja mereka ciptakan. Begini saja cukup bagi mereka.

“Cella sama aku cerai lalu papa bolehin aku cari kamu karena katanya dia kangen aku yang dulu.” Bible tiba-tiba membuka suara sambil tertawa kecil mengingat ucapan raja dulu.

“Tapi Cella-“

“Cella dijodohin juga terpaksa. Dia ada laki-laki spesial sendiri sama kayak aku. Kamu laki-laki spesial aku.” Bible memotong ucapan Build dan menoleh ke arahnya.

“Lalu raj-“

“Gatau keajaiban apa tapi adek aku tiba-tiba pulang setelah menjelajahi dunia gatau berapa abad. Dia pulang bawa pasangan dan bersedia buat gantiin aku jadi raja supaya aku bisa bawa kamu pulang.”

“Tapi kamu..”

“Aku masih raja kok eh pangeran sih karena aku belum peneguhan. Nungguin kamu.” Kini Bible tersenyum tulus.

“Kamu gak bisa sama aku bai.”

“Bisa. Dalam peraturan kerajaan aku, kamu bisa jadi pendamping aku.”

Build kini terdiam. Apakah sekarang ia bisa jadi pemeran utama?

“Balik ya sama aku.. udah gak ada alesan buat kamu pergi bi.” Bible menggenggam tangan Build. Build menoleh ke arah Bible. Bible menatapnya dengan penuh harapan. Will it have a happy ending now?

“Oke..” Bible langsung melompat senang dan Build tersenyum. Mungkin sekarang waktunya ia bahagia dan Build harap ini akan berlaku selamanya.

————

“Kok bisa sih kamu jadi raja Genovia.” Tanya Build yang sekarang sedang bersandar di dada telanjang Bible.

Hari ini tercatat hari pertama mereka menjadi pasangan seumur hidup alias pengantin baru.

“Cella minta cerai sama aku tiba-tiba. Dia sama aku sama-sama gak kuat ditinggalin cinta sejati.” Build mencubit pinggang Bible yang sedang mencolek dagunya.

“Cella juga ternyata punya pacar orang biasa. King Korn ngeliat Cella murung terus akhirnya memutuskan buat biarin dia sama pilihan dia dan karena aku sm Cella pernah nikah, kerajaan Genovia akhirnya dikasi ke aku dan papa setuju aja.”

“Trus??” Tanya Build dengan antusias.

“Ta, adek aku tiba-tiba dateng bawa istrinya dan bilang ke papa kalo dia bersedia jadi raja. Terus karena aku mau nikah sama kamu yang katanya hanya rakyat biasa.” Ledek Bible dihadiahi dengusan kesal oleh Build.

“Aku harus pindah kerajaan ke Genovia karena ternyata nenek moyang Genovia gak mengharusnya raja menikah dengan keturunan kerajaan atau bangsawan bahkan ternyata papa Cella, King Korn menikah sama salah satu pelayan kerajaannya. Jadi disinilah aku menikahi Build Jakapan Puttha The Minor King of Genovia.” Build tersenyum.

“I love you to the mood and back bai.” Build mengecup bibir Bible.

“I love you, always biu.” Bible menahan tengkuk Build dan melumat bibirnya.

-End-

Build sekarang sedang di balkon ruangan terujung dari kerajaan. Melamun membuatnya teringat kejadian kemarin.

“Build, kamu taukan Bible akan menjadi raja?” Ucap Raja.

“Tau raja.” Ucap Build dengan penuh hormat.

“Kamu juga tau kan kalau hubunganmu dengan Bible tidak bisa berlangsung lama.”

Build kali ini terdiam dan berusaha untuk menenangkan gemuruh dalam hatinya.

“Saya sudah tahu lama. Bible terlihat manja dan bahagia sekali saat di dekat kamu dan saya sangat berterima kasih kepada kamu karena hal itu. Bible terlihat sangat bahagia 4 tahun belakangan ini padahal dulu selalu murung sejak ibunya meninggal.” Raja menghela napas.

“Tapi kamu taukan peraturan kerajaan? Saya yakin kamu hapal seluruh pasal yang ada dalam buku aturan kerajaan ini. Bisa sebutkan kepada saya, Build?”

“Pangeran harus menikah sebelum peneguhan.” Build menarik napas lalu melanjutkan.

“Pangeran harus menikah dengan keturunan kerajaan atau bangsawan.” Build mengucapkannya dengan nada gelisah.

“Saya tidak pernah menolak hubungan kamu bukan?” Ucap Raja dan Build mengangguk kepalanya.

“Tapi.. saya harus mengatakan ini Build karena ini sudah menjadi peraturan yang harus ditaati. Kamu dan Bible masih ada 2 tahun sebelum peneguhan, masih ada waktu untuk berhenti.”

Build sekarang tidak tau harus apa. Dadanya sesak. Berhenti? Apa maksudnya? Tidak, Build tau benar maksud raja apa.

“Raja.. saya..” Ia harus apa. Build tidak siap.

“Tidak apa-apa tidak usah buru-buru. Kamu sudah boleh balik ke posisi.”

Build meninggalkan tempat raja dengan gusar. Apa yang ia harus lakukan? Berbicara kepada Bible? Tidak. Bible bisa marah.

Build duduk di ranjangnya dan tiba-tiba Bible datang menghampirinya dan mengecup jidatnya.

“Aku kangen.” Bible duduk di sebelah Build lalu menggenggam tangannya dengan lembut.

“Cape ya?” Build menunjukan senyuman manisnya seperti biasa.

“Iya, aku mau mandi dulu.” Build mengangguk.

Setelah Bible keluar dari kamar mandi, ia menghampiri Build yang terlihat sedang melamun dengan menyenderkan diri di kepala ranjang. Bible menghampirinya dan merengkuhnya dari samping.

“Kamu kenapa? Jadi sering ngelamun.” Bible mengusap pipi Build sambil membuatnya menoleh ke arahnya.

“Gapapa, cape aja.” Build tersenyum, mencoba menenangkan kekasihnya.

“Cerita dong sayang. Biasa juga cerita sama aku.”

“Gapapa. Aku cuma mau bikin diri sendiri terbiasa tanpa kamu.” Dua kata terakhir ia katakan dengan bisikan kecil sehingga tidak terdengar.

“Aku akan selalu bersedia buat jadi tempat cerita kamu, biu dan kamu akan selalu jadi rumah buat aku.”

“Mana bisa aku jadi rumah? Emang aku bisa diisi perabotan di dalamnya.” Build tertawa kecil.

“Rumah buat aku adalah tempat ternyaman, tempat aku berpulang dan kamu itu orang paling tepat untuk aku jadikan rumah.” Build hanya mampu terdiam. Seharusnya ia bahagia tapi demi apapun dadanya sesak.

“Bai.. aku..” Build terhenti sejenak.

“aku sayang banget sama kamu.” Build meneteskan sedikit air mata.

“Kamu jadi emosional gini sih sayang.” Bible tersenyum sambil menghapus air mata Build.

Semalaman mereka bercerita, mengenang masa-masa awal dulu bertemu, masa-masa PDKT hingga bisa berpacaran 4 tahun seperti sekarang.

Bible yang sudah mengantuk akhirnya tidak kuat dan memejamkan mata. Dia pasti lelah. Bible memang sangat mudah tertidur saat berada di dekat Build.

“Kamu mau maafin aku kan? Maaf ya.” Build berbisik sambil mengusap lembut pipi Bible.

Pagi-paginya Build bangun sebelum Bible untuk bersiap-siap menghadap raja. Setelah ia tidak bisa tidur semalaman, akhirnya ia menemukan suatu rencana. Mungkin menyakitkan. Tidak, ia yakin ini menyakitkan tapi inilah satu-satunya cara.

“Percepat peneguhan pangeran Bible, raja. Jika ia dijodohkan oleh raja, ia tidak akan menolaknya.” Ucap Build dengan yakin.

“Apakah tidak terlalu cepat?” Tanya Raja.

“Kalau terlalu lama, kami.. akan sulit dipisahkan. Bible akan sangat hancur tapi saya yakin dia bisa menahannya.”

“Apakah kamu yakin, Build?”

“Yakin, raja.” Kata Build dengan mantab.

“Saya tanya sekali lagi. Apakah kamu yakin, Build?”

Sekarang Build terdiam lama, ia mulai ragu. Ia takut. Demi apapun dia takut hancur juga. Apakah dia kuat?

“Saya.. harus yakin, raja.” Kata Build dengan lirih.

“Maafkan saya, Build.” Raja benar-benar merasa bersalah tapi begitulah kejamnya realita. Mereka tidak hidup di dunia dongeng.

“Raja.. setelah peneguhan apakah saya boleh minta tolong sesuatu?” Tanya Build dengan sedikit ragu.

“Apa? Katakanlah.”

“Saya ijin mengundurkan diri.” Build menunduk dan Raja terdiam sejenak.

“Atas jasa besarmu terhadap kerajaan dan negeri ini, saya akan perbolehkan kamu mengundurkan diri.”

“Terima kasih raja.” Build memberi hormatnya.

“Terima kasih, Build.”

Build akhirnya meninggalkan tempat raja. Ia melamun di taman seharian dan kini berada di balkon ruangan terujung kerajaan. Ia sengaja berada jauh dari jangkauan agar sulit ditemukan tapi lihatlah kekasihnya sekarang sudah berada di belakangnya.

Memang Bible mahir dalam mencari. Kemanapun Build pergi, Bible akan selalu menemukannya, bahkan ujung dunia pun. Hari ini Build banyak termenung, gelisah, cemas, dan teman-temannya yang lain.

Pelukan Bible menenangkan tapi juga mampu membuatnya hancur berkeping-keping.

“Aku tadi baca satu dongeng dimana the main character was a prince and he fell in love with a maid in his kingdom.”

“They try their best to be together..”

“And then?” Build merasakan Bible memperat pelukannya.

“They live happily ever after.” Build tersenyum.

“Bagus dong.” Ucap kekasihnya itu.

“If only I was the main character.” Build juga berandai dalam benaknya. What if I’m the main character? Wouldn’t life be beautiful?

Build tersenyum mendengar Bible mengatakan bahwa ia akan selalu menjadi karakter utama dalam cerita cintanya.

“What if.. you’re not the main character in my love story.” Build mengatakanya bukan maksudnya ia tidak mau Bible untuk menjadi karakter utama cerita cintanya tapi.. ia hanya peran pendukung.

Cerita cinta dengan akhir yang indah memang mungkin awalnya milik mereka tapi sekarang Build tersadar. Cerita cinta itu bukan miliknya. Setidaknya bukan Bible dan Build.

Bible benci dengan kata “what if” dari Build. Sedangkan, Build ingin terus berandai. Ia ingin mengarang cerita milik mereka sendiri kalau bisa.

Build lagi-lagi bangun sebelum Bible. Ia mengecup dahi Bible lama sebelum akhirnya beranjak keluar. Ia sekali lagi melontarkan kata maaf sebelum akhirnya menutup pintu kamar itu rapat.

Build membantu menyambut tamu besar kerajaan. Putri Cella, jodoh Bible. Build tersenyum melihat Putri Cella terduduk dengan anggun di meja makan kerajaan. Cocok sekali menggantikan dirinya, pikir Build.

Build tiba-tiba melihat Putri Cella berdiri dan menghampirinya. Apa yang terjadi? Build terlihat terkejut saat Cella menggenggam tangannya.

“Aku akan berusaha untuk menjaganya.” Ucap Cella yang membuat Build membeku. Setelah beberapa saat mencerna perkataan Cella, Build tersenyum tulus dan mengangguk.

“Terima kasih, tuan putri.” Sakit? Tentu. Posisinya akan digantikan sebentar lagi.

Bible datang dengan langkah gusar. Bible terlihat mencarinya. Build yang memang menghindari tatapannya akhirnya menatap lurus ke depan.

“Kalau tidak dipaksa, kapan kamu akan siap? Kalau hanya karena masalah pasangan, orang disebelahmu itu yang akan menjadi pasanganmu.” Build tersenyum pahit. Bohong jika ia tidak hancur mendengarkan perjodohan ini secara langsung. Ia juga sadar Bible menatapnya tapi sekarang Build tidak sanggup. Ia tidak sanggup melihat Bible yang mungkin sedang terluka.

Pembahasan tentang perjodohan itu akhirnya selesai. Bukannya merasa lega Build malah tambah sesak seperti oksigen baru saja direnggut dari dirinya.

“Terima kasih Build.” Raja tiba-tiba menepuk pundak Build. Build ingin tersenyum tapi ia tidak mampu.

“Permisi, raja.” Ucap Build dengan nada bergetar.

Build langsung berlari tanpa menunggu balasan Raja. Bodo amat kalau tidak sopan, ia sungguh tidak sanggup sekarang. Build berlari ke sebuah lorong tapi tiba-tiba terhenti melihat Bible dan Cella sedang berjalan berdampingan. Build bersembunyi di salah satu lorong kerajaan.

“Maaf, tapi boleh, tidak memanggil saya dengan sebutan bai? Saya tidak nyaman.” Build tersenyum mendengarnya, ia bahagia karena Bible masih mengingat perjanjiannya dulu.

“Baiben.” Bible mengerutkan keningnya.

“Siapa itu?” Tanya Bible.

“Nama panggilan sayang buat kamu.” Build tersenyum lebar.

“Aku suka itu.” Kini Bible yang tersenyum.

“Jangan sampe ada orang lain yang panggil baiben selain aku ya.” Build melipat kedua tangannya di depan dada dan membuat muka marah yang menurut Bible menggemaskan.

“Iya nggak akan.” Bible mengusak kepala Build dengan lembut.

“Janji?” Build mengacungkan jari kelingkingnya.

“Janji.” Bible tersenyum dan mengaitkan jari kelingkingnya di kelingking Build.

Perjanjian konyol milik Bible dan Build dulu masih Bible ingat ternyata. Build ingin senang tapi ia malah terjatuh. Ia menekuk kakinya dan menangis. Air mata rasanya hendak memberitahu betapa terlukanya dirinya.

Build selalu berusaha menghindar dan bersembunyi, bahkan kali ini Bible tidak berhasil menemukannya walau Bible pintar mencari. Setiap harinya Build banyak termenung di taman kerajaan hingga larut malam bahkan ia pernah tidak tertidur sama sekali, duduk di rerumputan membuatnya lebih tenang.

“The moon is beautiful isn’t it?” Tanya Bible.

“Yes, I love you too.. always.” Build menoleh tapi bayangan Bible sudah menghilang.

Hari itu tiba, hari pernikahan Bible dan Cella. Build berjanji untuk tidak bertemu dengan Bible sama sekali sampai Bible resmi menikah tapi lihatlah kakinya. Ia tidak mau menurut dan terus berjalan ke arah ruang rias Bible.

“Apakah saya boleh masuk tuan?” Build bertanya dengan ragu.

“Masuk.” Tanpa Build sadari, ternyata ia sangat merindukan suara di seberang sana.

Semua pelayan diminta Bible keluar hingga sekarang hanya ada 2 individu yang sedang menahan rindu. Bible terlihat kurusan dan sepertinya kurang tidur nyenyak, tidak ada bedanya dengan kondisi dirinya.

“Apakah tuan sudah siap?” Bukan itu yang sebenarnya ingin Build ucapkan. Ia ingin bilang dia rindu tapi apa daya.. ia jadi penakut sekarang.

“Boleh aku tau salah aku apa? At least kasi aku alasan dan penjelasan and.. I will.. let you go. Let.. us go.” Build membeku. Bukan karena ditanya tapi kalimat terakhir yang diucapkan Bible mampu menancapkan belati ke hatinya.

“Aku…” Build ingin mengucapkan semuanya. Ia ingin menceritakan semuanya tapi ia tidak sanggup.

“Maaf..”

Build memandang ke arah Bible yang meneteskan air matanya. Demi apapun, ia hancur melihat Bible seperti ini tapi ia bisa apa?

“Boleh aku peluk kamu?” Build menyadari keraguan Bible. Bible terlihat takut.

“Boleh..” Pelukan yang sangat ia rindukan akhirnya ia rasakan lagi. Mungkin untuk terakhir kalinya.

“Jangan tinggalin aku.” Ucap Bible dengan lirih.

Build meneteskan air matanya, ia tak mampu menjawab apapun. Pada kenyataannya ia harus berpisah dan meninggalkan memori bersama di dalam hati masing-masing.

“Aku janji gak akan macem-macem. Anything you want, I’ll do it just don’t leave me.”

“I love you in every universe and in every way possible, biu.” Hancur sudah pertahanan Build, ia lagi-lagi memperlihatkan kerapuhannya di depan Bible.

Saat Bible meninggalkannya, lagi-lagi Build terduduk. Ia rapuh. Ia hancur. Ia.. mencintai Bible.

Melihat Bible menikah dan diutus menjadi raja memang menyayat hati tapi.. tugasnya sudah selesai sekarang dan dia senang.

Setelah pelantikan pengawal baru, ia berdiri di hadapan Bible sebagai raja baru. Ia bisa melihat Bible cemas tapi ia juga melihat Cella mencoba menenangkannya, Build tersenyum lega. Build pun memberi hormat sebelum mengucapkan tujuannya berdiri sekarang.

“Terima kasih untuk jasa Raja terhadap saya dan keluarga saya. Saya telah berjanji untuk selalu mengabdi kepada kerajaan.” Build berhenti sejenak untuk menenangkan rasa sesak.

“Namun, hari ini saya ijin mengundurkan diri sebagai pengawal kerajaan.” Build membungkuk. Ia tidak sanggup melihat Bible, ia ingin menangis saat ini juga.

“Terima kasih atas jasamu, Build. Anda dipersilakan untuk mengundurkan diri dari pengawal kerajaan.”

“Terima kasih King Karn, terima kasih.. King Bible.” Build menatap langsung ke arah Bible. Bible sudah berkaca-kaca siap meluapkan emosinya.

“Thank you for everything. I love you.” Build menggerakan mulutnya dan Ia bisa melihat Bible membeku. Dengan air mata yang siap jatuh, Build pun membalikan badannya. Ia tidak mau menangis di depan semua orang. Build lagi-lagi mencoba untuk mengurangi rasa sesak dan berjalan keluar dari kerajaan.

Bible membanting handphonenya ke kasur. Ia kesal, apa yang terjadi? Demi apapun dia khawatir. Tiba-tiba beberapa pelayan masuk, mereka memberinya baju-baju raja. Bible yang melihat cincin raja di atasnya menatap bingung.

“Maksudnya apa?” Ia bertanya kepada salah satu pelayan disana tapi tidak ada yang menjawabnya.

“Saya bertanya kepada kalian semua. Ini maksudnya apa? Apa yang terjadi?” Tanya Bible dengan nada frustasi. Namun, tidak ada pelayan yang membuka suaranya.

“WILL SOMEONE EXPLAIN TO ME?!” Bentak Bible sambil mengusap wajahnya kasar. Pelayan-pelayan tersebut hanya menatapnya takut.

“Panggilkan pengawal pribadi saya.” Tidak ada pelayan yang beranjak pergi.

“KALIAN TULI ATAU APA?!” Bible menatap tajam kepada pelayan-pelayannya.

“Maaf tuan muda, kami tidak diperbolehkan untuk memanggil siapapun atas perintah raja. Raja ingin kami yang mengurus keperluan tuan muda.” Ucap salah satu pelayan dengan nada takut.

“Leave. I SAID LEAVE!” Bible mengusir mereka semua keluar. Ia tidak suka perasaan yang ia rasakan sekarang, cemas? Entah ia tidak tau.

Bible terpaksa memakai seluruh baju yang telah disediakan pelayannya. Ia memandang sejenak ke arah cincin tahta yang diberikan kepadanya. Cincin ini adalah cincin turun-temurun sejak generasi-generasi sebelumnya. Cincin yang menandakan bahwa orang yang memakainya adalah Raja yang berkuasa saat itu. Bible enggan memakainya jadi dia mengantongkan cincin tersebut.

Bible berjalan menuju ruang makan dimana disana sudah ada Raja Genovia, Putri Genovia, dan ayahnya, Sang Raja. Setelah duduk, ia mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang membuatnya kacau hari ini. Ia menemukan Build sedang berdiri tegap tanpa memandang ke arahnya.

“Salam sejahtera pangeran.” Raja Genovia, King Korn menyapanya.

“Salam damai raja.” Bible tersenyum membalas sapaan King Korn. Putri Genovia, Princess Cella memberikan senyuman ke arah Bible yang dibalas dengan senyuman juga.

“Baik, hari ini kita akan membahas peneguhan Pangeran Bible menjadi Raja.” Bible yang mendengarnya menatap ayahnya dengan muka bingung.

“Raja, maaf menyela tapi peneguhanku masih 2 tahun lagi.” Ucap Bible tidak terima.

“2 tahun lagi dengan sekarang tidak ada bedanya bukan? Kamu akan tetap menjadi raja.” King Karn, ayah Bible menjawab.

“Dengan segala hormat, saya merasa belum siap untuk menjadi raja.”

“Kalau tidak dipaksa, kapan kamu akan siap? Kalau hanya karena masalah pasangan, orang disebelahmu itu yang akan menjadi pasanganmu.” Bible yang terkejut langsung memandang ke arah Build yang masih enggan menatapnya.

“TATAP AKU FOR FUCK SAKE.” Batin Bible dengan frustasi.

“Mohon maaf tanpa mengurangi rasa hormat tapi apakah tidak terlalu cepat? Saya tidak mengenal Putri Cella.” Bible tidak terima.

“Kamu sudah tau bagaimana reputasi Putri Genovia. Kalau masalah perkenalan, kamu kan bisa lakukan selama mempersiapkan pernikahan.”

“Tapi-“

“Bible.” King Karn menatap tajam ke arah Bible.

“Maaf, Raja.” Bible ingin menangis saat ini juga. Ia ingin berlari ke arah laki-laki yang sekarang sedang tersenyum sedih dengan memandang ke arah lain.

Apakah segitu inginnya Build untuk mempertebal tembok diantara mereka? Apa salah dirinya? Apa yang kurang?

“Bible, ajak Putri Cella keliling istana.” Bible sebenarnya enggan tapi ia harus menaati perintah raja. Ia mengulurkan tangannya ke arah Cella dan Cella menyambutnya.

Bible berjalan beriringan dengan Cella dengan tatapan kosong. Ia bahkan enggan membuka pembicaraan. Cella yang tidak kuat dengan kecanggungan ini akhirnya membuka suara.

“Bible, apa kamu gak kesepian selama di istana? Ini besar banget lho.”

“Ah.. nggak. Biasanya saya ditemani pengawal saya kemana-mana. Jadi tidak terlalu sepi.” Bible masih enggan melepaskan keformalitasan mereka.

“Hobi kamu apa bai?”

“Maaf, tapi boleh, tidak memanggil saya dengan sebutan bai? Saya tidak nyaman.” Panggilan itu hanya untuk laki-laki specialnya saja.

“Ah.. maaf.” Cella menundukkan kepalanya merasa malu.

Bible dan Cella tidak bersuara lagi hingga Cella pulang pun Bible hanya memberi senyuman seadanya.

Setelah berjalan dengan penuh keheningan, akhirnya sampailah Bible di depan kamarnya. Bible berdiri sejenak di depan pintu besar kamarnya, enggan masuk takut orang yang ia harapkan tidak ada disana.

Dengan segala kegelisahannya akhirnya ia membuka pintu kamarnya dan benar, Build lagi-lagi tidak menunggunya di kamar. Sudah terhitung 2 hari ia tidak menunggunya padahal ia butuh Build untuk mengisi semangat hidupnya.

Bible duduk di kasur king sizenya dan menutup mukanya dengan kedua tangannya. Tiba-tiba terlihat bahunya bergetar hebat dan diikutin dengan suara tangisan menyayat hati.

Sekarang sudah terhitung 3 hari Bible mengurus pernikahannya dan sampai H-1 hari pernikahannya Bible tidak melihat Build mengunjunginya. Bible ingin mencarinya tapi laki-laki itu seperti sengaja tidak ingin ditemukan.

Sekarang telah tiba hari pernikahannya. Bible sudah bangun dari jam 4 pagi karena tidak bisa tidur. Ia rindu tidur nyenyaknya. Sudah lama Bible tidak bisa tidur nyenyak, kantung matanya bahkan sangat terlihat dan badan yang tadinya tegap dan kekar sekarang terlihat rapuh, siap untuk hancur kapan saja.

Bible duduk di depan kaca dengan banyak pelayan mengelilinginya. Tiba-tiba terdengar sebuah ketukan dari pintu.

“Apakah saya boleh masuk tuan?” Bible menegang ia tau benar suara siapa ini.

“Masuk.” Ucap Bible dengan nada menahan rindu.

Bible menyuruh semua pelayan untuk keluar dan memberinya waktu sendirian dengan tamu spesialnya ini. Semua pelayan keluar dan disinilah sekarang Build, berdiri di depan Bible.

Tidak ada yang membuka suara, mereka hanya menyalurkan rindu lewat tatapan saja.

“Apakah tuan sudah siap?” Kata Build dengan nada seformal mungkin.

“Boleh aku tau salah aku apa? At least kasi aku alasan dan penjelasan and.. I will.. let you go. Let us go.” Bible memandang sendu ke arah Build, matanya menyiratkan luka. Bible terluka disini.

“Aku…” Build terdiam lama.

“Maaf..” Ucap Build selanjutnya dengan suara kecil namun masih dapat terdengar.

Bible hanya mengangguk sambil beberapa tetesan air mata keluar. Bible adalah orang yang sangat jarang menangis jadi jika ia menangis, itu artinya ia sangat terluka dan rapuh. Terakhir kali ia menangis adalah saat Ibunya meninggalkan dirinya selamanya untuk tidur di dalam tanah.

“Boleh aku peluk kamu?” Bible bertanya ragu.

Biasanya ia tidak pernah meminta ijin tapi melihat Build sekarang, ia takut, takut jika ia melewati batas yang telah dibuat Build dan Build akan pergi meninggalkannya.

“Boleh..” Build mengangguk.

Bible berjalan mendekat lalu memeluk orang yang telah menjadi kekasihnya selama 4 tahun belakangan ini.

“Jangan tinggalin aku.” Ucap Bible dengan lirih.

“…”

“Aku janji gak akan macem-macem. Anything you want, I’ll do it just don’t leave me.” Bible mengeratkan pelukannya sebelum dengan enggan melepaskannya.

“I love you in every universe and in every way possible, biu.” Bible menghapus air mata Build yang tiba-tiba mengalir deras.

Bible berjalan meninggalkan Build. Ia tidak tau apa yang akan terjadi nantinya tapi apapun yang terjadi, ia akan berusaha untuk menjadi versi terbaik dirinya agar Build tidak kecewa.

Kini Bible sudah berdiri bersama calon istrinya menghadap pendeta. Pernikahan berjalan lancar tanpa kendala dan peneguhan Bible sebagai Raja juga berjalan lancar. Wasn’t it a happy ending?

“Sekarang akan dilakukan pelantikan bodyguard baru.” Ucap King Karn.

Semua pengawal dilantik dengan lancar. Namun, tiba-tiba Build muncul dan memberi hormat kepada Bible sang Raja baru. Bible memandang Build dengan cemas. Apa yang ia lakukan?

“Terima kasih untuk jasa Raja terhadap saya dan keluarga saya. Saya telah berjanji untuk selalu mengabdi kepada kerajaan.” Build menghela napasnya.

“Namun, mulai hari ini saya ijin mengundurkan diri sebagai pengawal kerajaan.” Build membungkuk.

“TIDAK!” Teriak Bible dalam hati. Bible memandang shock ke arah Build. Dadanya sangat sesak. Apa dia melakukan kesalahan lagi? Kenapa Build masih pergi?

“Terima kasih atas jasamu, Build. Anda dipersilakan untuk mengundurkan diri dari pengawal kerajaan.” Kata King Karn yang melihat Bible membeku.

“Terima kasih King Karn, terima kasih.. King Bible.” Build kali ini menatap Bible dengan senyuman sedih.

“Thank you for everything. I love you.” Build menggerakan mulutnya. Bible tercekat, semuanya hancur.

Build akhirnya membalikan badannya. Ia terlihat menarik napas dalam sebelum akhirnya berjalan keluar. Bible ingin mengejarnya tapi tangannya ditahan Cella. Ia harus apa? Aku.. harus.. apa.

Bible berlari menjelajahi setiap ruangan kerajaan yang memiliki balkon. Pikirannya kacau, tidak tau apa yang baru saja Build alami tapi semua omongan Build membuatnya takut.

Setelah mendobrak banyak pintu akhirnya ia menemukan kekasihnya sedang bersandar di balkon menatap langit. Baju yang Build pakai sejak pagi saja belum ia lepas.

Bible mengatur napasnya dan berusaha untuk tenang. Ia berjalan dengan langkah penuh ragu ke arah Build.

“Sayang..” panggil Bible dengan pelan lalu ia melihat Build mengembangkan senyumnya.

“You found me.” Ucap Build sambil menoleh ke arah Bible.

“Kamu kenapa?” Bible berjalan mendekat dan memeluk Build dari belakang. Ia meletakan dagu di bahu Build.

“Gapapa.” Kata Build dengan terus menunjukan senyumannya.

“Aku khawatir..”

“Aku masih disini.”

“Kamu harus selalu disini biu.” Build hanya terdiam dan mempertahankan senyumannya.

“Aku tadi baca satu dongeng dimana the main character was a prince and he fell in love with a maid in his kingdom.” Build menghela napas lalu melanjutkan ucapannya,

“They try their best to be together..”

“And then?” Bible mempererat pelukannya.

“They live happily ever after.” Build tersenyum.

“Bagus dong.”

“If only I was the main character.” Build tiba-tiba berucap sambil menunjukan senyuman sedih.

“Maksudnya? You will always be the main character in my love story biu.” Bible memutarbalikan badan Build dan menggenggam tangan Build yang terasa dingin akibat angin malam.

“What if.. you’re not the main character in my love story.” Build menunduk.

“You found someone else?” Bible menaikan dagu Build untuk menatapnya.

“No.. it’s just.. what if-“

“Can you stop with the what if? I won’t let it happen.” Ucap Bible yang membuat Build tersenyum dengan mata berkaca-kaca.

“Kita terlalu berbeda untuk dunia yang kejam.” Ucap Build.

“Then let’s live in our own world. I won’t let anyone take you away from me. I promise.” Bible mengusap pipi basah Build.

“I love you, Bible.” Build menggenggam tangan Bible yang berada di pipinya sambil terus membiarkan air matanya turun.

“I love you.. always.” Balas Bible.

“Ayo kesana.” Bible datang tiba-tiba menarik Build.

“Nggak ah, lu aja ngobrol sama dia. Gw duduk disini atau pulang aja.”

“Ngambek mulu sih.” Bible mencolek dagu Build yang dibalas dengan tatapan sangar.

“Pulang ah males. Lu ajak gw buat nongkrong tapi gw ditinggal.” Build hendak beranjak dari tempat duduknya tapi Bible langsung menggeser tempat duduk Build dan duduk di sampingnya.

“Maaf ya, kan gak enak soalnya.”

“Yaudah biarin gw pulang aja.”

“Ayo gw anter.”

“Gamau.” Build hendak beranjak pergi lagi tapi tiba-tiba perempuan yang tadi sempat mengobrol dengan Bible menghampirinya dan Build kembali terduduk.

Build memandang sinis ke arah perempuan itu dan Bible yang menganggap itu lucu hanya bisa menahan ketawa.

“Halo, salam kenal. Gw Nia.” Perempuan yang ternyata bernama Nia itu menjulurkan tangannya.

“Build.” Build awalnya enggan menjabat tangan Nia tapi karena tidak enak akhirnya ia tetap membalas jabatan tangan itu.

“Bible gak pulang ke rumah?” Tanya Nia kepada Bible.

“Ngg-“

“Emang siapanya Bible?” Potong Build.

“…” Nia hanya terdiam memandang Build heran.

“Kok temen tapi nyuruh-nyuruh pulang ke rumah. Lu ternyata begitu ya ke cewek bai?” Build menghadap ke arah Bible

“Bai? Apa tuh? Panggilan sayang baru?” Pikir Bible sambil menahan senyum.

“Emang elu sendiri siapanya Bible?” Kata Nia dengan muka menantangi.

Build kali ini bangkit berdiri dan menjulurkan tangannya, tidak tau apa yang ada dipikirannya tapi ucapannya membuat kaget Bible dan Nia.

“Gw perkenalan ulang. Gw Build, pacarnya Bible.” Nia tersenyum jahil, menjabat tangannya lalu berkata,

“Gw juga perkenalan ulang berarti. Halo, gw Nia, mamanya Bible.” Build langsung membeku dan senyum yang tadi ia tampilkan langsung luntur.

“HAHAHA aduh kaget banget gw.” Bible tertawa ternyata rencananya lebih dari ekspektasi.

Bible dan mama tirinya, iya mama tiri (mangkannya masih muda dikira temen sama Build.) merencanakan hal ini untuk menyadarkan Build akan perasaannya. Tenyata ia malah langsung diterima dan dicap hak milik saat itu juga.

“Aduh mukanya sampe merah.” Ucap Bible sambil tertawa melihat muka merah Build.

“Berisik.” Build menonjok lengan Bible.

“Gapapa gw memang masih muda jadi wajar lu cemburu. Takut PACARNYA diambil ya.” Nia kali ini yang tertawa sambil menekankan kata “pacar”.

Build menutup mukanya. Apa yang dia lakukan di masa lalu hingga bisa seperti ini?

“Yaudah, karena udah selesai mama mau pulang ya bib. Jangan lupa kapan-kapan ajak Build ke rumah.” Ucap Nia sambil tersenyum tulus ke arah Build.

“Thankyou ma.” Bible tersenyum.

Nia akhirnya meninggalkan cafe dan Build terduduk kembali. Ia masih terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.

“Jadi gimana? Mau gak jadi pacar aku?” Goda Bible

“Masih bisa nanya lagi.” Build menjitak kepala Bible hingga si pemilik meringis.

“Yey, Build pacar Bible.” Bible memeluk Build dari samping dengan erat layaknya bayi.

“Iya, biu pacar baiben.” Build mengusak kepala Bible yang sedang manja sambil tersenyum.

“Aku suka panggilan Baiben.” Bible mengecup pipi Build yang akhirnya membuat pemiliknya bersemu merah.

Build langsung pergi ke rumah sakit yang diberitahu Mile. Tidak tau seberapa berantakannya dia memikirkan keadaan Bible sekarang.

Dia langsung bertanya kepada resepsionis dan berlari menuju ruangan tempat Bible dirawat. Build menarik napasnya lalu membuka pintu ruangan itu pelan-pelan.

“Bible..” ucap Build dengan lirih sambil menatap Bible yang terlihat tertidur pulas.

Build berjalan ke samping kasur Bible lalu menggenggam tangan Bible.

“Hey, sakit yang mana?” Build menggenggam erat tangan Bible yang terasa dingin.

“Jawab dong. Jangan kayak gini.” Build mulai meneteskan air mata yang sudah tidak sanggup ia tahan dan Bible masih enggan membuka mata.

“Bib bangun please gw minta maaf.”

“…”

“Ayo ganggu hidup gw lagi. Jangan tinggalin gw kayak gini.” Build mengoyak tangan Bible sedikit kencang.

“..”

“Tuhan tolongin Bible.” Build menutup mata dan menangis dalam diam. Hatinya ikut teremat kuat.

“Gw masih ngantuk buat gangguin hidup elu.” Ucap orang yang ditangisi Build sambil mengusap pucuk kepala Build yang tidak berhenti menangis.

“BIBLE.” Build memeluk Bible dengan erat seperti takut kehilangan.

“Gw panggil suster.” Build ingin pergi tapi ditahan Bible.

“Ngapain?”

“Lu udah bangun. Lu harus dicek sama dokter.” Build tetap ingin pergi tapi lagi-lagi Bible menahannya.

“Gw emang disuruh tidur sama suster. Jadi kalo gw bangun mustinya gak boleh.” Bible tersenyum melihat muka kebingungan Build.

“Lu bukannya abis kecelakaan?”

“Sembarangan.” Bible menjitak kepala Build tapi kemudian menyesal melihat Build mengusap dahinya.

“Sakit ya? Maaf.” Bible mengusap tempat jitakannya tadi.

“Terus lu ngapain di rumah sakit?” Tanya Build yang masih bingung.

“Gw kena tipes. Kemaren abis lu marahin gw, gw main hujan.” Bible tersenyum pahit mengingat argumennya dengan Build dulu.

“Bodoh!”

“Maaf.”

“Gw khawatir lu tau gak?!”

“Maaf.”

“Lu tuh jahat.” Build kembali meneteskan air mata sambil memukul mukul lengan Bible.

“Lucu kayak bayi cengeng.” Bible yang melihat Build menangis malah gemas tapi tetap membantu Build menghapus air matanya.

“Gausah kayak gini lagi.”

“Ya.. gw mana tau bakal sakit.”

“Ya itu kan salah elu karena main hujan.”

“Gimana gamau main hujan? hujan doang yang ngerti perasaan gw waktu itu.” Bible menatap ke arah lain.

Build menarik napas lalu berkata,

“Kak Na itu sepupu gw. Jadi, mulai sekarang gausah cemburu.”

“Ngapain ngejelasin ke gw?”

“Gapapa. Mau aja.”

“Peduli ya?” Bible tersenyum mengejek.

“Sialan ya lu. Bodo ah gak peduli lagi.” Build ingin pergi dari ruangan itu lalu tiba-tiba Bible berteriak kesakitan.

“ADUHH sa..sakit.”

“Bib mana yang sakit?”

“Di..sini ARGH.” Bible meremat bagian dadanya.

Saat Build mendekat ke arah dada Bible yang sakit, Bible menarik Build hingga jatuh ke pelukannya. Memang aktor Bible ini modus.

“Anjir Bible! LU TIPU GW.” Build ingin melepaskan diri tp tubuhnya ditahan Bible. Sakit begini masih aja kuat tenaganya, begitulah pikir Build.

“Katanya tadi gak peduli tapi ngecekin keadaan gw.”

“Iya gw peduli. Udah lepasin gw.”

“Gamau.”

“Bible ini rumah sakit.”

“Terus?”

“Terus gw bukan siapa-siapa elu.”

“Yaudah ayo jadi pacar gw aja.” Build berhenti memberontak dan melihat ke arah Bible.

“Mau gak jadi pacar gw?” Bible memandang ke bawah, ke arah Build yang sedang menatapnya dengan tatapan “lu serius?”

“Gatau.” Ucap Build membuat Bible jadi kehilangan sedikit semangat.

“Yaudah gapapa, pertanyaan itu akan selalu available buat elu jawab kapanpun.” Jawab Bible sambil tersenyum tulus dan melepas pelukannya tapi Build malah terdiam.

“Hmm.” Build tetap meletakan kepalanya di dada Bible.

Tiba-tiba datang seorang laki-laki remaja yang umurnya mungkin sama dengan adik angkat Build, Barcode. Build yang panik langsung beranjak dari kasur Bible.

“Pacarnya kak Bible?” Tanya laki-laki itu.

“Temen.”

“Aku baru liat muka kakak.”

“Temen baru.” Build tersenyum ramah sambil sesekali mencuri pandang untuk melihat Bible.

“Aku Ta, adiknya kak Bible.” Ta menjulurkan tangannya

“Build.” Build membalas jabatan tangan Ta.

“Oh ini kak biu.” Ta tersenyum jahil ke arah Bible yang dibalas dengan tatapan malas.

“Tau aku??”

“Taulah kak Bible kan sering-“

“Lu nggak dicariin P’Pond?” Potong Bible tiba-tiba. Ta tertawa melihat kepanikan kakaknya.

“Oh iya! Gw lupa ijin. Yaudah gw balik dulu ya bib. Cepet sembuh dan salam kenal Ta.” Build tersenyum ramah sambil berlari ke luar.

“Hati-hati biu!” Teriak Bible dari dalam.

“Oh gitu ya..” Ta tersenyum jahil di samping kasur kakaknya.

“Diem lu.” Bible menjitak adiknya.

“Hei.” Bible mencoba menahan seseorang untuk pergi.

Orang itu tampak sangat emosi bahkan terpampang jelas muka merah kesal miliknya dengan beberapa jejak air mata di pipinya.

“Lepas.” Orang itu terlihat mencoba melepaskan tangannya tapi Bible menggenggamnya erat.

“Build.” Orang yang dipanggil Build itu masih mencoba untuk melepaskan tangannya sambil menangis deras.

“Hei, tenang bisa?” Bible menghentikan tangan Build yang terus memukul tangannya.

Build hanya menatap tajam ke arah Bible dengan mata yang masih tergenang air mata. Jujur ia juga tidak tau buat apa dia menangis seperti ini.

“Maafin gw ya.” Bible menatap tulus ke arah Build. Build yang masih kesal akhirnya memalingkan wajahnya.

“Yaudah gw jujur. Gw tuh bete kemaren karena elu kalo sama gw tuh cuek banget tapi sama cowok yang namanya Na itu lu mau dipeluk dan lain-lain trus gw juga liat elu jalan-jalan sama si Na itu sampe jam 1 pagi. Maaf ya karena cemburu. Jangan nangis please.” Bible mengusap lembut pipi Build yang sudah basah dengan air mata.

“Gw gak ada jijik sama elu kok biu. Gw bodoh aja karena waktu ciuman tadi gw mikirnya elu juga ciuman sama si Na kayak gini jd gw kesel sendiri. Maafin gw ya.” Bible tersenyum pahit.

Build hanya terdiam. Bible mengeratkan genggamannya.

“Maafin aku ya? Please?” Bible yang berubah lembut membuat Build kembali menatapnya.

“Lepasin tangan gw.”

“Maafin dulu.”

“Gw tuh gak peduli dan gak butuh penjelasan apapun dari elu. Gw gak peduli mau elu bete kek apapun kek itu bukan urusan gw.” Ucap Build dengan nada kesal.

Bible hanya tersenyum pahit lalu merenggangkan genggamannya sehingga Build bisa melepaskan tangannya dari Bible.

“Gausah bawa-bawa cemburu elu ke tempat kerja ngerti? Lu tuh bukan siapa siapa bib dan tolong jangan ganggu hidup gw.” Build pun pergi meninggalkan Bible yang hanya diam mematung. Ada yang sakit jauh di dalam.