Cafe – BibleBuild
“Mau pesen apa?” Tanya Bible yang duduk di hadapan Build di sebuah cafe depan agensi mereka.
“Ice americano aja.”
“Gausah sok kuat kopi deh. Ini udah malem nanti lu gak bisa tidur.” Ucap Bible tanpa memandang ke arah Build yang sedang memutarkan bola matanya malas.
Bible menekan tombol pemanggil pelayan lalu memberitahukan pesanan mereka. Ia memesan hot chocolate, cheesecake stroberi, dan segelas teh manis hangat untuk dirinya sendiri.
“Banyak ya makannya.” Ucap Build dengan asal.
“Hot chocolate sama cheesecakenya buat elu.” Balas Bible yang beralih fokus kepada kertas skrip mereka.
“Kok tau gw suka itu?” Build heran darimana laki-laki ini tau makanan favoritnya.
“Lu kan kalo ke tempat workshop selalu bawa susu coklat panas sama cheesecake. Awas diabetes aja.” Build hanya mengangguk malas.
Bible terlihat lebih cuek di dunia nyata daripada di dunia maya. Dia bahkan yang biasanya bawel di chat hanya diam saja. Makanan mereka akhirnya datang, Build yang memang menunggu pesanan mereka akhirnya langsung melahapnya dengan bahagia.
Bible sesekali menatap Build yang terlihat begitu menyukai hidangan di hadapannya. Bible terlihat tersenyum tipis. Imut, begitu pikirnya.
“Makan tuh jangan kayak bocah.” Bible mengusah pipi Build yang terkena selai stroberi lalu menjilat ibu jarinya tadi.
“Heh! Jorok banget itu bekas gw kok elu jilat sih.”
“Nanti juga tukeran ludah, ngapain juga jijik.” Ucap Bible dengan santai sambil kembali menghapal skrip mereka.
Bangsat. Build hanya bisa terdiam dan dengan canggung memakan kuenya lagi. Mau mati saja rasanya.
“Gausah tegang gitu. Ayo cepet abisin biar bisa latihan dialognya.” Build yang sudah tegang dari tadi cepat-cepat menyingkirkan makanan miliknya lalu fokus ke kertas skrip miliknya.
Tiba-tiba Bible yang tadinya duduk berhadapan dengan Build berpindah tempat ke sampingnya.
“Eh lu ngapain anjir.” Build yang terkejut pun menjauhkan diri tapi Bible terus merapatkan dirinya.
“Enakan baca bareng biar bisa bangun chemistry juga.” Ucap Bible sekali lagi dengan santai.
“Ih, minggirlah.” Build mencoba mendorong Bible untuk menjauh tapi Bible menoleh dan mendekatkan wajahnya ke wajah Build.
HEI! Jantung Build hampir copot karena perilaku Bible yang tiba-tiba. Apakah Build tertarik dengan Bible?
“OH JELAS TIDAK, cuma canggung aja gak biasa sama sikap Bible.” Batin Build. Bible memang perhatian di chat tapi tidak dengan di luar dunia sosial media.
Melihat Build yang diam saja akhirnya Bible kembali menatap ke kertas mereka sambil sedikit tersenyum kecil. Lucu, pikirnya.
Mereka latihan dialog mereka dengan tekun. Bagaimana tidak, syuting yang tadinya dilaksanakan minggu depan dipindah jadi besok.
Saat sedang berbincang tentang beberapa scene yang ingin mereka modifikasi atau tambahkan tiba-tiba datang seorang laki-laki bertubuh tinggi.
“Hai Build.” Ucap laki-laki yang menghampiri mereka.
“Loh? Kak na? Kok bisa disini.” Build menoleh ke arah sumber suara.
“Iya lagi mampir. Lagi kencan nih sama pacar baru?” Na menatap ke arah Bible.
“Bukan ini projek film kok.” Build tersenyum dan menyenggol Bible untuk tersenyum ke arah Na.
“Kirain udah ada yang gantiin aku.” Na tertawa kecil yang dibalas dengan tatapan tajam Bible.
“Yaudah gw mau cabut. Peluk dong.” Na merentangkan tangannya meminta sebuah pelukan.
Build ingin bangkit berdiri untuk menghampiri Na tapi Bible menahannya sambil menatap ke arah Build.
Build yang tidak mengerti hanya menyiratkan “Apa sih? Minggir sana gw mau keluar.” melalui matanya.
Karena didesak terus menerus oleh Build akhirnya dengan kesal Bible pun minggir agar Build bisa lewat. Build memeluk erat Na lalu Na berpamitan dengan keduanya sambil sebelumnya menepuk-nepuk kepala Build.
Build akhirnya kembali duduk dengan senyuman lebar sedangkan Bible masih bersikap tidak peduli dan hanya memfokuskan diri ke kertas miliknya.
“Seneng ya.” Ucap Bible dengan sedikit nada kesal.
“Iyalah, tapi bete lagi soalnya harus sama elu terus kek gini. Minggir napa.” Build menyenggol Bible untuk sedikit menjauh.
Akhirnya Bible bangkit berdiri dan pindah duduk ke hadapan Build seperti posisi duduk awalnya.
Walau Build yang menyuruhnya pindah tapi Build tetap heran. Kok gampang banget?
“Ah sudahlah, biarin aja.” Pikir Build.
Setelah jam sudah menunjukan pukul 21.00 dan cafe sudah terlihat sepi, akhirnya Bible bangkit berdiri.
“Ayo pulang.”
“Yaudah pulang aja.” Ucap Build yang masih fokus ke kertas miliknya.
“Ini udah malem biu, besok syuting kita pagi banget.”
“Iya bentar lagi pulang.”
“Kan tadi gw yang anter elu kesini, sekarang gw harus anter elu pulang.”
“Siapa yang suruh?” Build kini mengalihkan perhatiannya ke Bible.
“Ini namanya bertanggung jawab.”
“Gw bukan anak kecil bib. Nanti bisa kok pulang sendiri.”
Bible yang kesal hanya menghela nafas lalu menarik Build ke luar dari cafe.
“Ayo pulang.” Bible menyodorkan helm yang tadi Build pakai saat ke cafe.
“Rese banget sih lu.” Build memutarkan bola matanya malas sambil memakai helm yang diberikan Bible.
“Eh? Baru pulang biu?” Tiba-tiba ucap seseorang.
Build yang kenal dengan suara itu langsung menoleh.
“Loh? Kak Na?”
“Ini aku mau kasi bingkisan dari mama buat kamu trus aku mikir apa kamu masih di cafe jadi aku balik kesini.” Kata Na sambil menyodorkan bingkisan kepada Build.
“Wah, makasih ya kak. Titip salam ke mama ya.” Build tersenyum melihat isi bingkisan tersebut.
Bible yang sedari tadi diam hanya memperhatikan interaksi mereka.
“Kalian pulang bareng?”
“Iya.” Jawab Bible dengan spontan.
“Gamau bareng aku aja biu? Kita kan lebih searah daripada sama temen kamu nanti dia repot.”
“Nggak kok.” Ucap Bible lagi dengan cepat.
“Eh tapi bener sih. Mending gw pulang sama kak Na, bib daripada nanti lu harus bolak balik.” Build mencopot helm yang tadi dia pakai lalu memberikannya kepada Bible. Bible hanya terdiam dan mengambil helm itu dari Build.
“Yuk pulang.” Kata Kak Na sambil berjalan ke arah mobilnya.
“Yaudah gw pulang duluan ya, bib. Hati-hati di jalan.” Ucap Build
“Hmm.” Bible hanya berdehem ria.
Build melambaikan tangannya lalu menyusul langkah jalan Na menuju mobilnya. Bible menatap geram ke arah mobil yang mulai berjalan menjauh.