Yang sebenarnya
Sena POV
Aku menidurkan tubuhku diatas sofa yang berada disamping ranjang.
“Lu aja yang dikasur sen”
Aku yang mendengar hal itu langsung sedikit mengangkat kepala dan menyerengitkan dahi sembari menatap Revi.
“Gapapa, hitung hitung bayaran lu udah pinjami hoodie lu buat gue tadi.” Balas ku, kemudian aku membaringkan tubuhku lagi.
“Kalau gitu kita berdua aja ya di sofa?”
Selang berapa detik aku mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Revi, tiba tiba saja aku merasakan Revi tidur diatas badan ku.
ajg lo vi, lo berat su
“Akkh lu berat brengsek.” Setelah mengumpat di dalam hati, kini aku mengumpat langsung di depan orangnya.
Dengan cepat aku menggeser badan ku agar aku memberi sedikit ruang untuk Revi.
Setelah aku menggserkan badan ku, tiba tiba saja pinggang ku merasakan kedua tangan Revi dilingkarkan. Aku tidak risih dengan apa yang dilakukan oleh Revi. Justru aku sangat suka.
Dengan suasana lampu kamar yang sudah padam, sekarang hanya ada kegelapan dan kehangatan yang ada.
Terbesit dipikiran ku untuk menanyakan kelanjutan cerita yang kemarin tidak sempat diceritakan.
“Jadi?” Aku menanyakan nya sambil menatap kedua netra Revi dalam gelap.
“Apa yang jadi?” Tanya Revi sembari menenggelamkan wajahnya pada leher ku.
“Lanjutan yang dimobil tadi? Kan janjinya masuk rumah dulu baru lu kasih tau”
Aku mencemberutkan bibir dan berharap Revi tidak melihat dengan jelas apa yang aku lakukan, sebab jika dia melihat jelas apa yang aku lakukan sekarang, bisa saja dia mencubit pipi ku atau mengatai aku dengan pujian gemas dan yang lainnya.
“Oohh hahaha”
“Mau dengar dull version nya?” Tanya nya padaku.
Aku mengangguk anggukan kepala ku tanda menyetujui nya.
“i did, but that was then velyna maretha. I already love someone else, and I’m going to confess, so I hope you don’t butt in”
Aku yang mendengar itu segera mengeratkan kedua tangan ku yang mengunci pergerakan pinggang Revi.
“Mau tau ga siapa yang bakal gue konfesin?”
“Siapa?” Jawab ku. Karena sebenarnya aku juga penasaran siapa orang yang akan dinyatakan perasaannya oleh Revi.
Kedua netra ku tiba tiba saja membulat disaat Revi mendekat ke arah pendengaran ku.
“Ada deh.” Bisiknya.
Aku sontak mendorong jatuh Revi dari sofa lalu bergegas berjalan ke ranjang single punyaku.
“Ngeselin banget!”