Confess
Author POV
tw // kissing , harsh word , fluff
Sena sedang duduk di kursi panjang di taman sendirian. Dirinya sedari tadi memikirkan kejadian yang tadi ia lihat.
Dirinya semakin yakin kalau surat yang ia temukan di loker hari ini siapa lagi kalau bukan dari Reviano Alaska. Sungguh tak terduga keduanya sama sama mengirimi surat.
Ada dua alur yang sedang terngiang ngiang di dalam benak Sena. Yang pertama Revi akan konfes pada Sena, dan yang kedua Revi minta maaf karena dirinya sudah nyatain perasaan ke orang lain.
Kita tidak ada yang tahu sebelum kejadian itu terjadi. We never know.
Saat Sena sedang mengelap kasar air mata yang membasahi pipinya, tiba tiba saja ia mendengar ada yang meneriaki namanya.
“SENA!”
Sena menoleh ke arah sumber suara dan dari kedua netranya mendapati sosok Revi yang berlari sedang menghampirinya.
“Sena maaf ya karena udah lama nungguin gue.” Tutur Revi sembari dirinya sedang terengah engah karena berlari.
Sena tersenyum lalu berdiri agar menyamai tinggi nya dengan Revi. “Iya gapapa, santai aja vi”
Spontan kedua masing masing netra saling menatap.
“Oh iya, berarti ini surat dari lo ya vi? Lo mau ngomong apaan?” Sena dengan cepat melanjuti perkataannya agar tidak ada rasa canggung.
“Gue mau ngomong sen, tapi keknya lo abis nangis ya?” Tangan kanan Revi memegang pipi Sena sembari melihati setiap inci wajah Sena.
Deg
Seketika Sena terkejut mendapati perlakuan itu oleh Revi. Sontak kedua mata Sena membulat.
“E-eh? Nggak kok, ini tadi kelilipan hewan kecil makanya tadi ga sengaja keluar air mata”
Sena melepaskan tangan Revi dari pipinya dan ia harus mati matian menahan rasa salah tingkah.
Revi mending lo diem dah
“Yaudah lo mau ngomong apa vi?” Tanya Sena dengan memasang muka penasaran.
“Lo dulu. Ini surat dari lo kan? Nah lo duluan yang ngomong.” Tutur Revi sembari menunjukkan surat dari Sena.
“Oh berarti ini surat dari lo kan? Soalnya dari tadi gaada orang lain yang dateng selain lo.” Sena menunjukan surat yang ia sedari tadi pegang di tangannya di hadapan Revi.
“Of course itu dari gue”
“Yaudah lo mau ngomong apa?” Sena menyerengitkan dahinya dihadapan Revi.
“Gimana kalau bareng aja ngomongnya. Mau gak?” Tanya Revi dengan memasang raut wajah datar.
“Deal.” Ucap Sena dibarengi oleh anggukkan kecil dari kepalanya.
“Ok. Hitungan ketiga harus langsung ngomong ya?”
“Iyaa bawel. Cepetan, gue mau pulang.” Sena sudah merasa mulai bete karena ini terasa sangat cukup memakan waktu.
Revi mengisyaratkan menggunakan jarinya serta ia yang menghitung untuk aba aba.
“Satu..”
“Dua..”
Gue degdegan ya Tuhan ㅠㅠ
“Tiga”
“Gue suka sama lo”
Deg
Mereka berdua saling bertatapan setelah mengucapkan kalimat tadi.
Ini gue gasalah denger kan? -Sena
Ini gue salah denger ga sih? -Revi
Sena seketika membuang jauh jauh pikiran salah dengar itu. Dirinya kembali menahan tangisannya tapi ternyata tidak bisa.
Sena mencemberutkan bibirnya lalu dengan cepat ia memeluk erat pingganv Revi dan menenggelami wajahnya di dada bidang Revi.
Tangisannya seketika pecah karena untungnya pikiran negative yang menghantui pikiran Sena tidak terjadi.
“Sena sayang Revi. Sena kira kamu bakal konfes ke orang lain atau dengan si Lyna itu”
Tuhan kenapa ciptaan mu gemas sekali -Revi
Revi memeluk balik tubuh mungil yang ada di dekapannya. Ia mengelus lembut rambut kepala bagian belakang milik Sena lalu ia menciumi rambut Sena.
“Kata siapa? Emang bener Revi mau konfes sama orang hari ini, tapi tau ga? Orang yang Revi maksud tuh kamu Sena Andara!”
“Sena mau kan jalanin hubungan dengan Sena?” Revi bertanya dengan nada suara lembut tepat di pendengaran Sena.
Sena yang mendengar itu langsung mendongakkan sedikit kepalanya agar bisa melihat Revi dari bawah.
Sena menganggukkan kepalanya. “Lets try it”
Seketika mereka saling bertatap. Entah kenapa hati mereka berdua merasa cukup lega karena sudah mengetahui akhir dari cerita ini.
Revi tersenyum mendapati jawaban itu. Lalu telapak tangan kanan nya ia daratkan ke tepat dagu Sena.
Diusap bibir merah Sena dengan ibu jarinya seraya memandanginya.
“Can i?” Tanya Revi sambil memandangi bibir indah milik Sena.
“Sure!” Sena menarik kerah baju Revi, dengan cepat ia benturkan bibir Revi tepat di bibirnya.
Sena melumat pelan kedua belah bibir Revi, kemudian Revi mengikuti alur yang diberikan oleh Sena.
Kedua tangan Sena seketika dilingkarkan tepat dileher Revi. Kedua insan ini sungguh hanyut karena disebabkan ciuman yang sedang dilakukan.
Dari jauh seorang perempuan sedang meremas dan mengepal tangannya.
“REVIANO ALASKA GUE MASIH CINTA MATI SAMA LO!!”