scubepid


'Cklekk'

Jungwon membuka pintu kamar Sunoo, kemudian menutup pintu kamar. Betapa terkejutnya kedua bola matanya menangkap Sunoo yang sedang bercermin mengenakan mini skirt yang ia beli.

'Cantik..'

Jungwon bergumam, memuji kekasihnya yang begitu cantik dimatanya. Setelah seperkian detik ia terdiam karena terpana dengan paras Sunoo, ia berjalan menghampiri Sunoo sembari melepas blazer kerja.

“Kamu cantik banget.”

Sunoo sontak menoleh ke sumber suara. Ia terkejut Karena Jungwon sudah berada disampingnya. “Ish kamu kagetin aja!” Pandangan Sunoo perlahan kembali ke arah cermin. “Menurut mu aku cocok gak sih pakai rok mini ini?” Sunoo menggerakan badannya, ia mempantaskan rok mini yang ia pakai lewat pantulan bayangan dari cermin.

“Cocok. Cocok banget. Kalo aku pegang boleh gak ya?” Tangan kanan Jungwon sedikit memegang ujung rok milik Sunoo. Rasa-rasanya ada pesan tersirat yang muncul pada dalam diri Jungwon.

Sunoo membelakangi Jungwon, tetapi pandangannya tak lepas dari cermin. “Boleh, siapa tau kamu penasaran sama bahannya.” Jawab Sunoo dengan nada polos. Mendengar jawaban itu, Jungwon sedikit menyeringai.

“Oke..” Jungwon dengan agresif menarik pinggang ramping milik Sunoo. Jungwon merasa euforia karena baru saja diberi lampu hijau oleh sang kekasih. Badan Sunoo tertarik ke belakang membuat pandangan sang empu tak lepas dari pantulan bayangan cermin.

“Jungwonie, kamu mau ngapain?” Sunoo sedikit panik saat melihat pantulan bayangan Jungwon yang sedang membuka rok mini, yang mengakibatkan dirinya sedikit menungging didepan Jungwon. “Jungwon jangan diliatin ih, malu!” Sunoo memohon pada Jungwon karena dirinya tidak memakai celana strit. Jungwon kini menatap gumpalan kedua pantat sintal milik Sunoo yang ditengahnya hanya ditutupi celana dalam.

Karena merasa tidak nyaman dengan posisi ini, Sunoo berusaha membalikkan badannya untuk menghadap Jungwon. Tetapi nihil, sebab Jungwon menahan pergerakan Sunoo dengan cara memukul pantatnya dengan kencang.

'PLAKKK'

'AKHHHH'

Sunoo berteriak dan hampir jatuh ke depan tetapi tidak jadi, sebab kedua pergelangan tangannya dipegang erat oleh Jungwon. “Jangan dipukul!” Sunoo mengeluh, ia menoleh ke belakang untuk memperingati Jungwon agar tak diulangi lagi.

Jungwon tersenyum licik, ia seolah tak mendengar apa yang baru saja dilontarkan oleh Sunoo. “Ngomong apa tadi barusan?” Tanya Jungwon dengan nada sedikit meledek.

“Jangan dipuk- “NGHHHH, HMMP_”

Sunoo menahan desah akibat kedua pantat sintalnya diremas kencang oleh Jungwon. “J-Jungwonhh, janganhh diremashh” rengek Sunoo, tak sesekali ia menghentak-hentakan kedua kakinya ke lantai; pun pandangannya tak lepas melihat Jungwon dari pantulan bayangan cermin.

“Ngomong apa tadi hm?”

“Jangan diremesh sama dipuk- JUNGWON!” Sunoo meneriaki nama Jungwon. Ingin rasanya ia memberhentikan apa yang Jungwon lakukan padanya, tetapi tidak bisa. Sebab kedua pergelangan tangannya dicengkram kuat oleh Jungwon.

“Jungwon jangan dibuka celana dalem kuu”

“Tadi katanya cuma mau pegang bahan roknya kayak gimana..” Sunoo sudah pasrah apa yang dilakukan oleh Jungwon padanya. Jungwon mengabaikan apa yang Sunoo pinta, justeru ia membuka paksa celana dalam Sunoo sampai terlepas.

Setelah melepas celana dalam, Jungwon langsung membuka dasi kerjanya dengan maksud untuk mengikat kedua pergelangan tangan Sunoo. Menyadari hal itu, Sunoo hanya bisa pasrah tapi disisi lain ia ingin memberontak karena ia sedang tidak mau berhubungan intim.


Satu ronde sudah dilalui, keringat serta hawa panas sudah terasa dibadan keduanya. Keadaan Sunoo kini hanya memakai rok yang sudah ternodai dengan cairan putih yang entah milik siapa. Sedangkan Jungwon kini jari-jemarinya sibuk mengobrak-abrik dinding lubang milik Sunoo. Sesekali Sunoo meninggikan pinggulnya, memijat jari-jari Jungwong menggunakan lubangnya, memberikan kenikmatan bagi kedua anak cucu Adam itu.

Karena sudah amat frustasi, Sunoo memundurkan badannya dengan pasrah membuat aktivitas fingering Jungwon terhenti. Kemudian dengan sisa tenaga yang ada Sunoo menurunkan pinggulnya dengan pelan sampai penis Jungwon masuk dengan sempurna.

“Gerak byhh” Pinta Jungwon yang sudah merasa kewalahan karena dironde sebelumnya ia yang gerak, bukan Sunoo.

Mendengar permintaan itu Sunoo mulai meninggikan pinggulnya, lalu menurunkan pinggulnya dengan penuh sensual. Ia mengulangi lagi hal yang sama sampai berulang kali, disela-sela ia kembali memberikan pijitan pada penis Jungwon. Membuat sang empu mendongak; merasakan kenikmatan yang begitu hakiki.

Waktu berlalu begitu cepat. Kini Sunoo kembali memrasakan sesuatu yang ingin keluar pada lubangnya. “Kaloh mawu keluarh, keluarh ajahh” rintih Sunoo.

Tanpa basa-basi, Jungwon langsung mengeluarkan cairan dengan cepat tepat didalam lubang milik Sunoo sampai cairan itu menetes ke bawah saking banyaknya. Setelah dirasa selesai, Sunoo langsung memeluk tubuh Jungwon dengan erat; keduanya saling tertawa.

“Kamu masih overthinking sama rok baru kamu?” Tanya Jungwon sembari tangan kanannya membalas pelukan, sedangkan tangan kirinya memegang rok yang dikenakan oleh Sunoo.

“Nggak..”

“Nggak tauu! Aku masih kepikiran sama kata-kata Yurina” Sunoo menenggelamkan wajahnya pada dada Jungwon.

“Jangan ovt lagi dong sayang. Kamu cantik kok pakai rok ini.” Jungwon mengelus pucuk kepala kekasihnya dengan lembut. Sesekali juga ia mengecup pucuk kepala Sunoo.

Sunoo tidak menjawab, yang ada ia makin menenggelamkan wajahnya pada dada Jungwon. “Emm..” Sunoo mendongak, “Jangan gitu, aku malu..” Lanjut Sunoo sembari mencemberutkan bibirnya.

Jungwon kembali tertawa, melihat pipi Sunoo memerah membuatnya semakin gemas. “Sayang..” Jungwon menangkup kedua pipi Sunoo denga telapak tangannya lalu mengecup bibir Sunoo.

'Cupp'

“Kamu gemes banget. Kenapa malu? Kan sama pacar sendiri. Janji ya jangan kepikiran sama kata-kata Yurina lagi?” Sambung Jungwon sembari menatap mata Sunoo lamat-lamat.

“Gatau.. Tapi aku usahain deh gak ovt lagii” jawab Sunoo dengan malu-malu. Dan malam ini mereka habiskan dengan canda tawa layaknya sepasang kekasih yang baru saja menikah.

'Terkadang aku pun suka overthinking, tentang aku kehilangan mu.' -Sunoo.

Ravi POV


Gua mengendap-endap, mengikuti gerak langkah Sam. Gua awalnya gatau Sam kemana, sampai gua berhenti tepat beberapa meter dari ruangan pak Simon.

Gue melihat Sam masuk ke ruangan pak Simon. Tiba-tiba terlintas dalam pikiran gua, 'Sam mau pindah ke asrama kah? Atau pindah kelas?'

Gua sedikit berjalan menuju pintu ruangan pak Simon, menguping percakapan antara Sam dengan pak Simon.

Sepuluh menit berlalu, kedua tangan gua mengepal dengan begitu erat sampai mungkin terlihat urat nadi milik gua.

'Ivan ya? Gua tandain lo Ivan.'

Ravi POV


Gua mengendap-endap, mengikuti gerak langkah Sam. Gua awalnya gatau Sam kemana, sampai gua berhenti tepat beberapa meter dari ruangan pak Simon.

Gue melihat Sam masuk ke ruangan pak Simon. Tiba-tiba terlintas dalam pikiran gua, 'Sam mau pindah ke asrama kah? Atau pindah kelas?'

Gua sedikit berjalan menuju pintu ruangan pak Simon, menguping percakapan antara San dengan pak Simon.

Sepuluh menit berlalu, kedua tangan gua mengepal dengan begitu erat sampai mungkin terlihat urat nadi milik gua.

'Ivan ya? Gua tandain lo Ivan.'

Jake POV.


Setelah selesai mengambil video ala-ala fashion show, gue langsung duduk diatas sofa dengan maksud menonton ulang video apa yang gue rekam barusan.

Selama video berjalan gue hanya tersenyum bahagia, alasannya cuma satu. Yaitu harapan untuk halloween tahun ini bisa melihat kembali pangeran Arazo alias Jay terkabul.

Saat video hampir tamat, tiba-tiba saja ada yang memeluk gue dengan sangat erat. Yang bikin kagetnya lagi adalah yang peluk gue kini sudah tidak memakai baju atasan.

“Jay kamu mau ngapaih- HMMPP” Gue jatuh diatas sofa akibat pelukan dari Jay yang sangat erat serta mulut gue dibekap.

“Jake tau gak sih aku kangen kamu. Aku sampai minta madam buat ketemuan sama kamu tau! Untungnya ayah ku ngerti sama apa yang aku mau. Akhirnya aku diizinin sama ayah untuk bertemu sama kamu ditemani oleh madam!” Jay bercerita dengan antusias, gue hanya bisa mendengarkan dia serta mengangguk-anggukan kepala tanda timbal balik dari ia bercerita.

“Untungnya juga nih ya, gue bisa tinggal di rumah mu sepuas ku. Bila aku ingin pulang ke istana, aku akan bilang ke madam melalui telepati!” Sambung Jay.

Gue yang mendengar itu hanya bisa merotasikan kedua bola mata ku. Sejujurnya gue sih seneng Jay balik lagi ke-sini, tapi rasa percaya diri yang lebih pada diri Jay membuat bikin gue kadang malu sendiri.

“Ihh pokoknya aku kangen kamu Jake!” Jay memeluk erat tubuh gue sampai gue gabisa gerak cuy. Gue hampir batuk tapi gue tahan. “Kamu kangen aku gak Jake?” Tanya Jay yang kemudian menenggelamkan wajahnya pada dada gue.

Mendengar pertanyaan itu, gue reflek mengelus surai hitam milik Jay dengan begitu lembut. “Iyaa aku juga kangen sama kamu kok.” Jawab gue dengan suara pelan.

Beberapa detik kemudian, sontak Jay mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah gue. Jay terseyum lebar, “Iyalah. Pangeran ganteng gini masa gak dikangenin sih?” Ujarnya dengan nada enteng. Mendengar kalimat itu, rasanya gue mau tempeleng kepala Jay. Baru aja dibilang dia memiliki rasa percaya diri yang besar. Dan bener aja rasa percaya diri itu kumat lagi.

“Geer amat.” Gue ngedumel kesal, untungnya Jay gak denger apa yang gue dumelin tadi.

Sepuluh menit berlalu, tidak ada percakapan apa-apa antara gue dan Jay. Setelah menyadari Jay sudah tertidur lelap, gue langsung diam-diam mengambil mirror foto menggunakan handphone.

'Ckrekk'

image

Setelah mengambil foto, gue tersenyum melihat hasil gambar. Rasanya ini seperti mimpi Jay kembali dihidup gue. Setelah puas melihat hasil gambar, gue langsung meletakkan handphone dan menemani Jay yang tertidur diatas badan gue.

Oh ya, tiba-tiba muncul pertanyaan dibenakku. Lantas apakah pangeran Arazo tidak jadi dinobatkan sebagai raja? Padahal seinget gue kemarin Jay akan dinobatkan sebagai raja.

Entahlah, besok aja gue tanyanya.

image


Jake POV

“Halo, aku yang mengirim surat anonymous kepada mu.” Ucap seseorang yang kini memakai topeng, serta kostum halloween serba hitam dan ia menenteng sebuah labu yang isinya hampir dipenuhi oleh permen dan cokelat.

Gue terkejut saat mendengar penyataan itu. Ternyata orang yang ditunggu akhirnya datang. Hanya satu yang gue pikirin, kenapa dia gak datang saat puncak acara halloween dimalam hari?

“Oh ya, trick or treat?”

Pandangan gue teralihkan, yang tadinya gue menatap kucing hitam langsung menatap ke arah wanita itu. Gue tersenyum, gue disini sebenernya bingung mau jawab apa. Tapi entah kenapa tiba-tiba mulut gue melontarkan kalimat, “Trick!” Gue langsung terdiam. 'Mampus, kenapa gue bilang trick.. Gimana kalo trick sulap dia aneh-aneh njir?'

Wanita berkostum hantu itu tidak menjawab, yang ada dia mengeluarkan sebuah tongkat kecil dari kantung bajunya, kemudian dia ayunkan dengan arus berputar tepat diatas kucing hitam yang memakai topi halloween.

'Berubahlah!'

Setelah melontarkan kalimat itu sembari sibuk memutarkan tongkat diatas kucing hitam, tiba-tiba keluar cahaya putih yang begitu terang, sampai gue menyipitkan mata karena saking silaunya.

Perlahan cahaya itu memudar, saat gue menetralkan pandangan, betapa terkejutnya gue melihat kucing hitam telah berubah menjadi Jay alias pangeran Arazo.

“LOH JAY?!” Gue sontak berteriak, rasa-rasanya gue masih gak percaya kalau Jay kini ada dihadapan gue.

“Hai Jake!” Ujar Jay, diakhiri senyuman tampannya.

“Cubit gue kalo ini tuh mimpi..” Gue berjalan mendekat ke arah Jay, mengenggam erat kedua tangan milik Jay. Disisi lain gue juga kegemesan sendiri liat kedua telinga kucing serta ekor Jay bergerak ke sembarang arah.

“Kamu gak mimpi. Jika mau tau penjelasannya, aku bisa menjelaskannya.” Sanggah wanita itu.

“Penjelasan? Penjelasan apa?” Tanya gue dengan pandangan perlahan mengarah ke wanita tersebut.

“Kemarin aku memainkan sihir agar kau tidak merasa pernah merawat kucing pangeran Arazo, begitupun kakak kandung mu. Aku lupakan juga ingatan kakak kandung mu tentang pangeran Arazo.

“Jadi yang kemarin itu nyata ya? Tapi kok rasanya seperti mimpi?” Gue bertanya dengan nada datar, rasanya yang kemarin terjadi hanyalah sebuah mimpi.

Wanita itu terkekeh mendengar pertanyaan gue, “Itu bukan mimpi. Jika itu mimpi, pangeran Arazo tidak akan meminta ku untuk mengantarkannya ke rumah mu.”

“Jay kangen ya sama gue?”

“Iya dia kangen kamu, Jake. Bahkan dia sampai minta izin ke ayahanda nya untuk berkunjung ke rumah mu. Untungnya sang raja mengizinkannya.” Jawab wanita itu.

“Mau sampai kapan Jay tinggal di rumah gue?”

“Sampai aku udah bosen tinggal di rumah mu Jake! Aku dibolehin tinggal bersama mu sama ayah, sang raja yang kau temui waktu itu.” Jawab Jay dengan antusias.

“Madam, makasih yah udah mau anterin aku ke rumah Jake. Nanti aku kirim sinyal kalau aku mau balik ke istana. Madam udah sana pulang aja!” Tutur Jay dengan nada merasa tidak bersalah.

Wanita itu hanya tertawa kecil, “Baiklah, aku akan pergi. Bersenang-senanglah kalian, happy halloween!” Setelah melontarkan kalimat itu, wanita itu langsung pergi menggunakan sapu sihirnya, terbang jauh menuju arah utara.

Setelah wanita itu sudah tak terlihat, tiba-tiba saja Jay menggandeng tangan Jake untuk masuk ke dalam rumah. “Jake, ayo masuk!”

Merasakan tangan gue ketarik, gue langsung menutup pintu dengan cepat, kemudian mengikuti Jay sembari digandeng.

'Mimpi apa guee sampai Jay kangen gue anjir?'

Gue jejeritan dalam hati, pada dasarnya gue sangat merindukan Jay atau pangeran Arazo yang rasa percaya dirinya melebihi langit ketujuh.

image


Kedua mata iblis terbelalak kala mendapati Purple sudah berubah menjadi kucing putih raksasa dengan kedua matanya yang berapi-api, didampingi oleh Riki sembari membawa panah dengan busur yang lumayan banyak.

“Wah lihat siapa yang-”

“Lepaskan wanita itu serta pria yang diikat diatas sana!” Riki menunjuk Izore kemudian menunjuk Ivander. “Lepaskan atau kita selesaikan semua ini dengan cara bertarung.” Riki menarik tali panahnya, siap melepaskan busur yang diujungnya sangat tajam.

‘MEOOOOOWWW!'

Sunoo mengeong dengan begitu keras, menggema ke seluruh sudut ruangan. Raja iblis menyeringai, “Ada apa anak ku? Apakah kau mau melihat wanita ini ku penggal kepalanya seperti kaum nya membunuh ibu mu?” Raja iblis mengeluarkan pedangnya, lalu didekatkan pedang itu ke leher Izore.

“Jika kalian mendekat, aku tak segan-segan melayangkan pedang tajam ini ke leher Izore.” Tegas raja iblis, pedang yang dipegang ujungnya yang lancip dan tajam digesekkan pelan ke permukaan kulit leher Izore.

“Kau ini!!!!” Riki melepaskan tali panah, membuat busur panah melayang ke arah raja iblis. Sayang seribu sayang, busur itu yang seharusnya menusuk perut sang raja iblis, melesat begitu saja mengenai permukaan dinding.

‘Krekkk’

Permukaan dinding yang tertancap oleh busur kini retak, terpecah belah akibat ujung busur yang sangat tajam dan kuat.

Raja iblis menatap remeh ke arah Riki. “Ck. Kemampuan mu segitu saja?” Tanya raja iblis dengan nada sombong. “Sekarang giliran aku yang menyerang.” Dengan cepat, raja iblis mengulurkan tangannya; mengeluarkan cahaya merah yang kemudian cahaya itu mengikat tubuh Riki dengan erat. Riki melayang, dbanting ke dinding dengan sangat kencang.

‘BRUKKK’

“RIKIII!” Izore berteriak, ingin rasanya ia membantu melawan raja iblis, tetapi ia tak punya daya untuk membantu melawan sang raja iblis.

Sunoo yang melihat itu langsung mengeong, suaranya bergema memenuhi ruangan. Dengan perlahan ia berlari menuju sang ayah yang melihatnya dengan harap anaknya yang menjadi raksasa kucing memeluknya dengan erat.

“Anak ku kemari lah, apa kau tidak rindu dengan ku?” Raja iblis merentangkan kedua tangannya, ia sangat siap memeluk erat anak semata wayangnya yang sudah lama tak jumpa. Raut wajah raja iblis yang tadinya berseri-seri melihat Sunoo menghampirinya, kini berubah drastis menjadi datar kala melihat Sunoo mengambil ancang-ancang untuk meloncat, serta mencakar raja iblis dengan perasaan dendam.

“Anak ku, kau ken-”

‘SRETTT’

‘ARGHHHHH’

Raja iblis terjatuh akibat cakaran keras yang mengenai tubuhnya. Debu lantai bertebaran dengan begitu cepat ke udara memenuhi pandangan mata. Melihat hal itu, Ivander berteriak, mengintruksi kepada Riki untuk menyerang kaki raja iblis dengan panahnya. “RIKI, CEPAT KAU SERANG KAKI IBLIS ITU! DISITU KELEMAHAN DIA!”

Riki yang baru saja jatuh akibat terlepas dari ikatan raja iblis langsung menyiapkan busur panah nya untuk menyerang kaki raja iblis mengikuti perintah dari Izore.

Vandeus yang melihat hal itu langsung bersiap-siap untuk menahan serangan dari Riki. Melihat ancang-ancang itu, Izore menarik jubah Vandeus dengan kencang agar tidak ikut campur urusan antara Riki dan raja iblis.

“Kau berurusan dengan ku Vandeus. Kau gausah ikut campur dengan urusan tuan mu dengan anak manusia itu.” Izore menarik jubah Vandeus, lalu berdiri dengan sisa tenaga yang ada.

“Jika kau ingin ikut campur dengan urusan mereka, lawan aku dulu.” Izore mengeluarkan kalung yang ia pakai. Kalung itu memiliki sihir yang begitu kuat.

“Ck, kau saja tak punya kekuatan. Kau mau lawan aku? Coba saja!” Vandeus menarik kasar jubahnya yang digengam erat oleh Izore.

“ABRACADABRA”

Izore berteriak, seketika cahaya putih dari kalung yang ia pakai memenuhi tubuhnya. Dengan cepat kekuatan itu mengendalikan dirinya untuk menyerang Vandeus.

“Tertarik. Kalau gitu coba lawan aku.”

‘AAAAAA’

“KAKI KUUU!!”

Mendengar teriakan itu, semua mata tertuju pada sumber suara. Terlihat busur panah tertancap pada telapak kaki raja iblis dengan sempurna dan Riki berdiri tepat atas tubuh raja iblis yang sudah terbaring lemah. Entah kenapa Riki begitu handal menggunakan kekuatan yang diberikan oleh sang penjaga toko.

“Anak ku..”

“TUANN!” Vandeus berteriak, berlari mengarah tuannya yang sudah terbaring lemah. Belum sampai pada tuannya, tubuh Vandeus perlahan menghilang ke udara. Ya, raja iblis sudah berhasil dikalahkan.

“Anak ku..”

‘BRAKKK’

Ivan terjatuh dari atas kala ikatan dari kekuatan raja iblis terlepas. “Aw, sakit..” Ivan mengeluh, merangkak mendekat ke arah Izore.

“Anak ku..”

Sunoo berubah menjadi manusia kucing ketika mendengar rintihan raja iblis yang ketiga kalinya. Sunoo berlari, dan memeluk ayah nya yang sudah diserang bagian tubuh dimana itu titik kelemahannya.

‘BUGHH’

“Nak, sejujurnya ayah ingin menghancurkan bumi bidadari bersama mu.. Tetapi kalian mengalahi ku. Yang aku inginkan selama ini adalah memeluk mu dan menghancurkan bumi bidadari bersama mu. Ayah tidak ingin menyerang kalian, tapi kalian yang minta diserang terlebih dahulu.”

‘MEOOOOWW!'

“Maafkan ayah nak yang gabisa menjadi sosok ayah yang baik untuk mu. Jika kamu ingin bersama manusia itu lakukan lah! Aku memberi restu kepada kalian berdua. Karena selama ini yang aku mau hanya menghancurkan bumi bidadari bersama mu.” Raja iblis menoleh ke arah Izore dan Ivander dengan tatapan sayu.

Suasana sedih kini menghampiri, tubuh raja iblis perlahan mengeras menjadi batu dari arah kedua kakinya. Istana raja iblis perlahan menjatuhkan serpihan batu, permukaan lantai membelah membuat Izore, Ivander, Riki dan Sunoo panik.

“Pergilah nak dari sini, istana ku akan hancur. Aku berhak kalah, karena aku sendiri sebenarnya memang tidak mau menyerang mu atau pun pemuda itu.”

Sunoo menarik tangan ayahnya, ia tidak mau meninggalkan ayahnya disini sendirian.

‘MEOWWWW, AYAHHH!’

Sunoo menangis kala melihat istana ayahnya hancur lebur. Ia memeluk tubuh Riki dengan erat.

“Onuu, jangan nangis ya..” Riki membalas pelukan itu, mengusap lembut pucuk kepala Sunoo.

“Riki, lebih baik kamu pulang. Terima kasih ya sudah mau menyelamatkan bumi bidadari. Saya kira raja iblis akan menghabiskan kalian berdua, tetapi ternyata raja iblis memang tidak ada niatan untuk menyerang kalian..” Ujar Izore dengan begitu yakin.

“Tapi Sunoo bagaimana?”

“Purple akan ikut dengan mu. Kami berdua akan melepaskan Purple untuk hidup bersama dengan mu.” Jelas Ivander.

Riki sedikit menunduk, ia menatap Sunoo yang kini masih berada didekapannya. “Lagipula jika kalian terikat dalam suatu hubungan sudah direstui oleh ayah Purple kok” Izore tersenyum menatap Sunoo yang sedang memeluk Riki dengan erat.

Riki tidak menyangka kucing yang ia gambar diatas kanvas ajaib, kemudian hidup menjadi manusia kucing yang akan tinggal bersamanya seumur hidup sampai maut memisahkan mereka.

image


Kedua mata iblis terbelalak kala mendapati Purple sudah berubah menjadi kucing putih raksasa dengan kedua matanya yang berapi-api, didampingi oleh Riki sembari membawa panah dengan busur yang lumayan banyak.

“Wah lihat siapa yang-”

“Lepaskan wanita itu serta pria yang diikat diatas sana!” Riki menunjuk Izore kemudian menunjuk Ivander. “Lepaskan atau kita selesaikan semua ini dengan cara bertarung.” Riki menarik tali panahnya, siap melepaskan busur yang diujungnya sangat tajam.

‘MEOOOOOWWW!’

Sunoo mengeong dengan begitu keras, menggema ke seluruh sudut ruangan. Raja iblis menyeringai, “Ada apa anak ku? Apakah kau mau melihat wanita ini ku penggal kepalanya seperti kaum nya membunuh ibu mu?” Raja iblis mengeluarkan pedangnya, lalu didekatkan pedang itu ke leher Izore.

“Jika kalian mendekat, aku tak segan-segan melayangkan pedang tajam ini ke leher Izore.” Tegas raja iblis, pedang yang dipegang ujungnya yang lancip dan tajam digesekkan pelan ke permukaan kulit leher Izore.

“Kau ini!!!!” Riki melepaskan tali panah, membuat busur panah melayang ke arah raja iblis. Sayang seribu sayang, busur itu yang seharusnya menusuk perut sang raja iblis, melesat begitu saja mengenai permukaan dinding.

‘Krekkk’

Permukaan dinding yang tertancap oleh busur kini retak, terpecah belah akibat ujung busur yang sangat tajam dan kuat.

Raja iblis menatap remeh ke arah Riki. “Ck. Kemampuan mu segitu saja?” Tanya raja iblis dengan nada sombong. “Sekarang giliran aku yang menyerang.” Dengan cepat, raja iblis mengulurkan tangannya; mengeluarkan cahaya merah yang kemudian cahaya itu mengikat tubuh Riki dengan erat. Riki melayang, dbanting ke dinding dengan sangat kencang.

‘BRUKKK’

“RIKIII!” Izore berteriak, ingin rasanya ia membantu melawan raja iblis, tetapi ia tak punya daya untuk membantu melawan sang raja iblis.

Sunoo yang melihat itu langsung mengeong, suaranya bergema memenuhi ruangan. Dengan perlahan ia berlari menuju sang ayah yang melihatnya dengan harap anaknya yang menjadi raksasa kucing memeluknya dengan erat.

“Anak ku kemari lah, apa kau tidak rindu dengan ku?” Raja iblis merentangkan kedua tangannya, ia sangat siap memeluk erat anak semata wayangnya yang sudah lama tak jumpa. Raut wajah raja iblis yang tadinya berseri-seri melihat Sunoo menghampirinya, kini berubah drastis menjadi datar kala melihat Sunoo mengambil ancang-ancang untuk meloncat, serta mencakar raja iblis dengan perasaan dendam.

“Anak ku, kau ken-”

‘SRETTT’

‘ARGHHHHH’

Raja iblis terjatuh akibat cakaran keras yang mengenai tubuhnya. Debu lantai bertebaran dengan begitu cepat ke udara memenuhi pandangan mata. Melihat hal itu, Ivander berteriak, mengintruksi kepada Riki untuk menyerang kaki raja iblis dengan panahnya. “RIKI, CEPAT KAU SERANG KAKI IBLIS ITU! DISITU KELEMAHAN DIA!”

Riki yang baru saja jatuh akibat terlepas dari ikatan raja iblis langsung menyiapkan busur panah nya untuk menyerang kaki raja iblis mengikuti perintah dari Izore.

Vandeus yang melihat hal itu langsung bersiap-siap untuk menahan serangan dari Riki. Melihat ancang-ancang itu, Izore menarik jubah Vandeus dengan kencang agar tidak ikut campur urusan antara Riki dan raja iblis.

“Kau berurusan dengan ku Vandeus. Kau gausah ikut campur dengan urusan tuan mu dengan anak manusia itu.” Izore menarik jubah Vandeus, lalu berdiri dengan sisa tenaga yang ada.

“Jika kau ingin ikut campur dengan urusan mereka, lawan aku dulu.” Izore mengeluarkan kalung yang ia pakai. Kalung itu memiliki sihir yang begitu kuat.

“Ck, kau saja tak punya kekuatan. Kau mau lawan aku? Coba saja!” Vandeus menarik kasar jubahnya yang digengam erat oleh Izore.

“ABRACADABRA”

Izore berteriak, seketika cahaya putih dari kalung yang ia pakai memenuhi tubuhnya. Dengan cepat kekuatan itu mengendalikan dirinya untuk menyerang Vandeus.

“Tertarik. Kalau gitu coba lawan aku.”

‘AAAAAA’

“KAKI KUUU!!”

Mendengar teriakan itu, semua mata tertuju pada sumber suara. Terlihat busur panah tertancap pada telapak kaki raja iblis dengan sempurna dan Riki berdiri tepat atas tubuh raja iblis yang sudah terbaring lemah. Entah kenapa Riki begitu handal menggunakan kekuatan yang diberikan oleh sang penjaga toko.

“Anak ku..”

“TUANN!” Vandeus berteriak, berlari mengarah tuannya yang sudah terbaring lemah. Belum sampai pada tuannya, tubuh Vandeus perlahan menghilang ke udara. Ya, raja iblis sudah berhasil dikalahkan.

“Anak ku..”

‘BRAKKK’

Ivan terjatuh dari atas kala ikatan dari kekuatan raja iblis terlepas. “Aw, sakit..” Ivan mengeluh, merangkak mendekat ke arah Izore.

“Anak ku..”

Sunoo berubah menjadi manusia kucing ketika mendengar rintihan raja iblis yang ketiga kalinya. Sunoo berlari, dan memeluk ayah nya yang sudah diserang bagian tubuh dimana itu titik kelemahannya.

‘BUGHH’

“Nak, sejujurnya ayah ingin menghancurkan bumi bidadari bersama mu.. Tetapi kalian mengalahi ku. Yang aku inginkan selama ini adalah memeluk mu dan menghancurkan bumi bidadari bersama mu. Ayah tidak ingin menyerang kalian, tapi kalian yang minta diserang terlebih dahulu.”

‘MEOOOOWW!'

“Maafkan ayah nak yang gabisa menjadi sosok ayah yang baik untuk mu. Jika kamu ingin bersama manusia itu lakukan lah! Aku memberi restu kepada kalian berdua. Karena selama ini yang aku mau hanya menghancurkan bumi bidadari bersama mu.” Raja iblis menoleh ke arah Izore dan Ivander dengan tatapan sayu.

Suasana sedih kini menghampiri, tubuh raja iblis perlahan mengeras menjadi batu dari arah kedua kakinya. Istana raja iblis perlahan menjatuhkan serpihan batu, permukaan lantai membelah membuat Izore, Ivander, Riki dan Sunoo panik.

“Pergilah nak dari sini, istana ku akan hancur. Aku berhak kalah, karena aku sendiri sebenarnya memang tidak mau menyerang mu atau pun pemuda itu.”

Sunoo menarik tangan ayahnya, ia tidak mau meninggalkan ayahnya disini sendirian.

‘MEOWWWW, AYAHHH!’

Sunoo menangis kala melihat istana ayahnya hancur lebur. Ia memeluk tubuh Riki dengan erat.

“Onuu, jangan nangis ya..” Riki membalas pelukan itu, mengusap lembut pucuk kepala Sunoo.

“Riki, lebih baik kamu pulang. Terima kasih ya sudah mau menyelamatkan bumi bidadari. Saya kira raja iblis akan menghabiskan kalian berdua, tetapi ternyata raja iblis memang tidak ada niatan untuk menyerang kalian..” Ujar Izore dengan begitu yakin.

“Tapi Sunoo bagaimana?”

“Purple akan ikut dengan mu. Kami berdua akan melepaskan Purple untuk hidup bersama dengan mu.” Jelas Ivander.

Riki sedikit menunduk, ia menatap Sunoo yang kini masih berada didekapannya. “Lagipula jika kalian terikat dalam suatu hubungan sudah direstui oleh ayah Purple kok” Izore tersenyum menatap Sunoo yang sedang memeluk Riki dengan erat.

Riki tidak menyangka kucing yang ia gambar diatas kanvas ajaib, kemudian hidup menjadi manusia kucing yang akan tinggal bersamanya seumur hidup sampai maut memisahkan mereka.

cw // fingering, blowjob, abovers


Mata vampire Ravi menatap tajam disetiap tempat yang ia lewati, begitupun orang-orang yang berpapasan dengannya.

Ravi melangkahkan kedua kakinya dengan gagah, semua orang menepi untuk memberi Ravi jalan. Pasalnya feromon Ravi sangat kuat sehingga omega yang dilalui oleh Ravi tidak berani menghalangi jalan untuk Ravi.

Banyak bisikan yang membicarakan tentang Ravi, tapi Ravi tidak menghiraukannya.

'Cklek'

'Ciit, bugh'

Ravi membuka dan menutup pintu kamar, lalu menguncinya. Sedari tadi instingnya serta indera penciumannya mengatakan bahwa Sam sedang heat. Oleh sebab itu ia mencari keberadaan Sam dengam cepat.

Betapa terkejutnya Ravi disambut oleh pemandangan Sam yang sudah tidak memakai bawahan tetapi ia masih mamakai seragam atasan. Terlihat penis mungil Sam mengancung keatas dengan indah, dan bagian belakang diantara kedua belah pantat muncul buntut kelinci.

“R-Ravihh tolongin akuhh” Sam sedikit merangkak ke-arah Ravi untuk meminta pertolongan. Salah Sam juga tidak membawa obat supressant, disisi lain juga ia tidak menyadari bahwa hari ini ia terkena siklus heat.

Ravi merendahkan badannya, ia jengkok untuk menyamakan tinggi dengan Sam. “Feromon lo manis banget” Ravi mengangkat suara, ia sebenarnya sudah menahan nafsunya agar tidak menguasai dirinya.

Sam tidak menanggapi sanggahan Ravi. Yang ia mau saat ini adalah badannya disentuh oleh Ravi. “Mau duduk dipangkuan Ravi-ahh” Sam memegang kedua paha Ravi, pinggulnya ditinggikan dengan maksud menunjukkan buntuk kelincinya.

Yang bikin Ravi terkejut adalah, ternyata omega hybrid jika terkena heat berbeda sekali dengan omega vampire. Yang selama ini Ravi lihat jika omega vampire terkena heat, akan terlihat ganas. Tetapi saat ia pertama kali ia melihat omega hybrid heat, ia merasa sangat jauh perbedaannya.

Tanpa disadari Sam sudah duduk diatas pangkuan Ravi. Sesekali ia menggesekan penis mungilnya dengan penis milik Ravi yang masih terbalut dengan celana.

“Masterhh...” Sam menghirup serta mencium area leher milik Ravi yang masih mengeluarkan bau feromon.

Ravi yang sudah tidak tahan diperlakukan oleh Sam, ia langsung bertindak. “Lo mau apa dari gua?” Kedua tangan Ravi mencengkram erat kedua belah pantat sintal milik Sam.

“Mau ini..” Tangan Sam mengelus penis Ravi yang masih terbalut oleh celana. Mendengar jawaban dari Sam, Ravi merotasikan kedua bola matanya. “Ya silakan, ambil saja apa yang lo inginkan.”

Sam menurut, ia turun dari pangkuan Ravi, membuka kedua paha Ravi untuk memberi jarak. Sam mendekati wajahnya ke arah selangkangan milik Ravi. Sam menjilat tonjolan penis milik Ravi yang masih terbungkus oleh celana, sang empu hanya bisa menahan rasa geli. Tanpa basa-basi Sam membuka resleting celana milik Ravi, menurunkan celananya serta celana dalam milik Ravi.

Sontak Sam terkejut kala penis Ravi mengenai pipi gembilnya. Sam sengaja menatap Ravi dengan tatapan puppy nya, lalu menggesekkan pipinya pada penis milik Ravi. “Masterh, can i? Penis mu besar sekalii.”

Ravi menggeliat geli kala diperlakukan seperti itu. “Gua cuma mau lo begini doang ke gua. So? Just do it, baby boy.” Ravi menunjukkan gigi taringnya.

Seolah mengerti, Sam mulai mengulum, menjilat penis milik Ravi. Tak sesekali diselingi gigitan-gigitan kecil.

'Fuckhh, arghhh.'

Ravi mengerang kala penisnya mulai dijamah oleh mulut Sam. Mendengar erangan Ravi, Sam mempercepatkan tempo mengulumnya, memaju-mundurkan kepalanya dengan lihai.

'Slerrpp, slurpp'

Sam menjulurkan lidahnya untuk memanjakan penis Ravi yang sudah mulai meneggang. Sang empu membiarkan lidah Sam menguasai penisnya disisi lain Ravi sedikit menjambak rambut Sam.

'Akhhh'

Ravi dibuat mabuk oleh Sam. Dari bau feromon Sam yang manis dan begitu kuat, sampai penisnya dimanjakan oleh mulut Sam.

Sepuluh menit pun berlalu, Ravi belum mencapai titik klimaksnya. Merasa Sam sudah bosan untuk mengulum penis Ravi, akhirnya ia memberhentikan kegiatan itu, kemudian kembali duduk diatas pangkuan Ravi, melingkarkan kedua tangan dilehernya Ravi dan berniat untuk mencium bibir Ravi.

“Udah ngulumnya hm?” Telapak tangan kanan Ravi merambat, berjalan menuju belahan pantat, lalu memasukan jari telunjuk ke-dalam lubang anal milik Sam. Sam yang merasakan itu sontak menggeliat, kaget. “Huum sudahh masterhh” Sam mengangguk pelan akibat jari Ravi mulai bermain-main didalam lubangnya.

'Ughhh, masterhh

Karena Sam begitu tergoda dengan bibir Ravi, akhirnya ia mulai mencium bibir tebal Ravi dengan ganas.

Kedua anak adam itu larut dalam kenikmatan, jari-jari Ravi memanjakan lubang Sam ditambah mulut mereka saling beradu.

'Nghhhh'

'Masterhhh, dont flirt mehh! Just arghh'

'Just put your dick in my hole'

Mendengar permintaan Sam dengan kalimat yang terputus-putus, akhirnya Ravi memberhentikan fngering nya, lalu mengangkat pinggang Sam dan menancapkan penisnya dengan sempurna.

'AKHHHH'

Sam berteriak kala merasakan sakit pada lubangnya. “R-Ravii sakitt..” Sam menenggelamkan wajahnya pada pundak Ravi.

“Oke, gerakkin pelan-pelan ya sayang.” Ravi mencengkram erat pinggang ramping Sam untuk mengintrupsi pergerakan Sam.

Sam mengangguk, lalu ia perlahan menggerakan pinggulnya. kedua insan itu melanjutkan permainan yang dikemudi oleh nafsu. Bagi Ravi, ketika Sam heat adalah hal yang begitu indah dipandang.

image


Disepanjang jalan koridor, detak jantung milik Sam berdegup kencang. Entah kenapa ia merasakan atmosfer yang begitu menegangkan kala langkah kedua kakinya hampir sampai didepan pintu kamar asrama. Malam ini Sam memutuskan untuk izin dari kelas malam karena ia harus menjaga Ravi yang masih sakit di kamar.

Bulu kuduk Sam berdiri kala ia melewati lampu koridor yang berkedap-kedip. Suasana horror begitu melekat, apalagi disepanjang jalan koridor itu sepi, tak ada siapapun.

'Sebentar lagi nyampe kamar. Sam gaboleh takut. Lagipula para alpha sedang belajar di kelas.'

Yang tadinya Sam sangat berani melangkahkan kedua kakinya menuju kamar, entah kenapa rasa berani itu menciut. Rasa berani itu digantikan oleh rasa takut kala Sam sudah sampai tepat didepan pintu kamar.

Ingin rasanya Sam mengayunkan knop pintu, tapi seketika ia merasa takut. Rasa ragu, takut, serta tegang diaduk menjadi satu dalam diri Sam. Perasaan itu makin meningkat kala mencium aroma feromon yang begitu kuat, yang keluar dari celah pintu serta ventilasi yang berada diatas pintu kamar.

Karena takut terjadi apa-apa oleh Ravi, Sam langsung mendobrak pintu kamar dengan berani.

'BRAKK'

Pintu kebuka dengan kasar, kedua pandangan Sam melihat samar-samar Ravi yang sedang berdiri menatap nya dengan sinis. Dengan perasaan berani, Sam melangkahkan kedua kakinya masuk ke dalam kamar. Baru saja berjalan beberapa langkah, pintu kamar yang tadinya terbuka lebar kini tertup rapat dengan sendirinya.

'CIITT.. BRAKK'

“Ravi kamu kenapa?”

Tak ada jawaban dari Ravi. Justeru ia melangkahkan kedua kakinya dengan santai menuju Sam, pun menatap Sam dengan tatapan sinis.

“Ravi kemu kenapa?” Sam melangkahkan kaki nya mundur kala Ravi hampir dekat dengannya. Tetapi sayang, saat Sam ingin mundur lagi, badannya sudah mentok dengan pintu kamar.

“Ravi kamu marah ya karena aku pergi meninggalkan kamu sendirian disini?” Sam mendongak kala Ravi sudah berada dihadapannya.

Ravi menatap Sam dengan tatapan yang begitu sinis. Dalam hatinya ingin rasanya menerkam kelinci manis yang berada dihadapannya sekarang juga.

“R-raviihh jangann!” Sam memberontak kala lehernya diendus oleh Ravi. “A-aku bisa jelasin tapi tolong menjauh dari leher ku!” Sam berusaha mendorong kepala Ravi untuk menjauh dari lehernya.

Saat Sam berusaha menjauhkan kepala Ravi dari lehernya, tiba-tiba saja kedua tangan Sam ditahan oleh Ravi, kemudian dicengkram tangan Sam dengan begitu kuat.

“R-RAVIHHH S-SAKITTT, J-JANGANN AKHH”

Sam berteriak kesakitan, ia tak paham apa yang sedang terjadi dengan Ravi. “Lo jalan sama alpha dari kalangan werewolf pun gua tau.”

Ravi kembali mendekatkan wajahnya ke leher Sam, menghirup aroma yang berada disekitar leher Sam. Ravi sedikit terkejut kala feromon alpha yang tadi berjalan bersama Sam masih meninggalkan jejak di tubuh Sam, walaupun sudah tercampur dengan feromon manis milik Sam.

'Nghhh'

“R-ravihh aku akan jelaskan tapi kamu jangan kayak beginii..”

“Hm? jalan bersama alpha werewolf lalu meninggalkan feromon miliknya ditubuh lo, APA MAKSUDNYA?!” Ravi mencengkram kerah baju milik Sam dengan erat, membuat Sam ketakutan dengan apa yang sedang terjadi.

Kedua mata Sam berkaca-kaca, ia ingin sekali menjelaskan semua ini tapi ia sudah takut dengan Ravi yang sedang dipuncak amarah.

“R-ravihh j-janganhh digigit, aku bisa jelaskanhhh.” Sam meneteskan air mata kala merasakan lehernya seperti ada gigi taring yang menggores kulitnya.

Saat Sam menyadari dari badannya masih tercium bau feromon milik Ivan, ia langsung menyanggah, “Ravi, kalau kamu marah karena tubuh ku ada feromon dari alpha werewolf itu, kamu boleh menggantinya dengan aroma feromon mu.” Sam mengelap air mata yang membasahi kedua pipinya.

“R-ravih..” Sam hanya bisa pasrah, badannya mulai melemah kala mencium feromon milik Ravi yang keluar begitu cepat dari badannya.

Ravi tak berkutip. Ia hanya sibuk menghirup, menggesekan gigi taringnya pada leher Sam. Ingin rasanya Sam dorong badan Ravi, tapi nihil. Kedua tangan Ravi sudah sudah mengunci pergerakkan dari tubuh Sam.

Sam menghentak-hentakan kedua kakinya, “Ravi, kita bisa bicarakan ini dengan baik-baik.” Sam mulai mencengkram kuat rambut milik Ravi agar berhenti bermain pada lehernya.

“RAVIII JANGAN!”

'Jlebb'

Sam jatuh pingsan diatas pundak Ravi ketika lehernya digigit oleh Ravi dengan gigi taringnya. Ravi sedikit menyeringai, memeluk pinggang ramping milik Sam.

“Lo mau jelasin apa? Gua udah tau kok kalo lo jalan sama alpha dari kelas werewolf.” Tutur Ravi. Setelah puas apa yang dilakukan oleh Ravi, ia langsung menggendong tubuh Sam ala bridal style untuk direbahkan diatas kasur.

Setelah tubuh Sam direbahkan diatas kasur, Ravi menatap lamat-lamat wajah Sam. Batinnya berteriak karena Selene menciptakan Sam dengan wajah yang begitu cantik.

Tidak ada rasa bersalah dari hati Ravi karena membuat Sam pingsan karena gigitan spontan yang dilakukannya. Hanya satu yang ia rasakan saat ini, yaitu rasa puas.

cw // harshword


Malam telah tiba, kini giliran alpha vampire untuk menjalani bersekolah. Banyak vampire alpha yang menatap Sam dengan tatapan penasaran. Sam hanya tersenyum, membalas tatapan para vampire tersebut.

Sedari tadi Sam tidak melihat Ravi, entah Ravi kemana, ia pun tak tau. Pandangan Sam tak lepas dari segerombolan vampire alpha yang mulai berbentuk barisan, 'Ravi kemana ya? Kok gak keliatan?' Dalam benaknya ia terus ulangi kata-kata tersebut, dengan harap ia melihat Ravi dalam barisan itu.

Sepuluh menit berlalu, saat Sam tengah fokus memperhatikan teman-teman vampirenya sedang diuji, tiba-tiba saja pundak Sam ditepuk pelan oleh seseorang. “Lo omega hybrid yang baru pindah itu ya?”

Sam menoleh ke sumber suara, ternyata itu adalah kakak kelas yang bisa dibilang lagi madol (bolos) dari kelas. “Eh? Iya kak, ada apa ya?” Sam menunjukkan senyum ramahnya pada kakak kelas yang berada dihadapannya. “Salam kenal ya, panggil gua Seth tapi bukan setan.” Seth menjulurkan tangannya dengan maksud berkenalan dengan Sam.

Seolah mengerti, Sam pun langsung menggengam tangan Seth seperti emoji '🤝🏻', “Panggil aku Sam aja kak. Salam kenal yaa.”

“Iya salam kenal juga. Eh ini lo kenapa ga ikut gabung?” Seth mengalihkan pandangannya pada vampire yang sedang melakukan ujian satu per-satu ditengah lapangan.

“Oh iya, gua baru ingat.” Seth menepuk jidatnya dengan sedikit keras. “Lo kan dari kaum hybrid ya, jadi ga punya kekuatan vampire, begu bat guaa.” Seth tertawa kecil sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Iya kak, aku dari sini liatin mereka aja.” Jawab Sam dengan nada yang sedikit miris. Sam menoleh ke-arah Seth, lalu mencemberutkan bibirnya. . “Btw lo omega dari jenis apa?” Kini pandangan Seth berubah menjadi serius. “Dari jenis kelinci kak..” Jawab Sam dengan ragu tatkala ia melihat Seth menunjukkan gigi taringnya.

“Kelinci ya? Wah, gemesnyaa.” Seth mengusak pucuk kepala milik Sam dengan gemas.

Dari kejauhan samar-samar Ravi melihat Sam sedang berbicara dengan seseorang. Setelah dilihat-lihat, aura orang yang tengah berbicara pada Sam berubah menjadi buruk, maksudnya ada udang dibalik batu.

Ravi mengepalkan kedua telapak tangannya, rasa-rasanya ia tidak terima Sam berbicara dengan orang tersebut. Entah kenapa diangan-angan Ravi orang itu akan mengintimidasi Sam, atau ada niatan buruk kepada Sam. Perlahan Ravi mengumpulkan energi kekuatannya untuk memberi aroma feromonnya untuk Sam.

“Ah iya, anyway darah kamu manis banget ya?”

“Hah? Manis gimana ya kak Seth?”

“Iya, darah kamu man-” Tiba-tiba saja indera penciman Seth diserang oleh bau yang sangat kuat berasal dari tubuh Sam.

“Kak Seth ngomong apa sih?” Sam mengernyitkan dahinya, ia sebenarnya paham, tapi ia pura-pura tak mendengar apa yang dilontarkan oleh Seth. Sejujurnya Sam sudah mulai takut dengan topik yang akan dibahas oleh kak Seth.

“LO JANGAN APA-APAIN SAM YA BRENGSEK.”

'BRAKKK'

Tiba-tiba saja tubuh Seth melayang, dan terbanting kencang ke-batang pohon yang lumayan tinggi. Atensi semua orang kini ke sumber suara, pandangannya terpaku dengan apa yang barusan terjadi.

“RAVII!” Sam berteriak, mendongak kala Ravi terbang untuk menekan tubuh Seth dengan kekuatannya. Kini suara dari mulut setiap siswa-siswi memenuhi arena lapangan, tak lupa atensi nya mengarah Ravi dan Seth.

Kini Sam bingung ingin melerainya bagaimana, ia sendiri tidak punya kekuatan sihir apa-apa, paling cuma hanya berubah menjadi kelinci saja.

“KALIAN YANG DIATAS SANA BERHENTI!” Madam Hilton kini ambil alih, ia melayang terbang lalu mendekat ke-arah Ravi.

“RAVI SUDAH CUKUP!!” Dengan paksa madam Hilton menabrak tubuh Ravi agar ia berhenti menggunakan sihirnya untuk mengikat tubuh Seth pada pohon.

'BRUKK'

Madam Hilton serta Ravi jatuh ke tanah bebarengan. “Ravi, tenangin diri! Kontrol emosi, jangan sekali-kali emosi mu itu berhasil menyetir pikiran mu!” Madam Hilton mencengkram erat kedua pundak Ravi dengan harap Ravi tersadar apa yang telah ia perbuat.

“ANAK-ANAK, KEMBALI KE AULA SEKARANG! UJIAN PRAKTEK MALAM INI AKAN DILANJUT KE PERTEMUAN SELANJUTNYA!”

“KETUA KELAS, HARAP TUNTUN TEMAN-TEMANNYA KE AULA YA, SAYA NANTI MENYUSUL!”

Madam Hilton berteriak agar anak muridnya mendengarkan apa yang ia perintahkan. Yang tadinya begitu gaduh, kini senyap karena mereka semua menuruti apa yang diperintahkan oleh madam Hilton.

'Ravi kamu kenapa?'


Kedua mata Ravi perlahan terbuka, pandangannya kini masih samar-samar. Ia mendadak tidak mengingat apa-apa, yang ia ingat hanya mengeluarkan feromonnya untuk Sam agar orang yang ngincar Sam mengira kalau Sam ini adalah miliknya. Setelah itu ia tidak ingat apa yang terjadi selanjutnya.

“Ravi, kamu gapapa?” Sam duduk disamping ranjang milik Ravi, sembari mengenggam erat tangan Ravi. “Aku khawatir banget sama kamu,” Ucap Sam dengan nada panik.

“Sam, jangan tinggalin Ravi. Jangan tinggalin Ravi. Selene pernah berkata kalau takdir ku ada padamu.” Ravi membalas genggaman erat itu, kemudian mengucapkan kalimat yang sama berulang kali.

Iya, Ravi mengalami kejang-kejang.

“Ravi iya aku disini ga kemana-mana kok.”

'Aduh, ini panggil madam Hilton ga ya? Tapi kan madam Hilton lagi ngajar, gaenak kalau aku ganggu untuk kedua kalinya..'

'Ah, aku tau!'

“Ravi, Sam gak kemana-mana kok. Sam masih disini!” Sam mengelus pucuk kepala Ravi dengan lembut, kemudian memeluk tubuh Ravi dengan maksud berbagi kehangatan serta kasih sayang pada Ravi.

Yang tadinya Ravi kejang-kejang, mengulang kalimat yang sama, tiba-tiba saja ia menangis sejadi-jadinya, kemudian ia membalas pelukan yang diberikan oleh Sam.

Sebenernya Sam tidak mengerti apa yang sudah terjadi dengan Ravi, tetapi dalam pikirnya lebih baik malam ini Ravi istirahat saja daripada mengikuti pelajaran malam ini.

'Selene, hamba mu ini kenapa? Sam gatau.. Apa semua vampire pernah mengalami ini ya? Solusinya apa ya Selene? Sam bingung..'