scubepid

image


Hari ini adalah dimana festival buku diadakan di perpustakaan nasional. Pada acara ini pengunjung yang datang diperbolehkan untuk membaca buku apa saja yang tersedia di perpustakaan itu.

Acara ini juga mendatangi bintang tamu yang bisa dibilang penulis terkenal yang akan memberi motivasi pada pembaca agar tidak merasa bosan saat membaca buku serta memberi wejangan kepada author bagaimana cara konsisten saat menulis.

Saat ini suasana di perpustakaan sangat begitu ramai. Banyak pengunjung yang begitu antusias menghadiri acara festival buku ini begitupun dengan Tsuki dan Riki.

“Kak Tsuki, gua izin kesana boleh gak?” Tanya Riki sambil menunjuk ke arah tempat rak yang berisi buku tentang pengetahuan umum.

Tsuki reflek menoleh ke arah yang ditunjuk Riki. Terlintas dalam pikirannya tiba tiba teringat kalau Riki ikut ke festival buku karena ingin mencari buku ensiklopedia untuk tugas yang ada di sekolahnya.

“Oh, yaudah sana. Gua mau ke tempat talk show sama pak Gerald Aradeka disana. Kalau merasa udah ketemu sama apa yang lo cari, lo bisa kok langsung nyusul gua kesana.” Jawab Tsuki sembari menunjuk tempat dimana acara talk show yang akan berlangsung.

Riki mengangguk tanda ia mengerti. “Oh yaudah, kalau gitu gua duluan ya kak” sambung Riki yang kemudian ia meninggali kakak semata wayang nya tanpa menoleh sedikit pun.

Tsuki yang menyaksikan hal itu sontak menyeringai. Ia tidak heran jika adiknya berperilaku seperti itu. Tidak ambil pusing, ia langsung bergegas menuju tempat talk show yang segera dilaksanakan.


“Ayo yang mau nanya, silakan bertanya karena kita hampir dipengujung acara nih! Dan pasti saya akan apresiasi melalui hadiah!” Ujar pak Aradeka dengan nada lantang.

Heeseung yang menyaksikan hal itu sungguh ingin sekali bertanya. Sejujurnya ia tidak sama sekali mengharapkan hadiah, tetapi ia ingin bertanya kenapa pak Aradeka bisa begitu konsisten menulis sampai bisa mebukukan karyanya lebih dari 5.

“Saya ingin bertanya boleh pak?”

Sontak mata audiens tertuju pada sumber suara. Begitupun dengan Heeseung. Ia melihat yang baru saja mengajukan diri untuk bertanya adalah seorang perempuan yang jika dilihat lihat dari raut wajah orang tersebut sangat tidak ramah dengan orang baru.

“Ya silakan. Anda ingin bertanya tentang apa? Tapi sebelum bertanya, saya mau kamu maju ke depan dan berdiri disamping saya.” Jawab pak Aradeka sembari menunjuk samping kanannya.

“Baik saya akan maju jika itu mau bapak.”

Setelah menjawab, perempuan itu langsung bergegas maju kedepan sesuai apa yang diperintahkan pak Aradeka. Sedangkan Heeseung melihat perempuan itu berjalan sampai perempuan itu berdiri tepat disamping pak Ardeka.

Heeseung menatap perempuan itu dengan rasa kagum. Entah kenapa ada sesuatu aura yang begitu erat dari perempuan itu sampai tatapan Heeseung tidak mau lepas dari perempuan itu.

Merasa seperti ada yang melihatinya dengan begitu serius, kedua mata perempuan itu langsung dengan cepat mengarah pada Heeseung yang tidak jauh dari barisan audiens bagian pertama.

Kini kedua netra dari masing masing saling menatap. Disisi lain Heeseung sangat terkejut karena tatapannya ditatap balik dengan perempuan itu.

Degupan jantung milik Heeseung kini makin terasa. Ia dengan cepat menunduk sembari menetralkan jantung yang sudah terlanjur berdegup kencang.

'Kenapa jantung gue berdegup kencang sih? Padahal cuma dibalas tatapan loh?'

Heeseung menunduk sembari memegangi dadanya. Ia memejamkan kedua matanya karena takut perempuan itu melabraknya setelah acara talk show selesai. Usut punya usut, perempuan itu dari luar saja sudah terlihat galak.

'Gue takut dilabrak deh sama perempuan itu karena sudah menatapnya dengan tatapan gak sopan.. Gimana ini?!'

Heeseung membuka kedua matanya, tiba tiba saja terlintas dalam pikirannya untuk berkenalan dengan perempuan itu.

Sejujurnya Heeseung tertarik ingin menjadi baby boy dari perempuan tersebut.

image


Hari ini adalah dimana festival buku diadakan di perpustakaan nasional. Pada acara ini pengunjung yang datang diperbolehkan untuk membaca buku apa saja yang tersedia di perpustakaan itu.

Acara ini juga mendatangi bintang tamu yang bisa dibilang penulis terkenal yang akan memberi motivasi pada pembaca agar tidak merasa bosan saat membaca buku serta memberi wejangan kepada author bagaimana cara konsisten saat menulis.

Saat ini suasana di perpustakaan sangat begitu ramai. Banyak pengunjung yang begitu antusias menghadiri acara festival buku ini begitupun dengan Tsuki dan Riki.

“Kak Tsuki, gua izin kesana boleh gak?” Tanya Riki sambil menunjuk ke arah tempat rak yang berisi buku tentang pengetahuan umum.

Tsuki reflek menoleh ke arah yang ditunjuk Riki. Terlintas dalam pikirannya tiba tiba teringat kalau Riki ikut ke festival buku karena ingin mencari buku ensiklopedia untuk tugas yang ada di sekolahnya.

“Oh, yaudah sana. Gua mau ke tempat talk show sama pak Gerald Aradeka disana. Kalau merasa udah ketemu sama apa yang lo cari, lo bisa kok langsung nyusul gua kesana.” Jawab Tsuki sembari menunjuk tempat dimana acara talk show yang akan berlangsung.

Riki mengangguk tanda ia mengerti. “Oh yaudah, kalau gitu gua duluan ya kak” sambung Riki yang kemudian ia meninggali kakak semata wayang nya tanpa menoleh sedikit pun.

Tsuki yang menyaksikan hal itu sontak menyeringai. Ia tidak heran jika adiknya berperilaku seperti itu. Tidak ambil pusing, ia langsung bergegas menuju tempat talk show yang segera dilaksanakan.


“Ayo yang mau nanya, silakan bertanya karena kita hampir dipengujung acara nih! Dan pasti saya akan apresiasi melalui hadiah!” Ujar pak Aradeka dengan nada lantang.

Heeseung yang menyaksikan hal itu sungguh ingin sekali bertanya. Sejujurnya ia tidak sama sekali mengharapkan hadiah, tetapi ia ingin bertanya kenapa pak Aradeka bisa begitu konsisten menulis sampai bisa mebukukan karyanya lebih dari 5.

“Saya ingin bertanya boleh pak?”

Sontak mata audiens tertuju pada sumber suara. Begitupun dengan Heeseung. Ia melihat yang baru saja mengajukan diri untuk bertanya adalah seorang perempuan yang jika dilihat lihat dari raut wajah orang tersebut sangat tidak ramah dengan orang baru.

“Ya silakan. Anda ingin bertanya tentang apa? Tapi sebelum bertanya, saya mau kamu maju ke depan dan berdiri disamping saya.” Jawab pak Aradeka sembari menunjuk samping kanannya.

“Baik saya akan maju jika itu mau bapak.”

Setelah menjawab, perempuan itu langsung bergegas maju kedepan sesuai apa yang diperintahkan pak Aradeka. Sedangkan Heeseung melihat perempuan itu berjalan sampai perempuan itu berdiri tepat disamping pak Ardeka.

Heeseung menatap perempuan itu dengan rasa kagum. Entah kenapa ada sesuatu aura yang begitu erat dari perempuan itu sampai tatapan Heeseung tidak mau lepas dari perempuan itu.

Merasa seperti ada yang melihatinya dengan begitu serius, kedua mata perempuan itu langsung dengan cepat mengarah pada Heeseung yang tidak jauh dari barisan audiens bagian pertama.

Kini kedua netra dari masing masing saling menatap. Disisi lain Heeseung sangat terkejut karena tatapannya ditatap balik dengan perempuan itu.

Degupan jantung milik Heeseung kini makin terasa. Ia dengan cepat menunduk sembari menetralkan jantung yang sudah terlanjur berdegup kencang.

'Kenapa jantung gue berdegup kencang sih? Padahal cuma dibalas tatapan loh?'

Heeseung menunduk sembari memegangi dadanya. Ia memejamkan kedua matanya karena takut perempuan itu melabraknya setelah acara talk show selesai. Usut punya usut, perempuan itu dari luar saja sudah terlihat galak.

'Gue takut dilabrak deh sama perempuan itu karena sudah menatapnya dengan tatapan gak sopan.. Gimana ini?!'

Heeseung membuka kedua matanya, tiba tiba sajabterlintas dalam pikirannya untuk berkenalan dengan perempuan itu.

Sejujurnya Heeseung tertarik ingin menjadi baby boy dari perempuan tersebut.

“Akhhh” Sunoo meringis kesakitan tatkala keningnya diusap oleh Riki menggunakan kapas yang sudah diberikan obat merah.

“Sakit daddy” Sunoo mengeluh sembari memcemburutkan bibirnya.

“Jangan nangis! Siapa yang bilang tadi gabakal nangis diimess, hah?” Tanya Riki seraya membuka bungkus plester.

“Harusnya jangan diobatin biar ndak sakit! Ishhhh.” Cibir Sunoo dengan nada kesal sambil menatap Riki dengan tatapan menggemaskan.

Riki hanya melihati tingkah lucu pacar nya itu. Ia tidak menimpali apa yang dikatakan Sunoo. Justru ia langsung mendaratkan plester pada kapas yang ia pegang pada kening Sunoo, lalu ia tempelkan plester diatas kapas itu.

“Akhhhh, sakitt bangett!” Ngeluh Sunoo seraya memegangi luka yang sudah diobati oleh Riki.

“Sini, mana yang sakit?”

Riki menarik lengan kanan Sunoo dan memangku tubuh mungil Sunoo. Kini mereka berdua saling berhadapan menatap satu sama lain.

“Inii” Sunoo menunjuk pada luka yang baru saja diperban oleh Riki.

Riki spontan mengelus perban pada kening Sunoo lalu menciumnya.

'Cup'

“Makanya kalau turun dari tangga tuh hati hati.” Tutur Riki dengan nada sangat lembut yang dibarengi elusan yang sangat begitu lembut.

“I'm sorry daddy” Sunoo menimpali dengan intonasi rendah sekaligus menatap Riki seakan penuh penyesalan.

“Iyaa dimaafin, baby.” Balas Riki yang kemudian ia melingkarkan kedua tangannya pada pinggang ramping Sunoo, lalu ia mengeratkan pelukannya itu sehingga membuat Sunoo merasa nyaman dengan pelukan itu.

“I love you daddy”

Setelah mengucapkan itu, Sunoo langsung membalas pelukan dari kekasihnya itu dengan begitu erat, lalu ia menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Riki.

“Too baby.”

image


Sunoo menunjukkan senyumnya disaat ia memandangi gambar yang ia buat bersama Riki disaat tempo hari. Sembari menunggu Riki rapih, ia tidak bosan memandangi gambaran itu yang terpajang didinding. Kedua telinga kucingnya bergerak begitu cepat serta ekor panjangnya ia gerakkan ke kanan dan ke kiri tanda ia sangat senang.

‘Meow!’

Sunoo mengeong serta kedua bola matanya berbinar. Didalam angannya, ia mengkhayal agar bisa kembali menggambar yang dibimbing oleh Riki.

“Onuuu” panggil Riki sembari bergegas menuju Sunoo.

Sunoo sontak menoleh ke arah sumber suara. Ia melihat Riki sudah berpakaian rapih dengan pakaian yang terlihat santai dan selaras jika dipakai untuk berpergian berbelanja diluar.

‘Meow?’

Sunoo memiringkan wajahnya sembari menatap sang empu. Ia mengeong untuk menimpali panggilan yang dilontarkan oleh Riki. Riki memberhentikan langkahnya disaat jarak antara ia dan Sunoo hanya beberapa meter. Riki menunduk agar bisa melihat Sunoo dengan jelas.

‘Me,ow?’

Sunoo mengeong dengan intonasi yang merendah. Ia mendongak agar bisa melihat wajah Riki dengan jelas.

“Aku harus tutupin ekor dan telinga kucing milik kamu pakai apa? Masa pakai sarung lagi sih?” Monolog Riki sembari menatap kedua telinga kucing Sunoo.

Yang dilihat hanya terdiam dan menatap bingung apa yang Riki bicarakan. Sekarang yang ada dipikiran Riki bagaimana ia bisa mengajak Sunoo keluar tanpa memakai sarung lagi seperti tempo hari dimana ia berbelanja makanan untuk Sunoo. 

‘Kalau semisal Onu gua ajak ke tempat belanja dengan wujudnya menjadi kucing, masalahnya gua gapunya kandang atau tas khusus kucing. Tapi kalau gua tutupin sarung buat ekornya serta topi untuk telinga kucingnya, terlihat aneh ga sih?’

‘Meow?’

Sunoo mengeong saat Riki melamun memikirkan hal tersebut. Karena khawatir Riki tidak menimpali meongannya, ia langsung menggengam erat lengan kiri milik Riki, kemudian ia sedikit guncangkan agar lamunan Riki buyar. 

Menyadari hal itu, seketika lamunannya buyar. Tak memakan waktu lama untuk berpikir, ia langsung bergegas masuk ke dalan kos nya dan mengambil celana sarung yang ia beli saat satu tahun yang lalu. 

'Nah, gua bakal pakaikan sarung celana ini ke Sunoo deh sekaligus topi.'

Saat Riki ingin menutup lemari pakaiannya, terlintas didalam pikirannya untuk menginap di hotel bersama Onu selepas belanja. Ia tersenyum kemudian bermonolog, “Ah iya, kenapa setelah pulang dari belanja kita berdua nginap di hotel? Besok kan gua libur dua hari.. Lumayan kan menghabiskan waktu libur bersama Onu?”

Setelah mengucapkan kalimat itu, Riki segera mengambil tas ranselnya berukuran medium, dan memasukkan beberapa potong pakaian miliknya serta pakaian salin untuk Sunoo.


Riki memberhentikan troli didepan rak khusus makanan ringan. Ia melihat dari atas rak sampai bawah rak kira kira makanan apa yang ingin beli.

Sunoo memperhatikan gerak gerik Riki. Ia berdiri mengubah posisi untuk menghadap rak dan melihat dari sisi ke sisi.

Disaat Riki ingin mengambil ciki yang ia suka, tiba tiba Sunoo menyodorkan biskuit bermerk regal pada Riki.

image

Riki yang melihat hal itu seolah paham apa yang Sunoo mau.

“Kamu mau biskuit ini?” Tanya Riki sembari mengambil biskuit itu dari tangan Sunoo.

'Meow!'

Sunoo mengeong serta mengangguk tanda ia ingin mencoba rasa dari biskuit tersebut.

“Oke!” Jawab Riki dengan singkat yang kemudian ia menaruh biskuit itu kedalam troli.

Menyaksikan apa yang dilakukan oleh Riki, Sunoo langsung mendekatkan bibirnya pada pipi kanan Riki dan kemudian..

'Cup'

Sunoo mencium pipi kanan Riki sambil malu malu. Sontak Riki menatap Sunoo dengan keadaan terkejut.

'Meow'

Mendengar itu, Riki merotasikan kedua bola matanya dan tersenyum kecil. “Kamu kalau mau cium cium tuh nanti aja di hotel, jangan disini. Disini tuh rame banyak orang.”

“Aku malu tau dicium disini” sambung Riki sambil mencubit pelan pipi gembil sebelah kiri milik Sunoo.

'Meow!'

“Sssst, udah jangan berisik nanti orang orang curiga kalau kamu itu ternyata manusia kucing.” Tutur Riki pada Sunoo sembari ia melepas cubitan dari pipi Sunoo.

Tak berpikir panjang, Riki langsung mengambil beberapa snack yang ia suka lalu memasukan snack itu kedalam troli.

Setelah dirasa kebutuhannya sudah masuk kedalam troli, Riki langsung mendorong troli tersebut ke arah kasir yang langkahnya diikuti oleh Sunoo tepat disampingnya.


Kedua mata Riki terfokus mengarah ke jalanan, sebab ia sedang menyetir mobilnya menuju hotel untuk mengisi liburan untuk dua hari kedepan.

Sunoo yang sadar kalau jalanan yang mereka lewati bukan jalan arah pulang, tiba tiba saja mengeong untuk bertanya pada Riki.

'Meow?'

“Iya kita mau nginep di hotel.” Jawab Riki dengan singkat.

Sunoo yang sebenarnya tidak paham apa yang dilontarkan oleh Riki, ia hanya mengangguk angguk saja. Hotel? Apa itu hotel? Sunoo baru mendengar kata kata itu selama ia hidup kembali. Bahkan 100 abad yang lalu ia belum pernah mendengar kata 'hotel.'


Riki berjalan menuju kamar hotel bernomor 231 yang berada dilantai 4 sambil menggendong ransel nya dipundaknya.

Karena ini tempat baru bagi Sunoo, jarak diantara dirinya dan Riki begitu dekat. Bahkan Sunoo berjalan sembari memeluk erat lengan kanan milik Riki.

Saat mereka sampai didepan kamar bernomor 231, Riki langsung membuka pintu kamar itu dengan kunci.

'Meooww..'

Sunoo mengeong dengan nada takut dan terlihat dari raut wajahnya sangat gelisah.

“Iya sebentar, aku buka pintunya dulu.” Tutur Riki sembari memutar kunci.

'Cklek'

Saat pintu kamar terbuka, Riki langsung menggandeng tangan kiri Sunoo untuk masuk kedalamnya, kemudian ia menutup pintu kamar tersebut dan menguncinya.

Riki melepas gandengan yang ia berikan pada Sunoo, kemudian ia menaruh tas ransel didekat lemari pakaian. Sedangkan Sunoo berjalan mendekat ke arah sofa untuk duduk mengistirahatkan badannya.

Riki satu persatu mengeluarkan pakaian yang ada didalam tas ransel nya yang kemudian ia taruh didalam lemari pakaian. Selama ia merapihkan pakaian pakaian itu, ia sama sekali tidak melihat apa yang Sunoo lakukan.

10 menit kemudian Riki sudah selesai atas apa yang ia kerjakan. Ia kemudian menutup pintu lemari dan menggantung tas ransel nya pada gantungan dinding yang tersedia.

“Onu, kamu laper ga?” Tanya Riki dengan nada sedikit keras.

Tak ada jawaban dari Sunoo membuat Riki khawatir terjadi sesuatu dengan Sunoo. Ia kemudian dengan cepat melangkahkan kakinya untuk melihat apa yang sedang Sunoo lakukan.

Saat kedua netra Riki mendapati Sunoo sedang tertidur pulas diatas sofa, ia bernafas lega. Ternyata Sunoo tertidur makanya ia tidak menjawab apa yang ditanyakan oleh Riki.

'Oh, ternyata dia tidur.. Gemes banget ih.'

Melihat kejadian itu, Riki langsung mengeluarkan handphonenya dari kantong celana, lalu menekan ikon kamera, lalu mengarahkan handphone pada Sunoo yang sedang tertidur.

'Jpret'

Setelah mengambil beberapa gambar, Riki tersenyum dan mengupload nya pada akun priv twitternya.

'Onuu kenapa kamu gemes banget sih?'

Setelah puas menjerit dalam diam, Riki langsung memasukkan handphone nya kedalam kantong celana kembali.

Tak berpikir panjang, ia mendekat ke arah Sunoo dengan maksud memindahkan Sunoo ke kasur.

Kini Riki menggendong Sunoo seperti induk koala menggendong anaknya yang kemudian ia bergegas menuju kasur untuk menaruh badan Sunoo.

Dengan pelan Riki menaruh badan mungil Sunoo diatas kasur kemudian ia mengecup pipi gembil Sunoo sebelah kanan.

'Cup'

“Gantian, tadi kamu yang cium pipi ku, hehe.” Tutur Riki yang diakhiri senyum kemenangan.

Setelah dirasa puas menatap Sunoo dari dekat, Riki langsung bangkit dari kasur dan pergi ke parkiran bawah untuk mengambil beberapa bahan makanan dimobilnya yang akan diolah untuk makan malam.

image


Sunoo menunjukkan senyumnya disaat ia memandangi gambar yang ia buat bersama Riki disaat tempo hari. Sembari menunggu Riki rapih, ia tidak bosan memandangi gambaran itu yang terpajang didinding. Kedua telinga kucingnya bergerak begitu cepat serta ekor panjangnya ia gerakkan ke kanan dan ke kiri tanda ia sangat senang.

‘Meow!’

Sunoo mengeong serta kedua bola matanya berbinar. Didalam angannya, ia mengkhayal agar bisa kembali menggambar yang dibimbing oleh Riki.

“Onuuu” panggil Riki sembari bergegas menuju Sunoo.

Sunoo sontak menoleh ke arah sumber suara. Ia melihat Riki sudah berpakaian rapih dengan pakaian yang terlihat santai dan selaras jika dipakai untuk berpergian berbelanja diluar.

‘Meow?’

Sunoo memiringkan wajahnya sembari menatap sang empu. Ia mengeong untuk menimpali panggilan yang dilontarkan oleh Riki. Riki memberhentikan langkahnya disaat jarak antara ia dan Sunoo hanya beberapa meter. Riki menunduk agar bisa melihat Sunoo dengan jelas.

‘Me,ow?’

Sunoo mengeong dengan intonasi yang merendah. Ia mendongak agar bisa melihat wajah Riki dengan jelas.

“Aku harus tutupin ekor dan telinga kucing milik kamu pakai apa? Masa pakai sarung lagi sih?” Monolog Riki sembari menatap kedua telinga kucing Sunoo.

Yang dilihat hanya terdiam dan menatap bingung apa yang Riki bicarakan. Sekarang yang ada dipikiran Riki bagaimana ia bisa mengajak Sunoo keluar tanpa memakai sarung lagi seperti tempo hari dimana ia berbelanja makanan untuk Sunoo. 

‘Kalau semisal Onu gua ajak ke tempat belanja dengan wujudnya menjadi kucing, masalahnya gua gapunya kandang atau tas khusus kucing. Tapi kalau gua tutupin sarung buat ekornya serta topi untuk telinga kucingnya, terlihat aneh ga sih?’

‘Meow?’

Sunoo mengeong saat Riki melamun memikirkan hal tersebut. Karena khawatir Riki tidak menimpali meongannya, ia langsung menggengam erat lengan kiri milik Riki, kemudian ia sedikit guncangkan agar lamunan Riki buyar. 

Menyadari hal itu, seketika lamunannya buyar. Tak memakan waktu lama untuk berpikir, ia langsung bergegas masuk ke dalan kos nya dan mengambil celana sarung yang ia beli saat satu tahun yang lalu. 

'Nah, gua bakal pakaikan sarung celana ini ke Sunoo deh sekaligus topi.'

Saat Riki ingin menutup lemari pakaiannya, terlintas didalam pikirannya untuk menginap di hotel bersama Onu selepas belanja. Ia tersenyum kemudian bermonolog, “Ah iya, kenapa setelah pulang dari belanja kita berdua nginap di hotel? Besok kan gua libur dua hari.. Lumayan kan menghabiskan waktu libur bersama Onu?”

Setelah mengucapkan kalimat itu, Riki segera mengambil tas ranselnya berukuran medium, dan memasukkan beberapa potong pakaian miliknya serta pakaian salin untuk Sunoo.


Riki memberhentikan troli didepan rak khusus makanan ringan. Ia melihat dari atas rak sampai bawah rak kira kira makanan apa yang ingin beli.

Sunoo memperhatikan gerak gerik Riki. Ia berdiri mengubah posisi untuk menghadap rak dan melihat dari sisi ke sisi.

Disaat Riki ingin mengambil ciki yang ia suka, tiba tiba Sunoo menyodorkan biskuit bermerk regal pada Riki.

image

Riki yang melihat hal itu seolah paham apa yang Sunoo mau.

“Kamu mau biskuit ini?” Tanya Riki sembari mengambil biskuit itu dari tangan Sunoo.

'Meow!'

Sunoo mengeong serta mengangguk tanda ia ingin mencoba rasa dari biskuit tersebut.

“Oke!” Jawab Riki dengan singkat yang kemudian ia menaruh biskuit itu kedalam troli.

Menyaksikan apa yang dilakukan oleh Riki, Sunoo langsung mendekatkan bibirnya pada pipi kanan Riki dan kemudian..

'Cup'

Sunoo mencium pipi kanan Riki sambil malu malu. Sontak Riki menatap Sunoo dengan keadaan terkejut.

'Meow'

Mendengar itu, Riki merotasikan kedua bola matanya dan tersenyum kecil. “Kamu kalau mau cium cium tuh nanti aja di hotel, jangan disini. Disini tuh rame banyak orang.”

“Aku malu tau dicium disini” sambung Riki sambil mencubit pelan pipi gembil sebelah kiri milik Sunoo.

'Meow!'

“Sssst, udah jangan berisik nanti orang orang curiga kalau kamu itu ternyata manusia kucing.” Tutur Riki pada Sunoo sembari ia melepas cubitan dari pipi Sunoo.

Tak berpikir panjang, Riki langsung mengambil beberapa snack yang ia suka lalu memasukan snack itu kedalam troli.

Setelah dirasa kebutuhannya sudah masuk kedalam troli, Riki langsung mendorong troli tersebut ke arah kasir yang langkahnya diikuti oleh Sunoo tepat disampingnya.


Kedua mata Riki terfokus mengarah ke jalanan, sebab ia sedang menyetir mobilnya menuju hotel untuk mengisi liburan untuk dua hari kedepan.

Sunoo yang sadar kalau jalanan yang mereka lewati bukan jalan arah pulang, tiba tiba saja mengeong untuk bertanya pada Riki.

'Meow?'

“Iya kita mau nginep di hotel.” Jawab Riki dengan singkat.

Sunoo yang sebenarnya tidak paham apa yang dilontarkan oleh Riki, ia hanya mengangguk angguk saja. Hotel? Apa itu hotel? Sunoo baru mendengar kata kata itu selama ia hidup kembali. Bahkan 100 abad yang lalu ia belum pernah mendengar kata kata hotel.


Riki berjalan menuju kamar hotel bernomor 231 yang berada dilantai 4 sambil menggendong ransel nya dipundaknya.

Karena ini tempat baru bagi Sunoo, jarak diantara dirinya dan Riki begitu dekat. Bahkan Sunoo berjalan sembari memeluk erat lengan kanan milik Riki.

Saat mereka sampai didepan kamar bernomor 231, Riki langsung membuka pintu kamar itu dengan kunci.

'Meooww..'

Sunoo mengeong dengan nada takut dan terlihat dari raut wajahnya sangat gelisah.

“Iya sebentar, aku buka pintunya dulu.” Tutur Riki sembari memutar kunci.

'Cklek'

Saat pintu kamar terbuka, Riki langsung menggandeng tangan kiri Sunoo untuk masuk kedalamnya, kemudian ia menutup pintu kamar tersebut dan menguncinya.

Riki melepas gandengan yang ia berikan pada Sunoo, kemudian ia menaruh tas ransel didekat lemari pakaian. Sedangkan Sunoo berjalan mendekat ke arah sofa untuk duduk mengistirahatkan badannya.

Riki satu persatu mengeluarkan pakaian yang ada didalam tas ransel nya yang kemudian ia taruh didalam lemari pakaian. Selama ia merapihkan pakaian pakaian itu, ia sama sekali tidak melihat apa yang Sunoo lakukan.

10 menit kemudian Riki sudah selesai atas apa yang ia kerjakan. Ia kemudian menutup pintu lemari dan menggantung tas ransel nya pada gantungan dinding yang tersedia.

“Onu, kamu laper ga?” Tanya Riki dengan nada sedikit keras.

Tak ada jawaban dari Sunoo membuat Riki khawatir terjadi sesuatu dengan Sunoo. Ia kemudian dengan cepat melangkahkan kakinya untuk melihat apa yang sedang Sunoo lakukan.

Saat kedua netra Riki mendapati Sunoo sedang tertidur pulas diatas sofa, ia bernafas lega. Ternyata Sunoo tertidur makanya ia tidak menjawab apa yang ditanyakan oleh Riki.

'Oh, ternyata dia tidur.. Gemes banget ih.'

Melihat kejadian itu, Riki langsung mengeluarkan handphonenya dari kantong celana, lalu menekan ikon kamera, lalu mengarahkan handphone pada Sunoo yang sedang tertidur.

'Jpret'

Setelah mengambil beberapa gambar, Riki tersenyum dan mengupload nya pada akun priv twitternya.

'Onuu kenapa kamu gemes banget sih?'

Setelah puas menjerit dalam diam, Riki langsung memasukkan handphone nya kedalam kantong celana kembali.

Tak berpikir panjang, ia mendekat ke arah Sunoo dengan maksud memindahkan Sunoo ke kasur.

Kini Riki menggendong Sunoo seperti induk koala menggendong anaknya yang kemudian ia bergegas menuju kasur untuk menaruh badan Sunoo.

Dengan pelan Riki menaruh badan mungil Sunoo diatas kasur kemudian ia mengecup pipi gembil Sunoo sebelah kanan.

'Cup'

“Gantian, tadi kamu yang cium pipi ku, hehe.” Tutur Riki yang diakhiri senyum kemenangan.

Setelah dirasa puas menatap Sunoo dari dekat, Riki langsung bangkit dari kasur dan pergi ke parkiran bawah untuk mengambil beberapa bahan makanan dimobilnya yang akan diolah untuk makan malam.

sorry for typo.

image


Heeseung duduk termenung dipinggiran kasur sembari menunggu suami pulang dari kantornya.

Hari sudah larut malam bahkan ingin berganti hari. Kini ia sangat gelisah jika tidak sempat memberi hadiah untuk sang suami. Pasalnya hari ini adalah ulang tahun Sunghoon alias suaminya itu.

Heeseung mencemberutkan bibirnya dibarengi kedua tangannya dilipat didepan perut miliknya. Ia sangat tidak sabar jawaban dari suami tentang hadiah apa yang ia inginkan dihari ulang tahunnya ini.

'Ting nung'

Mendengar suara bel berbunyi, seketika lamunan Heeseung buyar dan timbul rasa euforia pada dirinya.

Heeseung bangkit dari duduknya. Kemudian ia berlari mendekat ke arah pintu kamar, membuka pintu, kemudian berlari kecil menuju pintu rumah.

'Cklek'

Heeseung membuka pintu rumah dengan senyum yang mengembang.

Disaat pintu rumah terbuka, tampak Sunghoon yang sudah berdiri menunggu pintu dibuka oleh sang kekasih.

“Ayo kasih tau kamu mau hadiah apa!” Ujar Heeseung dengan nada seperti anak kecil yang tidak sabar menunggu jawaban dari temannya.

Sunghoon yang mendengar itu langsung tersenyum kecil. Baginya Heeseung sangatlah lucu seperti anak kecil apalagi jika sudah begini.

Sunghoon mendaratkan tangan kanannya ke arah telinga kanan milik Heeseung, kemudian menyelipkan beberapa helaian rambut ke belakang telinga Heeseung.

“Kamu nih ya, bukannya suami disilakan masuk kedalam rumah dulu malah langsung ditanyain mau hadiah apa” cibir Sunghoon yang kemudian ia mengusak gemas pucuk kepala sang kekasih.

Heeseung yang mendengar itu langsung merasa malu. Kedua pipinya tiba tiba saja merasa memanas serta timbul rona merah.

“Ahh iya.. Kenapa ya aku kebiasaan benget seperti ini.. Yaudah kalau begitu silakan masuk honey.” Tutur Heeseung yang dibarengi menggeser tubuhnya ke kanan agar Sunghoon bisa masuk kedalam rumah.

Sunghoon menyeringai melihat sikap dari Heeseung. Ia sengaja berjalan masuk tanpa mengubris jawaban dari Heeseung. Kemudian Sunghoon berjalan masuk ke kamar tanpa memanggil nama Heeseung.

Heeseung yang melihat hal itu sontak berdecak kesal yang kemudian ia menutup pintu lalu menguncinya. Setelah mengunci pintu, Heeseung langsung bergegas menyusul suaminya di kamar.

'Aishh, kenapa ngeselin banget sih?'


Heeseung duduk termenung sembari menyandarkan tubuhnya pada sisi dinding kamar. Ia masih memikirkan kira kira hadiah apa yang diinginkan oleh suaminya itu.

Heeseung sebenarnya mengantuk. Tetapi ia masih menunggu jawaban dari Sunghoon hadiah apa yang ia mau dihari ulang tahunnya hari ini. Yang ditunggu rupanya sedang membersihkan diri di kamar mandi.

Disaat kedua mata milik Heeseung ingin sepenuhnya tertutup, tiba tiba terdengar suara pintu kamar mandi terbuka yang menyebabkan rasa kantuknya menghilang begitu saja.

'Cklek'

Dari arah kamar mandi, keluarlah sosok Sunghoon yang dimana dada bidangnya terekspos basah setelah mandi tetapi bagian pusar hingga atas lutut tertutup oleh sehelai handuk.

Saat ini Sunghoon sungguh sexy dimata Heeseung. Entahlah, ia menahan rasa kantuk hanya menunggu jawaban dari suaminya itu hadiah apa yang ia inginkan.

Sunghoon duduk tepat disamping Heeseung yang kemudian ia berbisik tepat diindra pendengar bagian kanan milik Heeseung.

“Kamu mau tau jawabannya, honey?”

Sontak Heeseung menoleh dan menatap Sunghoon begitu dekat. Bahkan hembusan nafas dari Sunghoon ia bisa rasakan.

“Apa?” Tanya Heeseung dengan intonasi begitu rendah.

Sunghoon menyeringai tatkala mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Heeseung.

Sunghoon tak menjawab apa yang ditanyakan oleh Heeseung. Ia kemudian mendongakkan dagu kekasihnya itu, lalu ia mendekat dan mempertemukan kedua belah bibir nya dengan kedua belah bibir Heeseung.

Dengan perlahan Sunghoon melumat ciumannya itu. Awalnya Heeseung belum terbiasa dengan ciuman itu karena selama berpacaran mereka berdua kalau ciuman pun hanya sekilas dan tidak ada lumatan.

Karena Sunghoon tau Heeseung belum terbiasa dengan irama ciuman yang dilakukan itu, ia menggigit bibir bawah Heeseung dengan kencang.

“Akhhh”

Heeseung meringis kesakitan yang dimana membuat lidah Sunghoon berhasil masuk kedalam mulut Heeseung.

Sunghoon berhasil menguasai ciuman panas itu. Heeseung pun perlahan sudah berani membalas ciuman itu sampai mengeluarkan lenguhan.

Saat dirasa nafasnya sudah habis. Sunghoon langsung melepas ciuman yang bertaut itu dan membuat badang mungil Heeseung tertidur diatas kasur yang kini ia berada diatasnya.

“Hadiah yang kumau adalah kamu, baby” tutur Sunghoon yang diiringi usapan lembut dipipi gembil sebelah kanan milik Heeseung.

Seolah mengerti apa yang dituturkan oleh Sunghoon, Heeseung menjawab dengan nada ragu.

“T-tapi apakah kamu bisa mengajarkan ku? Bukannya sok polos, bukan. Tapi karena aku belum terbiasa jika melakukan sex dengan mu apalagi kita baru nikah beberapa hari yang lalu..”

Heeseung menatap wajah Sunghoon dari bawah sembari mencemberutkan bibirnya. Yang melihat hanya menyeringai.

“Sure, i'll be your teacher. Baby.”

Setelah melontarkan kalimat itu, Sunghoon setengah bangkit, lalu ia melepas handuk yang sedari tadi melingkar dipinggangnya, lalu ia melempar asal handuk tersebut ke sembarang arah. Kini terlihat jelas penis Sunghoon yang begitu gagah yang siap menerobos masuk ke lubang milik kekasihnya itu.

Kedua mata Heeseung sontak terbelalak melihat pemandangan yang ada didepannya. Baru pertama kali ia melihat penis sang suami.

Sunghoon menatap Heeseung dengan sedikit sinis. Lalu ia mendaratkan kedua telapak tangannya ke penis miliknya, kemudian perlahan ia meremas penisnya itu dengan penuh sensual.

Perlahan demi perlahan Sunghoon mempercepat tempo pergerakannya itu sampai ia mendongak dan mendesah karena begitu nikmat apa yang ia lakukan sekarang ini.

'Hngghhhh'

Heeseung yang mendengar suara desahan itu sontak langsung bangkit dari baringnya itu, kemudian mengenggam lengan kanan Sunghoon dengan bermaksud untuk memberhentikan apa yang sedang dilakukan oleh Sunghoon.

“Ishh, kamu ngapain? Jangan puasin diri sendiri. Buat apa ada aku disini?” Tutur Heeseung dengan nada ragu ragu yang sebenarnya ia takut untuk mengucapkan kalimat terakhir.

“Oh iya? Kalau gitu coba kamu gantian yang puasin penisku, by.” Intruksi Sunghoon pada Heeseung.

Heeseung menatap kosong penis milik suaminya itu. Ia masih diambang keraguan jika melakukan apa yang dipinta oleh Sunghoon.

Dengan ragu, Heeseung menaruh kedua telapak tangannya diatas penis Sunghoon yang sudah sedikit precum dan meneggang.

Setelah berhasil menaruh kedua tangannya ditepat sasaran, akal bulus tiba tiba saja timbul pada Sunghoon. Ia menyeringai kemudian dengan cepat menaruh tangan kanan nya diatas tangah Heeseung, perlahan ia mengarahkan tangan Heeseung untuk meremas penis miliknya.

Bunyi decitan antara kulit tangan dan kulit penis serta desahan yang keluar dari mulut Sunghoon kini terdengar menjadi padu.

Heeseung yang awalnya takut dan ragu untuk melakukan hal itu, tiba tiba saja merasa bisa mengikuti alur permainan ini.

“Babyhh, please fasterhh”

Heeseung refleks mendekatkan wajahnya pada penis Sunghoon yang sedang dimanjakan nya itu. Sunghoon menyeringai, tiba tiba saja ia mendaratkan tangan kiri ke pucuk kepala Heeseung, lalu dibenturkannya kepala itu tepat ke penis miliknya.

“Arghhh.”

Heeseung terkejut saat kepalanya dibenturkan tepat ke arah penis milik Sunghoon.

“I know you understand what i mean babyhh..”

Sunghoon melontarkan kalimat itu diselingi desahan disetiap per-kata nya.

Seolah mengerti, Heeseung langsung membuka lebar mulutnya, lalu memasukan penis Sunghoon ke dalam mulutnya.

“Yeahhh, that's right babyhh”

Sunghoon mendongak dan memejamkan kedua matanya. Baginya mulut Heeseung berhasil membuatnya jatuh didalam kenikmatan.

Heeseung pun perlahan menjamah penis yang sudah besar milik Sunghoon dengan lidah didalam mulutnya itu. Ia juga sedikit menggigit gigit kecil agar menambah kenikmatan bagi sang empunya.


Kini terlihat Heeseung sudah menungging dengan keadaan yang sudah berantakan. Saliva nya saja bahkan sudah menetes banyak dari mulutnya yang dikarenakan lubang miliknya sedari tadi dijamah oleh Sunghoon.

Kaki kanan panjang milik Heeseung ditaruh oleh Sunghoon tepat dipundaknya. Sedangkan jari kanan Sunghoon sibuk didalam lubang milik Heeseung.

“Hngghhh, please langsunghh ke intinya aja daddyhhh..”

Heeseung memohon pada Sunghoon dengan nafas yang tak beraturan.

Mendengar kalimat permohonan dari Heeseung, ia langsung mengambil ancang ancang untuk memasukkan penisnya yang sudah meneggang ke dalam lubang milik Heeseung.

“Ok, i'll try baby boy.”

'Jlebb'

“AKHHHHH”

Heeseung berteriak karena terkejut dan hanya sekali hentakan penis Sunghoon berhasil masuk sempurna ke dalam lubang milik Heeseung.

“G-gerak tolong..” Heeseung

“Gamau. Kamu aja yang gerak.” Tutur Sunghoon dengan nada yang tidak merasa bersalah.

Mendengar intruksi itu, Heeseung secara tak sadar meloloskan air mata. Ia sudah merasa sangat lelah dengan permainan ini.

Perlahan Heeseung memaju mundurkan badannya sesuai apa yang dipinta oleh Sunghoon.

“Nghhhh”

Sunghoon berdesah tatkala penisnya dipijit oleh lubang Heeseung. Mendengar desahan itu, Heeseung mempercepat tempo pergerakan agar mendekati klimaks.

Sunghoon yang melihat penis mungil Heeseung yang menganggur dan terlanjur precum itu, dengan cepat tangan kanan Sunghoon memegang penis Heeseung, lalu meremas nya dengan kencang.

Kedua mata Heeseung terbelalak karena terkejut penis miliknya dipegang sangat keras oleh suaminya.

“Jangan berhenti gerak, lanjutin!”

Heeseung pun menurut, ia kembali memaju mundurkan badannya. Begitupun Sunghoon yang sibuk meremas penis Heeseung.

Setelah sepersekian detik, Sunghoon merasa dirinya ingin memuntahkan cairan putih miliknya.

“Babyhh, i wanna cum..”

Mendengar pernyataan itu, Heeseung mengakhiri pergerakan itu dengan sekali genjotan yang sangat kencang agar cairan putih milik Sunghoon keluar dan menerobos masuk lebih didalam lubang anal miliknya.

Kemudian terdengar suara cipratan dari penis milik Sunghoon. Ia mengeluarkan cairan putih itu tepat didalam lubang Heeseung. Sunghoon melepaskan tangannya dari penis Heeseung lalu ia bernafas lega. Sedangkan Heeseung tersungkur lemah diatas kasur.

Sunghoon yang melihat hal itu langsung mencabut penis yang tertancap dilubang milik Heeseung. Kemudian ia menghampiri Heeseung yang sudah berkeringat.

Sunghoon merebahkan dirinya tepat disamping badan Heeseung, lalu ia mengelus lembut pucuk kepala Heeseung.

“Thank's to be my prize in my birthday, honey.”

Heeseung yang mendengar kalimat itu, langsung membuka kedua matanya dan langsung memeluk pinggang Sunghoon dengan erat.

“My pleasure! Aku ga ber-ekspetasi kalau hadiah yang kamu inginkan adalah diriku sendiri..” Tutur Heeseung dengan nada rendah.

Sunghoon mengelus lembut pucuk kepala Heeseung kemudian ia mengecupnya.

'Cup'

“Hahaha, itung itung ini malam pertama kita kan? Kita baru beberapa hari yang lalu menikah tapi tak sempat melakukan hubungan intim dimalam pertama yang dikarenakan aku kerja..”

Setelah melontarkan penjelasan itu, Sunghoon langsung membalas pelukan yang diberikan oleh Heeseung.

Heeseung menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Sunghoon lalu kembali memejamkan kedua matanya. Tanpa basa basi, ia langsung pergi ke alam mimpi begitupun dengan Sunghoon.

'This is my precious prize in my birthday!'

“Kakak bayi!”

Riki menoleh sembari mengucapkan kalimat itu tepat dihadapan Sunoo. Sunoo yang mendengar kalimat tersebut sontak membulatkan kedua matanya. Kini atensinya mengarah sepenuhnya ke Riki.

“Apasih bebek? Gajelas banget lu.” Cibir Sunoo yang diakhiri cemberutan kecil.

Riki yang melihat hal itu langsung mengeluarkan handphonenya, lalu menekan ikon kamera pada layar yang kemudian diarahkan tepat dihadapan Sunoo.

“Coba liat siapa yang bebek?” Tanya Riki dengan sedikit nada meledek.

Sunoo menatap layar handphone milik Riki yang kini menunjukkan wajah cemberutnya yang disebabkan oleh kamera depan yang menyala.

“AAAAA UDAH POKOKNYA LO YANG BEBEK!” Teriak Sunoo sembari menjauhkan handphone yang berada didepan wajahnya.

Riki yang melihat reaksi itu sontak tertawa geli. Menurutnya jika 'kakak bayi' nya itu sudah marah marah begini, baginya sangat lucu.

Riki mendekat ke arah indra pendengar kanan milik Sunoo. Kemudian ia berbisik, “Kak, jangan marah marah dong. Nanti makin keliatan mirip bebek loh.”

Sunoo sontak menoleh. Rasanya ia ingin sekali mengeluarkan kata kata mutiara untuk Riki.

Saat Riki menyadari Sunoo sedang mengambil ancang ancang untuk melontarkan kalimat, tiba tiba..

'Cup'

Riki mencium pipi gembil Sunoo sebelah kanan. Yang dicium sontak membulatkan kedua matanya sembari menatap Riki dengan tajam.

“Udah ah kak jangan ngomel ngomel terus. Nanti kakak bayi makin gemes dimata ku.” Tutur Riki yang diakhiri senyuman licik nya.

image


Narasi by : Oje 💜 Revisi by : Rike


Malam ini adalah malam dimana Derran harus memperkenalkan pacar bohongannya itu kepada kedua orang tuanya.

Dengan perasaan cemas yang berlebihan, Derran memimpin jalan menuju tempat meja dan kursi yang sudah dipesan.

'Semoga berjalan lancar deh..'

Atensi Derran kini sepenuhnya beralih ke meja yang sudah ditempati oleh Ronald. Betapa terkejutnya ia disaat melihat Ronald duduk yang ditemani oleh seorang wanita. Sepertinya wanita itu adalah mamah nya.

'Duh anjir itu Ronald dateng sama mamahnya atau kakak nya? Bisa mati gue kalo wanita itu mamahnya.'

Saat sampai dimeja itu, Derran langsung menyambar. “Yah, mah kenalin ini Ronald.” Tutur Derran dengan memasang senyum terpaksa.

Mamah Ronald yang mendengar itu sontak mengalihkan pandangannya pada keluarga Derran. Seketika kedua matanya melebar tatkala ia tersadar bahwa sepasang kekasih yang ada dibelakang Derran adalah kolega perusahaan suaminya.

Mamah Ronald yang diketahui namanya Ghea, spontan langsung menghampiri kedua orang tua Derran.

“Loh? Ini bukannya pak Harry sama bu Irene ya?” Tanya Ghea dengan antusias.

Yang ditanya sontak langsung saling memandang. Seperti ada rencana yang tak direncanakan.

Irene dengan gelagapan menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Ghea. “Iyaa, ini Ghea bukan sih? Wahh ternyata Derran menyukai Ronald ya?”

Ghea tertawa mendengar hal itu. “Iya nih, saya juga awalnya gatau kalau anak kalian Derran juga suka sama anak saya. Oh iya ini kata Ronald kalian mau kenalan sama anak saya kah?”

Harry angkat bicara karena ia yang memaksa Derran memperkenalkan pacar baru nya itu.

“Iyaa Ghea, saya juga awalnya gapernah berekspetasi kalau ternyata pacar Derran itu Ronald. Malah pas tahu sekarang saya rasanya merasa sangat senang. Kenapa? Ternyata yang jadi pacar Derran tuh teman kerjasama perusahaan sendiri.”

“Oh iya? Ih saya juga ga nyangka tau pak.” Timpal Ghea dengan nada ibu ibu yang sedang menjulid.

Disaat para orang tua sedang asyik mengobrol, Ronald dengan cepat menarik lengan Derran menuju tempat yang lumayan jauh dari jangkauan orang tua mereka.

Setelah sampai ditempat yang cukup dirasa jauh dari jangkauan orang tua, Ronald langsung menghempaskan lengan Derran dengan kasar.

“Kak, gue gatau ini kebetulan atau emang disengaja. Tapi lo baca peraturan yang ada diboyforent kan?! Dan gue mohon lo ngomong jangan pakai 'saya-kamu'. Kita disini gausah kaku kaku amat.”

Ronald angkat bicara kepada Derran. Ia tidak menyangka ternyata Derran adalah anak dari kolega perusahaan ayahnya.

“Dek, kalau boleh jujur gue belum baca peraturan boyforent.. hehe” Jawab Derran dengan nada ragu ragu.

Ronald yang mendengar itu langsung berdecak kesal sekaligus mengusap wajahnya dengan kasar. “Terus kalau kita beneran dijodohin gimana kak? Gue masih kerja di boyforent. Gue belum siap nikah kak!” Tutur Ronald dengan intonasi sedikit keras sekaligus menggunakan nada kesal.

Derran yang mendengar hal itu sontak ikut merasa gelisah. Ia juga tidak menyangka pada akhirnya seperti ini.

“Dek, kalau kontrak sewa ini dibatalkan gimana?” Tanya Derran sembari menatap wajah Ronald yang diselimuti rasa kecemasan.

Kedua mata Ronald sontak terbelalak sembari menatap Derran yang sedang memasang wajah polosnya. Ia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Derran saat ini.

“Bisa, tapi lo harus bayar denda kak. Dan itu harganya 2x lipat dari harga sewa.”

“Emangnya berapa nad?” Tanya Derran dengan nada rendah.

“Harga awal 10 juta, kalo mau udahan ditengah jalan harus bayar 20 juta kak.” Jawab Ronald dengan nada enteng.

“Dih apa apaan begitu?! Gue udah bayar lo 10 juta tapi kenapa denda mahal banget?!” Protes Derran sembari mengernyitkan dahinya. Ia tidak bisa nerima peraturan boyforent yang harus membayar denda sebanyak itu.

“Salah lo kak. Lo ga baca peraturannya dulu. Sekarang gimana? Gimana kalau kita beneran dijodohin? JAWAB GUE KAK!”

Amarah pada didiri Ronald berhasil memuncak. Ia sangat kesal kepada customer atas nama Derran. Ia baru kali ini mendapat sial selama bekerja di boyforent.

“Maafin gue nad, tapi sepertinya gue harus jujur kali ini sama kedua orang tua gue kalau sebenernya gue main bf rent deh supaya perjodohan ini tidak beneran terjadi..” jawab Derran dengan nada menyesal.

“Nah bagus. Jujur lebih baik daripada lo bohong terus kak..”

“Maafin gue ya nad?”

“Iya. Selagi gue masih bisa kerja di boyforent gue maafin.” Jawab Ronald dengan memasang raut wajah sinis.

“Yaudah yuk sekarang balik? Nanti gue usahain jujur sama ayah dan bunda.” Ajak Derran sembari meraih lengan Ronald dan menuntunnya jalan.


“Kalau begitu bisa kali ya anak kita menikah nanti?” Tanya Harry kepada Ghea.

“Itu mah bisa diurus. Kalau didalam diri mereka ada rasa cinta yang tulus dan janji bisa menjalani kehidupan layaknya sepasang suami suami, pasti bisa ngadain pernikahan anak kita kok pak.” Jawab Ghea dengan nada semangat.

“Wah benar juga ya? Kalau gitu berarti―”

“Ayah, bunda ayo pulang.” Sela Derran disaat para orang tua sedang asyik mengobrol.

“Loh Derran habis ngapain sama Ronald?” Tanya Irene selaku bunda Derran.

“Cuma ngobrol biasa doang kok bun dibelakang sana.” Jawab Derran dengan datar.

“Ohh yaudah kalau begitu kita pamit duluan ya, Ghea? Nanti kapan kapan kita bisa bahas lagi!” Tutur Irene dengan nada semangat.

“Ahh iya iya, silahkan kalau mau pulang duluan. Dan ya, nanti kita bisa mengobrol lebih dalam lagi.” Jawab Ghea sembari bangun dari tempat duduknya.

Setelah keluarga Derran berpamitan untuk pulang dengan Ghea dan Ronald, kini hanya tersisa hanya Ghea dan Ronald. Seperti rencana awal, Ghea makan malam terlebih dahulu dengan Ronald di restoran ini.

'Duh semoga semua yang dibicarain sama kak Derran berjalan lancar deh..' -Ronald.

image


Narasi by : Oje 💜 Revisi by : Rike


Malam ini adalah malam dimana Derran harus memperkenalkan pacar bohongannya itu kepada kedua orang tuanya.

Dengan perasaan cemas yang berlebihan, Derran memimpin jalan menuju tempat meja dan kursi yang sudah dipesan.

'Semoga berjalan lancar deh..'

Atensi Derran kini sepenuhnya beralih ke meja yang sudah ditempati oleh Ronald. Betapa terkejutnya ia disaat melihat Ronald duduk yang ditemani oleh seorang wanita(?) Sepertinya wanita itu adalah mamah nya.

'Duh anjir itu Ronald dateng sama mamahnya atau kakak nya? Bisa mati gue kalo wanita itu mamahnya.'

Saat sampai dimeja itu, Derran langsung menyambar. “Yah, mah kenalin ini Ronald.” Tutur Derran dengan memasang senyum terpaksa.

Mamah Ronald yang mendengar itu sontak mengalihkan pandangannya pada keluarga Derran. Seketika kedua matanya melebar tatkala ia tersadar bahwa sepasang kekasih yang ada dibelakang Derran adalah kolega perusahaan suaminya.

Mamah Ronald yang diketahui namanya Ghea, spontan langsung menghampiri kedua orang tua Derran.

“Loh? Ini bukannya pak Harry sama bu Irene ya?” Tanya Ghea dengan antusias.

Yang ditanya sontak langsung saling memandang. Seperti ada rencana yang tak direncanakan.

Irene dengan gelagapan menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Ghea. “Iyaa, ini Ghea bukan sih? Wahh ternyata Derran menyukai Ronald ya?”

Ghea tertawa mendengar hal itu. “Iya nih, saya juga awalnya gatau kalau anak kalian Derran juga suka sama anak saya. Oh iya ini kata Ronald kalian mau kenalan sama anak saya kah?”

Harry angkat bicara karena ia yang memaksa Derran memperkenalkan pacar baru nya itu.

“Iyaa Ghea, saya juga awalnya gapernah berekspetasi kalau ternyata pacar Derran itu Ronald. Malah pas tahu sekarang saya rasanya merasa sangat senang. Kenapa? Ternyata yang jadi pacar Derran tuh teman kerjasama perusahaan sendiri.”

“Oh iya? Ih saya juga ga nyangka tau pak.” Timpal Ghea dengan nada ibu ibu yang sedang menjulid.

Disaat para orang tua sedang asyik mengobrol, Ronald dengan cepat menarik lengan tangan Derran menuju tempat yang lumayan jauh dari jangkauan orang tua mereka.

Setelah sampai ditempat yang cukup dirasa jauh dari jangkauan orang tua, Ronald langsung menghempaskan lengan Derran dengan kasar.

“Kak, gue gatau ini kebetulan atau emang disengaja. Tapi lo baca peraturan yang ada diboyforent kan?! Dan gue mohon lo ngomong jangan pakai 'saya-kamu'. Kita disini gausah kaku kaku amat.”

Ronald angkat bicara kepada Derran. Ia tidak menyangka ternyata Derran adalah anak dari kolega perusahaan ayahnya.

“Dek, kalau boleh jujur gue belum baca peraturan boyforent.. hehe” Jawab Derran dengan nada ragu ragu.

Ronald yang mendengar itu langsung berdecak kesal sekaligus mengusap wajahnya dengan kasar. “Terus kalau kita beneran dijodohin gimana kak? Gue masih kerja di boyforent. Gue belum siap nikah kak!” Tutur Ronald dengan intonasi sedikit keras sekaligus menggunakan nada kesal.

Derran yang mendengar hal itu sontak ikut merasa gelisah. Ia juga tidak menyangka pada akhirnya seperti ini.

“Dek, kalau kontrak sewa ini dibatalkan gimana?” Tanya Derran sembari menatap wajah Ronald yang diselimuti rasa kecemasan.

Kedua mata Ronald sontak terbelalak sembari menatap Derran yang sedang memeasang wajah polosnya. Ia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Derran saat ini.

“Bisa, tapi lo harus bayar denda kak. Dan itu harganya 2x lipat dari harga sewa.”

“Emangnya berapa nad?” Tanya Derran dengan nada rendah.

“Harga awal 10 juta, kalo mau udahan ditengah jalan harus bayar 20 juta kak.” Jawab Ronald dengan nada enteng.

“Dih apa apaan begitu?! Gue udah bayar lo 10 juta tapi kenapa denda mahal banget?!” Protes Derran sembari mengernyitkan dahinya. Ia tidak bisa nerima peraturan boyforent yang harus membayar denda sebanyak itu.

“Salah lo kak. Lo ga baca peraturannya dulu. Sekarang gimana? Gimana kalau kita beneran dijodohin? JAWAB GUE KAK!”

Amarah pada didiri Ronald berhasil memuncak. Ia sangat kesal kepada customer atas nama Derran. Ia baru kali ini mendapat sial selama bekerja di boyforent.

“Maafin gue nad, tapi sepertinya gue harus jujur kali ini sama kedua orang tua gue kalau sebenernya gue main bf rent deh supaya perjodohan ini tidak beneran terjadi..” jawab Derran dengan nada menyesal.

“Nah bagus. Jujur lebih baik daripada lo bohong terus kak..”

“Maafin gue ya nad?”

“Iya. Selagi gue masih bisa kerja di boyforent gue maafin.” Jawab Ronald dengan memasang raut wajah sinis.

“Yaudah yuk sekarang balik? Nanti gue usahain jujur sama ayah dan bunda.” Ajak Derran sembari meraih lengan Ronald dan menuntunnya jalan.


“Kalau begitu bisa kali ya anak kita menikah nanti?” Tanya Harry kepada Ghea.

“Itu mah bisa diurus. Kalau didalam diri mereka ada rasa cinta yang tulus dan janji bisa menjalani kehidupan layaknya sepasang suami suami, pasti bisa ngadain pernikahan anak kita kok pak.” Jawab Ghea dengan nada semangat.

“Wah benar juga ya? Kalau gitu berarti―”

“Ayah, bunda ayo pulang.” Sela Derran disaat para orang tua sedang asyik mengobrol.

“Loh Derran habis ngapain sama Ronald?” Tanya Irene selaku bunda Derran.

“Cuma ngobrol biasa doang kok bun dibelakang sana.” Jawab Derran dengan datar.

“Ohh yaudah kalau begitu kita pamit duluan ya, Ghea? Nanti kapan kapan kita bisa bahas lagi!” Tutur Irene dengan nada semangat.

“Ahh iya iya, silahkan kalau mau pulang duluan. Dan ya, nanti kita bisa mengobrol lebih dalam lagi.” Jawab Ghea sembari bangun dari tempat duduknya.

Setelah keluarga Derran berpamitan untuk pulang dengan Ghea dan Ronald, kini hanya tersisa hanya Ghea dan Ronald. Seperti rencana awal, Ghea makan malam terlebih dahulu dengan Ronald di restoran ini.

'Duh semoga semua yang dibicarain sama kak Derran berjalan lancar deh..' -Ronald.

sorry for grammar broke :')


Malam itu Sunghoon, Heeseung dan Jake sedang belajar bareng. Entah kenapa mereka bisa belajar bareng, padahal Jake tidak sekelas dengan Sunghoon dan Heeseung. Mungkin Jake tahu kalau Sunghoon anak yang baru pindah selalu menjadi rangking satu di sekolah lamanya. Nah, maka dari itu ia semangat untuk belajar bareng dengan Sunghoon.

“Ini kalian apa gamau beli minuman atau cemilan gitu? Ini tuanrumahnya miskin amat dah? Masa gue sama Jake kaga dikasih apa apa? Padahal kita tamu loh?!” Ujar Heeseung yang memecahkan keheningan.

Jake yang sedang terfokus membaca buku paket miliknya lalu mendengar hal itu langsung menimpali. “Eh iya juga ya? Si Sunghoon nih gak kasih kita minum atau makanan. Parah banget dah.”

“Lo pada harusnya tadi kesini bawa makanan dan minuman sih. di Rumah gue jarang ada cemilan soalnya.” Celetuk Sunghoon dengan nada sinis.

Tiba tiba saja terbesit dalam pikiran Jake untuk keluar sebentar untuk membeli makanan dan minuman di supermarket terdekat. “Eh, gue aja sini lah yang keluar buat beli makanan dan minuman. Tapi duit lo pada siniin.” Tutur Jake sembari menodongkan tangan kanannya seperti orang yang meminta uang.

Heeseung melirik kearah Sunghoon. Ia tiba tiba teringat beberapa hari yang lalu yang dimana dirinya belajar 'bareng', padahal niat awalnya adalah mengerjakan tugas bareng saja.

“Nih duitnya Jake. Bebas dah lo mau beli makanan atau minuman apa. Tapi pulangnya yang lama ya?” Sunghoon menimpali permintaan Jake sembari memberikan uang 300 ribu kepada Jake.

Kedua mata Heeseung seketika membulat besar. Dirinya tidak mau lagi menjadi korban 1821 dari Sunghoon si anak baru itu.

Eh bangsat banget dah tuh orang lama lama kalo gue liatin.

“Tapi apa ini ga kebanyakan hoon? Masalahnya gue baru kenal sama lo, loh? Gaenak gue.” Jake menimpali apa yang barusan dilontarkan oleh Sunghoon.

“Udah santai aja sih? Lagipula gue masih punya ginjal, elahh.” Jawab Sunghoon sembari menaruh paksa uang ditelapak tangan kanan Jake.

“Anjg ginjal ga tuh? Yaudah kalo lo maksa. Gue ambil ya duitnya?” Tanya Jake yang dibarengi menunjukkan uang yang ada digenggamannya.

“Iyaa, udah sana cepet nanti keburu tutup loh supermarket nya.” Intruksi Sunghoon sembari mendorong Jake mendekat ke pintu kamar Sunghoon.

“Iya anjir santai aja napa kaga usah dorong dorong segala.” Cibir Jake dengan nada kesal. Kemudian ia membuka pintu kamar, keluar, dan kembali menutup pintu kamar Sunghoon.

Sekarang di kamar hanya ada Sunghoon dan Heeseung. Canggung? Ya itulah yang mereka berdua rasakan. Mengingat kejadian beberapa hari yang lalu, Heeseung menjadi takut jika sudah bertemu atau berhadapan dengan Sunghon. Sebab, pikiran Sunghoon sangatlah liar walaupun dia anak berprestasi dibidang akademi.

Heeseung hanya diam sembari pura pura membaca buku paketnya. Sunghoon yang melihat hal itu langsung menyeringai. “Lo baca apaan buku kebalik begitu?” Sambung Sunghoon.

Heeseung yang menyadari hal itu, langsung saja membalikkan bukunya yang terbalik. “Makasih udah ingetin.” Jawab Heeseung dengan nada tidak ikhlas.

Sunghoon mendekat kearah Heeseung, kemudian ia melihati setiap inci dari wajah Heeseung yang bisa dibilang sangat cantik.

Hembusan nafas Sunghoon yang mengenai daerah leher Heeseung membuat sang empu merasa tidak betah. Sehingga dirinya protes akan hal itu.

“Lo bisa ga sih jauhan dikit?”

Heeseung mendorong badan Sunghoon dengan sekuat tenaga, tetapi dengan cepat Sunghoon menarik lengan tangan Heeseung yang mengakibatkan Heeseung kini sudah berada diatas badan Sunghoon.

Deg.

Kepala Heeseung yang tadi terbentur tepat pada dada sang dominan, kini ia langsung dengan cepat berusaha bangkit agar tidak terjadi kejadian yang tidak diinginkan.

“Lo tuh anjing banget kalo kata gue.” Tutur Heeseung. Disaat ia ingin berpindah, tiba tiba saja Sunghoon memegang lengan Heeseung, kemudian ia membuat Heeseung terjatuh. Kini posisi mereka berdua sama seperti tadi, cuman bedanya Sunghoon kini yang ada diatas Heeseung.

Kedua mata Heeseung terbelalak mendapati perlakuan seperti itu. Heeseung sangat takut jika kejadian kemarin terulang kembali. Bahkan kissmark yang diberikan oleh Sunghoon pada lehernya saja belum sepenuhnya menghilang. Masa ingin ditambah lagi? Pikir Heeseung saat ini.

SUNGHOON LO MAU NGAPAIN SIH? DEMI TUHAN LO NGESELIN BANGET ANJING.

Sunghoon menyeringai, “Do you wanna do the same exact a few day ago?”

Heeseung tidak langsung menjawab. Ia hanya melihati sang dominan yang berada diatasnya dengan tatapan takut. Heeseung menghela nafas dengan kasar, kemudian ia menarik kerah baju Sunghoon yang dimana membuat sang empu jatuh tepat pada leher jenjang Heeseung.

BUGHH.

“Gausah pake tanya kali? Kemaren lo lakuin tanpa tanya dulu kan?”

“Atas izin lo, oke gue bakal lakuin.”

“Jangan sampai masuk ya ta-”

“ARGHHH SUNGHONHHH GELIHHH”

Badan Heeseung seketika bergetar hebat. Rasa geli dan nikmat menjadi satu yang padu yang kini ia rasakan pada lehernya.

“Kenapah sihh lo tuhh suka bengethh cium di leherhhh?” Tanya Heeseung yang setiap kalimatnya diakhiri dengan desahan.

Sunghoon yang sedang sibuk menjilat dan menggigit langsung memberhentikan sejenak untuk menjawab pertanyaan Heeseung. “Gue suka sama wangi dari badan lo. Leher lo tuh nagih buat gue.”

“Ya tapi masa gue setiap hari pake-”

'Shhhhh'

Heeseung berdesah disaat Sunghoon kembali mencium dan menjilati leher jenjang miliknya juga kedua tangan Sunghoon menyelusup masuk ke dalam baju yang dikenakan oleh Heeseung.

“Sunghoon-ahh”

Heeseung menyebut nama Sunghoon disaat Sunghoon mengelus perut rata miliknya.

“Say again, baby.”

“Ah bangsat gue bukan baby lo!” Celetuk Heeseung dengan nada kesal karena merasa dirinya dilecehkan oleh Sunghoon. Aneh kan? Padahal sama sama menikmati.

“Coba ngomong lagi?” Tanya Sunghoon dengan suara berat dan serak.

“Ah bangsat gue bukan baby–”

“ARGHHHHH”

Heeseung berteriak disaat Sunghoon meremas penisnya yang masih terbalut dengan celana dengan sangat kencang.

“Sunghhonhhh.. Stophhh!” Heeseung merintih karena Sunghoon masih melanjutkan meremas penis Heeseung.

Sunghoon mendengar itu langsung menyeringai, kemudian ia kembali menindih badan Heeseung, lalu menghajar bibir Heeseung dengan lumatan kasar.

'Shhhhh'

Suara desahan yang berasal dari mereka berdua kini mendominasi ruangan kamar. Sunghoon yang menguasai permainan itu tidak lupa menekan, serta menggesekan penisnya pada penis Heeseung yang masih sama sama terbalut dengan celana.

Merasa sudah kehabisan nafas, kini Sunghoon perlahan melepaskan tautan bibirnya. Tampak benang saliva yang menjulur dari masing masing empu.

–“Ahhhhh”_

Heeseung berdesah sekaligus menetralkan pernafasannya.

“Wahhh, enak ciumannya?”

Sontak Sunghoon dan Heeseung menoleh ke arah sumber suara. Ya, ternyata Jake sudah diambang pintu kamar sembari mengenggam erat belanjaan yang ia beli tadi.

Seperti orang yang ketahuan mencuri, kini mereka berdua gelagapan. Bahkan ingin membual atau mencari alasan pun sudah tidak bisa. Karena mereka berdua mengira Jake sudah dari tadi melihat mereka berdua berciuman.

'Ah sial, padahal baru awal.' -Sunghoon.